Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan tatkala
قُلۡنَا
Kami berfirman
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ
kepada para malaikat
ٱسۡجُدُواْ
sujudlah kamu
لِأٓدَمَ
kepada Adam
فَسَجَدُوٓاْ
maka/lalu mereka sujud
إِلَّآ
kecuali
إِبۡلِيسَ
iblis
قَالَ
dia berkata
ءَأَسۡجُدُ
apakah aku akan bersujud
لِمَنۡ
kepada orang (yang)
خَلَقۡتَ
Engkau ciptakan
طِينٗا
tanah
وَإِذۡ
dan tatkala
قُلۡنَا
Kami berfirman
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ
kepada para malaikat
ٱسۡجُدُواْ
sujudlah kamu
لِأٓدَمَ
kepada Adam
فَسَجَدُوٓاْ
maka/lalu mereka sujud
إِلَّآ
kecuali
إِبۡلِيسَ
iblis
قَالَ
dia berkata
ءَأَسۡجُدُ
apakah aku akan bersujud
لِمَنۡ
kepada orang (yang)
خَلَقۡتَ
Engkau ciptakan
طِينٗا
tanah
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu semua kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) berkata, “Apakah aku harus bersujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?”
Tafsir
(Dan) ingatlah (tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam.") dengan sujud penghormatan yaitu dengan membungkukkan badan (lalu sujudlah mereka kecuali iblis. Dia berkata, "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah liat?") lafal thiinan ini dinashabkan dengan cara mencabut huruf jarnya, yang asalnya adalah min thiinin; artinya dari tanah liat.
Tafsir Surat Al-Isra: 61-62
Dan (ingatlah) tatkala Kami berfirman kepada malaikat, "Sujudlah kamu semua kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata, "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? Dia (iblis) berkata, "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya kecuali sebagian kecil. Allah'ﷻ menyebutkan permusuhan iblis la'natullah terhadap Adam dan keturunannya, bahwa permusuhan itu merupakan permusuhan masa silam sejak Adam diciptakan.
Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam, maka bersujudlah mereka kepadanya kecuali iblis. Iblis membangkang dan sombong, tidak mau bersujud kepada Adam, karena merasa lebih tinggi dan memandang Adam hina. Ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya: Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? (Al-Isra: 61) Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan, dia Engkau ciptakan dari tanah liat. (Al-A'raf: 12) Iblis berkata pula dengan nada yang kurang ajar terhadap Tuhan Yang Mahaagung sebagai ungkapan rasa keingkarannya, tetapi Tuhan bersikap sabar dan memberi masa tangguh kepadanya, yaitu: Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? (Al-Isra: 62), hingga akhir ayat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa iblis berkata, "Aku benar-benar akan menguasai keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka." Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah sungguh aku akan mengepung meraka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sungguh aku akan menyesatkan mereka. Semua pendapat di atas berdekatan maknanya. Kesimpulan makna ialah "terangkanlah kepadaku inikah orang yang Engkau muliakan dan Engkau lebihkan atas diriku; sungguh jika Engkau memberi tangguh kepadaku, aku benar-benar akan menyesatkan keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka.""
Penolakan orang-orang kafir kepada para rasul itu bukanlah sesuatu
yang baru. Para rasul sebelum Nabi Muhammad juga mendapatkan
perlakuan yang sama dari kaumnya. Permusuhan kepada para nabi
bahkan telah dimulai semenjak permusuhan Iblis kepada Nabi Adam.
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kamu
semua kepada Adam, yakni sujud dengan tujuan penghormatan bukan
menyembah, lalu mereka semuanya sujud, kecuali Iblis yang enggan bersujud karena keangkuhan dan kedurhakaannya. Ia (Iblis) berkata, Apakah aku harus bersujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah yang
rendah derajatanya daripadaku yang Engkau ciptakan dari api'Ia, yaitu Iblis, berkata, Terangkanlah kepadaku, inikah yang yang lebih
Engkau muliakan daripada aku' Terangkanlah mengapa Adam yang diciptakan dari tanah lebih Engkau muliakan daripadaku yang Engkau
ciptakan dari api' Sekiranya Engkau memberi waktu kepadaku untuk menggoda dan menyesatkan mereka sampai hari kiamat, pasti akan aku sesatkan keturunannya, sehingga mereka sesat dan durhaka kepada-Mu, kecuali sebagian kecil saja dari mereka, yaitu orang-orang yang mendapat
perlindungan dari-Mu, maka aku tidak dapat menyesatkan mereka.
