Ayat
Terjemahan Per Kata
إِن
jika
تَحۡرِصۡ
kamu sangat mengharapkan
عَلَىٰ
atas
هُدَىٰهُمۡ
petunjuk mereka
فَإِنَّ
maka sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَا
tidak
يَهۡدِي
memberi petunjuk
مَن
orang
يُضِلُّۖ
Dia sesatkan
وَمَا
dan tidak ada
لَهُم
bagi mereka
مِّن
dari
نَّـٰصِرِينَ
para penolong
إِن
jika
تَحۡرِصۡ
kamu sangat mengharapkan
عَلَىٰ
atas
هُدَىٰهُمۡ
petunjuk mereka
فَإِنَّ
maka sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَا
tidak
يَهۡدِي
memberi petunjuk
مَن
orang
يُضِلُّۖ
Dia sesatkan
وَمَا
dan tidak ada
لَهُم
bagi mereka
مِّن
dari
نَّـٰصِرِينَ
para penolong
Terjemahan
Jika engkau (Nabi Muhammad) berusaha keras untuk memberi mereka petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang telah Dia sesatkan dan mereka tidak mempunyai penolong.
Tafsir
(Jika kamu sangat mengharapkan) hai Muhammad (agar mereka dapat petunjuk) sedangkan Allah telah menyesatkan mereka niscaya kamu tidak akan mampu melakukan hal itu (maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya) dapat dibaca yudhillu dan yudhallu, artinya orang yang dikehendaki-Nya sesat (dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong") yang dapat mencegah azab Allah atas diri mereka.
Tafsir Surat An-Nahl: 35-37
Dan berkatalah orang-orang musyrik, "Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. Allah ﷻ menyebutkan tentang teperdayanya orang-orang musyrik oleh kemusyrikan mereka dan alasan mereka yang berpegang kepada takdir, yang hal ini terungkapkan melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah suatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya. (An-Nahl: 35) seperti mengharamkan hewan ternak bahirah, saibah, wasilah, dan lain sebagainya yang mereka buat-buat sendiri tanpa ada keterangan dari Allah yang menjelaskannya.
Dengan kata lain. perkataan mereka mengandung kesimpulan bahwa seandainya Allah ﷻ tidak suka dengan apa yang mereka perbuat, tentulah Allah mengingkari perbuatan itu dengan menurunkan hukuman, dan tentulah Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukannya. Allah ﷻ membantah alasan mereka yang keliru itu melalui firman-Nya: maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (An-Nahl: 35) Yakni duduk perkaranya tidaklah seperti yang kalian duga, bahwa Allah tidak mengingkari perbuatan kalian itu. Sesungguhnya Allah telah mengingkari perbuatan kalian dengan pengingkaran yang keras, dan Dia telah melarang kalian melakukannya dengan larangan yang kuat.
Dia telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat, yakni kepada setiap generasi dan sejumlah manusia. Semua rasul menyeru mereka untuk menyembah Allah dan melarang mereka menyembah selain-Nya: Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Tagut. (An-Nahl: 36) Allah ﷻ terus-menerus mengutus rasul-rasul-Nya kepada manusia dengan membawa risalah (tauhid) itu sejak terjadinya kemusyrikan di kalangan Bani Adam, yaitu sejak kaumnya Nabi Nuh, Allah mengutus Nabi Nuh kepada mereka. Nuh a.s. adalah.rasul yang mula-mula diutus oleh Allah kepada penduduk bumi, lalu diakhiri oleh Nabi Muhammad ﷺ yang seruannya mencakup semua lapisan manusia dan jin, di belahan timur dan belahan barat bumi Semua rasul Allah menyerukan hal yang sama, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya dalam ayat yang lain: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku. (Al-Anbiya: 25) Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah? (Az-Zukhruf: 45) Dan dalam ayat berikut ini Allah ﷻ berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu. (An-Nahl: 36) Maka sesudah adanya keterangan ini, bagaimanakah seorang musyrik dapat diperkenankan mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya: Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia. (An-Nahl: 35) Kehendak Allah secara syar'i tentang mereka tidak ada, karena Allah ﷻ telah melarang mereka berbuat hal itu melalui lisan rasul-rasul-Nya.
