Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَأَمِنتُمۡ
apakah kamu merasa aman
أَن
bahwa
يَخۡسِفَ
Dia membenamkan
بِكُمۡ
dengan/untuk kalian
جَانِبَ
sisi/sebagian
ٱلۡبَرِّ
daratan
أَوۡ
atau
يُرۡسِلَ
Dia mengirimkan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
حَاصِبٗا
angin keras yang mengandung pasir
ثُمَّ
kemudian
لَا
kamu tidak
تَجِدُواْ
mendapatkan
لَكُمۡ
bagi kalian
وَكِيلًا
pelindung
أَفَأَمِنتُمۡ
apakah kamu merasa aman
أَن
bahwa
يَخۡسِفَ
Dia membenamkan
بِكُمۡ
dengan/untuk kalian
جَانِبَ
sisi/sebagian
ٱلۡبَرِّ
daratan
أَوۡ
atau
يُرۡسِلَ
Dia mengirimkan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
حَاصِبٗا
angin keras yang mengandung pasir
ثُمَّ
kemudian
لَا
kamu tidak
تَجِدُواْ
mendapatkan
لَكُمۡ
bagi kalian
وَكِيلًا
pelindung
Terjemahan
Apakah kamu merasa aman dari kemungkinan Dia akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu atau mengirimkan kerikil, lalu kamu tidak akan mendapati seorang pun sebagai pelindung?
Tafsir
(Apakah kalian merasa aman manakala Dia meruntuhkan sebagian daratan bersama kalian) artinya bumi itu menelan kalian sebagaimana yang terjadi atas diri Qarun (atau Dia mengirimkan kepada kalian batu-batu kerikil) yakni Allah melempar kalian dengan batu-batu kerikil sebagaimana yang terjadi atas kaum Nabi Luth (kemudian kalian tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi diri kalian) yang dapat memelihara diri kalian daripada hukuman-Nya.
Tafsir Surat Al-Isra: 68
Maka apakah kalian merasa aman dari hukuman (Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kalian atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kalian tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kalian.
Allah ﷻ berfirman bahwa apakah kalian menduga dengan selamatnya kalian dari lautan, kalian selamat dari pembalasan dan azab-Nya yang akan menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kalian atau mengirimkan kepada kalian hujan batu kerikil? Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya yang menggambarkan salah satu jenis dari azab-Nya: “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Lut. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami.” (Al-Qamar: 34-35)
Dalam ayat yang lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya: “Dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.” (Al-Hijr: 74).
“Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana akibat (mendustakan) peringatan-Ku.” (Al-Mulk: 16-17)
Firman Allah ﷻ: “Dan kalian tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kalian.” (Al-Isra: 68)
Yakni penolong yang dapat menolak bahaya itu dan menyelamatkan kalian darinya.
Maka apakah kamu benar-benar telah merasa aman bahwa Dia tidak
akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu, sebelum kamu tiba
dengan selamat ke pantai, atau Dia meniupkan angin keras yang membawa batu-batu kecil' Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung
pun, yang dapat melindungi kamu dari bahaya yang menimpamu. Ataukah kamu merasa aman bahwa Dia suatu waktu dengan kehendak
dan kekuasaan-Nya akan mengembalikan kamu ke laut sekali lagi, lalu setelah kamu berada di tengah lautan, Dia tiupkan angin topan kepada kamu
dan ditenggelamkan-Nya kamu di tengah lautan atau di tempat kamu diselamatkan dahulu disebabkan kekafiranmu' Kemudian walaupun kamu
berusaha dengan mengerahkan segenap kemampuanmu, kamu tidak
akan mendapatkan seorang penuntut pun yang dapat menuntut balas atau
menolong kamu dalam menghadapi siksaan Kami.
Allah mengancam orang-orang yang mengingkari nikmat-nikmat-Nya, yang mengira bahwa dengan selamatnya mereka dari ancaman topan dan badai itu, mereka aman dari hukuman Allah Yang berkuasa menjungkirbalikkan sebagian daratan, sehingga mereka terpendam ke perut bumi. Apabila berkehendak, Allah berkuasa meniupkan angin keras dan menghujani mereka dengan batu-batu kecil sehingga mereka lenyap dalam waktu yang sangat singkat dari permukaan bumi ini. Dalam keadaan seperti itu, mereka tidak akan mendapatkan seorang pelindung yang mampu menyelamatkan mereka dari bencana tersebut kecuali Allah Yang Mahakuasa menghidupkan dan mematikan seluruh makhluk-Nya.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa bencana itu bisa terjadi di mana-mana, meskipun selamat dari bencana yang mengancam mereka di lautan, yang berupa topan dan badai, di daratan bencana yang lebih dahsyat mungkin saja terjadi, seperti gempa bumi, hujan batu, banjir, dan sebagainya. Semuanya berada dalam kekuasaan Allah yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh makhluk yang berada di antara keduanya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MELAYARI LAUTAN
Setelah Allah menerangkan betapa hebatnya perjuangan anak Adam dengan musuh turunannya, yaitu iblis, maka pada ayat yang ini Allah pun menerangkan pula kehebatan perjuangan manusia menempuh ombak dan gelombang dalam lautan yang besar dalam pelayaran. Allah berfirman,
Ayat 66
“Tuhan kamu, Dialah yang meloyalkan bagi kamu kapal-kapal di laut."
