Ayat
Terjemahan Per Kata
وَكُلَّ
dan tiap-tiap
إِنسَٰنٍ
manusia
أَلۡزَمۡنَٰهُ
Kami gantungkan
طَٰٓئِرَهُۥ
kalungnya
فِي
pada
عُنُقِهِۦۖ
lehernya
وَنُخۡرِجُ
dan akan kami keluarkan
لَهُۥ
baginya
يَوۡمَ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
كِتَٰبٗا
kitab
يَلۡقَىٰهُ
ditemuinya
مَنشُورًا
terbuka
وَكُلَّ
dan tiap-tiap
إِنسَٰنٍ
manusia
أَلۡزَمۡنَٰهُ
Kami gantungkan
طَٰٓئِرَهُۥ
kalungnya
فِي
pada
عُنُقِهِۦۖ
lehernya
وَنُخۡرِجُ
dan akan kami keluarkan
لَهُۥ
baginya
يَوۡمَ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
كِتَٰبٗا
kitab
يَلۡقَىٰهُ
ditemuinya
مَنشُورًا
terbuka
Terjemahan
Setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab yang dia terima dalam keadaan terbuka.
Tafsir
(Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya) artinya dia telah membawa amal perbuatannya sendiri (pada lehernya) lafal ini disebutkan secara khusus mengingat lafal ini menunjukkan pengertian tetap yang paling akurat. Dan sehubungan dengan pengertian ini Mujahid telah berkata, bahwa tiada seorang anak pun yang dilahirkan melainkan pada lehernya telah ada suatu lembaran yang tertulis di dalamnya apakah ia celaka atau bahagia. (Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab) yang tertulis di dalamnya semua amal perbuatannya (yang dijumpainya terbuka) kedua lafal ini menjadi sifat daripada lafal kitaaban.
Tafsir Surat Al-Isra: 13-14
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu. Setelah menyebutkan tentang waktu dan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak-anak Adam di dalamnya, lalu Allah ﷻ berfirman: Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. (Al-Isra: 13) Yang dimaksud dengan istilah ta-ir adalah segala sesuatu dari amalnya yang terbang, yakni amal baik dan amal buruknya; dan amal itu merupakan suatu ketetapan atas diri pelakunya, kelak dia mendapatkan balasannya, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, serta lain-lainnya.
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun niscaya ia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah: 7-8) Allah ﷻ telah berfirman: seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 17-18) Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaan itu), mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Al-Infithar: 10-12) Sesungguhnya kalian hanya diberi balasan menurut apa yang kalian kerjakan. (At-Tahrim: 7; Ath-Thur: 16) Adapun firman Allah ﷻ: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (An-Nisa: 123), hingga akhir ayat. Makna yang dimaksud adalah bahwa amal perbuatan manusia itu baik yang kecil maupun yang besar semuanya terpelihara dalam catatan yang mencatatnya sepanjang malam dan siang hari, pagi dan petang.
". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutai-bah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abuz Zubair, dari Jabir, bahwa ia telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya ketetapan amal perbuatan manusia itu (seperti tetapnya kalung) pada lehernya. Ibnu Lahi'ah mengatakan, yang dimaksud dengan ta-ir ialah tiyarah (yakni kesialannya). Pendapat Ibnu Lahi'ah sehubungan dengan makna hadis ini sangat garib. Firman Allah ﷻ: Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya dengan terbuka. (Al-Isra: 13) Maksudnya, Kami himpunkan seluruh amal perbuatannya di dalam sebuah kitab yang akan diberikan kepadanya kelak di hari kiamat.
Adakalanya ia menerima dari sebelah kanannya, bila ia orang yang berbahagia; atau dari sebelah kirinya, bila ia orang yang celaka. dengan terbuka. (Al-Isra: 13) Yakni terbuka lebar sehingga ia dan orang lain dapat membacanya, di dalamnya tercatatkan semua amal perbuatannya sejak permulaan usianya hingga akhir hayatnya. Allah ﷻ telah berfirman: Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun ia mengemukakan alasan-alasannya. (Al-Qiyamah: 13-15) Karena itulah dalam ayat ini selanjutnya Allah ﷻ berfirman: Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu. (Al-Isra: 14) Dengan kata lain, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa dirimu tidak dianiaya.
