Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِن
dan bahwa
كَادُواْ
hampir-hampir mereka
لَيَسۡتَفِزُّونَكَ
sungguh mereka membuat gelisah kamu
مِنَ
dari
ٱلۡأَرۡضِ
bumi/negeri
لِيُخۡرِجُوكَ
untuk mengeluarkan/mengusir kamu
مِنۡهَاۖ
dari padanya
وَإِذٗا
dan jika demikian
لَّا
tidak
يَلۡبَثُونَ
mereka tinggal/berdiam
خِلَٰفَكَ
belakang/sepeninggalanmu
إِلَّا
melainkan
قَلِيلٗا
sedikit/sebentar
وَإِن
dan bahwa
كَادُواْ
hampir-hampir mereka
لَيَسۡتَفِزُّونَكَ
sungguh mereka membuat gelisah kamu
مِنَ
dari
ٱلۡأَرۡضِ
bumi/negeri
لِيُخۡرِجُوكَ
untuk mengeluarkan/mengusir kamu
مِنۡهَاۖ
dari padanya
وَإِذٗا
dan jika demikian
لَّا
tidak
يَلۡبَثُونَ
mereka tinggal/berdiam
خِلَٰفَكَ
belakang/sepeninggalanmu
إِلَّا
melainkan
قَلِيلٗا
sedikit/sebentar
Terjemahan
Sesungguhnya mereka hampir membuatmu (Nabi Muhammad) gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu dari negeri itu. Kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal (bertahan), kecuali sebentar saja.
Tafsir
Ayat ini diturunkan ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi ﷺ, "Jika kamu benar-benar seorang nabi, pergilah kamu ke negeri Syam karena negeri itu adalah negeri para nabi." (Dan sesungguhnya) huruf in di sini adalah bentuk takhfif daripada inna (benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri ini) di kota Madinah (untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian) seandainya mereka benar-benar mengusirmu (niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal) di dalam kota Madinah (melainkan sebentar saja) lalu mereka akan dibinasakan oleh azab-Ku.
Tafsir Surat Al-Isra: 76-77
Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal melainkan sebentar saja. (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu. Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi, ketika mereka memberikan saran kepada Rasulullah ﷺ untuk tinggal di negeri Syam yang merupakan negeri para nabi dengan meninggalkan kota Madinah yang ditempatinya saat itu.
Pendapat ini dinilai lemah karena ayat ini jelas ayat Makkiyyah, sedangkan Rasulullah ﷺ tinggal di Madinah sesudah itu. Menurut pendapat yang lainnya lagi, sesungguhnya ayat ini diturunkan di Tabuk. Akan tetapi, kesahihan pendapat ini masih perlu dipertimbangkan. Imam Baihaqi dan Imam Hakim telah meriwayatkan dari Al-Asam, dari Ahmad ibnu Abdul Jabbar Al-Utaridi, dari Yunus ibnu Bukair, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam bahwa di suatu hari orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah ﷺ, lalu mereka berkata, "Hai Abul Qasim, jika engkau benar seorang nabi, maka pergilah ke negeri Syam, karena sesungguhnya negeri Syam adalah tanah Mahsyar dan tempat tinggal para nabi." Ternyata apa yang dikatakan oleh mereka itu dibenarkannya.