Ternyatalah di sini bahwa kehidupan di laut adalah pula sebagian yang penting dalam perjuangan manusia. Allah menyediakan laut dan Allah memberi ilham bagi manusia membuat kapal untuk melayarinya, “Supaya kamu mencari karunia-Nya."
Dengan takdir Allah lebih luaslah lautan daripada daratan. Manusia hidup di darat, tetapi mesti berlayar di laut untuk mencari daratan lain yang didiami manusia. Karena dan sebab perubahan iklim dan bertinggi-rendahnya muka bumi, tidaklah ada satu bagian pun dari dunia itu yang cukup keperluannya di tempatnya sendiri. Ada hasil bumi di bagian sini berlebih tetapi ada pula yang kurang; dan yang lebih di sini itu tidak ada di bagian lain. Yang ada pada-Nya dan berlebih ialah yang di sini sangat pula diperlukan. Di sinilah asal timbulnya perniagaan karena yang satu memerlukan yang lain. Dari pelayaran kepentingan diharapkannya laba. Dan laba itu adalah karunia Allah. Manusia disuruh mencari laba karunia itu. Manusia dilarang berdiam diri saja dengan tidak berusaha. Sebab itulah maka pada ujung ayat Allah berfirman,
“Sesungguhnya Dia teihadap kepada kamu adalah amat sayang."
Dapatlah kita lihat pada peta bumi bahwa hanya seperlima tanah daratan, yang menjadi benua-benua dan pulau-pulau dan kecil. Adapun yang empat perlima lagi adalah lautan semata-mata. Kadang-kadang berhari-hari berlayar hanya gelombang dan langit saja yang kelihatan. Kadang-kadang ada agak tenang, tetapi lautan besar tidaklah bercerai dari gelombang, Kadang-kadang timbul topan halim-bubu sehingga kapal laksana jadi mainan saja, dan perasaan manusia jadi kecut.
Ayat 67
“Dan apabila mengenai atas diri kamu bahaya di taut, sia-sialah apa yang kamu ... selain Dia."
Menunjukkan pengalaman manusia dalam pelayaran jika bahaya mengancam, ombak gelombang sebesar gunung, bahtera sudah laksana permainan saja dibuatnya. Air sudah masuk tak tertahan lagi ke atas geladak kapal sehingga manusia yang menumpangnya sudah sangat cemas dan ketakutan, kalau-ka-lau di sinilah sampai ajalnya. Di waktu itu semuanya menyeru, semuanya berdoa. Di waktu itu orang tidak lagi mengingat hendak minta tolong kepada berhala atau kepada Tuan Guru yang mereka puja; semuanya sia-sia belaka. Di waktu itu orang langsung menyeru nama Allah. Allah Yang Maha Esa, Mahakuasa!
Kemudian itu datanglah sambungan ayat, “Tetapi, setelah diselamatkan-Nya kamu ke da-ratan, kamu pun berpaling."
Itulah yang banyak kejadian. Di kala hebatnya bahaya mengancam, semua mengingat Allah, semua menyeru Allah, bahkan banyak yangbernadzardanberjanjijikaselamatsampai di daratan akan berbuat kebajikan. Tetapi, tidak berapa lama kemudian langit pun cerah, hujan pun teduh, angin pun reda, ombak tidak besar lagi, dan tanah daratan yang akan dituju telah tampak. Maka kelihatan lah orang-orang yang tadinya bergelung, muntah-muntah, ber-doa-doa, pergi berdiri ke buritan melihat pantai dengan gembiranya. Seakan-akan semalam tidak terjadi apa-apa. Dan setelah kapal berlabuh, semuanya pun turun ke darat. Sampai di darat, mereka pun menuju ke tujuan masing-masing mengulangi lagi hidupnya yang biasa. Yang lalai tetap dalam kelalaiannya, yang lengah tetap lengah dan yang lupa sama sekali pun ada. Tidak mereka ingat bahwa satu-satu waktu mereka pun akan kembali ke laut Maka tepatlah firman Allah di penutup ayat,
“Dan adalah manusia pelupakan jasa."