Adapun mengenai kehendak Allah yang bersifat kauni (kenyataan) yang mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut secara takdir, maka tidak ada hujah (alasan) bagi mereka dalam hal ini. Karena Allah telah menciptakan neraka dan para penduduknya dari kalangan setan dan orang-orang kafir. Dia tidak rela hamba-hamba-Nya berlaku kafir. Dalam menentukan hal tersebut Allah mempunyai alasan yang kuat dan hikmah yang bijak. Kemudian sesungguhnya Allah ﷻ telah memberitakan bahwa Dia mengingkari parbuatan mereka dengan menimpakan siksaan kepada mereka di dunia sesudah para rasul memberikan peringatan kepada mereka.
Untuk itulah Allah ﷻ menyebutkan dalam firman-Nya: Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An-Nahl: 36) Dengan kata lain, tanyakanlah nasib yang dialami oleh orang-orang yang mendustakan perkara yang hak dan menentang rasul-rasul Allah, bagaimanakah: Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10) Allah ﷻ telah berfirman pula: Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (Al-Mulk: 18) Kemudian Allah ﷻ memberitahukan kepada Rasul-Nya bahwa keinginannya yang mendambakan agar mereka (orang-orang kafir) mendapat petunjuk tidak ada manfaatnya bagi mereka bilamana Allah telah menghendaki kesesatan mereka. Sama halnya dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. (Al-Maidah: 41) Nuh a.s.
berkata kepada kaumnya yang disitir oleh firman-Nya: Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kalian, sekiranya Allah hendak menyesatkan kalian. (Hud: 34) Dan dalam ayat berikut ini Allah ﷻ berfirman: Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya. (An-Nahl: 37) Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186) Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97) Adapun firman Allah ﷻ: maka sesungguhnya Allah. (An-Nahl: 37) Yakni perihal dan urusan-Nya ialah bahwa apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi.
Dalam ayat berikutnya disebutkan: tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya. (An-Nahl: 37) Maka siapakah yang dapat memberinya petunjuk bila bukan Allah? Jawabannya tentu saja tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (An-Nahl: 37) yang dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah dan belenggu siksaan-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54)"
Nabi Muhammad sangat berharap kaum kafir mendapat petunjuk.
Allah lalu menegaskan, Jika engkau berusaha sekuat tenaga dan sangat
mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka itu tidak akan berhasil karena sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang
yang disesatkan-Nya, yakni dibiarkan sesat karena lebih memilih jalan
kesesatan itu, dan mereka tidak mempunyai penolong yang dapat menyelamatkan mereka. (Lihat: Surah al-Qashash/28: 56)Bukti-bukti keesaan Allah yang telah disaksikan oleh orang kafir
tidak membuat mereka beriman kepada Allah dan hari kebangkitan.
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah yang sungguhsungguh, Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati. Tidak demikian halnya! Allah pasti akan membangkitkannya sebagai suatu janji yang
benar dari-Nya. Dia pasti akan menepatinya, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.
Allah ﷻ lalu menjelaskan kepada Nabi Muhammad ﷺ agar jangan kecewa menghadapi keingkaran kaumnya dan pembangkangan yang berlebihan, padahal Rasul sendiri sangat menginginkan mereka menjadi orang-orang yang beriman. Allah ﷻ menjelaskan kepada Rasulullah ﷺ bahwa meskipun dia sangat mengharapkan agar kaumnya mendapat petunjuk dan mengikuti seruannya, harapan tersebut tidak ada gunanya apabila Allah tidak menghendaki mereka mendapat petunjuk karena mereka telah menentukan pilihannya sendiri. Mereka itu berpaling dari bimbingan wahyu dan tertarik kepada tipu daya setan sehingga terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan dan kemusyrikan.
