Ayat
Terjemahan Per Kata
لِيَكۡفُرُواْ
karena mereka mengingkari
بِمَآ
dengan apa
ءَاتَيۡنَٰهُمۡۚ
kami telah berikan kepada mereka
فَتَمَتَّعُواْ
maka bersenang-senanglah kamu
فَسَوۡفَ
maka kelak
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
لِيَكۡفُرُواْ
karena mereka mengingkari
بِمَآ
dengan apa
ءَاتَيۡنَٰهُمۡۚ
kami telah berikan kepada mereka
فَتَمَتَّعُواْ
maka bersenang-senanglah kamu
فَسَوۡفَ
maka kelak
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
Terjemahan
Biarkan mereka (orang-orang musyrik) mengingkari apa yang telah Kami anugerahkan kepada mereka. Bersenang-senanglah, kelak kamu akan mengetahui (akibat buruk perbuatanmu).
Tafsir
(Biarkanlah mereka mengingkari apa yang telah Kami berikan kepada mereka) yaitu nikmat (maka bersenang-senanglah kalian) sebab kesepakatan kalian untuk menyembah berhala-berhala. Amar atau perintah di sini mengandung pengertian ancaman. (Kelak kalian akan mengetahui) akibat daripada hal tersebut.
Tafsir Surat An-Nahl: 51-55
Allah berfirman, "Janganlah kalian menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kalian takut. Dan kepunyaan-Nyalah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nyalah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kalian bertakwa kepada selain Allah? Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kalian ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kalian meminta pertolongan.
Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudaratan itu dari kalian, tiba-tiba sebagian dari kalian mempersekutukan Tuhannya (dengan yang lain), biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kalian. Kelak kalian akan mengetahui (akibatnya). Allah ﷻ menyebutkan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, dan bahwa penyembahan itu hanyalah ditujukan kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya Dialah yang memiliki segala sesuatu, yang menciptakannya, dan Dialahi Tuhan semuanya. dan untuk-Nyalah ketaatan itu selama-lamanya. (An-Nahl: 52) Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Maimun ibnu Mahran, As-Saddi, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna wasiban ialah selama-lamanya.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa wasiban artinya wajib. Mujahid mengatakan bahwa makna wasiban ialah murni hanya untuk-Nya, yakni yang wajib disembah oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi hanyalah Allah saja. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu: Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (Ali Imran: 83) Berdasarkan pendapat Ibnu Abbas dan Ikrimah, maka pengertiannya termasuk ke dalam Bab "Kebaikan".
Adapun berdasarkan pendapat Mujahid, maka pengertiannya termasuk ke dalam Bab "Talab (Perintah)". Dengan kata lain, takutlah kalian, janganlah kalian mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, dan murnikanlah ketaatan kalian hanya kepadaKu. Pengertian ini sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 3) Kemudian Allah ﷻ memberitahukan bahwa Dialah yang memiliki manfaat dan mudarat, dan bahwa segala sesuatu yang ada pada hamba-hamba-Nya berupa rezeki, nikmat, kesehatan, dan pertolongan hanyalah semata-mata dari karunia dan kebajikan-Nya kepada mereka.
dan bila kalian ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kalian meminta pertolongan. (An-Nahl: 53) Karena kalian telah mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melenyapkannya kecuali hanya Allah, maka sesungguhnya kalian di saat darurat (tertimpa bahaya) selalu meminta pertolongan kepada-Nya dengan permintaan yang sangat mendesak. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru kecuali Dia.
Maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67) Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudaratan itu dari kalian, .tiba-tiba sebagian dari kalian mempersekutukan Tuhannya (dengan yang lain), biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka. (An-Nahl: 54-55) Menurut suatu pendapat, huruf lam yang terdapat di dalam firman-Nya, "Liyakfuru" menunjukkan makna akibat. Menurut pendapat yang lainnya bermakna ta'lil; dengan kata lain, Kami tetapkan hal itu bagi mereka agar mereka kafir, yakni mereka menyembunyikan dan mengingkari nikmat Allah yang dilimpahkan kepada mereka.
