Ayat
Terjemahan Per Kata
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan/adakan
عَلَىٰ
atas
قُلُوبِهِمۡ
hati mereka
أَكِنَّةً
tutup
أَن
mereka (tidak) dapat
يَفۡقَهُوهُ
memahaminya
وَفِيٓ
dan dalam
ءَاذَانِهِمۡ
telinga mereka
وَقۡرٗاۚ
sumbat
وَإِذَا
dan apabila
ذَكَرۡتَ
kamu menyebut
رَبَّكَ
Tuhanmu
فِي
dalam
ٱلۡقُرۡءَانِ
Al-Qur'an
وَحۡدَهُۥ
sendiri-Nya
وَلَّوۡاْ
mereka berpaling
عَلَىٰٓ
atas
أَدۡبَٰرِهِمۡ
belakang mereka
نُفُورٗا
lari
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan/adakan
عَلَىٰ
atas
قُلُوبِهِمۡ
hati mereka
أَكِنَّةً
tutup
أَن
mereka (tidak) dapat
يَفۡقَهُوهُ
memahaminya
وَفِيٓ
dan dalam
ءَاذَانِهِمۡ
telinga mereka
وَقۡرٗاۚ
sumbat
وَإِذَا
dan apabila
ذَكَرۡتَ
kamu menyebut
رَبَّكَ
Tuhanmu
فِي
dalam
ٱلۡقُرۡءَانِ
Al-Qur'an
وَحۡدَهُۥ
sendiri-Nya
وَلَّوۡاْ
mereka berpaling
عَلَىٰٓ
atas
أَدۡبَٰرِهِمۡ
belakang mereka
نُفُورٗا
lari
Terjemahan
Kami jadikan di atas hati mereka penutup-penutup (sesuai dengan kehendak dan sikap mereka) sehingga mereka tidak memahaminya dan di telinga mereka ada penyumbat (sehingga tidak mendengarnya). Apabila engkau menyebut (nama) Tuhanmu saja dalam Al-Qur’an, mereka berpaling ke belakang melarikan diri (karena benci).
Tafsir
(Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka) yakni penutup-penutup (agar mereka tidak dapat memahaminya) yakni Al-Qur'an; oleh karenanya mereka tidak dapat mengerti tentang isinya (dan di telinga mereka sumbatan) menyumbat sehingga mereka tidak dapat mendengarkannya (Dan apabila kamu menyebut Rabbmu saja dalam Al-Qur'an niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya) kebencian mereka terhadap-Nya.
Tafsir Surat Al-Isra: 45-46
Dan apabila kamu membaca Al-Qur'an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat suatu dinding yang tertutup, dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad ﷺ: Dan apabila kamu membaca. (Al-Isra: 45) hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik itu akan Al-Qur'an, maka Kami jadikan dinding penghalang antara kamu dan mereka.
Menurut Qatadah dan Ibnu Zaid, yang dimaksud dengan hijaban masturan ialah berupa penutup yang menutupi hati mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat yang lain melalui firman-Nya: Mereka berkata, "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutup) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding. (Fushshilat: 5) yakni dinding yang menghalang-halangi apa yang kamu ucapkan untuk dapat sampai kepada kami. Firman Allah ﷻ: suatu dinding yang tertutup. (Al-Isra: 45) Mastur adalah bentuk maf'ul, tetapi bermakna fa'il, yakni satir (tertutup).
Perihalnya sama dengan lafaz maimun dan masy-um; yang pertama bermakna yamin, dan yang kedua bermakna sya-im karena berasal dari yumnun dan syu-mun. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah yang tersembunyi dari pandangan mata, sehingga mata tidak dapat melihatnya. Dan selain dari itu menjadi penghalang antara mereka dan hidayah. Pendapat yang terakhir ini dipilih sebagai pendapat yang kuat oleh Ibnu Jarir.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Musa Al-Harawi Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-Walid ibnu Kasir, dari Yazid ibnu Tadris, dari Asma binti Abu Bakar r.a. yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan (yaitu firman-Nya): Binasalah kedua tangan Abu Lahab. (Al-Lahab: 1) Datanglah Al-Aura ibnu Jamil (istri Abu Lahab) dengan membawa lesung seraya memaki-maki dan mengatakan, "Kami datang, atau kami menolak (Abu Musa ragu dalam kalimat ini), kami tidak mau mengikuti agamanya, kami tentang perintahnya." Saat itu Rasulullah ﷺ sedang duduk bersama Abu Bakar yang ada di sampingnya. Lalu Abu bakar berkata kepada Nabi ﷺ, "Istri Abu Lahab datang, dan saya merasa khawatir bila ia melihat engkau,." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Dia tidak akan dapat melihat diriku." Lalu Nabi ﷺ membaca ayat Al-Qur'an yang melindungi dirinya dari wanita itu.
