Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
عِبَادِي
hamba-hambaKu
لَيۡسَ
tidak ada
لَكَ
bagimu
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
سُلۡطَٰنٞۚ
kekuasaan
وَكَفَىٰ
dan cukuplah
بِرَبِّكَ
dengan Tuhanmu
وَكِيلٗا
pelindung/penjaga
إِنَّ
sesungguhnya
عِبَادِي
hamba-hambaKu
لَيۡسَ
tidak ada
لَكَ
bagimu
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
سُلۡطَٰنٞۚ
kekuasaan
وَكَفَىٰ
dan cukuplah
بِرَبِّكَ
dengan Tuhanmu
وَكِيلٗا
pelindung/penjaga
Terjemahan
(Allah berfirman lagi,) “Sesungguhnya tidak ada kekuasaan bagimu (Iblis) atas hamba-hamba-Ku (yang mukmin). Cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga (mereka darimu).”
Tafsir
(Sesungguhnya hamba-hamba-Ku) yang beriman (kamu tidak dapat berkuasa atas mereka) dengan kekuasaan dan kekuatanmu itu. (Dan cukuplah Rabbmu sebagai penjaga.") yang memelihara mereka yang beriman dari godaan dan rayuanmu.
Tafsir Surat Al-Isra: 63-65
Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka.
Sesunggunya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga. Setelah iblis meminta masa tangguh kepada Allah ﷻ, maka Allah ﷻ berfirman kepadanya: Pergilah kamu. (Al-Isra: 63) sesungguhnya Aku telah memberikan masa tangguh kepadamu. Ayat ini semakna dengan apa yang di sebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: (Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. (Al-Hijr: 37-38) Kemudian Allah mengancam bahwa Dia telah menyediakan neraka Jahannam buat iblis dan para pengikutnya dari kalangan Bani Adam, yaitu melalui firman-Nya: Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua. (Al-Isra: 63) Yakni balasan amal perbuatan kalian.
sebagai suatu pembalasan yang cukup. (Al-Isra: 63) Mujahid mengatakan bahwa maufuran artinya penuh. Menurut Qatadah, maufuran artinya cukup, tanpa ada yang dikurangi. Firman Allah ﷻ: Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64) Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan saut dalam ayat ini ialah nyanyian. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah dengan hiburan dan nyanyian yang membuat mereka terbuai dan lupa diri. Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64) Bahwa makna yang dimaksud ialah setiap penyeru yang menyeru manusia kepada perbuatan maksiat terhadap Allah ﷻ Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, dan pendapat inilah yang dipilih oleh ibnu Jarir.
Firman Allah ﷻ: dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64) Yakni kerahkanlah semua pasukanmu, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki, terhadap mereka. Lafaz rajilun adalah bentuk jamak dari rajulun; sama halnya dengan lafaz rakibun, jamak dari rakibun; dan sahibun jamak dari sahibun. Makna ayat, kuasailah mereka dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Hal ini merupakan perintah yang berdasarkan takdir, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menggoda mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83) Yakni menggugah orang-orang kafir untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dengan anjuran yang sungguh-sungguh, dan menggiring mereka dengan penuh semangat untuk melakukannya.
Ibnu Abbas dan Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64) Makna yang dimaksud ialah setiap pengendara dan pejalan kaki yang maksiat terhadap Allah ﷻ Qatadah mengatakan, Sesungguhnya setan mempunyai pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki dari kalangan manusia dan jin. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada perintah setan. Di dalam bahasa Arab disebutkan Ajlaba Fulanun 'Ala Fulanin, artinya Si Fulan mengerahkan kemampuannya terhadap si Anu, yakni dengan mengeluarkan suara keras memberinya semangat.
