Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِن
maka jika
تَوَلَّوۡاْ
mereka berpaling
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya hanyalah
عَلَيۡكَ
atasmu
ٱلۡبَلَٰغُ
penyampaian
ٱلۡمُبِينُ
nyata
فَإِن
maka jika
تَوَلَّوۡاْ
mereka berpaling
فَإِنَّمَا
maka sesungguhnya hanyalah
عَلَيۡكَ
atasmu
ٱلۡبَلَٰغُ
penyampaian
ٱلۡمُبِينُ
nyata
Terjemahan
Jika mereka (kaum musyrik) berpaling, sesungguhnya kewajibanmu (Nabi Muhammad) hanyalah (melakukan) penyampaian yang jelas.
Tafsir
(Jika mereka tetap berpaling) tidak juga mau masuk Islam (maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu) hai Muhammad (hanyalah menyampaikan amanat Allah, dengan terang) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk memerangi orang-orang kafir.
Tafsir Surat An-Nahl: 80-83
Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kalian merasa ringan (membawa)nya di waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kalian pakai) sampai waktu (tertentu). Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagi kalian pakaian yang memelihara kalian dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kalian dalam peperangan.
Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian agar kalian berserah diri (kepada-Nya). Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir. Allah ﷻ menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang serba lengkap kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia menjadikan bagi mereka rumah-rumah tempat mereka menetap dan menutupi dirinya, serta mereka menggunakannya untuk berbagai manfaat dan kegunaan lainnya. Dia menjadikan bagi mereka kulit binatang ternak yang dapat digunakan sebagai kemah-kemah yang mereka merasa ringan membawanya dalam perjalanan, lalu mereka memasangnya bila hendak bermukim.
Kemah-kemah itu dapat mereka gunakan sebagai tempat tinggal mereka, baik dalam perjalanan maupun di tempat tinggal mereka. Untuk itulah disebutkan oleh firman-Nya: yang kalian merasa ringan (membawa)nya di waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba. (An-Nahl: 80) Istilah suf untuk bulu domba, aubar untuk bulu unta, dan asy'ar untuk bulu kambing, sedangkan damir yang ada kembali kepada al-an'am (binatang ternak). alat-alat rumah tangga. (An-Nahl: 80) Yakni kalian membuat darinya alat-alat rumah tangga, yang dimaksud ialah harta.
Menurut pendapat lainnya perhiasan, dan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah pakaian. Tetapi pendapat yang benar lebih umum daripada semuanya itu, karena sesungguhnya hal tersebut dapat dibuat menjadi permadani, pakaian, dan lain sebagainya, serta dapat dijadikan harta dengan memperjualbelikannya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa asas artinya perhiasan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Atiyyah Al-Aufi, Ata Al-Khurrasani, Ad-Dahhak, dan Qatadah.
Firman Allah ﷻ: sampai waktu (tertentu). (An-Nahl: 80) Yakni sampai batas waktu yang tertentu. Firman Allah ﷻ: Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan. (An-Nahl: 81) Menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah pohon. dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung. (An-Nahl: 81) Yaitu benteng-benteng dan tempat-tempat peri indungan. Seperti juga yang disebutkan dalam firman selanjutnya: dan Dia jadikan bagi kalian pakaian yang memelihara kalian dari panas. (An-Nahl: 81) Maksudnya, pakaian yang terbuat dari katun, kapas, dan bulu.
dan pakaian (baju besi) yang memelihara kalian dalam peperangan. (An-Nahl: 81) Pakaian jenis ini adalah seperti baju besi, tameng, dan lain sebagainya yang digunakan untuk melindungi diri dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian. (An-Nahl: 81) Artinya, demikianlah Dia menjadikan bagi kalian apa yang dapat kalian jadikan sebagai sarana untuk urusan kalian, dan apa yang kalian perlukan agar hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana bagi kalian untuk mengerjakan ketaatan dan beribadah kepada-Nya.
agar kalian berserah diri (kepada-Nya). (An-Nahl: 81) Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh jumhur ulama. Mereka membacanya dengan huruf lam yang di-kasrah-kan, yang berasal dari kata islam. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian. (An-Nahl: 81) Bahwa surat ini dinamakan surat An-Niam Abdullah ibnul Mubarak dan Abbad ibnul Awam telah meriwayatkan dari Hanzalah As-Sadusi, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan tuslamuna dengan huruf lam yang di-fathah-kan, yakni agar kalian selamat dari pelukaan.