Tetapi, apakah kamu akan di darat terus? Apakah bahaya yang lain tidak mengancammu pula? Secara khusus adalah berlayar di lautan, dan secara umum kehidupan di dunia itu sendiri pada hakikatnya adalah pelayaran jua. Pergantian di antara angin badai dan angin sepoi. Dan di mana-mana mudah saja bahaya itu datang. Firman Allah,
Ayat 68
“Apakah kamu menasa aman jika ditimpakan-Nya kepada kamu sebagian daratan itu?"
Sedang kamu senang-senang di daratan itu, sedang kamu berpaling dan melupakan jasa Allah terhadap dirimu, apakah kamu kira bahwa darat tempat kamu berpijak itu tidak dapat meletus dan menimpa dirimu? Tanah dapat longsor? Tebing dapat runtuh? Gunung pun bisa meletus? Apalah artinya dirimu yang kecil ini kalau hal itu kejadian? “Atau Dia kirim kepada kamu angin badai yang lebih besar." Sehingga runtuh dan tumbanglah pohon-pohon yang besar, atau dihancurkannya rumah-rumah tempat manusia tinggal? Atau datang banjir besar sehingga binasa segala bangunan dan sawah ladang.
“Kemudian tidak kamu dapati untuk diri kamu satu penolong pun."
Karena semua orang telah terlibat dalam bahaya itu.
Janganlah kamu berpaling dan janganlah kamu lupakan itu. Walaupun engkau telah tiba di darat, di darat pun bahaya bila-bila dapat saja datang mengancam.
Ayat 69
“Atau apakah kamu akan merasa aman jika dikembalikannya kamu kepadanya sekali lagi"
Artinya, kalau kiranya tiba-tiba kamu terpaksa pula berlayar lagi menempuh lautan lepas, apakah kamu telah merasa bahwa pelayaran yang sekarang tidak lagi akan berbahaya sebagai pelayaran yang dahulu itu? Yang nyaris menewaskan kamu? Mana jaminan, padahal laut demikian luasnya? “Lalu Dia kirim kepada kamu kebinasaan dan angin." Yang angin di laut itu kadang-kadang tiba-tiba saja. Mulanya hari bagus, langit cerah, tiba-tiba kelihatan segumpal awan kecil di sebelah barat. Tidak berapa menit kemudian dia telah menjadi awan besar, dan datanglah angin; kian lama kian keras dan ombak pun besar lagi, sekarang besarnya ombak dan hebatnya angin, layar-layar tidak dapat lagi dikembangkan, bahkan kadang-kadang pun patah! “Kemudian Dia tenggelamkan kamu karena kekufuran kamu." Karena ketika bahaya yang pertama menimpa, kamu ingat Allah dan setelah selamat sampai di daratan, kamu pun berpaling. Dan setelah naik kapal lagi kamu acuh tak acuh saja dengan Allah. Dan setelah tenggelam tidak ada sediaan buat menemui Allah di dalam jiwamu,
“Kemudian, kamu pun mendapat, buat menentang Kami, atau penangkis pun."
Dengan apa akan ditangkis, begitu besarnya Baharullah, Lautan Allah, dan begitu kecil kapal yang kamu tumpangi dan begitu kecilnya kamu di dalam kapal itu.
Oleh sebab itu patutlah seorang yang beriman ingat kembali akan pangkal dari hal pelayaran ini, sebagai yang tersebut di ayat 66 di atas tadi. Lautan yang lima kali daratan luasnya memang buat dilayari, buat mencari karunia Allah (fadhlillah), dan dapatnya manusia membuat kapal untuk melayarinya adalah alamat kasih sayang Allah. Sebab itu dimana saja kita berada, baik di daratan atau di laut, di kapal atau di kapal terbang, jangan lupa kepada Allah.
Sebab apabila kita berlayar, meskipun kapal di zaman modern ini sudah sangat jauh lebih maju daripada zaman purba, sudah dijalankan dengan motor dan sudah sebagai sebuah kota yang mengambang di air dan kapal udara pun telah melebihi kecepatan udara, namun bahaya tidak jugalah dapat dielakkan. Maka kalau hidup kita selalu mengingat dan berbakti kepada Ilahi di mana saja pun kita berada, jika datang juga bahaya itu, semoga kita tidak akan mati di dalam keadaan kufur.
Nabi ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya mati terbunuh adalah syahid juga, dan mati karena penyakit taun (kolera, sampar, dan penyakit-penyakit menular yang lain) adalah syahid juga, dan mati tenggelam di laut adalah syahid juga, dan perempuan man beranak kecil (mati anak dalam perutnya) pun syahid juga." (HR Imam Ahmad dan ath-Thabrani)








