Ayat
Terjemahan Per Kata
أَتَىٰٓ
telah/pasti datang
أَمۡرُ
ketetapan
ٱللَّهِ
Allah
فَلَا
maka janganlah
تَسۡتَعۡجِلُوهُۚ
kamu minta disegerakannya
سُبۡحَٰنَهُۥ
Maha Suci Dia
وَتَعَٰلَىٰ
dan Maha Tinggi
عَمَّا
dari apa
يُشۡرِكُونَ
mereka persekutukan
أَتَىٰٓ
telah/pasti datang
أَمۡرُ
ketetapan
ٱللَّهِ
Allah
فَلَا
maka janganlah
تَسۡتَعۡجِلُوهُۚ
kamu minta disegerakannya
سُبۡحَٰنَهُۥ
Maha Suci Dia
وَتَعَٰلَىٰ
dan Maha Tinggi
عَمَّا
dari apa
يُشۡرِكُونَ
mereka persekutukan
Terjemahan
Ketetapan Allah pasti datang. Maka, janganlah kamu meminta agar dipercepat (kedatangan)-nya. Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Tafsir
An-Nahl (Lebah)
Ketika orang-orang musyrik merasa lambat akan datangnya azab yang diancamkan kepada mereka, lalu turunlah firman-Nya: (Telah pasti datangnya ketetapan Allah) yakni hari kiamat. Lafal ataa diungkapkan dalam bentuk fi`il madhi untuk menunjukkan kepastian kejadiannya, artinya telah dekat (maka janganlah kalian meminta disegerakan datangnya) artinya janganlah kalian meminta disegerakan sebelum saatnya karena sesungguhnya hari kiamat itu pasti akan terjadi (Maha Suci Allah) kalimat ini mengandung makna memahasucikan Dia (dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan) di samping-Nya.
Tafsir Surat An-Nahl: 1
Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan (datang)nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan. Allah ﷻ menceritakan tentang dekat masa datangnya hari kiamat, yang hal ini diungkapkan dalam bentuk madi, menunjukkan bahwa hal itu pasti terjadi. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: l) Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: l) Adapun firman Allah ﷻ: maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. (An-Nahl: 1) Yakni telah dekat hal yang dianggap jauh itu, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan datangnya.
Damir yang ada pada tastajiluhu dapat diinterpretasikan bahwa ia merujuk kepada Allah. Dapat pula diinterpretasikan bahwa ia kembali kepada azab (siksa), keduanya saling menguatkan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya.
Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahanam benar-benar meliputi orang-orang kafir. (Al-'Ankabut: 53-54) Sehubungan dengan tafsir ayat ini, yaitu firman-Nya: Telah pasti datangnya ketetapan Allah. (An-Nahl: 1) Ad-Dahhak mengemukakan suatu pendapat yang aneh. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan amrullah ialah hal-hal yang difardukan oleh-Nya dan batasan-batasan larangan-Nya. Akan tetapi, Ibnu Jarir menyanggahnya. Untuk itu ia mengatakan, "Kami tidak pernah mengetahui ada seorang yang meminta agar hal-hal yang fardu dan hukum-hukum syariat disegerakan pelaksanaannya sebelum waktu keberadaannya.
Lain halnya dengan azab, mereka meminta agar azab disegerakan sebelum tiba masa turunnya, sebagai ungkapan rasa tidak percaya dan anggapan mustahil akan terjadi." Menurut kami, pendapat ini sama dengan yang disebutkan dalam firman-Nya: Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi).
Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang- orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Asy-Syura: 18) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Yahya ibnu Adam, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Muhammad ibnu Abdullah maula Al-Mugirah ibnu Syu'bah, dari Ka'b ibnu Alqamah, dari Abdur Rahman ibnu Hujairah, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kelak di dekat hari kiamat akan muncul kepada kalian awan hitam dari ufuk barat seperti tameng.