Abu Ubaid Al-Qasim ibnu Salam telah meriwayatkan asar ini dari Abbad. Ibnu Jarir mengetengahkannya dari dua jalur, dan ia menjawab qiraat ini. Ata Al-Khurrasani mengatakan, sesungguhnya Al-Qur'an ini diturunkan hanya sebatas pengetahuan orang-orang Arab. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tidakkah engkau melihat firman Allah ﷻ berikut: Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung. (An-Nahl: 81) Padahal lembah atau dataran rendah yang diciptakan oleh Allah ﷻ jauh lebih luas dan lebih besar daripada pegunungan. Dikatakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) adalah orang-orang pegunungan.
Dan tidakkah engkau memperhatikan akan firman-Nya yang mengatakan: dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing/alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kalian pakai) sampai waktu (tertentu). (An-Nahl: 80) Padahal apa yang dijadikan-Nya selain dari itu jauh lebih banyak dan lebih besar. Dikatakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) adalah para pemakai bulu unta dan bulu kambing. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah ﷻ yang menyebutkan: dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. (An-Nur: 43) Dikatakan demikian karena mereka merasa takjub dengan adanya butiran-butiran es, padahal salju yang diturunkan oleh Allah ﷻ di luar Arab jauh lebih banyak dan lebih besar, tetapi mereka (orang-orang Arab) tidak mengetahuinya. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah ﷻ yang menyebutkan: pakaian yang memelihara kalian dari panas. (An-Nahl: 81) Padahal pakaian untuk melindungi diri dari kedinginan jauh lebih banyak, tetapi dikatakan demikian karena mereka adalah orang-orang sahara dan tinggal di daerah yang panas. Firman Allah ﷻ: Jika mereka tetap berpaling. (An-Nah I: 82) Yakni sesudah adanya keterangan ini dan penjelasan akan nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah, maka tiada tanggung jawab bagimu (Muhammad) atas perbuatan mereka.
maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (An-Nahl: 82) Dan sesungguhnya kamu telah menyampaikan tugasmu itu kepada mereka. Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya. (An-Nahl: 83) Maksudnya, mereka mengetahui bahwa Allah-lah yang memberikan semuanya itu kepada mereka, dan Dialah yang mengaruniakannya kepada mereka. Tetapi sekalipun demikian, mereka mengingkari hal itu dan menyembah selain-Nya bersama Dia, dan mereka sandarkan pertolongan dan rezeki kepada selain-Nya. dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. (An-Nahl: 83) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Mujahid, bahwa seorang Arab Badui datang kepada Nabi ﷺ, lalu berbicara dengan Nabi ﷺ Maka Nabi ﷺ membacakan kepadanya firman-Nya berikut ini: Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal. (An-Nahl: 80) Maka orang Badui itu menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah ﷺ membacakan lagi firman-Nya: dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak. (An-Nahl: 80), hingga akhir ayat.
Kemudian orang Badui itu menjawab, "Ya." Lalu Nabi ﷺ membacakan lagi kepadanya ayat lain yang semuanya dia jawab dengan kalimat, "Ya." Hingga manakala Nabi ﷺ membacakan firman-Nya: Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian agar kalian berserah diri (kepada-Nya). (An-Nahl: 81) Maka orang Badui itu berpaling pergi, dan Allah menurunkan firman-Nya: Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya. (An-Nahl: 83), hingga akhir ayat."
Untuk menghibur Nabi Muhammad, Allah melalui ayat ini mengingatkan beliau bahwa tugasnya hanya sekadar menyampaikan dakwah.
Allah berfirman, Maka jika mereka berpaling dari tuntunan-tuntunan
yang engkau sampaikan, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang, dengan segala kemampuanmu, baik melalui lisan maupun
keteladanan. Dengan begitu, pembangkangan mereka adalah tanggung
jawab mereka sendiri. Engkau tidak akan sedikit pun dituntut bertanggung jawab atas penolakan mereka tersebut. Ketahuilah, wahai Nabi Muhammad, bahwa tuntunan yang kausampaikan kepada mereka sudah amat jelas. Mereka sendiri yang eng-gan
mengikuti tuntunanmu itu. Mereka mengetahui bahwa semua nikmat
yang mereka dapatkan bersumber dari Allah dan mereka mengakui itu
hanya dengan lisan mereka, kemudian mereka mengingkarinya dengan
sikap, tingkah laku, dan keyakinan mereka yang sesat. Dan kebanyakan
mereka adalah orang yang ingkar kepada Allah atas segala nikmat-Nya dan
abai terhadap tuntunan-Nya.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menyebutkan nikmat karunia-Nya selain nikmat yang telah disebutkan, yang memberikan rasa aman, damai, dan tenteram. Kepada bangsa yang sudah menetap atau maju, Allah memberikan karunia tempat berteduh seperti rumah, hotel, dan gedung yang secara umum dibuat dari kayu, besi, batu, dan lain-lain. Allah menyediakan bahan (material) dari gunung seperti batu dan pasir untuk membangun gedung, benteng, atau perlindungan tempat tinggal dalam gunung. Kesemuanya menimbulkan rasa aman dan tenang pada jiwa penghuninya. Allah ﷻ menyediakan bagi mereka pakaian dari bulu domba atau dari kapas dan katun yang memelihara mereka dari panas dan dingin, serta pakaian dari besi untuk melindungi tubuh mereka dari senjata tajam ketika berperang.