Padahal Dialah yang telah melimpahkan nikmat-nikmat itu kepada mereka, Dialah yang melenyapkan bahaya itu dari mereka. Kemudian Allah ﷻ mengancam mereka melalui firman-Nya: maka bersenang-senanglah kalian. (An-Nahl: 55) Artinya, berbuatlah sesuka hati kalian, dan bersenang-senanglah sebentar dengan kehidupan kalian. Kelak kalian akan mengetahui. (An-Nahl: 55) akibat dari perbuatan kalian yang ingkar itu."
Begitu banyak nikmat yang Kami anugerahkan, tetapi biarlah mereka
mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka. Akan Kami
katakan kepada mereka, Bersenang-senanglah kamu dengan nikmatnikmat itu dan berhala-berhala yang kamu sembah. Ketahuilah, kelak
kamu pasti akan mengetahui akibat dari perbuatanmu. Dan tidak saja mengingkari nikmat dan keesaan Allah, mereka (kaum
musyrik) menyediakan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada
mereka sebagai persembahan untuk berhala-berhala yang mereka tidak
mengetahui kekuasaannya. Demi Allah Yang Mahakuasa, kamu, wahai
orang musyrik, pasti akan ditanyai dan dimintai pertanggungjawaban
oleh Allah tentang apa yang telah kamu ada-adakan.
Ayat ini menyatakan bahwa Allah membiarkan orang-orang kafir dan musyrik mengingkari nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Allah juga membiarkan mereka mengingkari-Nya sebagai Zat yang Mahakuasa menghilangkan bahaya yang menimpa mereka, hingga meng-ingkari Allah yang Mahaperkasa melepaskan diri mereka dari bahaya itu.
Di akhir ayat, Allah ﷻ menegaskan bahwa mereka dibiarkan menikmati kehidupan dunia dan memuaskan hawa nafsu mereka sampai tiba saatnya ajal merenggut mereka. Sesudah itu, mereka pasti akan kembali kepada Allah. Di saat itulah mereka mengetahui dengan seyakin-yakinnya akibat keingkaran dan pembangkangan mereka. Mereka akan menyesali perbuatan mereka dengan penyesalan yang tiada berguna.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 48
“Apakah tidak mereka lihat barang suatu yang dijadikan Allah, yang ... bayang-bayangnya ke kanan dan ke kini."
Beredar bayang-bayangnya ke kanan dan ke kiri, yaitu menurut perjalanan matahari, misalnya di waktu pagi bayang-bayang itu condong ke kanan, di waktu petang condonglah dia ke kiri, demikian terus-menerus tidak berhenti-henti."Karena sujud kepada Allah." Yaitu kepatuhan dan ketaatan, tidak dapat membelokkan haluan menurut kemauan sendiri.
“Sedang mereka adalah meiendahkan dini."
Tidak ada yang dapat menyombongkan diri dan membantah apa yang ditentukan oleh Allah.
Seterusnya diterangkan dari hal kesujudan itu,
Ayat 49
“Dan kepada Allah-lah bersujud apa yang ada di semua langit dan apa yang ada di bumi."
Masing-masing niscaya menurut caranya sendiri. Sedang manusia sendiri sujudnya di waktu sehat dan sujudnya di waktu sakit lagi berbeda, kononlah berbagai aneka alam ini."Dari antara yang melata dan malaikat." Yang melata di bumi ialah yang berjalan dengan kaki dua, yang berjalan dengan kaki empat, yang merayap dengan banyak kaki seperti ulat-ulat, semuanya sujud, artinya patuh dan taat, tidak dapat membantah, dan tidak mau membantah apa yang telah ditentukan Allah; apatah lagi malaikat-malaikat, sebagaimana banyak tersebut dalam Al-Qur'an.
“Sedang mereka tidaklah menyombong “
Yang menyombong adalah manusia yang tidak tahu diri dan iblis. (Sehabis membaca ayat 49 ini, sunnah sujud tilawah).