Termasuk ke dalam pengertian ini kalimat yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ melarang mengeluarkan suara teriakan dan suara gaduh dalam perlombaan. Dan termasuk ke dalam pengertian kata ini pula lafaz al-jalabah yang artinya suara teriakan yang keras. Firman Allah ﷻ: dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64) Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid makna yang dimaksud ialah perbuatan yang dianjurkan setan kepada mereka, misalnya membelanjakan harta untuk perbuatan maksiat terhadap Allah ﷻ Ata mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah melakukan riba. Al-Hasan mengatakan, maknanya ialah menghimpun harta benda dari hasil yang kotor dan membelanjakannya ke jalan yang haram.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah. Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa kebersamaan setan dan mereka dalam harta benda mereka ialah hal-hal yang diharamkan oleh setan dari sebagian ternak mereka, yakni ternak saibah, ternak bahirah, dan lain sebagainya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak. Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal yang paling utama sehubungan dengan makna ayat ini ialah bila dikatakan bahwa makna ayat mencakup kesemua pendapat yang telah disebutkan di atas.
Firman Allah ﷻ: dan anak-anak. (Al-Isra: 64) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Mujahid, dan Ad-Dahhak, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak yang lahir dari hasil zina. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak mereka yang mereka bunuh tanpa dosa, korban kedangkalan pikiran dan ketiadaan pengetahuan mereka. Qatadah telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa demi Allah, sungguh setan telah berserikat dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak mereka.
Mereka menjadikan anak-anaknya Majusi, Yahudi, dan Nasrani serta mewarnai mereka bukan dengan celupan Islam. Mereka pun membagikan sebagian harta mereka buat setan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah. Abu Saleh telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah penamaan anak mereka dengan nama Abdul Haris, Abdu Syams, dan Abdu Fulan. Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling layak dinilai benar ialah bila dikatakan bahwa yang dimaksud ialah setiap anak yang dilahirkan oleh ibunya, lalu diberinya nama yang tidak disukai oleh Allah ﷻ atau memasukkan anaknya ke dalam agama yang tidak diridai oleh Allah, atau anak dihasilkan dari hubungan zina, atau setelah lahir anak dibunuhnya, atau perbuatan-perbuatan lain yang dinilai sebagai perbuatan durhaka terhadap Allah ﷻ maka semua perbuatan yang maksiat terhadap Allah ﷻ termasuk ke dalam pengertian iblis ikut andil persekutuan di dalamnya, apakah yang menyangkut harta ataupun anak.
Karena Allah ﷻ dalam firman-Nya mengatakan: dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64) tidak memberikan pengkhususan terhadap makna serikat yang ada di dalamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan yang menjurus kepada perbuatan durhaka terhadap Allah ﷻ atau taat kepada setan, berarti setan ikut andil di dalamnya. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini mempunyai alasan yang cukup terarah, semuanya bersumberkan dari ulama Salaf yang masing-masingnya menafsirkan sebagian dari pengertian perserikatan. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Hammad, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Allah ﷻ telah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak dan menolak agama yang batil), lalu setan datang kepada mereka dan menyesatkan mereka dari agamanya, serta mengharamkan kepada mereka apa-apa yang Aku telah halalkan bagi mereka." Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Seandainya seseorang di antara mereka apabila hendak mendatangi istrinya mengucapkan, "Dengan nama Allah.
Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah anak yang Engkau rezekikan kepada kami dari setan, "melainkan jika ditakdirkan bagi keduanya mempunyai anak dari hubungan itu, tentulah setan tidak dapat membahayakan anaknya selama-lamanya. Firman Allah ﷻ: dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (Al-Isra: 64) Perihalnya sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah ﷻ tentang iblis, bahwa apabila perkara hak telah terbukti kenyataannya, yaitu di hari Allah melakukan peradilan dengan hak.
Disebutkan bahwa iblis (setan) berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar; dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. (Ibrahim: 22), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. (Al-Isra: 65) Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah ﷻ bahwa Dia mendukung hamba-hamba-Nya yang beriman dan memelihara mereka dari godaan setan melalui Penjagaan-Nya. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga. (Al-Isra: 65) Yakni Pemelihara, Pendukung, dan Penolong.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya orang mukmin benar-benar dapat mengekang setan-setannya sebagaimana seseorang di antara kalian mengekang unta kendaraannya dalam perjalanan."