Demikianlah nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Allah akan menyempurnakan nikmat-nikmat duniawi kepada kaum Muslimin dengan memberikan kekuasaan dan kerajaan kepada mereka, serta menetapkan tujuan perjuangan mereka itu untuk mencari keridaan Allah dan menegakkan kemaslahatan bagi umat manusia. Maka hendaklah mereka menyadari segala kenikmatan yang besar dari Allah itu dan mengakui pula kewajiban terhadap pemberi nikmat itu, untuk kemudian beriman kepada-Nya, meninggalkan sembahan-sembahan lain, dan melakukan amal saleh.
Allah berfirman:
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. (al-Isra'/17: 70).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 81
“Dan Allah telah menjadikan untuk kamu, dari apa-apa yang telah dijadikan-Nya, untuk tempat berlindung."
Dengan sedikit kata ini, perhatian orang musafir yang tengah kepanasan dalam perjalanan jauh, telah diperingatkan pula akan nikmat Allah yang tampaknya kecil saja, tetapi amat diperlukan oleh musafir itu. Dalam perjalanan yang jauh, dalam panas sangat teriknya, Dan jauh telah kelihatan serumpun pohon tumbuh di padang, atau pinggir tebing. Mereka dapat berhenti sebentar ke sana melepaskan lelah dan berlindung dari teriknya panas."Dan dijadikan-Nya untuk kamu dari gunung-gunung akan tempat berteduh." Berlindung ketika kepanasan, berteduh ketika kehujanan atau kemalaman. Juga mengenai orang musafir tadi. Gunung-gunung itu banyak mempunyai lubang-lubang luas yang dinamai gua atau ngalau, yang dapat dijadikan tempat berteduh kalau hujan datang atau bermalam kalau kemalaman."Dan dijadikan-Nya untuk kamu pakaian-pakaian yang menjaga kamu dari panas." Yang meskipun memang manusia yang menenunnya, namun bahan yang akan ditenun, baik berupa kapas atau berupa bulu-bulu binatang, adalah dari Allah belaka."Dan pakaian penjaga kamu di waktu peperangan kamu." Baik baju besi, ketopong, zirah ataupun pakaian seragam tentara yang kita pergunakan di zaman sekarang untuk berperang, yang bahannya ataupun warnanya sudah tentu berbeda dengan pakaian di waktu damai."Demikianlah disempunnakan-Nya nikmat-Nya kepada kamu, supaya kamu menyenah dini."
Ayat 82
“Namun apabila mereka berpaling, lain tidak kewajiban engkau hanyalah menyampaikan yang terang."
Artinya menjadi kewajibanlah bagi Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan seruan itu, menablighkannya, dengan terang, meskipun mereka akan berpaling juga. Dengan mem-peringatkan manusia akan hubungan hidupnya sehari-hari dengan alam yang ada di sekelilingnya, mudah-mudahan dia insaf akan kebesaran Allah dan kedudukan dirinya di tengah-tengah alam itu. Alam keliling ini adalah jadi pertanda akan adanya Allah. Manusia mesti diinsafkan kepada yang demikian. Kewajiban Nabi Muhammad ﷺ sebagai rasul ialah menyampaikan yang demikian itu.
Demikianlah, sampai kepada ayat 81 itu, Allah menarik perhatian manusia yang halus untuk melihat alam sekelilingnya, guna pendekatan hatinya kepada Allah, guna merasakan nikmat kasih Allah. Di sinilah perbedaan anjuran dan tarikan Al-Qur'an dengan berdebat-debat tentang ketuhanan yang dibuat oleh manusia. Maka dengan ayat-ayat seperti ini, timbullah suatu perasaan yang pasti (positif) tentang adanya Allah, demi setelah melihat bekas perbuatan-Nya. Tidaklah Al-Qur'an menyuruh membicarakan tentang zat Allah, cukuplah bicarakan sifat-sifat kemulia-an-Nya karena melihat bekasnya pada per-buatan-Nya. Di ayat 82 Nabi Muhammad ﷺ diperingatkan supaya jangan bosan-bosan me-nyampakkan dan menyadarkan perasaan yang halus itu, yang menimbulkan al-Akhlaq al-Karimah. Budi pekerti yang mulia pada insan terhadap Allah,
Ayat 83
“Mereka mengenal nikmat Allah, kemudian mereka ingkari akan dia."
