Ayat
Terjemahan Per Kata
أَمۡ
atau
أَمِنتُمۡ
apakah kamu merasa aman
أَن
bahwa
يُعِيدَكُمۡ
Dia akan mengembalikan kamu
فِيهِ
didalamnya (dalam laut)
تَارَةً
sekali
أُخۡرَىٰ
lain/lagi
فَيُرۡسِلَ
maka/lalu Dia mengirimkan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
قَاصِفٗا
petir keras/topan
مِّنَ
dari
ٱلرِّيحِ
angin
فَيُغۡرِقَكُم
maka/lalu Dia menenggelamkan kamu
بِمَا
dengan sebab
كَفَرۡتُمۡ
kekafiranmu
ثُمَّ
kemudian
لَا
kamu tidak
تَجِدُواْ
mendapatkan
لَكُمۡ
bagi kalian
عَلَيۡنَا
atas Kami
بِهِۦ
dengannya (hal ini)
تَبِيعٗا
pengikut/penolong
أَمۡ
atau
أَمِنتُمۡ
apakah kamu merasa aman
أَن
bahwa
يُعِيدَكُمۡ
Dia akan mengembalikan kamu
فِيهِ
didalamnya (dalam laut)
تَارَةً
sekali
أُخۡرَىٰ
lain/lagi
فَيُرۡسِلَ
maka/lalu Dia mengirimkan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
قَاصِفٗا
petir keras/topan
مِّنَ
dari
ٱلرِّيحِ
angin
فَيُغۡرِقَكُم
maka/lalu Dia menenggelamkan kamu
بِمَا
dengan sebab
كَفَرۡتُمۡ
kekafiranmu
ثُمَّ
kemudian
لَا
kamu tidak
تَجِدُواْ
mendapatkan
لَكُمۡ
bagi kalian
عَلَيۡنَا
atas Kami
بِهِۦ
dengannya (hal ini)
تَبِيعٗا
pengikut/penolong
Terjemahan
Ataukah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan mengembalikanmu ke laut sekali lagi, lalu mengirimkan angin topan kepadamu dan menenggelamkanmu disebabkan kekufuranmu, kemudian kamu tidak akan mendapati seorang penolong pun dalam menghadapi (siksaan) Kami?
Tafsir
(Atau apakah kalian merasa aman dari dikembalikan-Nya kalian ke dalamnya) yakni ke lautan (sekali) satu kali (lagi, lalu Dia meniupkan atas kalian angin topan) artinya angin yang sangat keras, jika melanggar sesuatu pasti jebol kemudian memporak-porandakannya sehingga hancurlah bahtera-bahtera kalian (dan ditenggelamkan-Nya kalian disebabkan kekafiran kalian) karena kekafiran kalian. (Kemudian kalian tidak akan mendapat seorang penolong pun, dalam hal ini dari siksaan Kami) yaitu seorang penolong dan pengikut yang menuntut kepada Kami apa yang telah Kami timpakan terhadap diri kalian.
atau apakah kalian merasa aman dari dikembalikan-Nya kalian ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kalian angin topan dan ditenggelamkan-Nya kalian disebabkan kekafiran kalian. Dan kalian tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. Allah ﷻ berfirman, "Apakah kalian merasa aman dari Kami, hai orang-orang yang berpaling, sesudah kalian mengakui Keesaan Kami di lautan dan diselamatkan darinya kedaratan. Apakah kalian merasa aman bila Aku mengembalikan kalian ke lautan untuk kedua kalinya, lalu Aku kirimkan kepada kalian angin topan yang dapat membalikkan perahu kalian dan menenggelamkan semua isinya termasuk kalian?" Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa al-qasif artinya badai laut yang dapat mematahkan perahu (kapal), lalu menenggelamkannya.
Firman Allah Swt: dan ditenggelamkan-Nya kalian disebabkan kekafiran kalian. (Al-Isra: 69) Maksudnya, disebabkan kekafiran dan berpalingnya kalian dari Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: Dan kalian tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. (Al-Isra: 69) Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan tabi'an ialah penolong. Menurut Mujahid, yang dimaksud ialah penolong yang membalas, yakni dapat membalaskan dendam kalian sesudah kalian aada. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Kami tidak merasa takut terhadap pembalasan seorang pun yang membela kalian sesudah Kami timpakan siksaan kepada kalian."
