Ayat
Terjemahan Per Kata
رَّبُّكُمُ
Tuhan kalian
ٱلَّذِي
yang
يُزۡجِي
menjalankan
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلۡفُلۡكَ
perahu
فِي
di
ٱلۡبَحۡرِ
laut
لِتَبۡتَغُواْ
agar kamu mencari
مِن
dari/sebagian
فَضۡلِهِۦٓۚ
karunia-Nya
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
كَانَ
adalah
بِكُمۡ
dengan/untuk kalian
رَحِيمٗا
Maha Penyayang
رَّبُّكُمُ
Tuhan kalian
ٱلَّذِي
yang
يُزۡجِي
menjalankan
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلۡفُلۡكَ
perahu
فِي
di
ٱلۡبَحۡرِ
laut
لِتَبۡتَغُواْ
agar kamu mencari
مِن
dari/sebagian
فَضۡلِهِۦٓۚ
karunia-Nya
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
كَانَ
adalah
بِكُمۡ
dengan/untuk kalian
رَحِيمٗا
Maha Penyayang
Terjemahan
Tuhanmulah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu agar kamu mencari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penyayang terhadapmu.
Tafsir
(Rabb kalian adalah yang menjalankan) melayarkan (kapal-kapal bagi kalian) yakni perahu-perahu (di lautan agar kalian mencari) berupaya mencari (sebagian dari karunia-Nya) dari karunia Allah ﷻ melalui berniaga. (Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian) karenanya Dia menundukkan bahtera-bahtera itu buat kalian.
Tuhan kalian adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untuk kalian, agar kalian mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyanyang terhadap kalian. Allah ﷻ menceritakan perihal kasih sayang-Nya kepada makhlukNya, antara lain ialah menundukan kapal-kapal di lautan buat hamba-hamba-Nya, dan memudahkannya sehingga dapat berlayar di atas lautan untuk keperluan hamba-hamba-Nya dalam mencari sebagian dari karunia-Nya melalui berniaga, dari suatu pulau ke pulau yang lain. Karena itulah disebutkan dalam akhir ayat ini: Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian. (Al-Isra: 66) Dengan kata lain, sesungguhnya Dia melakukan hal itu bagi kalian hanyalah sebagai karunia dan rahmat-Nya buat kalian.
Setelah dijelaskan pada ayat yang lalu bahwa Allah menjadi penjaga
atas hamba-Nya dari godaan iblis, pada ayat ini Allah menyebutkan sebagian dari nikmat-Nya yang dianugerahkan kepada hamba-Nya agar
nikmat tersebut disyukuri. Tuhanmulah yang senantiasa memelihara
dan berbuat baik kepadamu adalah Dia yang melayarkan kapal-kapal di
lautan untukmu, dengan menciptakan hukum-hukumnya sehingga dengan mudah kapal-kapal itu berlayar di samudra yang luas agar kamu
mencari karunia-Nya, mencari kekayaan-kekayaan lautan, seperti ikan
dan mutiara atau berdagang dari satu tempat ke tempat lain. Sungguh,
Dia Allah Maha Penyayang terhadapmu wahai orang-orang yang beriman. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, diterpa angin kencang
atau ombak yang besar, niscaya hilang dari ingatanmu semua berhala
dan tuhan-tuhan yang biasa kamu seru, kecuali Dia, kamu hanya mengingat Dia dan bermohon kepada-Nya agar menyelamatkan kamu dari
bahaya yang menimpa. Tetapi ketika Dia, Allah, telah menyelamatkan
kamu sehingga kamu dapat kembali dengan selamat ke daratan, kamu
berpaling dari-Nya, tidak lagi mengesakan-Nya dan tidak lagi bergantung kepada-Nya, karena kamu merasa telah bebas dari bahaya. Dan
manusia memang selalu ingkar, tidak mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah kepada-Nya, kecuali orang-orang yang taat dan mendapat
petunjuk-Nya.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah yang menggerakkan kapal-kapal di lautan untuk para hamba-Nya, agar mereka dapat memanfaatkan kapal-kapal itu sebagai alat pengangkut kebutuhan hidup dari suatu negeri ke negeri lain. Dengan pengangkutan itulah kemakmuran yang terdapat di suatu negeri dapat beralih ke negeri yang lain.