Berkata az-Zajjaj, “Yang dimaksud dengan sujud ialah sujudnya tubuh. Sujud tubuh ialah patuhnya menurut, tidak dapat berbuat lain daripada apa yang ditentukan oleh perbuatan Allah. Dan ini adalah umum bagi seluruh tubuh." Misalnya tubuh manusia dari mulai dalam kandungan ibu sampai lahir ke dunia, sampai dewasa, sampai tua. Keadaan tubuhnya mesti tunduk atau sujud kepada peraturan Allah. Dia tidak bisa bertahan. Misalnya tanggalnya gigi, kaburnya mata dan mulai pekaknya telinga. Tubuh mesti tunduk kepada peraturan itu.
Ayat 50
“Takut mereka itu kepada Allah mereka yang di atas mereka."
“Di atas" di sini tentunya bukan tempat, karena Allah tidak menduduki tempat tertentu. Maksud di atas ialah kekuasaan Allah yang menyebabkan malaikat itu di bawah perintah-Nya.
“Dan mereka kerjakan apa yang diperintahkan."
Tetapi kalau kita pikir-pikirkan makna yang luas dari sujud, bahkan manusia yang durhaka sendiri pun, mau atau tidak mau, tidak dapat tidak mesti sujud kepada Allah, patuh menuruti ketentuan Allah. Dapatkah kita mempertahankan umur yang selalu bertambah? Dapatkah kita mempertahankan sehingga kita mudah terus? Dapatkah kita menolak mati? Dapatkah kita menolak apa yang ditakdirkan? Yang mencelakakan kita ialah tidak insaf akan hal ini. Sedangkan langit dan bumi sesudah diciptakan oleh Allah,— seperti termaktub dalam surah as-Sajdahayat 11—telah dipanggil oleh Allah dengan pertanyaan, “Maukah datang dengan taat atau dengan paksa?" Keduanya menjawab, “Kami akan datang dengan taat."
Ayat 51
“Dan berkata Allah, “Janganlah kamu adakan dua Allah."
Sebab menduakan Allah atau memperbi-langkan Allah, adalah dari pikiran yang kacau balau, pikiran yang tidak jernih."Tidak lain Dia, melainkan Allah Yang Tunggal" Berdiri sendiri-Nya dan tidak memerlukan bantuan dari tuhan yang lain.
“Maka kepada-Kulah hendaknya kamu semua takut."
Islam mengajarkan bahwa selain kepada Allah itu kita merasakan kasih dan ridha, kita pun wajib takut. Sebab di samping Allah mempunyai sifat kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya yang patuh, Allah juga murka dan memberikan siksa kepada yang melanggar apa yang ditentukan-Nya. Tanda kasih-Nya, disediakan-Nya surga, tanda murka-Nya dise-diakan-Nya neraka. Surga membuat kita kasih kepada Allah. Neraka membuat kita takut.
Ayat 52
“Dan bagi-Nyalah apa yang ada di semua langit dan bumi."
Artinya Dia yang menciptakan semua, dan Dia yang Menguasai semua."Dan kepada-Nyalah ketaatan dengan tetap" — Ad-Din, yang biasa telah kita artikan agama, di sini diartikan tha'at. Maka segala ketaatan sekali-kali bukanlah untuk yang lain, sebab yang lain pada hakikatnya tidak ada. Ketaatan hanya tetap kepada Yang Esa, sehingga lanjutan ayat ialah pertanyaan.
“Apakah kepada yang selain Allah kamu hendak bertakwa?"
Tidak mungkin! Karena yang selain Allah hanyalah alam belaka.
Semuanya ini adalah rangkaian dan lanjutan dan isi dari kalimat yang telah tercantum pada ayat-ayat di permulaan, yaitu isi wahyu yang dibawa oleh malaikat."Tiada Allah, melainkan Aku, maka bertakwalah kamu ke pada-Ku."
Ayat 53
“Dan apa saja pun nikmat yang ada pada kamu, adalah itu dari Allah."