Dan tidaklah dicatatkan atas dirimu kecuali hanya apa-apa yang telah kamu kerjakan, karena sesungguhnya kamu ingat segala sesuatu yang telah kamu lakukan. Tiada seorang pun yang lupa terhadap apa yang telah diperbuatnya, walaupun sedikit. Pada hari itu setiap orang membaca kitab catatan amal perbuatannya. Ia dapat membacanya, baik ia dari kalangan orang yang bisa baca tulis atau pun orang ummi (tidak bisa baca tulis).
Firman Allah ﷻ: Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. (Al-Isra: 13) Sesungguhnya dalam ayat ini disebutkan leher, tiada lain karena leher merupakan anggota tubuh manusia yang tidak ada duanya dalam tubuhnya. Dan barang siapa yang telah ditetapkan atas sesuatu, maka ia tidak dapat menghindarkan diri darinya. Seperti yang dikatakan oleh seorang penyair: ..... Pergilah dengan membawanya, pergilah dengan membawanya, aku telah mengalunginya sebagaimana kalung yang ada pada burung merpati.
Qatadah telah meriwayatkan dari Jabir ibnu Abdullah, dari Nabi ﷺ, bahwa Nabi ﷺ bersabda: ". Tiada penyakit dan tiada kesialan, tiap-tiap orang telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Imam Abdu ibnu Humaid telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab Musnad-nya secara muttasil. Untuk itu ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Ketetapan amal perbuatan seorang hamba berada pada lehernya (sebagaimana tetapnya kalung pada lehernya).
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepadaku Yazid; Abul Khair pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Uqbah ibnu Amir r.a. menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah ﷺ Pernah bersabda: Tiada suatu amal sehari pun melainkan amal itu ditetapkan atas pelakunya. Apabila seorang mukmin sakit, maka para malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, hamba-Mu si Fulan telah Engkau tahan. Allah ﷻ Berfirman, Tetapkanlah baginya amal perbuatan yang semisal dengan amal kebiasaannya hingga ia sembuh atau mati, Sanad hadis cukup baik dan kuat, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya (Al-Isra: 13) Makna yang dimaksud ialah amal perbuatannya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat. (Al-Isra: 13) Artinya, Kami keluarkan amal perbuatan itu pada hari kiamat. (berupa) sebuah kitab yang dijumpainya dalam keadaan terbuka. (Al-Isra: 13) Ma'mar mengatakan bahwa Al-Hasan Al-Basri membaca firman-Nya: seorang duduk di sebelah kanan, dan yang lain duduk di sebelah kiri. (Qaf: 17) Hai manusia, Aku telah mempersiapkan bagimu kitab amal perbuatanmu; dan telah ditugaskan kepadamu dua malaikat yang mulia, yang seorang duduk di sebelah kananmu, sedangkan yang lain duduk di sebelah kirimu.
Malaikat yang ada di sebelah kananmu bertugas mencatat semua amal baikmu, sedangkan malaikat yang duduk di sebelah kirimu bertugas mencatat semua amal burukmu. Maka beramallah sesukamu, sedikit ataupun banyak. Apabila kamu telah mati, maka buku catatanmu itu ditutup, lalu Aku kalungkan di lehermu bersama kamu dalam kuburan, hingga kamu dibangkitkan nanti pada hari kiamat, lalu dikeluarkan bagimu sebuah kitab yang kamu jumpai dalam keadaan terbuka.
Bacalah kitabmu! (Al-Isra: 14), hingga akhir ayat. Sesungguhnya demi Allah, Mahaadillah Tuhan yang menjadikan dirimu sebagai penghisab terhadap dirimu. Ini adalah penafsiran yang terbaik diketengahkan oleh Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna ayat ini."
Ayat yang lalu ditutup dengan pernyataan bahwa segala sesuatu
telah kami rinci dan jelaskan. Salah satu yang dirinci dan dijelaskannya
berupa amal-amal perbuatannya. Ayat ini menyatakan, Dan setiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya sebagaimana tetapnya
kalung pada lehernya, tidak dapat terpisah satu dengan lainnya. Dan
Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang mencatat semua amalnya di dunia yang dijumpainya kitab itu terbuka, tidak ada sesuatu yang ditutupi atau tersembunyi. Pada saat itu akan dinyatakan kepadanya, Bacalah kitabmu yang
terbuka di hadapanmu dan cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai
penghitung atas dirimu yang menghitung dan menilai perbuatanmu di
dunia. Kamu tidak dapat mengingkari perbuatanmu karena semuanya
telah ditampakkan dengan nyata di dalam kitabmu.