Sesungguhnya terhadap hamba-hamba-Ku yang taat dan berbuat kebajikan menuruti perintah-Ku, engkau wahai Iblis, tidaklah dapat berkuasa atas mereka, engkau tidak dapat menyesatkan mereka walaupun engkau kerahkan segenap kemampuanmu untuk menggoda mereka. Dan
cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga bagi mereka sehingga engkau tidak
dapat menyesatkannya. Setelah dijelaskan pada ayat yang lalu bahwa Allah menjadi penjaga
atas hamba-Nya dari godaan iblis, pada ayat ini Allah menyebutkan sebagian dari nikmat-Nya yang dianugerahkan kepada hamba-Nya agar
nikmat tersebut disyukuri. Tuhanmulah yang senantiasa memelihara
dan berbuat baik kepadamu adalah Dia yang melayarkan kapal-kapal di
lautan untukmu, dengan menciptakan hukum-hukumnya sehingga dengan mudah kapal-kapal itu berlayar di samudra yang luas agar kamu
mencari karunia-Nya, mencari kekayaan-kekayaan lautan, seperti ikan
dan mutiara atau berdagang dari satu tempat ke tempat lain. Sungguh,
Dia Allah Maha Penyayang terhadapmu wahai orang-orang yang beriman.
Selanjutnya Allah ﷻ menjelaskan keterbatasan godaan Iblis terhadap keturunan Adam dengan menegaskan bahwa sebenarnya hamba-hamba Allah yang selalu menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tidak akan terpengaruh oleh godaannya. Iblis tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksa agar mereka tunduk di bawah tipu dayanya. Kemampuan Iblis hanyalah menggoda saja. Orang-orang yang dapat dipengaruhi ialah mereka yang tidak mempunyai iman yang kuat. Oleh karena itu, Allah ﷻ menegaskan pada akhir ayat ini bahwa bagi mereka yang mempunyai iman yang kuat itu cukup berserah diri kepada Allah, dan meminta perlindungan kepada-Nya agar terlepas dari godaan dan tipu daya setan.
Dalam ayat ini, terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya tidak mempunyai kekebalan terhadap godaan setan dan tidak mempunyai kontrol pribadi yang menyelamatkan dirinya dari kesesatan. Kekebalan dan kontrol pribadi itu hanyalah perlindungan dan limpahan rahmat Allah ﷻ
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERMUSUHAN IBLIS DENGAN MANUSIA
Sebelum ayat 61 sampai 65 ini telah banyak diterangkan bagaimana orang-orang yang kafir itu membantah dan menolak kebenaran yang dibawa Rasulullah ﷺ Dan telah dinyatakan juga bahwa kebanyakan penolakan itu ialah tersebab perdayaan setan kepada manusia. Sekalian sikap keberatan manusia menerima kebenaran itu adalah karena perdayaan setan iblis. Maka diingatkanlah kembali permusuhan turun-temurun di antara iblis dengan manusia. Di dalam tujuh surah diulang-ulangi cerita iblis yang enggan bersujud kepada Adam: (1) al-Baqarah, (2) al-A'raaf, (3) al-Hijr, (4) al-Israa' (ayat 61 sampai 65 ini), (5) surah Shaad. surah-surah itu ada yang diturunkan di Mekah dan ada yang diturunkan di Madinah. Dengan membaca itu semua bertambah berkesan-lah di dada orang Mukmin tentang siapa musuh besarnya itu, yaitu iblis. Dan pangkal keengganan iblis bersujud itu ialah karena kesombongan karena merasa diri lebih mulia. Dan permusuhan ini jadi berterus-terusan sampai hari Kiamat.
Ayat 61
“Dan (ingatlah) seketika Kami berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!' Maka sujudlah mereka semua, kecuali Iblis."
Inilah yang menjadi pokok pangkal permusuhan dan bencana yang terjadi. Suatu hikmah tertinggi dengan takdir Allah Ta'aala. iblis tidak mau melaksanakan perintah sujud itu, sedang seluruh malaikat mengerjakan dengan segenap kepatuhan.
