Ayat

Terjemahan Per Kata
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
كَيۡفَ
bagaimana
فَضَّلۡنَا
Kami melebihkan
بَعۡضَهُمۡ
sebagian mereka
عَلَىٰ
atas
بَعۡضٖۚ
sebagian yang lain
وَلَلۡأٓخِرَةُ
dan sungguh kehidupan akhirat
أَكۡبَرُ
lebih besar/tinggi
دَرَجَٰتٖ
derajat/tingkatan
وَأَكۡبَرُ
dan lebih besar
تَفۡضِيلٗا
keutamaan/kelebihan
ٱنظُرۡ
perhatikanlah
كَيۡفَ
bagaimana
فَضَّلۡنَا
Kami melebihkan
بَعۡضَهُمۡ
sebagian mereka
عَلَىٰ
atas
بَعۡضٖۚ
sebagian yang lain
وَلَلۡأٓخِرَةُ
dan sungguh kehidupan akhirat
أَكۡبَرُ
lebih besar/tinggi
دَرَجَٰتٖ
derajat/tingkatan
وَأَكۡبَرُ
dan lebih besar
تَفۡضِيلٗا
keutamaan/kelebihan
Terjemahan

Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Sungguh kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaannya.
Tafsir

(Perhatikanlah bagaimana kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain) dalam hal rezeki dan derajat (Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi) lebih agung (kedudukannya dan lebih besar keutamaannya) daripada kehidupan dunia, oleh karenanya harus lebih dipentingkan dalam meraihnya.
Tafsir Surat Al-Isra: 20-21
Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. Allah ﷻ berfirman: Kepada masing-masing. (Al-Isra: 20) Maksudnya, kepada tiap-tiap orang dari kedua golongan itu, yakni golongan yang mengharapkan dunia dan golongan yang mengharapkan akhirat, Kami berikan bantuan kepadanya, dari kemurahan Tuhanmu. (Al-Isra: 20) Yakni Dialah yang mengatur lagi memutuskan yang tidak pernah aniaya dalam keputusan-Nya.
Maka Dia memberikan kepada tiap-tiap orang apa yang berhak diterimanya, yakni nasib bahagia dan nasib celakanya. Tiada yang dapat menolak keputusan-Nya, tiada yang dapat mencegah apa yang diberikan-Nya, dan tiada yang dapat mengubah apa yang dike-hendaki-Nya. Karena itulah Allah ﷻ berfirman dalam ayat selanjutnya:' Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Al-Isra: 20) Artinya, tiada seorang pun yang dapat mencegahnya dan tiada seorang pun yang dapat menolak apa yang dikehendaki-Nya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Al-Isra: 20) Bahwa yang dimaksud dengan mahzura ialah dikurangi.
Sedangkan menurut Al-Hasan dan lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah dicegah. Dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). (Al-Isra: 21) Yaitu di dunia, sehingga di antara mereka ada yang kaya dan ada yang miskin serta ada yang berada di antara keduanya. Di antara mereka ada yang tampan, ada yang buruk rupa, serta ada yang berada di antara keduanya.
Di antara mereka ada yang mati dalam usia muda, ada yang diberi usia panjang sehingga berusia lanjut, serta ada pula yang ada di antara usia keduanya. Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 21) Dikatakan demikian karena perbedaan keadaan mereka di kampung akhirat jauh lebih mencolok daripada kedaan mereka ketika di dunia. Di antara mereka ada yang tinggal di dasar neraka Jahannam dalam keadaan terbelenggu oleh rantai-rantainya, ada pula yang tinggal pada kedudukan yang tertinggi bergelimangan dengan kenikmatan dan kegembiraan.
Kemudian ahli neraka pun berbeda-beda pula tingkatan tempatnya, sebagaimana berbeda-bedanya tingkatan kedudukan ahli surga; karena sesungguhnya surga itu terdiri atas seratus derajat (tingkatan), jarak antara satu tingkatan ke tingkat yang lainnya sama dengan jarak antara bumi dan langit. Di dalam kitab Sahihain disebutkan: Sesungguhnya penduduk surga tingkatan tinggi, benar-benar dapat melihat penduduk surga 'Illiyyin (yang lebih tinggi darinya) sebagaimana kalian melihat bintang-bintang yang terletak jauh di ufuk langit.
Karena itulah dalam ayat ini di sebutkan oleh firman-Nya: Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 21) Di dalam kitab Imam Tabrani melalui riwayat Zazan, dari Salman secara marfu' disebutkan hadis berikut: Tiada seorang hamba (Allah) pun yang menginginkan diangkat satu tingkat kedudukannya di dunia ini, lalu ia ditinggikan, melainkan merendahkannya di akhirat nanti ketingkatan bawah yang lebih rendah dari itu. Kemudian Salman membacakan firman-Nya: Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 21).