Awan itu terus meninggi di langit. Kemudian dari dalamnya terdengar suara yang menyerukan, "Hai manusia!" Maka semua manusia terpusatkan perhatiannya kepada suara itu dan berkata, "Apakah kalian mendengar suara itu? Maka sebagian dari mereka ada yang mengatakan, "Ya, dan sebagian yang lain meragukan. Kemudian berserulah suara itu untuk kedua kalinya, "Hai manusia!" Maka sebagian dari mereka menanyakan kepada sebagian yang lain, "Apakah kalian mendengarnya? Maka mereka mengatakan, "Ya.
Kemudian suara itu berseru lagi untuk ketiga kalinya, "Hai manusia, telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan (datang)nya. Selanjutnya Rasulullah ﷺ bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya dua orang lelaki benar-benar -menggelarkan pakaian, maka keduanya tidak sempat melipatnya kembali selama-lamanya (karena hari kiamat terjadi). Dan sesungguhnya seorang lelaki benar-benar sedang membedah saluran airnya, maka ternyata dia tidak sempat mengalirkannya barang sedikit pun untuk selama-lamanya. Dan sesungguhnya seorang lelaki benar-benar sedang memerah susu untanya, tetapi ia tidak dapat meminumnya untuk selama-lamanya.
Perawi mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan semua orang sibuk dengan keadaan dirinya sendiri dan lupa kepada yang lainnya. Kemudian Allah ﷻ menyucikan diri-Nya dari kemusyrikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap-Nya dengan yang lain dan penyembahan mereka terhadap tuhan yang lain di samping Allah, yaitu berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka jadikan sebagai sekutu Allah. Mahasuci dan Mahatinggi Allah dengan ketinggian yang setinggi-tingginya dari apa yang mereka lakukan, mereka adalah orang-orang yang mendustakan adanya hari kiamat. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan. (An-Nahl: 1)"
Allah menegaskan bahwa ketetapan Allah, yaitu hari kiamat dan
masa ketika para pendurhaka akan menerima azab, pasti datang, maka
janganlah kamu, wahai para pendurhaka, meminta agar dipercepat kedatangan-nya. Mahasuci Allah dari segala aib, kesyirikan, dan kekurangan,
dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka sembah, berupa berhala atau
apa pun juga yang mereka persekutukan dengan Dia. Menjelaskan kesempurnaan ketetapan dan penciptaan-Nya, Allah
berfirman, Dia menurunkan para malaikat, yakni Malaikat Jibril, membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki untuk
diberi wahyu di antara hamba-hamba-Nya yang taat dan suci jiwanya.
Inti wahyu itu ialah pesan yang berisi, Peringatkanlah oleh kalian,
wahai hamba-hamba yang Aku beri wahyu, bahwa tidak ada tuhan, penguasa alam raya, pencipta langit dan bumi yang berhak disembah
selain Aku Yang Mahaesa dan Mahakuasa, tidak ada sekutu bagi-Ku,
maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. Berimanlah kepada-Ku, laksanakanlah semua perintah-Ku, dan tinggalkanlah segala laranganKu. (Lihat: Surah Ga'fir/40: 15 dan asy-Syura'/42: 52).
Allah menegaskan bahwa ketetapan Allah pasti datang. Maksud ketetapan Allah dalam ayat ini ialah hari kiamat yang telah diancamkan kepada kaum musyrik dan orang-orang kafir. Mereka secara berolok-olok meminta kepada Nabi agar azab hari kiamat itu segera didatangkan. Itulah sebabnya, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk mengatakan bahwa azab Allah yang akan dijatuhkan kepada mereka pasti terjadi. Allah ﷻ melarang mereka agar tidak meminta azab itu disegerakan datangnya, karena azab hari kiamat itu akan datang pada waktu yang telah ditentukan dan diputuskan-Nya.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ memberitakan datangnya hari kiamat dengan menggunakan kata kerja bentuk lampau (fi'il madhi) padahal azab itu belum terjadi. Hal ini memberikan pengertian bahwa azab itu betul-betul akan terjadi. Ayat ini mengandung ancaman bagi orang-orang kafir dan sekaligus mengandung pemberitahuan kepada mereka bahwa azab yang akan ditimpakan kepada mereka dan kehancuran mereka telah dekat dan pasti datang.