Apakah sebab Iblis tidak mau? Lanjutan ayat menjelaskan,
“Dia beikatu, ‘Apakah aku akan sujud kepada dia, yang Engkau jadikan dari tanah?'"
Tersebut di dalam beberapa hadits tentang kejadian makhluk Allah bahwa badan tubuh kasar manusia terjadi dari tanah, tetapi ruhnya adalah kiriman dari Allah sendiri. Kejadian malaikat dari Nur (cahaya) dan kejadian jin, yang iblis termasuk dalam golongan itu, terjadi dari gejala api nyala.
Dipandang dari segi iman niscaya dapatlah dikatakan bahwa di sisi Allah semuanya itu sama, sebab sama-sama makhluk. Dan tidak ada kelebihan yang satu dari yang lain kalau cuma diambil dari segi asal kejadian. Tetapi Iblis merasa dirinya lebih daripada manusia. Dalam kata-katanya selanjutnya teranglah pendiriannya itu, yaitu ucapannya kepada Allah.
Ayat 62
“Berkata lagi dia, ‘Mukah Engkau menenangkan kepadaku tentang orang yang Engkau muliakan di atas aku ini?'"
Apa benarlah kelebihan insan itu dari-ku? Bahkan pengetahuanku, orang ini, dan keturunan-keturunannya yang akan datang di belakang adalah makhluk yang lemah, mudah tergoda, sebab asalnya dari tanah. Bukan semacam ini orang yang patut dimuliakan. Bagaimana asal api akan disuruh merendah kepada asal tanah? Maka untuk membuktikan bahwa aku lebih mulia daripada dia, “Jika Engkau beri kesempatan kepacfeku sampai hari Kiamat, niscaya akan aku sesatkan anak-cucunya."
Tetapi iblis pun merasa juga bahwa tidak lah seluruh manusia itu akan dapat dise-satkannya. Masih ada yang tidak akan menurut kehendaknya. Sebab itu di ujung perkataannya dia kunci,
“Kecuali sedikit."
Dalam ujung kata itu jelas sekali bahwa kekuasaan iblis tidaklah dapat menaklukkan semua orang. Padahal yang sedikitlah yang menentukan, bukan yang banyak.
Ayat 63
Allah berfirman, “Pengilah!"
Artinya, permohonan iblis hendak memperdayakan manusia sampai kepada anak-cucunya itu sampai hari Kiamat pun dikabulkan oleh Allah. Dalam susun kata tampak sekali bahwa Allah Yang Mahakuasa itu menunjukkan sifat-Nya Yang Mahakuasa itu menunjukkan sifat-Nya Yang Agung, yang tidak merasa bimbang dan ragu-ragu.
"Pengilah!" “Maka barangsiapa yang mengikuti engkau di antara mereka itu, maka sesunggguhnya Jahannamlah ganjaran kamu, suatu ganjaran yang penuh."
Dengan berfirman bahwa jahannamlah ganjaran kamu, sekaligus Allah telah menetapkan akibat dan kesombongan iblis dan ke-sesatan manusia yang menuruti perdayaan iblis, kamu semua sama-sama masuk neraka Jahannam. Allah tidak peduli! Hukum-Nya mesti berlaku. Ganjaran akan diterima penuh dan kontan.
Dan Allah pun meneruskan titah-Nya,
Ayat 64
“Dan pendayakanlah siapa yang engkau sanggup di antara mereka."
Artinya cobalah lihat, mana satu yang pantas engkau tarik kepada rayuanmu! Per-hatikanlah dia, rayulah dia! “Dengan suaramu." Imbaulah mereka dengan mempergunakan suara yang merdu, kata-kata yang lemak manis dan merayu.
lbnu Abbas mengatakan, “Segala seruan dan rayuan yang membawa kepada maksiat mendurhakai Allah, itulah suara iblis."
Mujahid menjelaskan pula,
“Segala nyanyian, alat musik yang merayu-rayu, akhirnya adalah membawa kepada zina."