Ini adalah peringatan penting bagi manusia, suatu isyarat supaya mereka jangan lupa ketika mereka berenang dalam laut nikmat. Memang banyaklah kita manusia ini apabila telah mendapat apa yang dinikmatkan, lalu lupa kepada yang menganugerahkan nikmat, lupa berterima kasih, dan hidup menuruti kehendak hati sendiri. Itu pun sudah satu gejala dari syirik. Sebab telah menduakan Allah dengan nikmat yang diberikan Allah.
Menyerupai kemusyrikan seperti ini juga ialah seperti sangkaan setengah orang tentang salah seorang dari anaknya yang membawa tuah. Ada orang beranak banyak memandang bahwa salah seorang daripada anak-anak itu adalah pembawa rezeki. Sebab sejak anak itu lahir, pintu pencariannya terbuka, rezekinya berlipat ganda. Maka dihidupkannya kepercayaan bahwa yang menjadi sebab rezeki itu ialah anaknya yang satu itu. Lantaran itu perhatiannya kepada anak satu itu lebih dari kepada yang lain, sehingga dalam kalangan anak-anaknya sendiri timbul iri hati. Padahal inilah satu kepercayaan takhayul yang tidak berdasar, yang hanya timbul dari angan-angan. Kepercayaan begini membahayakan bagi aqidah; dengan tidak disadari orang dapat mempersekutukan Allah dengan salah seorang putranya. Na'udzu billah!
“Kemudian apabila mengena kepada kamu suatu bahaya, maka kepada-Nya kamu berteriak-teriak."
Ujung ayat ini telah meneropong kebobrokan jiwa manusia. Sedang dibanjiri oleh Allah dengan nikmat, Allah dibelakangi. Demi datang bahaya dengan tiba-tiba, memekik-mekik, berteriak-teriak, minta tolong lepaskan dari bahaya itu. Padahal kalau sedang mendapat nikmat dia tenang bersyukur kepada Allah, niscaya jika datang bahaya dengan ber-tenang pula dia menyujudkan dirinya kepada Allah, dengan tidak usah mengeluh.
Ayat 54
“Kemudian apabila dilepaskan-Nya bahaya itu dari kamu, tiba-tiha ada segolongan dari kamu mempersekutukan Allah mereka."
Hinanya jiwa yang seperti ini, apalah ubahnya dengan anjing. Di waktu terjepit dia menyalak, setelah ditolong orang melepaskan, dia menggerutu dan mengeluarkan saing, tidak kenal terima kasih. Setelah manusia lepas dari bahaya lalu memperserikatkan Allah. Dengan siapa? Misalnya ialah orang yang telah diikat seluruh dirinya oleh bahaya, lalu dia pergi bernadzar dan berkaul kepada sebuah kuburan yang dianggapnya keramat.
Lalu dia pulang sehabis mendoakan kepada Allah di kubur itu. Beberapa waktu kemudian, dia pun terlepas dari utang. Maka memuji syukurlah dia kepada kuburan keramat itu, sebab menurut kepercayaannya, kubur itulah yang menolong dia.
Seketika penulis tafsir ini melawat ke Amerika di tahun 1952, singgahlah penulis ke kota Salt Lake City, di negara bagian Utah, tempat madzhab Kristen Mormonism yang terkenal karena mengizinkan beristri banyak (poligami) berapa kuat. Jadi lebih dari yang ditentukan Islam, yaitu empat. Seketika dibawa berziarah ke gereja mereka, di halaman gereja itu penulis dapati patung dari seekor burung elang putih! Lalu penunjuk jalan— seorang Mormon—menceritakan bahwa burung putih itulah yang menyelamatkan tanaman mereka ketika nenek moyang mereka mula pindah ke negeri itu. Yaitu mereka telah menanam gandum. Seketika gandum mulai akan disabit, dan sangat subur luar biasa, tiba-tiba kelihatanlah di udara berjuta-juta belalang yang hendak hinggap ke atas gandum yang sedang menguning itu. Kalau jadilah belalang berjuta itu hinggap, habislah segala jerih payah dan kelaparanlah yang menunggu mereka, artinya kematian merata. Sedang daerah-daerah yang lain dalam sangat kerasnya membekot mereka, sebab mereka di bawah pimpinan “nabi" mereka Adam Smith dan “Khalifahnya" Bringham Young telah me-negakkan agama “baru". Berpekikanlah orang di tepi sawah, dan berlututlah berdoa mana yang saleh. Tiba-tiba dalam saat itu juga, muncullah beribu-ribu burung putih, datang dari Tasik Asin (Salt Lake) itu menghalau dan me-makani belalang berjuta-juta itu. Sangat hebat perang di udara.