Dan apabila kamu membaca Al-Qur'an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat suatu dinding yang tertutup. (Al-Isra: 45) Lalu Ummu Jamil tiba di tempat Abu Bakar sambil berdiri bertolak pinggang, tetapi ia tidak melihat Nabi ﷺ Ia berkata, "Hai Abu Bakar, saya dengar temanmu menghinaku." Abu Bakar r.a. menjawab, "Tidak, beliau tidak menghinamu." Maka Ummu Jamil pergi seraya berkata, "Semua orang Ouraisy mengetahui bahwa aku adalah anak perempuan pemimpin mereka." Firman Allah ﷻ: dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka. (Al-Isra: 46) Akinnah bentuk jamak dari kinan, artinya selaput yang menutupi hati.
Agar mereka tidak dapat memahaminya (Al-Isra: 46) Yakni agar mereka tidak dapat memahami Al-Qur'an. dan sumbatan di telinga mereka. (Al-Isra: 46) Yaitu sumbatan yang menghalang-halangi mereka dapat mendengar Al-Qur'an dengan pendengaran yang dapat memberikan manfaat dan hidayah kepada mereka. Firman Allah ﷻ: Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Qur'an. (Al-Isra: 46) Artinya, bilamana kamu esakan nama Tuhanmu dalam bacaan Al-Qur'anmu dan kamu katakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah." niscaya mereka berpaling. (Al-Isra: 46) Nufur adalah bentuk jamak dari nafir (berpaling).
Perihalnya sama dengan qu'ud, bentuk jamak dari qaid. Tetapi boleh dikatakan bahwa ia adalah bentuk masdar yang bersandar bukan dari fi'il-nya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat. (Az-Zumar: 45), hingga akhir ayat. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Qur'an. (Al-Isra: 46), hingga akhir ayat. Bahwa manakala kaum muslim mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah", maka orang-orang musyrik memprotesnya dan kalimat itu terasa berat oleh mereka, kemudian iblis dan bala tentaranya membantu mereka.
Akan tetapi, Allah membelanya dan tetap melancarkannya, meninggikannya, menolongnya serta memenangkannya atas orang-orang yang menentangnya. Sesungguhnya kalimat ini (kalimat tauhid) adalah kalimat yang bila dijadikan pegangan oleh orang yang sedang berseteru, tentulah dia akan beruntung; dan barang siapa berperang demi membelanya, tentulah dia mendapat pertolongan dari Allah. Saat itu yang mengenal kalimah tersebut hanyalah kaum muslim penduduk kawasan Jazirah Arabia yang dapat ditempuh oleh seorang pengendara hanya dalam beberapa malam saja.
Sedangkan semua manusia di masa itu tenggelam di dalam, kegelapannya, mereka tidak mengenalnya dan tidak pula mengakuinya. Pendapat lain tentang ayat tersebut Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Husain ibnu Muhammad Az-Zari', telah menceritakan kepada kami Rauh ibnul Musayyab alias Abu Raja Al-Kalbi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. (Al-Isra: 46) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah setan-setan.
Tetapi
pendapat ini garib sekali, karena sesungguhnya sudah jelas bahwa setan-setan itu apabila dibacakan Al-Qur'an atau diserukan azan atau zikrullah, mereka lari terbirit-birit."