Apa sebab jadi demikian? Sebabnya kebanyakan karena perhatian hanya tertuju kepada diri sendiri dan pandangan tidak diluaskan, sehingga alam menjadi sempit, padahal begitu lapang.
“Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang melupakan budi."
Apalah arti kemanusiaan kalau budi sudah lupa? Sedang jasa sedikit dari sesama manusia, telah dididik kita oleh pergaulan yang sopan supaya mengucapkan terima kasih; maka betapa terhadap Allah?
Betapa terhadap Allah, padahal sudah pasti kita kelak akan berhadapan juga dengan Dia pada hari yang telah ditentukan? Bagaimana jawaban kalau ditanyakan ke mana engkau pergunakan nikmat yang telah Aku limpahkan?
Ayat 84
“Dan (ingatlah) hari yang akan Kami bangkitkan dari tiap-tiap umat seorang saksi"
Karena kepada setiap umat telah diutus Allah Rasul-Nya, menyampaikan ajaran Allah. Maka pada hari Kiamat, ketika dijalankan pemeriksaan, rasul-rasul itu akan didatangkan sebagai saksi, apakah dia telah menyampaikan ajaran Allah itu kepada mereka? Niscaya ajaran sudah sampai dan orang-orang kafir yang tengah diperiksa itu tidak dapat mengelak lagi dan mencari dalih lagi."Kemudian itu, tidaklah akan diizinkan kepada orang-orang yang tidak percaya itu." Tidak akan diizinkan lagi mengemukakan alasan-alasan untuk membela diri, karena perkaranya sudah terang.
“Dan tidak akan diminta mereka membuat keridhaan."
Artinya, di akhirat itu tidaklah dapat lagi orang berkata sekarang saya hendak tobat dan memohon keridhaan Allah, sebab bukan waktunya lagi, Kalau hendak berbuat amal yang baik bukan di akhirat, tetapi dahulu semasa di dunia. Di dunia beramal, dan balasannya adalah di akhirat. Di akhirat menerima balasan dan tidak ada amal lagi.
Ayat 85
“Dan apabila orang-orang yang zalim itu melihat adzab, maka tidaklah akan diringankan, dan tidaklah mereka akan diberi kesempatan."
Zalim bagaimana yang dimaksud di sini? Apakah karena dia menganiaya orang lain? Adapun zalim karena menganiaya orang lain, sudahlah tersedia sendiri hukumnya. Kezaliman yang paling hebat dan paling zalim, ialah zalim kepada diri sendiri. Bila kita berbuat dosa dan sudah terang bahwa dosa itu akan membawa kita masuk neraka, tidak juga kita mau menghentikan kejahatan itu, bukankah itu zalim namanya? Kejam dan tidak merasa kasihan kepada diri sendiri. Lebih terasalah hendaknya dari hidup kita yang sekarang ini akan kezaliman itu. Sebab bila masanya itu tiba kelak, adzab itu tidak akan diringankan, dan kesempatan untuk kembali ke dunia memperbaiki jalan hidup tidak ada lagi.
Ayat 86
“Dan apabila melihatlah orang-orang yang musyrik akan sekutu-sekutu mereka itu."
Yaitu berhala-berhala atau orang-orang yang mereka jadikan sebagai tuhan pula di samping Allah."Mereka akan berkata, “Ya Allah! Mereka inilah sekutu-sekutu kami, yang telah kami seru selain Engkau." Dengan demikian tergambarlah penyesalan terhadap diri sendiri dan rasa kejengkelan kepada orang yang telah menyesatkan mereka. Tetapi apa lagi daya, semua sudah percuma.",Maka mereka" sekutu-sekutu yang dituhankan itu
“hadapkanlah kepada mereka itu perkataan,
“Sesungguhnya kamu adalah pendusta!"
Dengan terus terang di hadapan Allah, orang-orang yang telah dijadikan sekutu, yang disembah dipuja oleh orang-orang yang kufur itu mengatakan bahwa segala perkataan mereka adalah dusta. Sebab mereka, sekutu itu, tidak pernah mengajak orang buat mengatakan dirinya Allah. Sebagaimana kejadian dengan diri Nabi Isa sendiri misalnya, tidaklah bertemu satu kalimat dalam Injil, walau Injil yang mereka sahkan sekarang sekalipun, yang menyuruh manusia menyembah dirinya sebab dia tuhan! Melainkan sesudah beliau meninggal pengikut-pengikutnya membuat berbagai keputusan, konferensi dan konsili buat merumuskan supaya dia dijadikan tuhan pula di samping Allah, malahan dia yang dikatakan Allah.