Allah ﷻ menyatakan bahwa Dia Mahasuci dari apa yang mereka persekutukan. Dia tidak memerlukan sekutu dan pembantu untuk menjatuh-kan azab kepada mereka. Bantahan ini sebagai jawaban terhadap pernyataan mereka bahwa mereka akan meminta bantuan (syafa'at) kepada patung-patung yang mereka sembah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AN'NAHL
(LEBAH)
SURAH KE-16,128 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-128)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
KEHENDAK ALLAH
Ayat 1
“Pastilah akan datang perintah Allah, maka janganlah kamu meminta dia dilekaskan."
Datang permulaan surah ini dan pangkal ayat ini dengan kepastian bahwa kehendak Allah atau perintah Allah itu pasti datang, pasti berlaku. Tidak diragukan lagi padanya. Sebab turun ayat ini ialah karena kaum musyrikin Mekah itu selalu mendesak, desakan yang timbul dari tantangan dan penolakan. Nabi ﷺ selalu menyampaikan ancaman bahwa kalau mereka tidak juga taat dan menerima apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak juga berhenti menyembah berhala, adzab siksaan Allah pasti datang, kehendak Allah akan berlaku, perintahnya mesti jadi. Mereka mendesak-desak, kalau memang adzab itu mesti datang, datangkanlah sekarang juga. Karena adzab itu tidak segera datang, mereka pun bertambah mengejek dan bertambah menolak. Dan mereka anggaplah bahwasanya segala yang diancamkan oleh Muhammad ﷺ itu adalah omong kosong belaka. Tidak ada hakikatnya dan tidak ada ujudnya. Mereka tidak mau memerhatikan hikmat Allah yang terkandung di dalam perintah-perintah yang datang. Mereka tidak mau merenungkan kejadian alam yang ada di keliling, yang sepatutnya mengetuk hati dan perasaan. Padahal ketundukan kepada kebenaran dengan mempergunakan akal dan perasaan, budi dan sopan adalah lebih mesra daripada menunggu siksaan adzab lebih dahulu baru tunduk. Sebab itu maka pada sambungan ayat diterangkanlah kepada mereka bahwa mereka tidak perlu mendesak-desak supaya adzab itu dilekaskan. Sebab hikmat tertinggi, penentuan waktu dan kebijaksanaan adzab atau menurunkan sa'ah kepastian sudah ada ketentuannya pada Allah sendiri.
“Mahasuci Dia dan Mahatinggi, dari apa yang mereka sekutukan itu."
Allah itu Mahasuci dan Mahatinggi. Tidaklah makhluk yang mesti menentukan perbuatan dan kehendak Allah, tetapi Aliahlah yang menentukan apa kehendak-Nya. Orang yang bisa menyembah berhala atau barang yang lain, memang kerapkali berbuat demikian itu. Mereka perbuat sembahan dengan tangannya sendiri, lalu diperintahnya berhalanya itu supaya memperlakukan apa kehendaknya. Kalau'kehendaknya itu tidak diperlukan oleh berhalanya itu, dia pun marah kepada berhala tadi, lalu disumpah-sumpahinya atau tidak disembahnya lagi. Maka berhubungan dengan Allah adalah hubungan yang teratur daripada hamba yang lemah kepada Allah Yang Mahakuasa.
Ayat 2
“Dia turunkan malaikat dengan ruh, dari perintah-Nya."
Arti ruh dalam ayat ini ialah wahyu. Allah memerintahkan membawa wahyu. Di ayat ini wahyu disebut ruh, sedang arti yang umum kita ketahui ialah nyawa. Maka cocoklah jika wahyu itu kadang-kadang disebut juga ruh; sebab dia adalah nyawa yang sejati dan nyawa sendiri, tegasnya bahwasanya hidup barulah berarti kalau sekiranya manusia mendapat tuntunan ruh dari Allah sendiri dengan wahyu yang Dia turunkan dengan perantaraan malaikat. “Atas barangsiapa yang dikehendaki-Nya daripada hamba-hamba-Nya." Maka dipilihlah oleh Allah sendiri kepada siapa ruh atau wahyu itu akan dihantarkan oleh malaikat. Pemilihan orang-orang utama yang dikehendaki Allah itulah yang disebut Yashthafi (Allah memilih). Maka terpilihlah nabi-nabi yang kita kenal itu. Sejak dari Nabi Adam, kemudian itu Nabi Nuh yang mulai membawa syari'at, diikuti oleh nabi-nabi yang lain, dua puluh lima orangnya tersebut di dalam Al-Qur'an dan ada juga yang namanya tidak disebutkan. Wahyu yang dibawa oleh malaikat dan disampaikan kepada nabi-nabi itulah yang menjadi ruh atau nyawa dari kehidupan manusia.