Dan Kami adakan penutup-penutup di atas hati mereka dan penyumbat
di telinga mereka, sesuai dengan kehendak mereka yang tidak percaya
kepada kebenaran Al-Qur'an, sehingga mereka tidak dapat memahaminya, yakni memahami tuntunan Al-Qur'an. Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu saja dalam al-Qur'an, tanpa menyebut tuhan-tuhan mereka, niscaya mereka berpaling dan lari menjauh ke belakang karena benci
dan enggan mendengar tuntunan Al-Qur'an. Apa yang dilakukan kaum musyrik itu tidak luput dari pengetahuan
Allah. Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan engkau, bahwa mereka melecehkan
kamu dan mencari-cari celah untuk menolak kebenaran Al-Qur'an, dan
sewaktu mereka berbisik-bisik di antara mereka sendiri untuk mendustakan Al-Qur'an, yaitu ketika orang-orang zalim itu berkata, Kamu tidak
lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.
Selanjutnya Allah ﷻ menjelaskan bahwa pada saat Rasulullah membaca Al-Qur'an, Allah ﷻ memasang tutup yang menyelubungi hati kaum musyrikin, sehingga hati mereka tidak bisa memahami Al-Qur'an, dan memasang sumbat di telinga mereka, sehingga tidak dapat mendengarnya. Kalau dalam ayat 45 di atas, Allah menyebutkan sebab-sebab yang meng-halangi mereka memahami Al-Qur'an yang datang dari luar, dalam ayat ini Allah ﷻ menyebutkan sebab-sebab yang datang dari dalam atau yang terdapat pada diri mereka sendiri. Mereka telah mengalami kerusakan mental yang berat, sehingga tidak dapat lagi mengendalikan jiwanya. Oleh karena itu, mereka terhalang dari memahami ayat-ayat Al-Qur'an yang benar-benar meminta perhatian dan pemusatan pikiran. Kerusakan mental ini disebabkan kebiasaan mereka mengikuti jejak nenek moyang, meskipun apa yang diikuti itu tidak benar. Mereka sendiri mengakui kerusakan mental mereka, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah pada ayat yang lain:
Dan mereka berkata, "Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesung-guhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)." (Fushshilat/41: 5) (Perhatikan pula Fushshilat/41: 44 dan al-An'am/6: 25)
Selanjutnya dijelaskan bahwa apabila Rasulullah menyebutkan nama Allah Yang Maha Esa dalam Al-Qur'an, tanpa menyebutkan nama-nama tuhan mereka, mereka berpaling ke belakang, dan menjauhinya dengan sikap yang sombong dan takabur. Mereka merasa tersinggung sebab Rasulullah hanya menyebut nama Allah Yang Maha Esa saja dan tidak menyebutkan nama berhala-berhala mereka dalam Al-Qur'an yang dibaca. Mereka benar-benar membenci Nabi yang tidak hanya tampak pada ucapan dan sikap mereka, akan tetapi diikuti dengan tindakan-tindakan penyiksaan kepada kaum Muslimin. Mereka juga merintangi kegiatan menyebarkan dakwah Islamiyah di kalangan penduduk Mekah dan sekitarnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
DINDING PEMBATAS
Ayat 45
“Dan apabila engkau membaca Al-Qur'an."
Demikian firman Allah kepada Rasul ﷺ,
“Kami adakan di antara engkau dan di antara orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu suatu dinding yang tertutup."
Al-Qur'an dibaca oleh Rasulullah ﷺ maka terbukalah hati yang beriman. Al-Qur'an bisa menjadi syifa, obat penawar hati. Pikiran yang keruh dapat jadi jernih, akal yang kusut bisa jadi selesai. Tetapi, kalau hati telah menolak, tidak mau percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada Yaumul-Hisab, terdapatlah hijab atau dinding yang menyebabkan hati itu tertutup.
Di dalam kitab-kitab tafsir yang besar ketika ayat ini ditafsirkan terdapatlah cerita perihal istri Abu Lahab yang bernama Ummu Jamil binti Harb. Bencinya kepada Nabi bukan alang kepalang, serupa juga dengan kebencian suaminya Abu Lahab terhadap Muhammad, walaupun anak saudara kandungnya, dan serupa juga dengan kebencian Abu Sufyan, yaitu saudara laki-lakinya. Maka ketika turun surah Tabbat Yadaa Abii Lahab, yang di dalam surah itu tersebut juga wamra atuhu hammaalatal hathab (Istrinya membawa kayu api ke mana-mana, bukan main murkanya kepada Nabi, sehingga dicarinya hendak dibunuhnya, dan telah dibawanya sebuah batu besar, yang kalau dihumbankannya kepada Nabi bisa pecah kepalanya). Demikianlah terdindingnya hati yang kufur itu dari Al-Qur'an! Tetapi heran, seketika dia masuk ke dalam Masjidil Haram dan di sana sedang duduk Nabi bersama Abu Bakar, Ummu Jamil tidak melihat beliau. Yang dilihatnya hanya Abu Bakar. Dan kepada Abu Bakarlah dia memuntahkan kemurkaan hatinya. Maka berbisiklah Abu Bakar kepada Nabi, “Innii akhaafu an taraka." (Saya takut akan kelihatan olehnya engkau).