Kemudian Allah menyatakan kepada kedua golongan itu, Perhatikanlah dan ambillah pelajaran bagimu bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain, dari kesenangan duniawi maupun kesenangan ukhrawi yang diperoleh sebagai ganjaran dari amal
perbuatannya. Dan pasti pembalasan berupa kesenangan dalam kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaanya dibandingkan dengan pembalasan di dunia. Oleh karena itu, janganlah engkau adakan tuhan yang lain di samping
Allah, yakni jangan mempersekutukan-Nya, nanti engkau menjadi tercela
dan terhina karena perbuatanmu itu, sehingga engkau menyesal karena
tidak ada siapa pun yang dapat menolongmu.
Selanjutnya, Allah ﷻ memerintahkan kepada seluruh manusia agar memperhatikan kemurahan yang diberikan-Nya kepada kedua golongan tersebut. Allah ﷻ melebihkan sebagian golongan atas sebagian yang lain. Dari masing-masing golongan, manusia akan mendapat pelajaran, karena meskipun masing-masing berusaha untuk mencari rezeki dan kenikmatan dunia, namun hasilnya berbeda-beda. Nikmat Allah yang diberikan kepada mereka yang mengutamakan kehidupan dunia menyebabkan mereka bertambah ingkar kepada Zat yang memberikan nikmat itu. Sebaliknya, nikmat yang diberikan kepada mereka yang mengutamakan kehidupan akhirat membuat mereka semakin mensyukuri Zat yang memberikan nikmat itu.
Allah ﷻ berfirman:
Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. (al-An'am/6: 165)
Dan firman-Nya:
Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. (az-Zukhruf/43: 32)
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa setiap orang harus mengutama-kan kehidupan akhirat karena lebih tinggi derajatnya dan lebih utama dari kehidupan dunia. Mengenai kehidupan di akhirat ini digambarkan dalam hadis:
Bersabda Nabi saw, "Sesungguhnya orang yang memiliki derajat yang tinggi akan melihat tempat yang mulia di akhirat, seperti engkau melihat bintang di ketinggian langit." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri)
.
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Ayat 18
“Barangsiapa yang mau cepat, akan Kami cepatkan baginya apa yang Kami kehendaki. Kemudian Kami jadikan baginya Jahannam yang dia akan masuk ke dalamnya dengan keadaan tercela dan terusir."
Ada pemuka-pemuka kafir menentang, mana dia adzab itu. Coba datangkan sekarang juga? Tantangan mereka dikabulkan secepatnya oleh Allah. Penentang-penentang itu kemudian sebagian besar mati dalam Perang Badar dan jadi alas neraka. Mereka mati dengan nama yang tercela dan seakan-akan terusir dari dunia. Pada akhirnya, Mekah itu dapat juga dikuasai Nabi ﷺ sedang kekuasaan mereka telah habis.
Orang-orang yang demikian, karena cinta kepada hidup, menjadi takut mati. Mereka ber-hadapan dengan orang-orang beriman, yang dengan jiwa penuh cinta akan Allah ingin hari akhirat. Mereka tidak takut mati.
Di sinilah kita melihat perbedaan antara kesombongan orang yang kafir, tidak mau percaya, dan orang yang beriman, yang dengan tenang meyakini apa yang dijanjikan Tuhan. Si kafir yang di sini diperlihatkan pada sikap pemuka-pemuka Quraisy, menantang Nabi, artinya menantang Allah. Mana dia adzab itu, bawa kemari sekarang? Kita mau cepat melihat bukti. Dengan tidak mereka sadari dan tidak perhitungkan terlebih dahulu, apa yang mereka kehendaki itu berlaku. Segala mereka yang besar-besar mulut dan sombong itu pergi ke Peperangan Badar. Ketika turun dari Mekah, mereka mengira bahwa mereka pasti menang sebab lebih kuat. Bahkan, umat Islam sendiri pun mulanya tidak menyangka akan menang. Kejadiannya ialah bahwa kaum kafir Quraisy kalah, pemimpin-pemimpin terkemuka yang besar-besar mulut itu tewas sampai tujuh puluh orang, dan tertawan tujuh puluh orang pula.