Maka Nabi ﷺ berangkat ke Medan Tabuk dengan tujuan tiada lain adalah negeri Syam. Setelah Nabi ﷺ sampai di Medan Tabuk, Allah menurunkan kepadanya beberapa ayat surat Al-Isra setelah surat Al-Isra khatam, yaitu mulai dari firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri(mu) untuk mengusirmu darinya. (Al-Isra: 76) Sampai dengan firman-Nya: suatu perubahan pun. (Al-Isra: 77) Maka Allah memerintahkan kepada Nabi ﷺ untuk kembali ke Madinah, dan Allah berfirman, "Di Madinahlah tempat hidupmu dan tempat kematianmu, serta di Madinahlah engkau akan dibangkitkan." Sanad hadis ini masih perlu dipertimbangkan kesahihannya, tetapi yang jelas pendapat ini tidak benar, karena sesungguhnya Nabi ﷺ melakukan perang di Medan Tabuk bukan karena anjuran orang-orang Yahudi, melainkan menaati perintah Allah yang disebutkan melalui firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian itu. (At-Taubah: 123) Dan firman Allah ﷻ: Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang di haramkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh, sedangkan mereka dalam keadaan tunduk. (At-Taubah: 29) Nabi ﷺ memerangi mereka di Tabuk untuk melakukan pembalasan atas gugurnya sebagian dari para sahabat dalam perang Mutah.
Seandainya hadis tadi sahih, tentulah semakna dengan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Aqirah ibnu Ma'dan, dari Salim ibnu Amir, dari Abu umamah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Al-Qur'an diturunkan di tiga tempat, yaitu Mekah, Madinah, dan Syam. Al-Walid mengatakan, yang dimaksud dengan Syam ialah Baitul Maqdis. Akan tetapi tafsir yang mengatakan di Tabuk adalah lebih baik daripada apa yang dikatakan oleh Al-Walid yang menyatakan di Baitul Maqdis. Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini di turunkan berkenaan dengan orang-orang kafir Quraisy manakala mereka bertekad untuk mengusir Rasulullah ﷺ dari kampung halaman mereka. Maka Allah ﷻ mengancam mereka dengan menurunkan ayat ini. Jika mereka mengusir Nabi ﷺ, sesudah itu tentulah mereka tidak akan lama lagi dapat tinggal di Mekah.
Dan memang demikianlah kejadiannya, karena sesungguhnya sesudah Nabi ﷺ berhijrah meninggalkan mereka setelah mengalami tekanan yang sangat berat dari pihak mereka, maka dalam masa satu setengah tahun berikutnya Allah ﷻ mempertemukan mereka dengan Nabi ﷺ di Medan Badar tanpa diduga-duga oleh mereka. Kemudian Allah memberikan kemenangan kepada Nabi ﷺ atas mereka, sehingga banyak dari kalangan pemimpin mereka yang terhormat gugur dan yang lainnya ditawan. Karena itulah disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami. (Al-Isra: 77), hingga akhir ayat. Dengan kata lain, demikianlah ketetapan Kami terhadap orang-orang yang kafir kepada rasul-rasui Kami dan yang menyakitinya dengan mengusirnya dari tempat tinggal mereka, Allah menurunkan azab terhadap mereka. Seandainya saja Rasulullah ﷺ bukanlah rasul pembawa rahmat, tentulah mereka akan ditimpa pembalasan di dunia ini dengan azab yang tak pernah dialami oleh seorang manusia pun. Dalam suatu ayat disebutkan oleh firman-Nya: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. (Al-Anfal: 33), hingga akhir ayat."
Dan sungguh, mereka orang-orang kafir itu hampir membuatmu wahai
Nabi Muhammad gelisah di negeri Mekah karena mereka menyuruh engkau harus keluar dari negeri itu, akan tetapi Allah mencegahnya sehingga tidak terlaksana keinginan orang-orang kafir itu, dan kalau terjadi
demikian, yakni jika mereka benar-benar mengusirmu dari Mekah niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal di sana melainkan sebentar
saja, kemudian mereka akan hancur binasa. Yang demikian itu, yakni kehancuran bagi umat yang mengusir para rasul Kami dari negerinya, merupakan ketetapan bagi para rasul Kami
yang Kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan
atas ketetapan Kami. Setiap umat yang mengusir para rasul dari negerinya pasti akan dibinasakan oleh Allah. Demikianlah ketetapan Allah
yang ditetapkan, dan tidak ada perubahan bagi ketetapan itu selamalamanya.