Di akhir ayat, ditegaskan bahwa Allah benar-benar Maha Penyayang terhadap seluruh hamba-Nya, karena ke mana saja manusia mengarahkan pandangannya, tentu akan menyaksikan berbagi nikmat Allah yang tak terhingga, yang menjadi tanda kebesaran kekuasaan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MELAYARI LAUTAN
Setelah Allah menerangkan betapa hebatnya perjuangan anak Adam dengan musuh turunannya, yaitu iblis, maka pada ayat yang ini Allah pun menerangkan pula kehebatan perjuangan manusia menempuh ombak dan gelombang dalam lautan yang besar dalam pelayaran. Allah berfirman,
Ayat 66
“Tuhan kamu, Dialah yang meloyalkan bagi kamu kapal-kapal di laut."
Ternyatalah di sini bahwa kehidupan di laut adalah pula sebagian yang penting dalam perjuangan manusia. Allah menyediakan laut dan Allah memberi ilham bagi manusia membuat kapal untuk melayarinya, “Supaya kamu mencari karunia-Nya."
Dengan takdir Allah lebih luaslah lautan daripada daratan. Manusia hidup di darat, tetapi mesti berlayar di laut untuk mencari daratan lain yang didiami manusia. Karena dan sebab perubahan iklim dan bertinggi-rendahnya muka bumi, tidaklah ada satu bagian pun dari dunia itu yang cukup keperluannya di tempatnya sendiri. Ada hasil bumi di bagian sini berlebih tetapi ada pula yang kurang; dan yang lebih di sini itu tidak ada di bagian lain. Yang ada pada-Nya dan berlebih ialah yang di sini sangat pula diperlukan. Di sinilah asal timbulnya perniagaan karena yang satu memerlukan yang lain. Dari pelayaran kepentingan diharapkannya laba. Dan laba itu adalah karunia Allah. Manusia disuruh mencari laba karunia itu. Manusia dilarang berdiam diri saja dengan tidak berusaha. Sebab itulah maka pada ujung ayat Allah berfirman,
“Sesungguhnya Dia teihadap kepada kamu adalah amat sayang."
Dapatlah kita lihat pada peta bumi bahwa hanya seperlima tanah daratan, yang menjadi benua-benua dan pulau-pulau dan kecil. Adapun yang empat perlima lagi adalah lautan semata-mata. Kadang-kadang berhari-hari berlayar hanya gelombang dan langit saja yang kelihatan. Kadang-kadang ada agak tenang, tetapi lautan besar tidaklah bercerai dari gelombang, Kadang-kadang timbul topan halim-bubu sehingga kapal laksana jadi mainan saja, dan perasaan manusia jadi kecut.
Ayat 67
“Dan apabila mengenai atas diri kamu bahaya di taut, sia-sialah apa yang kamu ... selain Dia."
Menunjukkan pengalaman manusia dalam pelayaran jika bahaya mengancam, ombak gelombang sebesar gunung, bahtera sudah laksana permainan saja dibuatnya. Air sudah masuk tak tertahan lagi ke atas geladak kapal sehingga manusia yang menumpangnya sudah sangat cemas dan ketakutan, kalau-ka-lau di sinilah sampai ajalnya. Di waktu itu semuanya menyeru, semuanya berdoa. Di waktu itu orang tidak lagi mengingat hendak minta tolong kepada berhala atau kepada Tuan Guru yang mereka puja; semuanya sia-sia belaka. Di waktu itu orang langsung menyeru nama Allah. Allah Yang Maha Esa, Mahakuasa!
Kemudian itu datanglah sambungan ayat, “Tetapi, setelah diselamatkan-Nya kamu ke da-ratan, kamu pun berpaling."
Itulah yang banyak kejadian. Di kala hebatnya bahaya mengancam, semua mengingat Allah, semua menyeru Allah, bahkan banyak yangbernadzardanberjanjijikaselamatsampai di daratan akan berbuat kebajikan. Tetapi, tidak berapa lama kemudian langit pun cerah, hujan pun teduh, angin pun reda, ombak tidak besar lagi, dan tanah daratan yang akan dituju telah tampak. Maka kelihatan lah orang-orang yang tadinya bergelung, muntah-muntah, ber-doa-doa, pergi berdiri ke buritan melihat pantai dengan gembiranya. Seakan-akan semalam tidak terjadi apa-apa. Dan setelah kapal berlabuh, semuanya pun turun ke darat. Sampai di darat, mereka pun menuju ke tujuan masing-masing mengulangi lagi hidupnya yang biasa. Yang lalai tetap dalam kelalaiannya, yang lengah tetap lengah dan yang lupa sama sekali pun ada. Tidak mereka ingat bahwa satu-satu waktu mereka pun akan kembali ke laut Maka tepatlah firman Allah di penutup ayat,
“Dan adalah manusia pelupakan jasa."