Allah ﷻ berfirman:
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (al-Qasas/28: 56)
Dan firman-Nya:
Dan nasihatku tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin memberi nasihat kepadamu, kalau Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (Hud/11: 34)
Dan firman Allah:
Dan barang siapa disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang memberi petunjuk baginya. (ar-Ra'd/13: 33)
Karena itulah Allah tidak akan memberikan petunjuk lagi kepada mereka, karena mereka telah memilih kesesatan dan telah diberi penjelasan akibat yang akan menimpa diri mereka.
Di akhir ayat, Allah ﷻ menjelaskan bahwa apabila Ia berkehendak untuk menyiksa mereka, tidak ada seorang pun yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka. Allah berkuasa kepada makhluk-Nya dan Allah yang menentukan nasib makhluk itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 37
“Jika engkau sangat harap supaya mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidaklah akan memberikan petunjuk kepada barangsiapa yang menyesatkan."
Mereka itu bukan saja telah sesat, tetapi mengajak pula kepada orang lain supaya turut sesat. Sebab itu Rasul janganlah terlalu mengharapkan dan menghabiskan tenaga untuk memperbaiki orang seperti demikian. Tempo akan terbuang dengan percuma. Tetapi ajaklah yang lain, yang hatinya lebih bersih.
“Dan tidaklah ada bagi mereka orang-orang yang akan menolong “
Bagi mereka itu kekufuran dan kemusyrikan sudahlah menjadi sikap jiwa, dan tidak akan dapat berubah lagi. Orang yang akan menolong melepaskan mereka dari suasana itu pun tidak ada. Itulah pemuka-pemuka Quraisy yang bertahan pada kejahiliyyahan itu.
Ayat 38
“Dan mereka bensumpah dengan nama Allah, sebenar-benar sumpah, Tidak akan dibangkitkan oleh Allah orang yang sudah mati!"
Mereka berani bersumpah dengan membawa nama Allah, mempertahankan pendirian itu, padahal Allah-lah yang menjelaskan dengan wahyu, bahwa Allah sendiri yang menentukan bahwa orang yang sudah mati, kelak akan dibangkitkan kembali. Sampai demikianlah kekufuran mereka. Bagi mereka hidup ini hanya hingga ini, setelah itu mati dan habis. Bangkit-membangkit kembali tidak ada. Maka sambungan ayat memberikan ketegasan, “Sungguh janji atasnya adalah benar." Soal kebangkitan kembali, soal Kiamat adalah janji yang benar dari Allah, dan pasti terjadi.
“Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Artinya, karena kebodohan mereka dan karena tidak mendalamnya kepercayaan akan adanya hari Kebangkitan itu. Mereka ada mempunyai dasar kepercayaan akan adanya Allah; sebab itu mereka berani bersumpah dengan nama Allah, tetapi karena mereka menolak keterangan nabi-nabi tidaklah mereka percayai akan adanya hari berbangkit itu. Padahal hidup kita tidaklah selesai hingga dunia ini saja.
Hari berbangkit pasti datang,
Ayat 39
“Untuk ditenangkan-Nya kepada mereka dari hal yang mereka perselisihkan padanya."
Di akhirat itulah kelak Allah memberi penyelesaian perkara-perkara yang mereka perselisihkan dan pertengkaran selama ini, yang di dunia tidak ada keputusan, karena hanya bersikeras mulut saja.
“Dan supaya tahulah otang-otang yang kafir itu bahwa sesungguhnyalah mereka itu berdusta."
Mereka telah berani bersumpah mempertahankan pendirian bahwasanya Kiamat tidak akan datang, manusia yang telah mati tidak akan dibangkitkan kembali. Tetapi kata yang jitu untuk mempertahankan pendirian itu tidak pula ada. Sumpah saja tidaklah mencukupi, pada perkara yang tidak ada alasan. Maka jika Kiamat yang terjadi esok, akan jelaslah dan tahulah orang-orang yang kafir itu bahwa sumpah-sumpah dan keterangan-keterangan mereka semasa hidup itu hanya kosong belaka,
Ayat 40
‘Tidak tain perkataan Kami bagi sesuatu, apabila Kami menghendakinya, bahwa Kami katakan„ “Jadilah!" maka dia pun jadi"
Naik menciptakan alam, atau menzahir-kan manusia ke dunia, atau hendak meng-hancurkan susunan alam yang sekarang ini, atau memanggil bangkit kembali manusia yang telah mati, hanya bagi manusia yang sulit memikirkan, adapun bagi Allah urusan itu hanya satu kalimat saja. Yakni apabila Dia katakan, “Jadi!" Semaupun jadilah menurut apa yang dikehendaki-Nya. Atau jadi bangun atau jadi hancur, sebab kekuasaan Allah adalah Mahamutlak.