Allah ﷻ memerintahkan Rasulullah agar mengingatkan kaumnya akan permusuhan Iblis kepada Adam dan keturunannya. Permusuhan itu telah berlangsung lama sejak penciptaan Adam. Ketika Allah ﷻ memerintahkan kepada para malaikat agar sujud untuk memberikan penghormatan kepada Adam, mereka lalu sujud kepadanya, kecuali Iblis. Ia merasa lebih mulia dan menolak perintah Allah. Sikap seperti itu disebabkan oleh kesombongannya, seperti tergambar dalam kata-katanya, "Apakah saya akan sujud kepada Adam yang diciptakan dari tanah, sedangkan aku diciptakan dari api." Menurut anggapan Iblis, api lebih mulia daripada tanah.
Kata-kata Iblis serupa itu diungkapkan dalam ayat lain, seperti tersebut dalam firman Allah:
(Iblis) berkata, "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (shad/38: 76)
Iblis menjadi kafir karena tidak menaati perintah Allah dan bersikap sombong. Ia beranggapan bahwa Allah ﷻ telah memerintahkan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Anggapan Iblis yang demikian hanyalah khayalannya sendiri. Anggapannya bahwa api lebih mulia dari tanah adalah anggapan yang tidak benar, karena api dan tanah sama-sama makhluk Allah. Allah yang menciptakannya dari tiada, kemudian melebihkan kegunaannya dari yang satu atas yang lain, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Api bisa membakar, sementara tanah bisa menumbuhkan. Keduanya menjadi penunjang kehidupan manusia. Jadi secara kodrati, keduanya tidak bisa dilebihkan antara satu dengan yang lain. Keduanya mempunyai kelebihan masing-masing.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERMUSUHAN IBLIS DENGAN MANUSIA
Sebelum ayat 61 sampai 65 ini telah banyak diterangkan bagaimana orang-orang yang kafir itu membantah dan menolak kebenaran yang dibawa Rasulullah ﷺ Dan telah dinyatakan juga bahwa kebanyakan penolakan itu ialah tersebab perdayaan setan kepada manusia. Sekalian sikap keberatan manusia menerima kebenaran itu adalah karena perdayaan setan iblis. Maka diingatkanlah kembali permusuhan turun-temurun di antara iblis dengan manusia. Di dalam tujuh surah diulang-ulangi cerita iblis yang enggan bersujud kepada Adam: (1) al-Baqarah, (2) al-A'raaf, (3) al-Hijr, (4) al-Israa' (ayat 61 sampai 65 ini), (5) surah Shaad. surah-surah itu ada yang diturunkan di Mekah dan ada yang diturunkan di Madinah. Dengan membaca itu semua bertambah berkesan-lah di dada orang Mukmin tentang siapa musuh besarnya itu, yaitu iblis. Dan pangkal keengganan iblis bersujud itu ialah karena kesombongan karena merasa diri lebih mulia. Dan permusuhan ini jadi berterus-terusan sampai hari Kiamat.
Ayat 61
“Dan (ingatlah) seketika Kami berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!' Maka sujudlah mereka semua, kecuali Iblis."
Inilah yang menjadi pokok pangkal permusuhan dan bencana yang terjadi. Suatu hikmah tertinggi dengan takdir Allah Ta'aala. iblis tidak mau melaksanakan perintah sujud itu, sedang seluruh malaikat mengerjakan dengan segenap kepatuhan.