Belalang-belalang itu kalah!
Sebab itu kata penunjuk jalan kami bersyukur kepada burung itu dan kami sembahyang buat burung-burung itu setiap tanggal kejadian itu dan kami dirikanlah patungnya di sini.
Penulis termenung, dan teringat akan ayat yang sedang kita tafsirkan ini. Ajaran Islam ialah bahwa kepada yang mengerahkan burung-burung itulah bersyukur, bukan kepada burungnya.
Ayat 55
“Kanena mereka tidak hendak bentenima kasih terhadap apa yang Kami berikan kepada mereka, maka bensenang-senanglah."
Bermanjalah dan bergembiralah dalam kemewahan dan kemusyrikan.
“Ketak kamu akan mengetahui."
Inilah ancaman Allah yang mengandung kemurkaan, terhadap manusia yang tidak tahu diri, yang iman setipis kulit dasun.
Ayat 56
“Dan mereka jadikan bagi batang yang tidak mereka ketahui suatu peruntukan dari apa yang Kami anugenahkan kepada mereka."
Ini suatu syirik yang lebih jahat lagi. Yaitu Allah Ta'aaia memberi mereka rezeki, lalu se-bagian dari rezeki yang diberikan Allah dihadiahkannya kepada berhala; diuntukkannya atau diasingkannya untuk berhala, atau ada bagian yang tertentu untuk pujaan mereka.
“Demi Allah! Sesungguhnya kamu akan ditanya dari hal yang kamu ada-adakan itu."
Akan diminta kepada mereka pertanggungjawaban, apa sebab, dengan alasan apa, anugerah Allah Tuhanmu Yang Tunggal, kamu berikan sebagian kepada berhala yang kamu jadikan pengganding Allah? Inilah pertanyaan yang sukar buat dijawab! Hal ini sudah banyak dibicarakan dalam surah al-An'aam.
Ayat 57
“Dan mereka adakan bagi Allah anak-anak perempuan, Mahasuci Dia."
Kaum musyrikin mengatakan bahwa Allah beranak, anak itu ialah perempuan. Dan dia adalah malaikat. Jadi malaikat itu adalah perempuan. Allah Mahasuci daripada beranak dan diperanakan.
“Dan bagi mereka adalah apa yang mereka ingini."
Dan mereka sendiri, orang Quraisy khususnya dan orang Arab umumnya tidak suka anak perempuan. Mereka lebih suka dapat anak laki-laki. Tetapi bagi Allah mereka tentukan anak perempuan.
Ayat 58
“Dan apabila diberi berita seorang di antara mereka dengan anak perempuan, jadilah mukanya hitam, sedang mereka sangat marah."
Ayat 59
“Mereka betsentbunyi dari manusia, lantaran batuknya yang diberitakan kepada mereka itu."
Tidak ada malu rupanya yang sebesar itu, sehingga tidak terlihat muka orang. Selama anak perempuan itu masih hidup, malu itu masih tetap ada. Lalu mereka berpikir, “Apakah akan dipeliharanya" terus anak perempuan itu sampai dia dewasa “dengan kehinaan" dalam pandangan masyarakat, sebab dia beranak perempuan, “atau akan disumbatkannya ke dalam tanah." Begitulah anggapan mereka beratus tahun lamanya terhadap anak perempuan, dan tidak jarang kejadian anak perempuan itu dikuburkan hidup-hidup, untuk menghabiskan malu itu. Sekarang dengan congkaknya mereka putuskan bahwa kalau mereka beranak perempuan ada hina dan malu, tetapi Allah anak-Nya ialah perempuan!
“Amat batuklah apa yang mereka hukumkan itu."