Allah ﷻ menjelaskan bahwa masing-masing manusia dicatat amal perbuatannya dalam suatu buku catatan dan tetap tercatat di dalamnya seperti kalung yang tetap berada di leher mereka. Amal perbuatan tersebut mencakup amal baik dan amal buruk, besar maupun kecil, yang diperbuat manusia atas dasar pilihannya sendiri.
Perumpamaan tetapnya catatan-catatan mereka dalam kitab itu dengan tetapnya kalung pada leher manusia, sebagai kiasan bahwa catatan itu akan tetap terpelihara, tidak akan hilang atau terhapus, dan selalu dinisbahkan pada seseorang.
Selanjutnya Allah ﷻ menegaskan bahwa kitab yang mengandung catatan amal perbuatan manusia itu akan dikeluarkan dari simpanannya pada hari kiamat, dan akan diperlihatkan kepada mereka, sehingga mereka dapat mengetahui isinya secara terbuka.
Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa tugas pencatatan amal perbuatan manusia itu diurus oleh malaikat. Allah ﷻ berfirman:
Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Infithar/82: 10-12)
Hadis Nabi Muhammad berikut menerangkan lebih jelas hal yang sama:
Diriwayatkan dari Al-hasan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah berfirman kepada Bani Adam, "Hai Bani Adam! Kami telah membuka lembaran-lembaran Kitab, dan telah ditunjuk dua malaikat yang mulia sebagai wakil: satu di sebelah kanan, dan satu lagi di sebelah kiri. Adapun yang di sebelah kanan, pekerjaannya mencatat amal baikmu, sedang yang di sebelah kiri mencatat amal perbuatan burukmu. Maka berbuatlah menurut kesukaanmu amal perbuatan yang banyak atau yang sedikit sehingga ajal datang merenggutmu. Dan apabila engkau telah mati, Aku lipat lembaran-lembaran kitab itu dan Aku kalungkan ke lehermu dan tetap bersamamu dalam kubur hingga hari kiamat. Pada hari itu, kitab itu akan dikeluarkan dan engkau menemuinya dalam keadaan terbuka. Bacalah kitab catatan itu niscaya pada hari itu engkau akan mengetahui bahwa kitab itu cukup sebagai penghisab amal perbuatanmu. (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kemudian Allah berpindah menerangkan keadaan manusia.
Ayat 13
“Dan tiap-tiap manusia Kami gantungkan catatan (amalannya) di kuduknya."
Artinya, segala gerak-gerik manusia dalam hidup ini, amal dan perbuatannya, usaha yang timbul dari kesadarannya yang baik atau yang buruk, tidaklah terlepas dari tanggung jawab dirinya, malahan tergantung terus di kuduknya. Tidak akan terlepas, tidak akan terpisah.
Catatan amalan kita tergantung pada kuduk atau leher kita terus. Adalah yang demikian itu seumpama seorang yang kejahatan digantungkan polisi di kuduknya satu kertas lebar yang di sana dituliskan daftar kejahatan yang menyebabkan dia ditangkap. Atau seumpama seorang yang berjasa besar dalam satu pemerintahan, digantunglah bintang-bintang di dadanya. Malahan manusia selama hidupnya dapat melihat pribadi seorang yang baik. Nama yang harum di sisi manusia adalah karena jasa yang telah pernah dibuktikan. Itulah sebabnya Rasulullah ﷺ menuntun kita agar memasang niat yang baik tatkala akan memulakan sesuatu pekerjaan. Sebab niat yang suci itu menentukan corak amal selanjutnya.
Ujung ayat lebih menjelaskan lagi,
“Dan akan Kami ketuaikan baginya di hari Kiamat sesuatu kitab yang akan didapatinya dalam keadaan terbuka"
Di waktu hidup ini catatan tentang diri kita tergantung di kuduk kita sendiri. Dan bilangan tahun yang telah kita lalui sudahlah dapat diketahui siapa kita dan apa tugas hidup. Dan nanti di hari Kiamat akan dicocokkan dengan catatan Allah, yang telah dikumpulkan oleh malaikat-malaikat Raqib dan Atid. Kitab itu terbuka lebar. Yang kita sendiri tidak dapat menghitung, di dalam kitab itu sudah terhitung dan sudah terjumlah. Terbuka, boleh dibaca! Tidak ada lagi yang tersembunyi, tak ada lagi yang rahasia.