“Supaya mereka ancamkan bahwa tidak ada Tuhan, selain Allah. Maka takwalah kepada-Ku."
Dengan ujung ayat ini dijelaskanlah kepada kita bahwasanya inti pokok dari segala wahyu yang turun kepada rasul-rasul dan nabi-nabi pilihan Allah itu ialah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan kita hendaklah bertakwa kepada-Nya, Ajaran wahyu yang lain adalah bersumber dari sana. Itulah tauhid dan itulah hidup.
Ini dikuatkan lagi oleh apa yang termaktub di dalam surah al-Anfaal ayat 24, bahwasanya orang-orang yang beriman diseru supaya menuruti perintah yang disampaikan oleh Allah dan rasul. Sebab rasul itu “menyeru kamu kepada apa yang menghidupkan kamu."
Ajaran yang dibawa ruh atau wahyu ini, menjadilah pedoman hidup yang dibawa oleh sekalian rasul, menjadi pegangan umat Manusia selama dunia ini masih berkembang, tiada Tuhan melainkan Allah.
Rasul-rasul dan nabi-nabi itu telah datang dengan berbagai bahasa kepada kaum atau bangsa, tetapi isi kedatangan tidaklah berbagai, hanya satu, yaitu mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu, yaitu Allah. Inilah yang pokok, sedang syari'at bisa berubah-ubah.
Laa llaha liatlah, tiada Tuhan selain Allah. Untuk mengetahui, untuk memikirkan dan merasakan keesaan Allah itu, bahwa Dia tidak bersekutu dengan yang lain, disuruhlah kita insan ini merenungkan alam yang di sekeliling kita ini sejak langit dari bumi, sampai kepada manusia, sampai kepada binatang-binatang, sampai kepada kegunaan air, kegunaan lautan, kegunaan siang dan malam. Hendak mengenal Allah, kenallah dan perhatikanlah keajaiban penciptaannya.
Ayat 3
“Dia menciptakan semua langit dan bumi dengan benar."
Dengan benar, yaitu menurut peraturan-peraturan yang benar, yang tidak salah sedikit juga. Kalau salah sedikit saja peraturan semua langit dan bumi ini, hancurlah dia. Di antara kebenaran itu ialah adanya imbangan daya tarik, penentuan jarak letak di antara bintang dengan bintang, bulan dengan bumi, bumi dengan matahari. Demikian juga segala yang benar dalam bumi sendiri, misalnya tentang
undang-undang, “Yang berat jatuh ke bawah, yang ringan merapung ke atas", pencampuran kimia dan sebagainya, undang-undang ilmu hitung aljabar, matematika, geometri dan sebagainya. Bertambah direnung bertambah dekatlah kebenaran itu, dan ilmu pengetahuan ialah untuk mendekati kebenaran itu. Kemudian Allah berfirman untuk membentak orang-orang jahil yang memuja yang lain mempersekutukan Allah.
“Mahatinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan."
Ayat 4
“Dia jadikan manusia dari mani."
Bukan dari emas dan perak, bukan dari nur cahaya, bukan sang dewa yang turun dari kayangan, sehingga manusia itu patutlah tunduk kepada Allah.
“Tetapi tiba-tiba dialah pembantah yang nyata."
Manusia yang pembantah perintah Ilahi itu ialah manusia yang lupa akan asal kejadiannya. Orangyangsombong memang selalu orang yang tidak tahu diri.
Ayat 5
“Dan binatang-binatang ternak itu. Dia jadikan Itu buat kamu."
Ada kerbau, ada sapi, kambing, biri-biri dan unta. Semuanya dijadikan atau dijinakkan buat kamu.