‘Innaha lan tarani." (Dia tidak akan dapat melihat aku) kata Nabi.
Apakah dinding yang menyebabkan hati yang kufur itu tertutup menerima kebenaran? Sebabnya yang terutama ialah hawa nafsu. Hawa nafsu menutup pikiran yang jernih. Dan pikiran yang jernih itulah yang menerima iman. Dan apabila kunci hati mu telah terbuka lantaran iman, nyaringlah pendengaran telingamu sehingga engkau dengarlah apa yang tak didengar orang lain. Nyalanglah matamu sehingga dapat engkau lihat apa yang tak tampak oleh orang lain. Dengan hati yang telah terbuka itu akan kedengaran dan akan kelihatan alam itu bertasbih kepada Allah, ombak di pantai, kayu di hutan, dan burung-burung margasatwa. Kalau engkau tidak ter-dinding dengan itu lagi, berartilah engkau hidup, kalau tidak, tidak!
Hal itu dijelaskan oleh ayat berikutnya,
Ayat 46
“Dan Kami jadikan atas hati mereka penutup sehingga mereka tidak mengerti akan dia, dan pada telinga mereka pun ada tekanan."
Pada hati mereka ada penutup, yakni semacam materai, sehingga tertutup, walaupun kebenaran macam apa yang hendak dimasukkan ke dalam, namun penutup itu telah menghambatnya, Apa jua pun macam kebenaran dan betapa pun kuat alasan, akan selalu diartikannya lain. Pada telinga ada tekanan, yakni ada semacam penyumbat sehingga kebenaran pun tak masuk ke dalam telinganya,
“Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu, sendini-Nya saja di dalam Al-Qur'an" yaitu bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah saya, berpalinglah mereka membelakang dengan benci."
Inilah yang dikatakan ta'ashshub, atau keras kepala bertahan pada satu pendirian yang salah. Mereka tidak berani berhadapan muka dengan kebenaran itu. Mereka takut. Baru saja didengarnya, mereka takut kena! Lalu lari. Inilah pertentangan yang hebat di antara tauhid yang hendak ditegakkan dengan syirik yang masih hendak dipertahankan.
Artinya, tatkala mereka itu duduk mendengarkan engkau itu, hati mereka tidaklah terdapat, atau tidaklah ada perhatian mereka kepada yang engkau bicarakan. Lain yang engkau katakan, lain pula yang mereka ingat."Dan tatkala mereka berbisik-bisik." Allah pun tahu apa yang mereka perbisikan, “Seketika orang-orang yang zalim itu berkata,
Tidaklah yang kamu ikut ini, melainkan seorang yang kena sihir.'“
Itulah yang mereka perbisikan. Mereka berbisik, mereka sangka Nabi ﷺ tidak men-dengar, padahal rahasia itu dibuka oleh Allah dengan ayat ini kepada Rasul-Nya. Mereka turut mendengar, namun pikiran mereka kepada yang lain, dan mereka berbisik, dan yang mereka perbisikan ialah bahwa Nabi Muhammad seorang yang tidak beres ingatannya sebab dia sudah disihir orang.
Kata setengah ahli riwayat, pada satu hari Nabi ﷺ menyuruh Ali bin Abi Thalib mengadakan satu jamuan makan dan mengundang pemuka-pemuka Quraisy ke dalam jamuan itu. Perintah itu dilakukan oleh Ali dan orang penting itu pun datanglah. Saat mereka berkumpul itu Nabi ﷺ pun masuk ke dalam majelis, lalu beliau baca beberapa ayat Al-Qur'an yang beliau serukan kepada mereka,
“Akutlah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Kalau hal ini tuan-tuan akui, seluruh Arab ini akan tunduk kepada tuan dan Ajam pun akan menuruti agama tuan-tuan."