Maka datanglah firman Allah selanjutnya,
Ayat 14
“Bacalah olehmu kitabmu, cukuplah dinimu sendiri pada hari ini, menjadi penghitung atas dirimu “
Kepada sesama makhluk mungkin kita dapat berahasia sementara di dunia ini, namun kepada diri sendiri dan kepada Allah, dan kepada malaikat-malaikat yang selalu ada di kiri kanan kita, kita tidak dapat berahasia. Sebab itu, jika berdebar darah kita dan berdenyut jantung kita memikirkan kitab terbuka di hari Kiamat itu, jalannya hanya satu, yaitu sekarang juga kita berusaha memenuhi dengan catatan yang baik.
Sebab itu maka lanjutan firman Allah,
Ayat 15
“Barangsiapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya itu lain tidak adalah petunjuk untuk dirinya sendiri."
Artinya, yang akan berbahagia hanya diri sendiri juga."Dan barangsiapa yang sesat sesungguhnya lain tidak adalah sesat untuk dirinya (pula)" Ditegaskan pada lanjutan ayat, “Dan tidaklah menanggung seorang penanggung atas tanggungan orang lain." Tegasnya, ajaran Al-Qur'an menuju jalan lurus, sebagai tersebut di ayat 9 tadi, adalah untuk kita tempuh sendiri, jika bertemu kesulitan, ayah atau guru kita tidaklah dapat membantu meringankan beban kita. Malah Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan kepada Fathi-mah anak kandung yang dicintainya agar berusaha sendiri menebus dirinya dari bahaya neraka. Dan jalan untuk keselamatan diri kita itu telah ditunjukkan Allah.
Inilah satu pendirian Islam yang amat berbeda dengan ajaran agama lain, yang me-ngajarkan bahwa sesama makhluk dapat menjadi perantara di antara makhluk dengan Khalik (Allah). Ada agama, sebagai yang terkenal di dalam ajaran agama Katolik, yang mengajarkan bahwa pendeta dapat menjadi perantara memintakan ampun dosa kepada Allah. Dan bolehlah orang yang merasa berdosa itu mengakui rahasia dirinya. Nanti, pendeta itu akan berkenan memberinya ampun, sebab dia, pendeta, telah diangkat oleh Allah menjadi wakilnya di muka bum ini, dan anak kunci kerajaan surga telah diserahkan Allah kepadanya. Dengan demikian terjadilah tawar-menawar harga ampunan dosa itu. Kadang-kadang harga tidak cocok sehingga tidaklah jadi yang meminta ampun itu diberi ampun.
Inilah salah satu sebab utama Martin Luther (1483-1546) memberontak dan memprotes melawan Gereja Katolik Roma. Martin Luther telah mendapat inspirasi dari Islam bahwa setiap manusia dapat langsung memohon ampun sendiri dosanya kepada Allah. Dan tidaklah seorang jua pun makhluk yang berhak memberi ampun dosa orang. Bahkan, yang mengatakan berhak memberi ampun itu pun ternyata tidak juga suci dari dosa.
Dan lanjutan ayat ialah,
“Dan tidaklah Kami akan mengadzab sehingga Kami utus seorang rasul."
Artinya, tidaklah Allah bersewenang-wenang saja memasukkan hamba-Nya ke neraka lantaran suatu kesalahan. Tetapi, sejak beribu-ribu tahun yang lalu telah diutus-Nya rasul-rasul menyampaikan seruan kebenaran. Dan paling akhir diutus Muhammad ﷺ diberinya pedoman, yaitu Al-Qur'an. Meskipun Muhammad ﷺ, telah wafat, Al-Qur'an tetap tinggal. Catatan sunnah Muhammad pun tetap terpelihara karena Nabi Muhammad bukan semata-mata mengatakan begini yang baik, bahkan memimpinkan pula dengan perbuatan beliau sendiri apa yang baik itu.
Lantaran itu tidaklah ada hukuman Allah yang berlaku dengan aniaya. Ibaratnya, suatu pemerintahan yang teratur terlebih dahulu menyebarkan di dalam lembaga negara suatu undang-undang supaya diketahui rakyat. Setelah patut diketahui, barulah dihukum siapa yang bersalah.