Ayat ini mengungkapkan bagaimana berbagai tekanan yang dihadapi Rasulullah dan kaum Muslimin hampir berhasil membuat beliau tidak tahan lagi berdiam di Mekah, apalagi setelah orang-orang kafir Quraisy membuat rencana untuk membunuhnya. Peristiwa itulah yang melatarbelakangi ter-jadinya peristiwa Hijrah ke Medinah.
Allah menyampaikan ancaman-Nya melalui Rasulullah kepada kaum kafir Quraisy bahwa jika Nabi dan kaum Muslimin terusir dari Mekah, maka itu tidak akan dibiarkan oleh Allah. Dalam waktu singkat mereka akan dibinasakan Allah dan selanjutnya negeri Mekah akan dikuasai kembali oleh kaum Mukminin. Janji Allah itu terbukti dengan terbunuhnya para pemimpin Quraisy dalam perang Badar yang terjadi pada tahun kedua sesudah Nabi hijrah ke Medinah, dan ditaklukkannya kota Mekah pada tahun ke-8 Hijrah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
UJIAN PERJUANGAN RASULULLAH ﷺ
Memang hebatlah perjuangan yang dihadapi oleh utusan Allah ﷺ itu. Siang dan malam kaum musyrikin yang memusuhinya itu mencari berbagai ikhtiar untuk menangkis segala ajaran Nabi dan menggagalkannya. Salah satu usaha yang mereka rencanakan ialah dengan mendekati beliau, berlaku ramah kepada beliau dan membujuk-bujuk. Karena dengan kekerasan tidak laku, mereka hendak mencoba cara lunak. Mereka minta agar celaan kepada berhala yang mereka sembah dan puja dikurangi. Sehingga pernahlah terjadi, seketika beliau thawaf keliling Ka'bah, sesampai di Hajarul Aswad (batu hitam) beliau cium batu itu menurut kebiasaan, sebagai memberi hormat. Tiba-tiba datanglah seorang di antara pemuka musyrik itu mendekati beliau dan meminta agar berhala mereka yang tertegak di dekat batu itu beliau jamah juga agak sedikit. Namun beliau tidak mau. Begitulah menurut satu riwayat dari Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan Sa'id bin Jubair.
Kalau beliau sudi memperlunak sikap agak sedikit, mereka akan sudi berkawan dan ketegangan akan dapat dikurangi.
Tetapi bagaimana sikap beliau? Senyum tetap senyum, tetapi pendirian yang pokok tidak dapat diubah walaupun sedikit. Inilah yang disindirkan Allah pada ayat selanjutnya ini,
Ayat 73
“Dan sesungguhnya nyarislah mereka memfitnahkan engkau dari yang telah Kami wahyukan kepada engkau."
Memfitnahkan di sini ialah membujuk dan merayu, “Supaya engkau ada-adakan yang lainnya di atas nama Kami," supaya pendirian yang telah ditentukan Allah menegakkan tauhid dapat diubah agak sedikit.
“Kalau mau begitu, niscaya mereka jadikan engkau kawan."
Kalau mau begitu, mereka tidak akan memusuhi engkau lagi. Tetapi habislah apa yang diperjuangkan. Padahal satu pendirian yang baru, yang ingin mengubah apa yang tetah terbiasa dipakai orang, pastilah dimusuhi.
Lalu pada ayat berikutnya Allah menjelaskan pertolongan-Nya kepada Rasul-Nya,
Ayat 74
“Jika tidak Kami teguhkan engkau, nyanis-tah engkau condong kepada mereka agak sedikit"
Artinya dengan pertolongan Allah jualah hati Nabi Muhammad ﷺ diteguhkan.
Dengan firman Allah demikian itu dapatlah kita memahami bahwa berjuang menghadapi lawan yang bersikap secara halus dan lemah lembut kadang-kadang lebih sukar daripada menghadapi sikap mereka yang kasar. Kalau bukan Allah yang menolong, bisa saja hati Nabi Muhammad ﷺ lemah dan kendur karena sikap lunak lawan itu.