Apakah sebab Iblis tidak mau? Lanjutan ayat menjelaskan,
“Dia beikatu, ‘Apakah aku akan sujud kepada dia, yang Engkau jadikan dari tanah?'"
Tersebut di dalam beberapa hadits tentang kejadian makhluk Allah bahwa badan tubuh kasar manusia terjadi dari tanah, tetapi ruhnya adalah kiriman dari Allah sendiri. Kejadian malaikat dari Nur (cahaya) dan kejadian jin, yang iblis termasuk dalam golongan itu, terjadi dari gejala api nyala.
Dipandang dari segi iman niscaya dapatlah dikatakan bahwa di sisi Allah semuanya itu sama, sebab sama-sama makhluk. Dan tidak ada kelebihan yang satu dari yang lain kalau cuma diambil dari segi asal kejadian. Tetapi Iblis merasa dirinya lebih daripada manusia. Dalam kata-katanya selanjutnya teranglah pendiriannya itu, yaitu ucapannya kepada Allah.
Ayat 62
“Berkata lagi dia, ‘Mukah Engkau menenangkan kepadaku tentang orang yang Engkau muliakan di atas aku ini?'"
Apa benarlah kelebihan insan itu dari-ku? Bahkan pengetahuanku, orang ini, dan keturunan-keturunannya yang akan datang di belakang adalah makhluk yang lemah, mudah tergoda, sebab asalnya dari tanah. Bukan semacam ini orang yang patut dimuliakan. Bagaimana asal api akan disuruh merendah kepada asal tanah? Maka untuk membuktikan bahwa aku lebih mulia daripada dia, “Jika Engkau beri kesempatan kepacfeku sampai hari Kiamat, niscaya akan aku sesatkan anak-cucunya."
Tetapi iblis pun merasa juga bahwa tidak lah seluruh manusia itu akan dapat dise-satkannya. Masih ada yang tidak akan menurut kehendaknya. Sebab itu di ujung perkataannya dia kunci,
“Kecuali sedikit."
Dalam ujung kata itu jelas sekali bahwa kekuasaan iblis tidaklah dapat menaklukkan semua orang. Padahal yang sedikitlah yang menentukan, bukan yang banyak.
Ayat 63
Allah berfirman, “Pengilah!"
Artinya, permohonan iblis hendak memperdayakan manusia sampai kepada anak-cucunya itu sampai hari Kiamat pun dikabulkan oleh Allah. Dalam susun kata tampak sekali bahwa Allah Yang Mahakuasa itu menunjukkan sifat-Nya Yang Mahakuasa itu menunjukkan sifat-Nya Yang Agung, yang tidak merasa bimbang dan ragu-ragu.
"Pengilah!" “Maka barangsiapa yang mengikuti engkau di antara mereka itu, maka sesunggguhnya Jahannamlah ganjaran kamu, suatu ganjaran yang penuh."
Dengan berfirman bahwa jahannamlah ganjaran kamu, sekaligus Allah telah menetapkan akibat dan kesombongan iblis dan ke-sesatan manusia yang menuruti perdayaan iblis, kamu semua sama-sama masuk neraka Jahannam. Allah tidak peduli! Hukum-Nya mesti berlaku. Ganjaran akan diterima penuh dan kontan.
Dan Allah pun meneruskan titah-Nya,
Ayat 64
“Dan pendayakanlah siapa yang engkau sanggup di antara mereka."
Artinya cobalah lihat, mana satu yang pantas engkau tarik kepada rayuanmu! Per-hatikanlah dia, rayulah dia! “Dengan suaramu." Imbaulah mereka dengan mempergunakan suara yang merdu, kata-kata yang lemak manis dan merayu.
lbnu Abbas mengatakan, “Segala seruan dan rayuan yang membawa kepada maksiat mendurhakai Allah, itulah suara iblis."
Mujahid menjelaskan pula,
“Segala nyanyian, alat musik yang merayu-rayu, akhirnya adalah membawa kepada zina."