“Padanya ada kehangatan dan banyak manfaat dan daripadanya kamu makan."
Kehangatan kamu dapat dari bulunya, yang dapat kamu tenun menjadi pakaian kamu, dan berbagai manfaat yang lain, misalnya kulitnya untuk sepatu dan lain-lain, dan darinya yaitu dari dagingnya kamu makan. Daging menjadi sangat penting sebagai gizi penguat badan.
Ayat 6
“Dan untuk kamu padanya ada keindahan, seketika kamu kembalikan dan seketika kamu keluarkan."
Amatlah indahnya ketika kamu, sebagai yang empunya atau sebagai juga pengem-balanya, mengiringkan binatang-binatang itu di petang hari dari padang kembali ke dalam kandangnya, betapa dia beriring-iring dengan perut kenyang; anak-anaknya mengiringkan induknya, bersinduk-sindukkan dengan gembiranya. Dan amat indahnya lagi ketika dia dikeluarkan pagi-pagi, dibuka pintu kandangnya lalu dihalaukan lagi ke padang rumput yang subur itu. Dengan secara pendek ayat ini telah menanamkan rasa seni dalam jiwa manusia. Alangkah indah kedua peristiwa itu. Misalnya di lereng bukit, rumputnya subur, matahari telah condong ke barat, gembala menghalaukan dengan tongkat di tangan. Apabila itu dilihat, timbullah rasa keindahan dalam jiwa, dan ingatlah kita akan sumber aslinya segala keindahan. AI-Jamal, yang mendapat sebutan terang pada ayat ini, yang dalam bahasa filsafat disebut estetik, adalah penyubur dari iman. Itu baru satu contoh saja, yaitu mengiringkan ternak masuk kandang di petang hari dan mengeluarkannya di pagi hari. Alangkah banyaknya lagi keindahan selain dari itu dalam alam ini. Dan alangkah kasarnya jiwa yang tidak dipupuk untuk mengenal keindahan, padahal keindahan adalah salah satu sifat juga dari Allah sarwa sekalian alam.
Ayat 7
“Dan dia memikul beban berat kamu kepada suatu negeri yang kamu tidak akan sampai kepadanya, kecuali dengan menyusahkan diri.".
Yang dituju oleh ayat ini adalah khusus unta. Betapa pentingnya unta sebagai alat perhubungan beribu tahun lamanya di negeri-negeri padang pasir, di Araba, di gurun pasir Gobi di Cina,*di gunung pasir Sahara di Afrika,
di India dan lain-lain. Binatang yang sabar dan tahan menderita. Mungkin kita menaksir bahwa dengan adanya alat perhubungan modern sekarang ini kepentingan unta telah terdesak, tetapi tampaknya belum. Yaitu masih laksana kepentingan becak di tengah kota Jakarta, meskipun telah diusahakan kendaraan bermotor yang lain, namun becak masih perlu, sebab ada gang-gang atau lorong-lorong yang tidak dapat dimasuki kalau tidak dengan becak. Demikian juga unta. Masih ada kampung-kampung Badwi yang hanya dapat dijelang dengan memakai unta.
“Sesungguhnyalah Tuhan kamu itu Maha Pencipta, Maha Penyayang."
Semuanya itu adalah tanda yang nyata daripada kasih sayang Allah kepada manusia. Kalau tidaklah ada binatang pengangkut beban demikian, bagaimanalah manusia akan berhubungan di antara satu negeri dengan negeri yang lain, padahal satu dengan yang lain sama-sama memerlukan.
Meskipun di dalam ayat ini dikhususkan untuk unta, niscaya di daerah selain Tanah Arab kita memandang juga kepentingan kerbau dan sapi sebagai alat pengangkutan. Di tanah Jawa sapi-sapi benggala yang besar menarik gerobak. Di Minangkabau dan Mandailing kerbau menarik pedari dari satu pekan ke pekan yang lain. Sekarang sudah banyak dipergunakan kendaraan bermotor, namun kegunaan kerbau dengan pedari itu masih tetap ada. Semuanya bekas dari kasih Allah.
Ayat 8
“Dan kuda, baghal dan keledai untuk kamu tunggangi dia dan jadi perhiasan."