Namun, sambutan mereka lain saja, mereka berbisik menuduhnya orang gila atau orang kena sihir.
Ayat 47
“Kami lebih tahu apa yang mereka dengarkan tatkala mereka mendengarkan engkau."
Ayat 48
“Pandanglah, betapa mereka membuat perbandingan bagimu."
Pandanglah, betapa sambutan mereka. Diajak kepada kebenaran dan dibawakan kalimat tauhid, lalu mereka katakan beliau gila atau kena sihir, dan kadang-kadang mereka katakan bahwa dia seorang penyair, disama-kannya saja di antara wahyu dari langit dengan syair buah khayatan manusia.
“Maka mereka telah sesat, sebab itu mereka tidak ada upaya lagi benjolan."
Sejak semula mereka tidak mau diajak menempuh jalan yang lurus itu, jalan yang sesuai dengan pikiran yang sehat, lalu mereka tempuh jalan sendiri, asal lain dari jalan lurus itu. Tentu saja mereka tersesat, dan kalau telah tersesat bertemulah jalan buntu. Langkah tak dapat diteruskan lagi.
Ayat 49
“Dan mereka bertanya, “Apakah bila kita telah jadi tulang dan batang rapuh, kita akan dibangkitkan kembali sebagai kejadian. yang baru?"
Apakah setelah badan kami hancur dalam kubur sehingga yang tinggal hanya tulang dan tulang itu pun telah mumuk, rapuh, berserak jadi abu, lalu kami akan dihidupkan kembali dengan keadaan baru?
Pertanyaan yang timbul dari sebab tidak percaya. Mereka tidak mau menerima keper-cayaan itu karena memandangnya mustahil. Padahal, habis runtuhlah segala kepercayaan agama kalau kiranya manusia tidak mau menerima bahwa kita akan dihidupkan lagi sesudah mati.
Allah memerintahkan Rasul-Nya menyambut pertanyaan ragu itu,
Ayat 50
“Katakanlah, Jadilah kamu batu atau besi."
Batu adalah keras dan besi pun lebih keras lagi, namun bagi Allah mudah saja meng-hancurkan batu itu, kembali jadi pasir, atau kembali jadi kapur. Kemudian dengan takdir Allah, kapur itu pun bisa dibina kembali jadi rumah, dinamai rumah batu. Besi pun barang keras, tetapi besi yang keras itu bisa mengalir lunak sebagai aliran air kalau dia sudah sangat panas. Dan kemudian didinginkan lagi, dia akan membeku dan keras pula. Di waktu dia sangat panas itulah dikerjakan orang, digembleng dan ditempa jadi alat dan perkakas. Maka apakah artinya tubuh manusia yang lunak lembut ini dibandingkan dengan batu dan besi?
Ayat 51
“Atau satu kejadian lain yang besar dalam rasa hatimu."
Apa yang lebih besar daripada bath dan besi? Tentu banyak. Itulah ketujuh petala langit dan bumi. Itulah bintang-bintang di langit, dan matahari dan bulan, ataupun bukit-bukit dan gunung. Semuanya itu di bawah kuasa Allah dijadikan-Nya dan kelak bisa dihancurkan-Nya.
“Maka mereka akan berkata, “Siapakah yang akan mengembalikan kita itu?" Masih saja mereka bertanya demikian karena selama ini mereka mengakui beragama dengan menyembah berhala, menuruti dan taklid kepada kepercayaan nenek moyang, sehingga mereka tidak mempergunakan akal pikiran untuk meneliti dengan paham yang hening, siapa yang akan mengembalikan manusia yang telah mati jadi hidup. Mereka tidak mempelajari siapa Allah itu “Katakanlah, ‘Ialah yang telah menjadikan kamu pada permulaan kali."‘ Sejak dari engkau masih setetes mani laki-laki dan setetes mani perempuan dan berpadu jadi satu, lalu menjadi segumpal darah (‘alaqah), sampai jadi daging segumpal (mudhgah), sampai jadi tulang, sampai dibalut dengan kulit, sampai engkau lahir ke dunia menjadi manusia lengkap, semuanya itu terjadi atas kehendak satu kekuasaan. Dan kekuasaan itu tidak akan cukup hingga itu saja, akhirnya eng-kau mati. Dan belum cukup hingga itu saja dirimu kembali ke asalnya, jadi tanah. Nyawamu pun kembali ke asalnya, kepada Allah. Dan tidak cukup hingga itu saja. Akhirnya kelak barang yang telah berserak berjauhan itu akan dikumpulkan kembali jadi satu, nyawa akan dikembalikan kepada badan. Atas kehendak kekuasaan yang satu itu juga.