Ayat 87
“Dan mereka hadapkan kepada Allah, pada hari itu, penyerahan."
Mengakui terus terang kesalahan diri dan menyerah kepada Allah, apa yang akan ditimpakan oleh Allah!
“Dan hilanglah dari mereka apa yang mereka ada-adakan itu,"
Tinggallah diri masing-masingberhadapan dengan Allah, menunggu keputusan. Dan su-dah terang pula apa yang akan diputuskan oleh Allah.
Sebab perbuatan buruk tidaklah akan dibalas dengan baik. Dan berhala atau pujaan-pujaan yang dipertahankan dengan segenap tenaga di waktu hidup itu, mana dia? Sudah hilang! Tidak kelihatan lagi, karena semuanya itu pada hakikatnya memang tidak ada.
Ancaman Allah ditegaskan dari sekarang.
Ayat 88
"Orang-orangyang tidak pencaya."
Kepada keesaan Allah, tidak percaya kepada rasul-rasul, tidak percaya akan hari Pem-balasan."Dan berpaling dari jalan Allah." Lebih suka menuruti jalan setan.
“Kami tambah untuk mereka adygb di atas adzgb, kanena mereka telah mengadakan kenusakan."
Demikianlah ancaman itu, yang sebab turunnya (Nuzulnya) ialah kekufuran kaum musyrikin di Mekah seketika Rasulullah Muhammad ﷺ menyampaikan seruan, maka sampai kepada saat kita ini pun dapatlah kita mengukur diri kita sendiri, kalau-kalau masih ada sisa yang demikian dalam batin kita, yaitu tidak mau percaya dan berpaling dari jalan Allah, menuruti jalan hawa nafsu dan rayuan setan, walaupun kita masih memakai nama seperti orang Islam.
Ayat 89
“Dan (ingatlah) hari yang akan kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi di antara mereka."
Saksi itu ialah rasul yang dibangkitkan dalam kalangan keluarga mereka sendiri sebagai Muhammad anak Quraisy, dibangkitkan dalam keluarga Quraisy."Dan Kami datangkan (pula) engkau jadi saksi atas mereka." jadi saksi atas umat yang mengaku percaya kepada Muhammad sebagai rasul, yaitu umat Muhammad ini, adakah benar-benar mereka pegang teguh ajaran Muhammad itu, atau bohong saja:
“Dan telah Kami turunkan kepada engkau kitab yang menerangkan tiap-tiap sesuatu, petunjuk, rahmat dan kaban gembira bagi Muslimin."
Dengan ayat ini, mulailah ditukikkan pandang kepada kaum Muslimin sendiri. Jika sebelumnya telah dinyatakan adzab siksa yang akan diderita oleh musyrikin, maka kelak di hadapan Allah, Muhammad akan dipanggil menjadi saksi tentang caranya Muslimin menyambut dan menjalankan agama yang dibawa Muhammad, yang telah diterimanya dengan iman. Niscaya tidaklah cukup kalau hanya pengakuan, tidak diiringi bukti dan bakti. Sedang Nabi Muhammad ﷺ telah datang membawa keterangan lengkap dengan kitab A)-Qur'an itu. Apa saja keperluan Muslimin, telah cukup dijelaskan di dalamnya, urusan dunia dan akhiratnya, sampai urusan nikah dan faraidh, urusan perang dan damai, pemerintahan dan musyawarah, ibadah dan muamalah; dan petunjuk menempuh jalan yang diridhai Allah, dan rahmat untuk persaudaraan sesama manu-sia, dan kabar gembira, yaitu janji surga bagi Muslimin.
Kaum Muslimin akan disaksikan oleh Nabi Muhammad ﷺ kelak di akhirat. Apakah yang telah diamalkan sekarang?
TIGA PERINTAH TIGA LARANGAN
Ayat 90
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan) dan memberi kepada keluanga yang terdekat."
Tiga hal yang diperintahkan oleh Allah supaya dilakukan sepanjang waktu sebagai tanda dari taat kepada Allah. Pertama jalan adil, yaitu menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan mana yang benar, mengembalikan hak kepada yang empunya dan jangan berlaku zalim aniaya. Lawan dan adil ialah zalim, yaitu memungkiri kebenaran karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri, mempertahankan perbuatan yang salah, sebab yang bersalah itu ialah kawan atau keluarga sendiri. Maka selama keadilan itu masih terdapat dalam masyarakat pergaulan hidup manusia, selama itu pula pergaulan akan aman sentosa, timbul amanah dan percaya-mempercayai.