Maka dengan terus-terang dapat lah kita akui bahwa sebagian besar nyanyian-nyanyian modern, dengan disertai isi nyanyian itu sendiri, dan tutur katanya memang dimaksudkan untuk menimbulkan nafsu dan mempermudah hubungan kelamin (seks) laki-laki dengan perempuan termasuklah dalam perdayaan iblis itu."Dan kerahkanlah ke atas mereka dengan tentara berkudamu dan ten-tara berjalan kaki." Pakailah tentara kavaleri dan tentara infanteri. Tegasnya, gunakanlah angkatan perangmu dengan segenap kekuatan penyerangan (ofensif); dalam maksud menaklukkan manusia itu."Dan bersekutulah dengan mereka pada harta benda dan anak-anak."
Menurut al-Hasan, bersekutu iblis pada harta benda ialah rayuannya agar harta benda itu dipergunakan untuk mendurhakai Allah, ataupun segala perbuatan yang haram. Dan tersebut lagi bersekutu iblis dalam hal anak-anak ialah pemberian pendidikan yang salah sehingga anak-anak itu tidak lagi mengenal agama yang akan jadi pegangan hidupnya. Malah, di zaman modern kita sekarangini sudah banyak anak-anak itu yang berbeda agamanya dengan agama orang tuanya; menjadi Kristen ataupun tidak beragama langsung. Sebab telah turut berkongsi dalam memberikan pendidikan anaknya."Dan janjikanlah kepada mereka." Artinya, bujuklah mereka dengan berbagai macam janji, bahwa asal mereka setia mengikuti kehendak iblis, nanti mereka akan senang. Kalau harta benda dibelanjakan sesuka hati dengan tidak mengingat halal dan haram, niscaya maksud akan sampai dengan dunia dapat dipersunting. Dan jika anak telah diberi didikan menurut kehendak iblis, akan cerahlah hari depannya, dia akan dapat menyesuaikan diri dengan zaman yang akan datang. Terlalu memperturutkan peraturan agama adalah membelenggu diri sendiri, padahal kita ke dunia ini hanya sekali. Dan jangan terlalu takut mengenangkan hari Kemudian, hari Kiamat, dan sebagainya, karena itu hanya guna menakut-takuti orang saja. Belum ada bukti yang dipertanggung jawabkan sesudah mati kita akan dihidupkan kembali.
Tetapi di ujung ayat sudah diperingatkan,
“Dan tidaklah ada janji setan itu, kecuali tipuan belaka,"
Orang yang lemah jiwanya itulah yang jatuh ke dalam cengkeraman janji setan. Akhirnya mereka menyesal karena tidak ada iman, pada waktu nasi sudah menjadi bubur.
Kemudian itu dengan Mahagagah Perkasa-Nya, Allah berfirman,
Ayat 65
“Sesungguhnya hamba-hamha-Ku tidaklah ada bagimu kekuasaan atas mereka."
Di sini Allah mengatakan kata pasti kepada iblis, bahwa maksud jahatmu itu akan gagal terhadap hamba-hamba-Ku. Orang yang disebut oleh Allah ‘ibadi (hamba-hamba-Ku) ialah anak Adam yang selalu menuruti petunjuk yang telah disampaikan Allah dengan perantaraan rasul-rasul yang diutus ke dunia ini. Lalu, di ujung ayat Allah berfirman kepada Nabi-Nya untuk disampaikan kepada hamba-hamba Allah.
“Dan cukuplah dengan Tuhan engkau sebagai Pelindung."
Kalau sudah Allah yang dijadikan benteng perlindungan, maka perlindungan yang lain tidak diperlukan dan tak usah lagi. Pastilah bahwa iblis tak berani mendekati orang yang tempat berlindungnya ialah Allah. Dan telah ditegaskan Allah pula ketika Adam dan Hawa akan keluar dan surga itu,
“Maka barangsiapayang mengikuti petun-juk-Ku, maka tidaklah akan ada ketakutan atas mereka itu dan tidak pula mereka akan berduka cita." (al-Baqarah: 38)