Maka dengan terus-terang dapat lah kita akui bahwa sebagian besar nyanyian-nyanyian modern, dengan disertai isi nyanyian itu sendiri, dan tutur katanya memang dimaksudkan untuk menimbulkan nafsu dan mempermudah hubungan kelamin (seks) laki-laki dengan perempuan termasuklah dalam perdayaan iblis itu."Dan kerahkanlah ke atas mereka dengan tentara berkudamu dan ten-tara berjalan kaki." Pakailah tentara kavaleri dan tentara infanteri. Tegasnya, gunakanlah angkatan perangmu dengan segenap kekuatan penyerangan (ofensif); dalam maksud menaklukkan manusia itu."Dan bersekutulah dengan mereka pada harta benda dan anak-anak."
Menurut al-Hasan, bersekutu iblis pada harta benda ialah rayuannya agar harta benda itu dipergunakan untuk mendurhakai Allah, ataupun segala perbuatan yang haram. Dan tersebut lagi bersekutu iblis dalam hal anak-anak ialah pemberian pendidikan yang salah sehingga anak-anak itu tidak lagi mengenal agama yang akan jadi pegangan hidupnya. Malah, di zaman modern kita sekarangini sudah banyak anak-anak itu yang berbeda agamanya dengan agama orang tuanya; menjadi Kristen ataupun tidak beragama langsung. Sebab telah turut berkongsi dalam memberikan pendidikan anaknya."Dan janjikanlah kepada mereka." Artinya, bujuklah mereka dengan berbagai macam janji, bahwa asal mereka setia mengikuti kehendak iblis, nanti mereka akan senang. Kalau harta benda dibelanjakan sesuka hati dengan tidak mengingat halal dan haram, niscaya maksud akan sampai dengan dunia dapat dipersunting. Dan jika anak telah diberi didikan menurut kehendak iblis, akan cerahlah hari depannya, dia akan dapat menyesuaikan diri dengan zaman yang akan datang. Terlalu memperturutkan peraturan agama adalah membelenggu diri sendiri, padahal kita ke dunia ini hanya sekali. Dan jangan terlalu takut mengenangkan hari Kemudian, hari Kiamat, dan sebagainya, karena itu hanya guna menakut-takuti orang saja. Belum ada bukti yang dipertanggung jawabkan sesudah mati kita akan dihidupkan kembali.
Tetapi di ujung ayat sudah diperingatkan,
“Dan tidaklah ada janji setan itu, kecuali tipuan belaka,"
Orang yang lemah jiwanya itulah yang jatuh ke dalam cengkeraman janji setan. Akhirnya mereka menyesal karena tidak ada iman, pada waktu nasi sudah menjadi bubur.
Kemudian itu dengan Mahagagah Perkasa-Nya, Allah berfirman,
Ayat 65
“Sesungguhnya hamba-hamha-Ku tidaklah ada bagimu kekuasaan atas mereka."
Di sini Allah mengatakan kata pasti kepada iblis, bahwa maksud jahatmu itu akan gagal terhadap hamba-hamba-Ku. Orang yang disebut oleh Allah ‘ibadi (hamba-hamba-Ku) ialah anak Adam yang selalu menuruti petunjuk yang telah disampaikan Allah dengan perantaraan rasul-rasul yang diutus ke dunia ini. Lalu, di ujung ayat Allah berfirman kepada Nabi-Nya untuk disampaikan kepada hamba-hamba Allah.
“Dan cukuplah dengan Tuhan engkau sebagai Pelindung."
Kalau sudah Allah yang dijadikan benteng perlindungan, maka perlindungan yang lain tidak diperlukan dan tak usah lagi. Pastilah bahwa iblis tak berani mendekati orang yang tempat berlindungnya ialah Allah. Dan telah ditegaskan Allah pula ketika Adam dan Hawa akan keluar dan surga itu,
“Maka barangsiapayang mengikuti petun-juk-Ku, maka tidaklah akan ada ketakutan atas mereka itu dan tidak pula mereka akan berduka cita." (al-Baqarah: 38)