Artinya, bahwa Ailah tidak berkehendak kepada ketentuan orang lain dalam hal yang Dia kehendaki, tidak ada yang dapat menghalangi dan menyalahi. Karena Dia Maha Esa, Mahakuasa dan Mahaagung, yang segala sesuatu tunduk kepada kekuasaan-Nya, kega-gahan-Nya dan keperkasaan-Nya, Tidak ada Allah selain Dia dan tidak pula pengatur.
HIJRAH
Ayat 41
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah, dari sesudah mereka dianiaya."
Itulah janji Allah terhadap orang-orang yang beriman, yang selama masih di Mekah, selama permulaan dakwah itu sangatlah tergencet hidup mereka, karena kebencian dan sifat-sifat permusuhan yang dilontarkan orang Quraisy kepada mereka. Mereka disuruh berpindah saja (hijrah) karena Allah dan Rasul, meninggalkan kampung halaman, sanak dan saudara, hanya semata-mata karena mengharapkan keridhaan Allah. Menurut pendapat Ibnu Katsir, demikian juga al-Qurthubi, sebab turun ayat ialah menghargai mereka yang berhijrah ke negeri Habsyi sampai dua kali, yang hijrah karena sudah sangat sekali menderita dari kaum mereka di Mekah, sehingga mereka hijrah ke negeri Habsyi supaya mendapat kebebasan melakukan ibadah kepada Allah mereka. Di antara yang terkemuka di kalangan yang hijrah itu ialah Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah, putri Rasulullah dan Ja'far bin Abi Thalib, anak paman Rasulullah dan Abu Salamah bin Abui Aswad beserta satu jamaah lebih-kurang delapan puluh orang, laki-laki dan perempuan, yang semuanya sahabat setia kepada Rasulullah ﷺ. Semuanya dengan penuh iman meninggalkan kampung halaman. Maka Allah memberikan janji, “Sungguh akan Kami berikan kepada mereka tempat yang baik di dunia ini."
Janji Allah itu telah dipenuhi. Sepeninggal mereka hijrah ke Habsyah, Rasulullah ﷺ sendiri bersama Muhajirin yang lain meninggalkan negeri Mekah, lalu pindah ke Madinah. Maka kaum Muhajirin yang hijrah ke Habsyi itu setelah pulang kembali, tidak pulang ke Mekah, melainkan terus bersama hijrah ke Madinah. Di tempat hijrah yang besar itulah mereka mendapat tempat yang baik di sisi Allah dan jaminan hidup, kebahagiaan dan kebebasan. Ahli tafsir mengatakan bahwa mereka mendapat rezeki yang baik. Kata Ibnu Katsir, “Mereka tinggalkan tempat-tempat tinggal mereka dan harta benda mereka, lalu diganti Allah dengan yang lebih baik di dunia ini. Karena “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik daripadanya." Itu pun telah terjadi, mereka telah dikukuhkan Allah dalam negeri-negeri, mereka telah menjadi yang dipertuan memerintah hamba Allah, mereka telah menjadi penguasa yang memerintah, dan semuanya menjadi imam dari orang-orang yang Muttaqin. Dan kemudian Allah pun menyatakan lagi janji-Nya, bahwasanya pahala bagi orang yang berhijrah pada jalan Allah itu di akhirat akan lebih besar lagi daripada apa yang telah diterimanya di dunia. Sebab itu maka lanjutan firman Allah ialah
“Tetapi ganjaran di akhirat adalah lebih besar, jikalau mereka ingin tahu."