Sehingga belum lama berlalu masanya, bahwa kuda tunggangan adalah merangkap jadi kendaraan dan perhiasan. Kendaraan raja-raja dan pahlawan, diberi pelana indah dan sanggurdi. Dilagakkan bahkan dipelajari tuahnya dengan melihat warnanya. Di negeri-negeri Barat terutama Inggris, pacuan kuda adalah permainan orang-orang bangsawan, sampai kini.
“Dan Dia jadikan (pula) apa yang tidak kamu ketahui."
Allah hanya memberi syarat bahwa di samping binatang-binatang ternak yang untuk kendaraan, yaitu kuda, baghal (peranakan di antara keledai betina dengan kuda jantan, sehingga bagal itu badannya sebesar badan kuda, tetapi berbentuk keledai dengan telinga besar), dan keledai, dan ada pula dijadikan Allah kendaraan lain yang kita tidak tahu. Niscaya menjalarlah pikiran kita di dalam menafsirkannya. Apakah yang diketahui Allah ialah yang tidak diketahui manusia di zaman Al-Qur'an turun? Yang di abad kita ini telah diajarkan Allah kepada manusia, yaitu kendaraan bermotor, mobil, kereta api, kapal udara dan akan ada lagi yang lain? Apakah kendaraan lain, yang sampai Kiamat pun manusia tidak akan dapat mengetahuinya, yaitu semacam Buraq Nabi Muhammad ﷺ yang beliau tunggangi seketika Isra', dan tangga emas yang beliau naiki seketika Mi'raj? Wallahu a'lam. Masih lebih banyak yang kita tidak tahu.
ALLAH PENUNJUK JALAN
Ayat 9
“Dan atas tanggungan Allah menunjukkan jalan."
Dengan secara halus sekali Allah mengalihkan pembicaraan dari perjalanan memakai kendaraan kepada perjalanan hidup ke-ruharian.
Dalam melakukan perjalanan dalam dunia ini, di permukaan bumi ini kita memakai ken-daraan; unta, kuda, keledai dan baghal. Kendaraan-kendaraan modern sekarang telah kita pakai pula, yang dahulunya kita tidak tahu. Itulah kereta api, kendaraan bermotor, kapal api, dan kapal-kapal udara. Tetapi di samping perjalanan dari negeri itu, pada hakikatnya pun kita ini adalah dalam perjalanan musafir. Kita hidup menuju mati, kita dalam perjalanan menuju pulang kembali kepada Allah. Maka di dalam ayat ini Allah menegaskan bahwasanya bukanlah kendaraan pengangkutan dari kota ke kota saja yang disediakan oleh Allah, malahan perjalanan yang hakiki itu, perjalanan dari dunia ke akhirat pun Allah sendirilah yang menunjukkan jalan.
Kalau di permulaan surah, Allah telah berfirman bahwa Dia mengutus malaikat membawa ruh, yaitu wahyu untuk disampaikan kepada manusia-manusia yang telah dipilih, yaitu rasul-rasul dan nabi-nabi, maka dalam ayat ini Allah memberikan penjelasan lagi bahwa yang menunjukkan jalan yang bahagia, untuk selamat dunia dan akhirat itu ialah Allah sendiri. Tugas kewajiban sekalian rasul itu ialah menyampaikan firman Allah tentang bagaimana jalan yang harus ditempuh supaya perjalanan itu selamat.
As-Suddi menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan jalan yang ditunjukkan Allah itu ialah Islam. Mujahid menafsirkan ialah jalan kebenaran. Menurut Ibnu Abbas sepanjang yang diriwayatkan oleh al-Aufi, maksud ayat atas tanggungan Allah-lah menunjukkan jalan, yaitu mana jalan pertunjuk yang harus ditempuh dan mana jalan sesat yang mesti dijauhi."Dan setengahnya ada yang bengkok." Artinya bahwasanya di samping jalan yang Allah sendiri me-nunjukkannya, terdapat pula berbagai jalan yang bersimpang-siur dan yang berbelok-belok, ber-bengkok-bengkok, yaitu jalan yang direntangkan oleh iblis, oleh perdayaan setan, oleh hawa nafsu manusia sendiri yang tidak mau patuh kepada jalan yang dituntunkan oleh Allah. Maka tiap-tiap kita menempuh jalan hidup ini akan bertemulah sebuah jalan lurus dan berpuluh jalan bengkok dan jalan kusut yang tak tentu arah. Berkata pula Ibnu Abbas dan lainnya, “Yaitu jalan berbagai-bagai, pendapat berbeda-bedaan dan hawa bersimpang siur, seperti Yahudi, Nasrani dan Majusi."