“Maka mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepada engkau." Karena belum juga mereka hendak percaya."Dan mereka akan berkata, Bilakah kejadian itu?" Tentu saja Nabi ﷺ tidak dapat menentukan tanggal kejadian itu dengan pasti. Sebab, yang demikian adalah kuasa yang mutlak dari Allah. Nabi hanya disuruh menjawab,
“Katakanlah, ‘Mudah-mudahan adalah dia itu lekas."
Demikianlah Allah menerangkan dengan wahyu betapa soal jawab telah terjadi antara Rasul-Nya dan orang-orang yang berkeras menolak kepercayaan yang beliau ajarkan itu. Yang paling pokok, meskipun mereka percaya akan adanya Allah, terhadap akan adanya hari Kiamat mereka masih belum mau menerima, mereka masih ragu. Ditambah lagi keterangan, mereka pun masih menunjukkan keraguan. Sampai mereka menanyakan yang-tidak dapat dijawab oleh seorang rasul pun, yaitu tentang waktunya. Nabi hanya menjawab mudah-mudahan tidak lama lagi. Dan memang kejadianlah dengan pasti apa yang dikatakan Rasulullah ﷺ itu. Nabi ﷺ dan orang-orang yang beriman berhijrah ke Madinah dan beberapa waktu setelah pindah itu terjadilah Peperangan Badar. Di sanalah segala pucuk-pucuk pimpinan musyrikin itu menemui kiamatnya dan hancurlah pertahanan jiwa mereka, kian lama kian tak dapat ditegakkan lagi. Itu baru kiamat kecil.
Namun demikian, wahyu terus juga datangnya. Dan sebagai Rasul, beliau sampaikan juga dakwahnya untuk seluruh manusia pada segala zaman.
Ayat 52
“Ingatlah akan hari itu, yang Dia akan memanggil kamu."
Maka tersebutlah bahwa hari berbangkit itu akan datang. Manusia akan dipanggil oleh Allah supaya keluar dari dalam kuburnya atau alam kuburnya. Malah ada satu hadits dari Rasulullah ﷺ bahwa semua manusia akan dipanggil dengan namanya dan nama bapaknya. Itu sebabnya maka beliau anjurkan umatnya supaya memilih nama yang baik buat anak, ‘Maka kamu akan menyambut panggilan itu dengan memuji-Nya." Artinya, apabila suara panggilan telah terdengar, kita pun akan bangun dan sikap kita yang pertama, baik orang yang beriman ataupun orang yang di kala hidupnya mengingkari Allah, semuanya akan mengucapkan puji kepada Allah, “Alhamdulillah'."
Diterangkan oleh tabi'in terkenal, Said bin Jubair, orang yang di masa di dunia men-durhaka Allah pun akan memuji-Nya serentak dengan orang yang beriman, karena di waktu baru disuruh bangun, belum pemeriksaan perkara.
“Dan kamu menyangka bahwa kamu tinggal hanya sebentar."
Dan kamu menyangka bahwa kamu di dalam alam kubur atau alam barzakh itu hanya sebentar saja. Padahal, entah sudah beribu-ribu tahun.
Demikianlah peristiwa kedatangan Rasul menyampaikan kabar kiamat itu, yang mendapat sanggahan dan sikap ragu-ragu dari kaum musyrikin di zamannya. Dan akan tetaplah ada yang kafir, tidak mau percaya akan adanya hari Kiamat, hari kebangkitan dari alam barzakh atau alam kubur itu. Bahkan, di zaman sekarang lebih terang-terangan kafir-kafir membantahnya sehingga Mukmin umat Muhammad wajib tegak mempertahankan imannya dan memanggil kembali manusia yang telah sesat karena hati sanubarinya di-dinding oleh hijab hawa nafsunya itu.