Betapa tidak? Bukankah hijrah itu mereka lakukan karena Allah? Karena agama? Bukan karena ingin kekayaan dan bukan karena keinginan duniawi. Sebab itu sebagaimana tersebut dalam ayat-ayat yang lain, bahwasanya orang yang berjuang menuju akhirat, dunianya akan menurut sekali, akan terbawa sambil lalu. Tetapi orang yang berjuang untuk dunia saja, akhiratnya tidak akan dapat.
Siapakah orang-orang yang akan mendapat kebaikan dunia dan kebaikan yang lebih tinggi di akhirat itu? Bisakah semua orang?
Ayat 42
“(Ialah) orang-orang yang saban; dan kepada Tuhan merekalah mereka bertawakal.
Sabar dan tawakal, inilah dua syarat mutlak dari kemenangan. Sebab tidaklah sekaligus akan terjadi perubahan nasib. Misalnya pindah dari Mekah ke Madinah, Sampai di Madinah terus sekali hidup kaya, hidup mewah dan senang. Tidak! Semuanya mesti direbut dengan kesabaran. Sabar ketika menempuh ke muka, sabar ketika bertahan, sabar ketika apa yang dimaksud belum berhasil seketika itu juga. Sabar ketika menghadapi kesulitan. Tabah! Dalam sabar hendaklah tawakal, yaitu serahkan kebijaksanaan tertinggi kepada Allah, jangan mengeluh.
Inilah yang dipusakakan kepada kita, umat Muhammad ﷺ sampai akhir zaman. Apa jua pun perjuangan yang dihadapi, kecilkah atau besarkah, yang akan berjaya hanyalah orang yang sabar dan tawakal. Dan Betapapun yang dihadapi, baguskah, muliakah, cita-cita tinggikah atau yang lainkah; kalau sabar dan tawakal tidak ada, niscaya akan gagal.
Ayat 43
“Dan tidaklah Kami mengutus sebelum engkau melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka."
“Maka bertanyalah kepada ahli-ahli yang telah mempunyai peringatan, jika kamu belum mengetahui."
Kalau masih kurang percaya akan hal itu, mereka boleh menanyakan kepada Ahludz Dzikri, ahli peringatan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran dari nabi-nabi yang dahulu itu. Kalau mereka orang-orang yang jujur, niscaya akan mereka beritahukan hal yang sebenarnya itu.
Di sini tersebut Ahludz Dzikri, orang yang ahli peringatan, atau orang yang ber-pengetahuan lebih luas. Umum arti ayat me-nyuruhkan orang yang tidak tahu bertanya kepada yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu adalah umum sifatnya, berfaedah buat mencari kebenaran. Menurut yang di-rawikan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa Ahludz Dzikri di sini maksudnya ialah Ahlul Kitab. Sebelum Ahlul Kitab itu dipengaruhi oleh nafsu ingin menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa nabi-nabi dan rasul-rasul yang terdahulu itu semuanya adalah manusia belaka, manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah.
Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasanya kita boleh menuntut ilmu kepada ahlinya, di mana saja dan siapa saja; sebab yang kita cari ialah kebenaran.
Ulama besar Syi'ah yang terkenal, cucu Rasulullah ﷺ, Ja'far al-Baqir, menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan Ahludz Dzikri ialah kita sendiri, yaitu bahwasanya ulama dari umat inilah yang berhak disebut Ahludz Dzikri. Sebab beberapa ayat dalam Al-Qur'an menyebutkan bahwa Al-Qur'an itulah adz-Dzikr.
Yang mana pun di antara kedua tafsir itu tidaklah berlawanan. Dalam hal yang mengenai ilmu-ilmu agama Islam sendiri niscaya kita bertanya kepada Ahludz Dzikri dalam hal Islam, dan ilmu-ilmu yang lain, yang lebih umum kita tanyai pula kepada Ahludz Dzi-krinya sendiri; tandanya kita berpaham luas dan berdada lapang.
Nabi-nabi dan rasul-rasul itu diutus Allah.