“Dan jika dikehendaki-Nya. akan diberi-Nya petunjuklah kamu sekalian"
Tetapi Allah tidak memberi petunjuk semuanya karena ada hikmat yang tertinggi. Sekurangnya yang dapat kita ketahui ialah supaya manusia sendiri berlomba mencari inti hakikat kebenaran di dalam perjuangan hidup itu.
Ayat 10
“Dan Dialah yang menurunkan ain dari langit untuk kamu."
Dengan menyebutkan air hujan yang turun, manusia diajak menengadah ke atasnya untuk mengetahui betapa rapat hidupnya dengan alam di sekelilingnya. Padahal dari air itulah bergantung segenap kehidupan.
“Darinyalah minuman kamu." Sehingga kamu tidak mati kehausan."Dan darinya pohon-pohon." Sejak dari biji atau berih yang tertanam ke bumi, sampai tumbuh dan sampai berurat berakar, berdahan bercabang, beranting berpucuk, semua bergantung pada air.
“yang padanya kamu menggembala."
Air hujan yang turun menimbulkan rumput hijau makanan ternak atau mata air akan diminum ternak itu.
Ayat 11
“Ditumbuhkan-Nya untuk kamu dengan dia."
Yaitu dengan sebab air itu “Tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur-anggur dan dari tiap-tiap macam buah-buahan." Sama sekali sangat bergantung kepada air. Dan aneka ragam buah-buahan itu sangat diperlukan oleh manusia. Sebab itu
“Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah tanda bagi kaum yang berpikir."
Buah-buahan yang berbagai aneka ragam, di barat dan ‘di timur, semuanya tumbuh di
atas bumi dan disiram oleh hanya sejenis air, namun dia jadi berbagai ragam dan rasa. Me-mikirkan kekuasaan Allah, ialah dari sudut ini. Dan melihat bekas ciptaan-Nya, kita meyakini akan kekuasaan-Nya, bahwasanya segala sesuatu tidaklah terjadi dengan kebetulan.
Setelah disebutkan hubungan air hujan dengan segala yang hidup di bumi, manusia, kayu dan pohon, tumbuh-tumbuhan, binatang ternak, kita disuruh berpikir lebih mendalam lagi.
Ayat 12
“Dan Dia mudahkan untuk kamu malam dan siang, matahari dan bulan, dan bintang-bintang itu pun dimudahkan dengan perintah-Nya."
Memang! Manusia lebih mudah memikirkan keajaiban durian dan rambutan, manggis dan langsat, anggur dan kurma, kedondong dan mangga, tetapi manusia kadang-kadang lupa memikirkan peredaran siang dengan malam, matahari dan bulan. Apa sebab? Sebab peredaran siang dan malam, matahari dan bulan sangat dimudahkan oleh Allah. Seperti di negeri-negeri yang sudah sangat teratur, perjalanan kereta api penumpang sampai lupa kepentingan kereta api itu, sebab jam perjalanannya sangat teratur. Kalau tiba-tiba timbul kerusakan di jalan, sehingga kereta api di tempat dia tidak patut berhenti, gelisahlah manusia. Di ayat ini Allah memperingatkan betapa Dia memudahkan urusan siang dan malam, matahari dan bulan, dan juga perjalanan bintang-bintang bagi manusia, karena dimudahkan, atau disediakan jalannya dengan sangat teratur itu. Cuma manusia juga yang kadang-kadang berani mengingkari bahwa yang mengaturnya itu ada. Sebab itu maka di ujung ayat Allah firman,
“Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Alangkah pentingnya ilmu pengetahuan tentang alam cakrawala itu untuk menegakkan iman. Dan orang yang tidak mempergunakan akalnya, yang secara sekarang disebut orang yang tidak berkebudayaan, tidaklah dapat mempergunakan akal untuk itu.