Orangyangtelah percaya kepada Allah dan Rasul dan membuktikan itu dengan perbuatan dan perjuangan, tidaklah bergegas-gegas minta balasan atau minta kenyataan sekarang juga. Yang mereka inginkan bukanlah yang semata-mata tampak di mata sekarang. Yang mereka harapkan ialah hari esok, atau yang disebut akhirat. Maka berfirmanlah Allah,
Ayat 19
“Dan barangsiapa yang menghendaki akhirat, dan dia berusaha untuknya dengan sungguh-sungguii usaha, dan dia pun beriman, maka usaha mereka itu mendapat ganjaran."
Pada ayat 18 dan 19 ini dijelaskan perbedaan nilai tujuan dari dua macam golongan itu. Yang pertama mati tidak ada tujuan. Mereka hilang dari dunia dalam nama yang tercela, seumpama terusir layaknya. Yang kedua bersedia menghadapi hari akhirat, berusaha dengan sungguh-sungguh yang didorong oleh rasa iman. Mereka hidup dalam kepercayaan yang teguh dan mati dalam bahagia. Ganjaran Ilahi menunggu mereka.
Ayat 20
“Masing-masing Kami tolong, mereka ini dan mereka itu, dari pemberian Tuhanmu. Dan tidaklah ada pemberian Tuhanmu yang terhambat."
Artinya, meskipun pendirian hidup berbeda-beda, ada yang gelap ada yang terang, ada yang kufur ada yang iman, ada yang mati sesat dan ada yang mati syahid, dalam dunia ini keduanya sama-sama ditolong oleh Allah untuk hidup, sama makan sama minum. Dan pemberian itu pun berbeda nilai karena berbeda tingkat usaha. Orang beriman ada yang kaya-raya dengan harta dan ada yang miskin. Orang yang kafir pun demikian. Malahan pada ayat yang selanjutnya diperjelas lagi oleh Allah,
Ayat 21
“Pandanglah, betapa Kami melebihkan sebagian mereka daripada yang sebagian."
Tidak peduli apakah yang dilebihkan dalam kehidupan dunia itu seorang Mukmin atau seorang kafir. Sudah terang bahwa sejak asal semula jadi manusia ini tidaklah terdapat hidup yang sama rata, sebab kecerdasan dan kemampuan pun tidak sama. Oleh sebab itu, kehidupan dunia tidaklah boleh dijadikan ukuran.
“Dan sesungguhnya akhirat lebih besar derajatnya dan lebih besar keutamaannya."
Dan akhirat itulah tujuan yang sebenarnya dari kehidupan ini. Oleh sebab itu, di samping mencari persiapan dan perlengkapan untuk hidup di dunia ini, untuk makan dan minum, untuk pakaian dan rumah kediaman, janganlah manusia lupa bahwa dunia itu berujungkan Akhirat. Perjalanan kita tidak habis sehingga ini saja. Kalau diberi Allah kelebihan lahiriah di dunia fana ini, kita bersyukur, lalu kita pergunakan kelebihan itu untuk mencapai akhirat. Dan kalau kurang daripada apa yang didapat oleh orang lain, isilah kekurangan itu dengan perlengkapan yang sejati, yaitu iman dan tawakal. Ayat yang selanjutnya menunjukkan dengan tegas apakah perlengkapan batin itu. Allah berfirman,
Ayat 22
“Janganlah engkau adakan Tuhan yang lain di samping Allah."
Artinya, isilah jiwamu dengan kepercayaan, dengan iman, bahwa Tuhan itu ada; dan itulah Allah! Dia tidak bersekutu, tidak berserikat dengan yang lain. Dia berdiri sendirinya; kepada-Nyalah engkau memusatkan segala ingatan dan tujuan hidupmu. Kalau pendirian ini tidak ada, kalau tidak ada kepercayaan akan adanya Allah.
“Niscaya duduklah engkau dalam tercela dan terhina."
Orang yang tidak ada kepercayaan kepada Allah, artinya ialah orang yang tidak ada pegangan hidup, tidak ada tali tempat bergantung, tidak ada tanah tempat berpijak. Langkahnya akan tercela sebab tidak ada padanya tenggang-menenggang dengan sesama manusia, dan dia akan terhina karena martabat kemanusiaannya akan dijatuhkannya sendiri ke bawah, kepada tempat makhluk yang tiada berakal. Maksud kepercayaan kepada adanya Allah ialah hendak menaikkan tingkat manusia itu kepada martabat yang tinggi, sementara kekufuran hendak membawa manusia ke tempat kebinatangan. Seumpama perbandingan yang kita lihat di antara kepercayaan ajaran agama bahwa manusia itu adalah makhluk mulia yang dikirim dari surga sedang kepercayaan materialistis mengajarkan bahwa asal usul manusia itu adalah satu dengan asal usul monyet dan kera.