Tetapi, apakah kamu akan di darat terus? Apakah bahaya yang lain tidak mengancammu pula? Secara khusus adalah berlayar di lautan, dan secara umum kehidupan di dunia itu sendiri pada hakikatnya adalah pelayaran jua. Pergantian di antara angin badai dan angin sepoi. Dan di mana-mana mudah saja bahaya itu datang. Firman Allah,
Ayat 68
“Apakah kamu menasa aman jika ditimpakan-Nya kepada kamu sebagian daratan itu?"
Sedang kamu senang-senang di daratan itu, sedang kamu berpaling dan melupakan jasa Allah terhadap dirimu, apakah kamu kira bahwa darat tempat kamu berpijak itu tidak dapat meletus dan menimpa dirimu? Tanah dapat longsor? Tebing dapat runtuh? Gunung pun bisa meletus? Apalah artinya dirimu yang kecil ini kalau hal itu kejadian? “Atau Dia kirim kepada kamu angin badai yang lebih besar." Sehingga runtuh dan tumbanglah pohon-pohon yang besar, atau dihancurkannya rumah-rumah tempat manusia tinggal? Atau datang banjir besar sehingga binasa segala bangunan dan sawah ladang.
“Kemudian tidak kamu dapati untuk diri kamu satu penolong pun."
Karena semua orang telah terlibat dalam bahaya itu.
Janganlah kamu berpaling dan janganlah kamu lupakan itu. Walaupun engkau telah tiba di darat, di darat pun bahaya bila-bila dapat saja datang mengancam.
Ayat 69
“Atau apakah kamu akan merasa aman jika dikembalikannya kamu kepadanya sekali lagi"
Artinya, kalau kiranya tiba-tiba kamu terpaksa pula berlayar lagi menempuh lautan lepas, apakah kamu telah merasa bahwa pelayaran yang sekarang tidak lagi akan berbahaya sebagai pelayaran yang dahulu itu? Yang nyaris menewaskan kamu? Mana jaminan, padahal laut demikian luasnya? “Lalu Dia kirim kepada kamu kebinasaan dan angin." Yang angin di laut itu kadang-kadang tiba-tiba saja. Mulanya hari bagus, langit cerah, tiba-tiba kelihatan segumpal awan kecil di sebelah barat. Tidak berapa menit kemudian dia telah menjadi awan besar, dan datanglah angin; kian lama kian keras dan ombak pun besar lagi, sekarang besarnya ombak dan hebatnya angin, layar-layar tidak dapat lagi dikembangkan, bahkan kadang-kadang pun patah! “Kemudian Dia tenggelamkan kamu karena kekufuran kamu." Karena ketika bahaya yang pertama menimpa, kamu ingat Allah dan setelah selamat sampai di daratan, kamu pun berpaling. Dan setelah naik kapal lagi kamu acuh tak acuh saja dengan Allah. Dan setelah tenggelam tidak ada sediaan buat menemui Allah di dalam jiwamu,
“Kemudian, kamu pun mendapat, buat menentang Kami, atau penangkis pun."
Dengan apa akan ditangkis, begitu besarnya Baharullah, Lautan Allah, dan begitu kecil kapal yang kamu tumpangi dan begitu kecilnya kamu di dalam kapal itu.
Oleh sebab itu patutlah seorang yang beriman ingat kembali akan pangkal dari hal pelayaran ini, sebagai yang tersebut di ayat 66 di atas tadi. Lautan yang lima kali daratan luasnya memang buat dilayari, buat mencari karunia Allah (fadhlillah), dan dapatnya manusia membuat kapal untuk melayarinya adalah alamat kasih sayang Allah. Sebab itu dimana saja kita berada, baik di daratan atau di laut, di kapal atau di kapal terbang, jangan lupa kepada Allah.
Sebab apabila kita berlayar, meskipun kapal di zaman modern ini sudah sangat jauh lebih maju daripada zaman purba, sudah dijalankan dengan motor dan sudah sebagai sebuah kota yang mengambang di air dan kapal udara pun telah melebihi kecepatan udara, namun bahaya tidak jugalah dapat dielakkan. Maka kalau hidup kita selalu mengingat dan berbakti kepada Ilahi di mana saja pun kita berada, jika datang juga bahaya itu, semoga kita tidak akan mati di dalam keadaan kufur.
Nabi ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya mati terbunuh adalah syahid juga, dan mati karena penyakit taun (kolera, sampar, dan penyakit-penyakit menular yang lain) adalah syahid juga, dan mati tenggelam di laut adalah syahid juga, dan perempuan man beranak kecil (mati anak dalam perutnya) pun syahid juga." (HR Imam Ahmad dan ath-Thabrani)