Dengan demikian maka akal dengan ilmu itu sendirilah yang mengambil kesimpulan sendiri tentang pasti ada Maha Pencipta. Sebab itu pula maka sarjana-sarjana modern abad kedua puluh ini telah banyak yang tampil dengan berani, demi ilmu pengetahuan memberi kepastian bahwa Allah itu ada. Sehingga meskipun sarjana itu tidak memeluk suatu agama yang khusus atau telah menyatakan melepaskan diri dari satu agama yang resmi (agama Kristen atau Yahudi di Eropa), akhirnya mereka menyatakan percaya akan adanya Tuhan menurut keyakinan sendiri, takluk kepada hukum ilmiah yang mereka dapat dengan pencarian sendiri.
Niscaya akan datanglah sesuatu masa, yang para sarjana itu mendapat keterangan-keterangan tentang Allah yang disampaikan oleh Allah sendiri dengan perantaraan ruh atau wahyu yang disampaikan dengan perantaraan malaikat kepada para rasul-rasul dan nabi-nabi. Kalau demikian, terbukalah kiranya pintu hati mereka buat memasuki gerbang iman dalam Islam.
Ayat 13
“Dan Dia sediakan untuk kamu di bumi ini bermacam warnanya."
Perhatikan pulalah ayat ini yang telah mengemukakan perihal warna. Aneka warna yang kita lihat di dalam alam ini. Mata menangkap warna, perlainan warna menentukan perbedaan benda. Semua dimudahkan buat kita. Setiap warna ada pengaruhnya sendiri, merah, biru, hijau, lembayung, kuning, jingga, ungu, hitam, putih dan sebagainya (ahli-ahli warna mengatakan bahwa hitam dan putih bukan warna). Kemudian kita melihat gabungan dan
percampuran warna. Setiap pagi ketika matahari terbit dan setiap senja ketika matahari akan terbenam, berbagai warna yang kita lihat. Dan juga kita melihat aneka warna pada bunga.
"Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda bagi kaum yang ingat."
Semuanya menjadi tanda-tanda, menjadi ayat! Alangkah kaya, alangkah ramainya dunia ini dengan warna. Dan alangkah besar pertolongan warna itu bagi menghaluskan perasaan kita.
Warna bunga-bunga atau kembang-kembang, sangatlah menakjubkan. Tidak ada keahlian pada manusia buat mencipta warna sebagai warna di udara. Demikian juga tidaklah puas-puasnya mata kita memandang dan menyaksikan campuran warna pada ikan-ikan apabila ikan-ikan itu dikumpulkan dalam suatu akuarium. Dan lebih menarik perhatian lagi ialah warna dari kupu-kupu atau rama-rama berbagai jenis yang amat menakjubkan. Demikian pula warna dari binatang-binatang, baik liar ataupun jinak; semuanya itu mendidik atau berpengaruh bagi jiwa kita sendiri. Misalnya warna merah yang panas menimbulkan gejala gelora di dalam jiwa. Warna hijau yang lembut itu membawa kedamaian dalam pikiran. Apabila kita berlayar jauh di lautan lepas, dapat kita renungkan pertemuan warna lautan dengan warna langit; laut biru dan langit hijau, kadang-kadang ditatah dengan awan.
Sampai-sampai kepada warna yang dipilih atau warna yang disukai oleh seseorang, se-muanya itu adalah membayangkan sikap jiwa, kecerdasan atau kebebalan. Bangsa-bangsa pun menentukan corak warna dari benderanya, dan semuanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Ini telah berlaku sejak manusia mengenal peradaban.
Oleh sebab itu maka tepat sekalilah ayat 13 surah an-Nahl ini, “Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda bagi kaum yang ingat." Warna-warna adalah salah satu tanda-tanda bahwa pencampur warna dalam alam ini adalah Allah sendiri. Dia menunjukkan sifat jamal, sifat indah dari Allah. Maka tidaklah akan kenal kepada keindahan Allah itu, kalau dalam diri seseorang tidak ada dasar buat mencintai keindahan.