Ayat 75
“Kalau begitu,"
Yaitu kalau jadi hati engkau condong karena sikap mereka yang lemah lembut membujuk itu."Niscaya akan Kami rasakan kepada engkau dua ganda kesusahan hidup dan dua ganda kesusahan mati." Artinya, penderitaan yang akan engkau rasai karena menurutkan bujukan halus mereka itu adzab dunia (hidup) dua kali dan adzab akhirat (mati) dua kali pula. Tegasnya bahwa tanggung jawab seorang rasul yang menerima amanah begitu berat dari Allah adalah amat besar, lipat ganda dari tanggung jawab manusia biasa. Sebagaimana disebutkan Allah juga di dalam surah al-Ahzab ayat 30, bahwa istri Rasulullah kalau berbuat suatu dosa yang keji, mereka pun ditimpa adzab siksaan Allah berlipat ganda daripada yang diterima manusia biasa."Kemudian, tidak akan engkau dapati untuk engkau terhadap Kami, seorang penolong pun."
Ayat 76
“Dan jika pun nyaris mereka halaukan engkau dari bumi, untuk mengeluarkan engkau darinya."
Ada dua macam pendapat tentang sebab turun ayat ini. Menurut Abdurrahman bin Ghanam ialah tipuan orang Yahudi di Madinah, yang menganjurkan Nabi ﷺ supaya berpindah saja dari Madinah ke Syam, sebab di Syam itulah dari zaman dahulu kala kedudukan nabi-nabi. Sebab itu maka ketika Nabi ﷺ pergi ke Peperangan Tabuk, yang sudah dekat ke Syam, sudah ada maksud beliau meneruskan perjalanan ke sana. Tetapi menurut Mujahid dan Qatadah ayat ini masih ayat Mekah, dan surah ini adalah surah Makkiyah, menerangkan sudah ada sejak semula maksud orang Quraisy hendak menghalau atau mengusir Nabi ﷺ dari bumi Mekah; biar dia pindah ke tempat lain, supaya mereka itu tidak terganggu lagi menyembah berhala mereka."Dan kalau terjadi demikian, tidaklah akan lama mereka sepeninggal engkau." Tidaklah akan lama mereka bersenang diri dan berkuasa. Sebab ajaran yang dibawa Rasulullah itu tidak akan bertambah kucut, melainkan akan kian berkembang:
“kecuali hanya sebentar."
Sebentar saja, taruhlah setahun dua, niscaya akan jatuhlah pamor mereka dan runtuhlah pertahanan mereka. Sebab yang mereka pertahankan itu hanyalah yang batil.
Ayat 77
“Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Kami utus sebelum engkau dari (kalangan) rasut-rasut Kami."
Artinya, apa yang engkau alami sekarang ini, begini juga yang dialami oleh orang-orang yang telah Kami utus sebelum engkau. Tidak ada seorang nabi pun atau rasul yang tidak menempuh kesukaran dalam perjuangan menegakkan perintah Allah di muka bumi ditantang, dikerasi, dibujuk, dan dicumbu agar berganjak dari pendirian dan berubah agak sedikit dari aqidah.
“Dan tidaklah ada pada jalan yang telah Kami tetapkan itu suatu perubahan pun."
Akan menghindar dari kesulitan ini tidaklah dapat. Segala rasul utusan Allah mesti menderita yang demikian. Dibenci dan disengsarakan namun mereka tidak boleh mundur setapak jua pun. Berganjak dari pendirian sedikit saja pun artinya ialah melalaikan kewajiban. Memperturutkan kehendak mereka itu agak sedikit, berarti dosa, berarti mengubah pendirian batin. Karena sekali mereka telah diberi hati, mereka akan terus, dan pasti kepercayaan umat yang mengikutmu akan berkurang kalau engkau mundur.
Oleh sebab itu apakah jalan keluar? Datanglah ayat seterusnya.