Ataukah kamu merasa aman bahwa Dia suatu waktu dengan kehendak
dan kekuasaan-Nya akan mengembalikan kamu ke laut sekali lagi, lalu setelah kamu berada di tengah lautan, Dia tiupkan angin topan kepada kamu
dan ditenggelamkan-Nya kamu di tengah lautan atau di tempat kamu diselamatkan dahulu disebabkan kekafiranmu' Kemudian walaupun kamu
berusaha dengan mengerahkan segenap kemampuanmu, kamu tidak
akan mendapatkan seorang penuntut pun yang dapat menuntut balas atau
menolong kamu dalam menghadapi siksaan Kami. Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, yaitu golongan
manusia pada umumnya dengan tubuh yang bagus, kemampuan berpikir, kebebasan berkehendak, dan ilmu pengetahuan, dan Kami angkut
mereka di darat dengan kendaraan seperti onta atau lainnya, dan di laut,
dengan kapal, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, berupa
minuman dan makanan yang lezat rasanya, dan Kami lebihkan keutamaan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan
yang sempurna.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Allah berkuasa untuk mengembalikan orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya itu ke lautan kembali, setelah mereka merasa aman di darat. Apakah mereka merasa aman dari bencana yang akan menimpa mereka di lautan setelah mereka sampai ke daratan. Allah berkuasa mengembalikan mereka ke lautan kembali, dengan mengirim angin topan dan tsunami yang sangat dahsyat. Angin itu menyapu mereka dari daratan, sehingga mereka akan digulung oleh gelombang yang dapat menenggelamkan mereka. Pada saat-saat mengalami musibah yang sangat dahsyat itu, mereka tidak akan mendapatkan seorang pun yang dapat menolong untuk melepaskan mereka dari siksa Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MELAYARI LAUTAN
Setelah Allah menerangkan betapa hebatnya perjuangan anak Adam dengan musuh turunannya, yaitu iblis, maka pada ayat yang ini Allah pun menerangkan pula kehebatan perjuangan manusia menempuh ombak dan gelombang dalam lautan yang besar dalam pelayaran. Allah berfirman,
Ayat 66
“Tuhan kamu, Dialah yang meloyalkan bagi kamu kapal-kapal di laut."
Ternyatalah di sini bahwa kehidupan di laut adalah pula sebagian yang penting dalam perjuangan manusia. Allah menyediakan laut dan Allah memberi ilham bagi manusia membuat kapal untuk melayarinya, “Supaya kamu mencari karunia-Nya."
Dengan takdir Allah lebih luaslah lautan daripada daratan. Manusia hidup di darat, tetapi mesti berlayar di laut untuk mencari daratan lain yang didiami manusia. Karena dan sebab perubahan iklim dan bertinggi-rendahnya muka bumi, tidaklah ada satu bagian pun dari dunia itu yang cukup keperluannya di tempatnya sendiri. Ada hasil bumi di bagian sini berlebih tetapi ada pula yang kurang; dan yang lebih di sini itu tidak ada di bagian lain. Yang ada pada-Nya dan berlebih ialah yang di sini sangat pula diperlukan. Di sinilah asal timbulnya perniagaan karena yang satu memerlukan yang lain. Dari pelayaran kepentingan diharapkannya laba. Dan laba itu adalah karunia Allah. Manusia disuruh mencari laba karunia itu. Manusia dilarang berdiam diri saja dengan tidak berusaha. Sebab itulah maka pada ujung ayat Allah berfirman,
“Sesungguhnya Dia teihadap kepada kamu adalah amat sayang."
Dapatlah kita lihat pada peta bumi bahwa hanya seperlima tanah daratan, yang menjadi benua-benua dan pulau-pulau dan kecil. Adapun yang empat perlima lagi adalah lautan semata-mata. Kadang-kadang berhari-hari berlayar hanya gelombang dan langit saja yang kelihatan. Kadang-kadang ada agak tenang, tetapi lautan besar tidaklah bercerai dari gelombang, Kadang-kadang timbul topan halim-bubu sehingga kapal laksana jadi mainan saja, dan perasaan manusia jadi kecut.
Ayat 67
“Dan apabila mengenai atas diri kamu bahaya di taut, sia-sialah apa yang kamu ... selain Dia."
Menunjukkan pengalaman manusia dalam pelayaran jika bahaya mengancam, ombak gelombang sebesar gunung, bahtera sudah laksana permainan saja dibuatnya. Air sudah masuk tak tertahan lagi ke atas geladak kapal sehingga manusia yang menumpangnya sudah sangat cemas dan ketakutan, kalau-ka-lau di sinilah sampai ajalnya. Di waktu itu semuanya menyeru, semuanya berdoa. Di waktu itu orang tidak lagi mengingat hendak minta tolong kepada berhala atau kepada Tuan Guru yang mereka puja; semuanya sia-sia belaka. Di waktu itu orang langsung menyeru nama Allah. Allah Yang Maha Esa, Mahakuasa!
Kemudian itu datanglah sambungan ayat, “Tetapi, setelah diselamatkan-Nya kamu ke da-ratan, kamu pun berpaling."
Itulah yang banyak kejadian. Di kala hebatnya bahaya mengancam, semua mengingat Allah, semua menyeru Allah, bahkan banyak yangbernadzardanberjanjijikaselamatsampai di daratan akan berbuat kebajikan. Tetapi, tidak berapa lama kemudian langit pun cerah, hujan pun teduh, angin pun reda, ombak tidak besar lagi, dan tanah daratan yang akan dituju telah tampak. Maka kelihatan lah orang-orang yang tadinya bergelung, muntah-muntah, ber-doa-doa, pergi berdiri ke buritan melihat pantai dengan gembiranya. Seakan-akan semalam tidak terjadi apa-apa. Dan setelah kapal berlabuh, semuanya pun turun ke darat. Sampai di darat, mereka pun menuju ke tujuan masing-masing mengulangi lagi hidupnya yang biasa. Yang lalai tetap dalam kelalaiannya, yang lengah tetap lengah dan yang lupa sama sekali pun ada. Tidak mereka ingat bahwa satu-satu waktu mereka pun akan kembali ke laut Maka tepatlah firman Allah di penutup ayat,
“Dan adalah manusia pelupakan jasa."