Sesudah itu diperintahkan pula melatih diri berbuat ihsan. Arti ihsan ialah mengandung dua maksud. Pertama selalu mempertinggi mutu amalan, berbuatyang lebih baik daripada yang sudah-sudah, sehingga kian lama tingkat iman itu kian naik. Di dalam hadits Rasulullah ﷺ yang shahih disebut
“Al-lhsan ialah bahwa engkau sembah Allah, seakan-akan engkau lihat Allah itu. Maka jika engkau tidak lihat Dia, namun Dia tetap melihat engkau. “
Maksud ihsan yang kedua ialah kepada sesama makhluk, yaitu berbuat lebih tinggi lagi dari keadilan. Misalnya kita memberi upah kepada seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan. Kita berikan kepadanya upah yang setimpal dengan tenaganya. Pembayaran upah yang setimpaKtu adalah sikap yang adil. Tetapi jika kita lebihi daripada yang semestinya, sehingga hatinya besar dan dia gembira, maka pemberian yang berlebih itu dinamai ihsan. Lantaran itu maka ihsan adalah latihan budi yang lebih tinggi tingkatnya daripada adil. Misalnya pula ialah seorang yang berutang kepada kita. Adalah suatu sikap yang adil jika utangnya itu kita tagih. Tetapi dia menjadi ihsan kalau utang itu kita maafkan.
Yang ketiga ialah memberi kepada keluarga yang terdekat. Ini pun adalah lanjutan daripada ihsan. Karena kadang-kadang orang yang berasal dari satu ayah dan satu ibu sendiri pun tidak sama nasibnya. Ada yang murah rezekinya lalu menjadi kaya raya dan ada yang hidupnya tidak sampai-menyampai. Maka orang yang mampu itu dianjurkan berbuat ihsan kepada keluarganya yang terdekat, sebelum dia mementingkan orang lain.
Al-Qurthubi menulis dalam tafsirnya,
“Maka sesungguhnya Allah suka sekali hamba-Nya berbuat ihsan sesama makhluk, sampai pun kepada burung yang engkau pelihara dalam sangkarnya, dan kucing di dalam rumah. Jangan sampai mereka itu tidak merasakan ihsan dari engkau."
“Dan melarang dari yang keji dan yang dibenci dan aniaya." Inilah pula tiga larangan Allah yang seyogianya dijauhi oleh orang yang mengaku beriman kepada Allah. Allah melarang segala perbuatan yang keji-keji, yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan. Biasa di dalam Al-Qur'an, kalau disebut al-Fahsyaa' yang dituju ialah segala yang berhubungan dengan zina. Segala pintu yang menuju kepada zina, baik berhubungan dengan pakaian yang membukakan aurat, atau cara-cara lain yang menimbulkan nafsu syahwat yang menuju ke sana. Itu hendaklah ditutup mati. Dan yang dibenci atau yang mungkar ialah segala perbuatan yang tidak dapat diterima baik oleh masyarakat yang memupuk budi yang luhur, dan segala laku tingkah perangai yang membawa pelanggaran atau aturan agama. Dan aniaya, yaitu segala perbuatan yang sikapnya menimbulkan permusuhan terhadap sesama manusia, karena mengganggu hak dan kepunyaan orang lain.
“Dimslhati-Nya kamu, supaya kamu ingat."
Ketiga perintah yang wajib kamu kerjakan itu dan larangan yang wajib kamu jauhi itu ialah untuk keselamatan dirimu sendiri supaya kamu selamat dalam pergaulan hidup. Pengajaran dan nasihat ini adalah langsung datang dari Allah sendiri. Kalau kamu kerjakan tiga yang disuruhkan, kamu pun selamat. Kalau kamu jauhi tiga yang dilarang, hidupmu pun akan bahagia.
Menurut riwayat dari Ibnu Jarir bahwasanya Abdullah bin Mas'ud pernah mengatakan bahwa ayat ini adalah ayat yang paling jelas memberi petunjuk mana yang baik dan mana yang jahat.