Ayat 44
“Dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab"
Penjelasan, yaitu keterangan-keterangan dan alasan-alasan untuk menguatkan pendirian bahwa Allah Ta'aala itu ada dan tunggal, tidak berserikat dengan yang lain."Kitab-kitab", zubur kata jamak dari zabur, artinya kitab-kitab. Semua kitab-kitab itu, baik Taurat yang diturunkan kepada Musa, Injil kepada Isa, Mazmur atau Zabur kepada Dawud, dan Shuhuf, yaitu catatan-catatan yang diterima Nabi Ibrahim, demikian juga catatan wahyu kepada nabi-nabi Armiyah, Hazqial, Asy'iya, Malaikhi, Darial dan lain-lain, semuanya itu disebut zubur, artinya kitab-kitab, besar dan kecil. “Dan Kami turunkan kepada engkau peringatan."—yaitu Al-Qur'an—"supaya engkau terangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka." Dengan ayat ini teranglah bahwa kewajiban Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan peringatan (Al-Qur'an) bukan-lah kewajiban yang baru sekarang, melainkan sambungan mata rantai saja dari rencana Allah membimbing dan memberi petunjuk umat manusia yang telah dimulai sejak Adam sampai kepada berpuluh rasul sesudahnya, sampai kepada Muhammad ﷺ.
“Mudah-mudahan merekaakan berpikir."
Sebab maksud Al-Qur'an atau peringatan itu, memang yang utama sekali mengajak orang berpikir tentang dirinya, tentang hidupnya, tentang Tuhannya dan hubungannya dengan Allah itu.
Ayat 45
“Apakah akan merasa aman orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, bahwa akan dibenamkan oleh Allah mereka itu di bumi, atau datang kepada mereka adzab dari jurusan yang tidak mereka sadari."
Dengan cara pertanyaan, wahyu datang menyuruh menginsafkan mereka, bahwa kalau datang ketentuan Allah, mereka akan mudah saja mendapat hukuman Allah, karena kejahatan yang mereka kerjakan. Bagi Allah membalikkan bumi dan membenamkan mereka ke dalamnya adalah perkara mudah belaka. Sebentar saja, kalau Allah menghendaki. Atau datang adzab dengan tiba-tiba, dari jurusan yang tidak mereka sangka-sangka. Disumbat pintu adzab dengan taksiran dan perhitungan manusia dari sebelah barat, tahu-tahu adzab datang dari sebelah timur. Dijaga siksaan akan datang dari bawah, tiba-tiba turun dari atas. Dijaga musuh yang akan datang dari luar, rupanya musuh muncul dari dalam.
Ayat 46
“Atau disiksa-Nya mereka di dalam pulang batik mereka."
Di dalam gelisah ke hilir, ke mudik, di dalam berjalan ke sana kemari, di dalam menyusun rencana ini dan itu; dengan tiba-tiba saja siksaan Allah datang. Seumpama penduduk Sadd Ma'rib di negeri Saba di zaman purba. Hidup bermanja-manja karena air cukup, sebab telah dibangun simpanan air oleh nenek moyang, atau dam kata orang sekarang. Dalam mereka berbangga-bangga mereka tidak tahu bahwa semacam belut telah berangsur-angsur menembus dinding air itu dari tahun ke tahun, sedang pemeriksaan dan penelitian sangat lalai. Seketika bangunan runtuh dan hancur, tidak ada yang dapat mempertahankan lagi.
“Maka tidaklah mereka terlepas."
Ayat 47
“Atau disiksa-Nya mereka sedang dalam ketakutan."
Siksaan karena ketakutan, karena panik, seperti yang kita rasakan karena mendengar musuh telah dekat, atau karena penyakit menular, atau diserang oleh takut mati, padahal amalan belum ada dan cinta terlalu tertumpah kepada harta benda dan anak.
“Maka sesungguhnya Allah kamu adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Karena kasih dan sayang Allah, bahaya-bahaya demikian tidak selalu ada. Lebih banyak kita yang aman daripada yang susah. Lantaran itulah pula agaknya, maka banyak yang lupa dan durhaka.