Tetapi, apakah kamu akan di darat terus? Apakah bahaya yang lain tidak mengancammu pula? Secara khusus adalah berlayar di lautan, dan secara umum kehidupan di dunia itu sendiri pada hakikatnya adalah pelayaran jua. Pergantian di antara angin badai dan angin sepoi. Dan di mana-mana mudah saja bahaya itu datang. Firman Allah,
Ayat 68
“Apakah kamu menasa aman jika ditimpakan-Nya kepada kamu sebagian daratan itu?"
Sedang kamu senang-senang di daratan itu, sedang kamu berpaling dan melupakan jasa Allah terhadap dirimu, apakah kamu kira bahwa darat tempat kamu berpijak itu tidak dapat meletus dan menimpa dirimu? Tanah dapat longsor? Tebing dapat runtuh? Gunung pun bisa meletus? Apalah artinya dirimu yang kecil ini kalau hal itu kejadian? “Atau Dia kirim kepada kamu angin badai yang lebih besar." Sehingga runtuh dan tumbanglah pohon-pohon yang besar, atau dihancurkannya rumah-rumah tempat manusia tinggal? Atau datang banjir besar sehingga binasa segala bangunan dan sawah ladang.
“Kemudian tidak kamu dapati untuk diri kamu satu penolong pun."
Karena semua orang telah terlibat dalam bahaya itu.
Janganlah kamu berpaling dan janganlah kamu lupakan itu. Walaupun engkau telah tiba di darat, di darat pun bahaya bila-bila dapat saja datang mengancam.
Ayat 69
“Atau apakah kamu akan merasa aman jika dikembalikannya kamu kepadanya sekali lagi"
Artinya, kalau kiranya tiba-tiba kamu terpaksa pula berlayar lagi menempuh lautan lepas, apakah kamu telah merasa bahwa pelayaran yang sekarang tidak lagi akan berbahaya sebagai pelayaran yang dahulu itu? Yang nyaris menewaskan kamu? Mana jaminan, padahal laut demikian luasnya? “Lalu Dia kirim kepada kamu kebinasaan dan angin." Yang angin di laut itu kadang-kadang tiba-tiba saja. Mulanya hari bagus, langit cerah, tiba-tiba kelihatan segumpal awan kecil di sebelah barat. Tidak berapa menit kemudian dia telah menjadi awan besar, dan datanglah angin; kian lama kian keras dan ombak pun besar lagi, sekarang besarnya ombak dan hebatnya angin, layar-layar tidak dapat lagi dikembangkan, bahkan kadang-kadang pun patah! “Kemudian Dia tenggelamkan kamu karena kekufuran kamu." Karena ketika bahaya yang pertama menimpa, kamu ingat Allah dan setelah selamat sampai di daratan, kamu pun berpaling. Dan setelah naik kapal lagi kamu acuh tak acuh saja dengan Allah. Dan setelah tenggelam tidak ada sediaan buat menemui Allah di dalam jiwamu,
“Kemudian, kamu pun mendapat, buat menentang Kami, atau penangkis pun."
Dengan apa akan ditangkis, begitu besarnya Baharullah, Lautan Allah, dan begitu kecil kapal yang kamu tumpangi dan begitu kecilnya kamu di dalam kapal itu.
Oleh sebab itu patutlah seorang yang beriman ingat kembali akan pangkal dari hal pelayaran ini, sebagai yang tersebut di ayat 66 di atas tadi. Lautan yang lima kali daratan luasnya memang buat dilayari, buat mencari karunia Allah (fadhlillah), dan dapatnya manusia membuat kapal untuk melayarinya adalah alamat kasih sayang Allah. Sebab itu dimana saja kita berada, baik di daratan atau di laut, di kapal atau di kapal terbang, jangan lupa kepada Allah.
Sebab apabila kita berlayar, meskipun kapal di zaman modern ini sudah sangat jauh lebih maju daripada zaman purba, sudah dijalankan dengan motor dan sudah sebagai sebuah kota yang mengambang di air dan kapal udara pun telah melebihi kecepatan udara, namun bahaya tidak jugalah dapat dielakkan. Maka kalau hidup kita selalu mengingat dan berbakti kepada Ilahi di mana saja pun kita berada, jika datang juga bahaya itu, semoga kita tidak akan mati di dalam keadaan kufur.
Nabi ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya mati terbunuh adalah syahid juga, dan mati karena penyakit taun (kolera, sampar, dan penyakit-penyakit menular yang lain) adalah syahid juga, dan mati tenggelam di laut adalah syahid juga, dan perempuan man beranak kecil (mati anak dalam perutnya) pun syahid juga." (HR Imam Ahmad dan ath-Thabrani)