Dan tersebut pula dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad bahwa asal mula Utsman bin Mazh'un akan menjadi salah seorang sahabat setia dari Rasulullah ﷺ ialah disebabkan ayat ini. Pada suatu hari dia lewat di hadapan rumah Rasulullah ﷺ sedang Rasul duduk-duduk. Mulanya Utsman acuh tak acuh saja, malahan diseringaikannya giginya. Dia dipanggil Nabi dan disuruh ke dekat beliau. Tiba-tiba Jibril turun membawa ayat ini lalu dibaca oleh Rasulullah ﷺ supaya didengar oleh Utsman. Berkata Utsman, “Menyelinaplah ayat itu ke dalam hatiku hingga meneguhkan imanku, dan menjadi sangat cintalah aku kepada Muhammad ﷺ"
Tersebut pula di dalam tafsir Ibnu Katsir bahwasanya Aktsam bin Shaifi yang terkenal dan dahulunya pemeluk agama Nasrani mengatakan kepada kaum keluarganya yang pernah menemui Nabi Muhammad ﷺ lalu diterangkan Nabi Muhammad ﷺ ayat ini kepada mereka. Setelah mereka kembali kepada Aktsam bin Shaifi, berkatalah dia kepada kaumnya itu, “Kalau demikian dia ini adalah menyuruhkan kita agar berpegang kepada akhlak yang mulia dan mencegah kita dari akhlak yang hina. Oleh sebab itu saya anjurkan kepada kamu semuanya supaya segeralah kita terima ajakan orang ini, kita langsung menjadi pengikutnya. Hendaklah kamu semuanya dalam hal ini menjadi kepala-kepala yang terkemuka, jangan hanya menjadi ekor-ekor yang di belakang-belakang.
lkrimah bercerita bahwa ayat ini pun pernah dibaca Rasulullah di hadapan seorang pe-muka Quraisy yang termasuk penentangnya selama ini, bernama Walid bin Mughirah. Setelah didengarnya, dia pun berkata, “Hai anaksaudaraku! Ulang sekali lagi!" Lalu diulang oleh Nabi ﷺ. Maka berkatalah Walid, “Demi Allah, susun katanya lemak manis. Senang sekali telinga mendengarkannya. Pucuknya mendatangkan buah, uratnya penuh dengan kesuburan. Ini bukan kata sembarang kata, ini bukan kata-kata manusia."
Artinya, meskipun dia seorang penentang, payah dia buat memungkiri bahwa perkataan ini bukanlah perkataan Muhammad, melainkan wahyu.
Setelah terjadi pertentangan yang begitu hebat di antara golongan Ali dengan Mu'awiyah, yang berakhir dengan kemenangan Mu'awiyah, terutama setelah Ali bin Abi Thalib mati terbunuh, maka kaum Bani Uma-yyah, telah mempergunakan khutbah-khut-bah Jum'at untuk maksud-maksud politik. Lalu pada khutbah yang kedua di seluruh mimbar masjid yang dikuasai oleh Bani Umayyah, ditambahkanlah khutbah mengutuk Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Dan berlakulah yang demikian itu bertahun-tahun lamanya. Maka setelah jabatan khalifah jatuh ke atas diri Sayyidina Umar bin Abdul Aziz, beliau perintahkan menghentikan ucapan mencela dan mengutuk Ali bin Abi Thalib itu, dan beliau suruh menggantinya dengan ayat 90 dari surah an-Nahl ini. Menjadi kebiasaanlah pada tiap-tiap khutbah Jum'at yang kedua menutupnya dengan ayat ini, dan berlakulah pusaka Umar bin Abdul Aziz itu pada khutbah yang kedua di serata-rata negeri Islam yang memegang sunnah sampai masa sekarang ini. Sehingga terhitunglah ini salah satu bekas yang mulia dan tangan beliau.
Ayat 91
“Dan sempurnakanlah perjanjian dengan Allah apabila kamu telah berjanji."
Artinya, apabila telah bersumpah dengan memakai nama Allah akan mengerjakan sesuatu pekerjaan atau tidak mengerjakan sesuatu, itu namanya telah berjanji dengan Allah sendiri. Maka hendaklah janji dengan Allah itu dipenuhi. Sebab itu lanjutan ayat lebih menjelaskan lagi."Dan jangan kamu pecahkan sumpah sesudah kamu teguhkan, dan telah kamu jadikan Allah sebagai peneguh.'' Artinya janganlah seenaknya saja melalaikan sumpah yang telah diteguhkan dengan memakai nama Allah, seumpama “Demi Allah", atau “utangku kepada Allah" dan sebagainya.
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat."
Dalam ayat ini terdapatlah tuntunan bagi Mukmin yang menghargai diri sendiri supaya sumpahnya jangan dipermain-mainkannya. Sumpah adalah termasuk taat dan kebajikan dan takwa juga. Maka tersebutlah dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim,
“Berkata Nabi ﷺ, “Sesungguhnya aku, demi Allah, in syaa Allah, tidaklah aku bersumpah dengan suatu persampahan, lalu kemudian aku pandang ada perbuatan lain yang lebih baik daripada yang telah aku sumpahkan itu, melainkan segeralah aku kerjakan yang lebih baik itu, lalu aku lepaskan diriku dari ikatan sumpah pertama." Dalam satu riwayat lagi," Lalu aku bayar kaffarah sumpahku itu." (HR Bukhari dan Muslim)
Kaffarah atau denda dari sumpah itu telah tersebut dengan jelas di dalam surah al-Maa'idah ayat 89, yaitu memberi makan sepuluh orang miskin dengan pertengahan yang kamu berikan kepada ahli kamu atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan budak. Kalau semuanya itu tidak sanggup hendaklah puasa tiga hari berturut-turut.
Ayat 92
“Dan janganlah kamu jadi seperti perempuan yang merombak tenunannya selembar -selembar sesudah selesai."
Demikianlah dalam ayat ini tentang orang-orang yang tadinya telah mengikat janji yang teguh, misalnya tidak akan berperang atau akan tetap berdamai. sehingga kuat teguhlah janji itu laksana teguhnya kain yang baru selesai ditenun. Tetapi kemudian kain tenunan yang telah kuat dan selesai itu mereka orak kembali satu demi satu. Atau serupalah keadaannya dengan perempuan menenun kain. Setelah selesai tenunan itu dirombaknya sehelai demi sehelai, sehingga terbuang percuma tenaganya selama ini."(Yaitu) kamu jadikan sumpah-sumpah kamu sebagai tipu daya di antara kamu." Untuk melepaskan diri ketika terdesak saja dan kalau sudah dapat jalan untuk mengelakkan diri, tidak merasa berat melanggar janji yang telah diikat “Lantaran satu golongan lebih banyak dari satu golongan." Yaitu tidak segan-segan mengikat pula perjanjian yang baru dengan golongan lain yang lebih besar, lebih kuat, lebih banyak orangnya dan lebih kaya, karena mengharapkan keuntungan benda, padahal perjanjian dengan yang dahulu, belum habis waktunya dan mereka setia menjalankan janji.
Tetapi mereka telah ditinggalkan karena golongannya kecil dan keuntungan yang diha-rapkan darinya tidak seberapa, “Lain tidak, Allah hanya hendak menguji kamu dengan dia." Manakah yang kamu pentingkan, harga budikah atau benda? Keuntungan besar dengan melengahkan janjikah atau keuntungan kecil tetapi setia memegang janji? Sampai hatikah kamu merombak janjimu dengan tidak semena-mena, hanya karena mengharapkan keuntungan yang lebih besar, padahal kamu kerugian dalam hal harga iman dalam hubungan manusia sesama manusia?
“Dan niscaya akan ditenangkan-Nya kepada kamu di hari Kiamat dari hal apa yang kamu perselisihkan."
Merombak apa yang telah dijanjikan dengan cara yang demikian karena mengharapkan membuat janji dengan yang lebih kuat dan lebih banyak, sehingga tidak memedulikan lagi nilai sopan santun adalah perangai orang jahiliyyah yang tidak mempunyai pokok-pokok kepercayaan, maka tidaklah sepatutnya dia menjadi akhlak Muslim. Sebab itu maka diberikanlah perumpamaan dalam ayat ini dengan halus sekali kecelaan perbuatan demikian, yaitu laksana perempuan bertenun kain. Telah selesai tenunannya lalu dirombaknya kembali, diaraknya barang selembar demi selembar, dan habis terbuanglah tenaganya dengan tidak ada sebab yang lain, hanyalah karena pikirannya yang kacau saja.
Maka tersebutlah dalam satu riwayat bahwasanya seketika Mu'awiyah berkuasa, beliau telah membuat suatu perjanjian dengan Raja Romawi, tidak akan serang-menyerang selama sekian waktu. Maka tatkala telah dekat habis masa perjanjian itu Mu'awiyah membawa ten-taranya ke dekat negeri Raja Romawi tersebut, dengan maksud menyerbu tiba-tiba apabila waktu yang dijangkakan itu habis, dan pihak musuh niscaya diserang sedang tidak bersedia.
Mendengar maksud yang demikian, berkatalah Amer bin Anbasah kepada Mu'awiyah, “Allahu Akbar, ya Mu'awiyah! Pegang teguhlah janji yang telah diperbuat, jangan dikhianati. Sebab saya mendengar dari Rasulullah ﷺ,
“Barangsiapa ada di antaranya dengan suatu kaum suatu janji, maka janganlah dia buka sendiri buhul janji itu sebelum habis waktunya."
Mendengar teguran Amer bin Anbasah itu, mundurlah Mu'awiyah dengan tentaranya, dan tidak jadi menyerang secara tiba-tiba ke negeri Romawi sebab yang demikian adalah mungkir janji.