Ayat
Terjemahan Per Kata
مَا
tidak
نُنَزِّلُ
Kami turunkan
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ
malaikat
إِلَّا
melainkan
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
وَمَا
dan tidak
كَانُوٓاْ
adalah mereka
إِذٗا
tiba-tiba/ketika itu
مُّنظَرِينَ
orang-orang yang diberi tangguh
مَا
tidak
نُنَزِّلُ
Kami turunkan
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ
malaikat
إِلَّا
melainkan
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
وَمَا
dan tidak
كَانُوٓاْ
adalah mereka
إِذٗا
tiba-tiba/ketika itu
مُّنظَرِينَ
orang-orang yang diberi tangguh
Terjemahan
Kami tidak menurunkan malaikat, kecuali dengan kebenaran. (Jika orang-orang kafir itu mengingkarinya,) mereka tidak diberi penangguhan (dari azab Allah).
Tafsir
Allah berfirman (Kami tidak menurunkan) dan menurut suatu qiraat dibaca tanazzalu dengan membuang salah satu huruf ta-nya (malaikat melainkan dengan benar) untuk membawa azab (dan tiadalah mereka ketika itu) sewaktu malaikat turun dengan membawa azab (diberi tangguh) ditangguhkan azabnya.
Tafsir Surat Al-Hijr: 6-9
Mereka berkata, “Hai orang-orang yang diturunkan Al-Qur'an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang gila.
Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?”
Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan ketika itu tiadalah mereka diberi tangguh.
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Ayat 6
Allah ﷻ menceritakan tentang kekafiran dan keingkaran mereka dalam ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:
“Hai orang yang diturunkan Al-Qur'an kepadanya.” (Al-Hirj: 6)
Maksudnya, orang yang mengakui Al-Qur'an diturunkan kepadanya.
“Sesungguhnya kamu benar-benar orang gila.” (Al-Hijr. 6
Yakni dalam seruanmu yang kamu tujukan kepada kami agar kami mengikutimu dan meninggalkan apa yang kami jumpai nenek moyang kami melakukannya.
Ayat 7
“Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami.” (Al-Hijr: 7)
Yaitu para malaikat yang mempersaksikan kebenaran dari apa yang kamu sampaikan itu. Perihalnya sama dengan ucapan Fir'aun yang disitir oleh firman-Nya:
“Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersamanya untuk mengiringkannya?” (Az-Zukhruf: 53)
“Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuannya dengan Kami, ‘Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita’? Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, ‘Hijran Mahjura (semoga Allah menghindarkan bahaya ini dari saya)’.” (Al-Furqan: 21 -22)
Ayat 8
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: “Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan ketika itu tiadalah mereka diberi tangguh.” (Al-Hijr: 8) Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: “Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar.” (Al-Hijr: 8) untuk membawa risalah dan azab. Kemudian Allah ﷻ menetapkan bahwa Dialah yang menurunkan Al-qur'an, dan Dia pulalah yang memeliharanya dari perubahan dan penggantian.
Di antara ulama tafsir ada yang merujukkan damir yang ada dalam firman-Nya, "Lahu Lahafizun," kepada Nabi Muhammad ﷺ, bukan kepada Al-Qur'an. Yakni sama dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (Al-Maidah: 67) Tetapi makna yang pertama lebih utama karena bersesuaian dengan makna lahiriah konteks ayat.
Menjawab permintaan kaum kafir tersebut, Allah berfirman, Kami
tidak menurunkan malaikat melainkan dengan kebenaran, yaitu sesuatu
yang pasti dari Allah, seperti wahyu, azab bagi pendurhaka, dan keselamatan bagi penaat, dan mereka ketika para malaikat itu diturunkan untuk membawa azab, tidak diberikan penangguhan sedikit pun. Untuk membuktikan kebenaran pengakuan Nabi Muhammad bahwa ayat-ayat yang disampaikannya benar-benar berasal dari Allah, Dia
berfirman, Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an melalui
perantara Malaikat Jibril yang diragukan oleh kaum kafir itu, dan
pasti Kami pula bersama Malaikat Jibril dan kaum mukmin yang selalu
memelihara keaslian, kesucian, dan kekekalan-nya hingga akhir zaman.
Allah menjawab olok-olok dan ejekan orang musyrik Mekah itu dengan ayat ini, bahwa Dia tidak akan menurunkan malaikat karena tidak ada hikmah dan faedahnya. Hal tersebut berarti seandainya pun Allah ﷻ menurunkan para malaikat dari langit dan mengangkatnya sebagai rasul yang menyampaikan agama-Nya, hal itu tidak ada manfaatnya dan tidak akan dapat meyakinkan serta meluruskan akidah orang musyrik itu. Sebagaimana diketahui bahwa malaikat adalah makhluk yang gaib dan halus sehingga mata manusia tidak akan sanggup melihatnya. Seandainya Allah ﷻ menghendaki dan menjadikan malaikat itu berbentuk manusia, sehingga mata manusia dapat melihatnya, kemudian Allah mengutusnya sebagai nabi dan rasul kepada mereka, malaikat itu makan dan minum seperti mereka, berjalan dan bergaul bersama mereka, maka akan timbul pula dalam pikiran mereka bahwa malaikat yang diberi tugas sebagai seorang rasul itu adalah manusia juga seperti mereka, bukan malaikat. Artinya, keraguan dalam diri mereka akan terus ada. Hal ini diterangkan dalam firman Allah swt:
Dan sekiranya rasul itu Kami jadikan (dari) malaikat, pastilah Kami jadikan dia (berwujud) laki-laki, dan (dengan demikian) pasti Kami akan menjadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu. (al-An'am/6: 9)
Dari sikap dan cara mereka seperti yang dikemukakan dalam firman Allah di atas, terbuktilah bahwa sebenarnya hati mereka telah tertutup menerima kebenaran. Bukti apa pun yang dikemukakan kepada mereka, mereka tetap tidak akan beriman, Allah ﷻ berfirman:
Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran). (al-An'am/6: 111)
Karena sikap mereka yang demikian itu, maka Allah memberikan peringatan keras kepada mereka bahwa jika ada malaikat yang diturunkan, maka itu merupakan tanda bahwa mereka akan ditimpa malapetaka yang besar, dan dihancurleburkan sehingga riwayat mereka akan berakhir. Ketentuan ini sesuai dengan sunatullah yang telah berlaku bagi umat-umat terdahulu yang telah memperolok-olokkan para rasul Allah yang telah diutus kepada mereka. Sebelum azab ditimpakan, diutuslah kepada mereka malaikat, seperti yang pernah terjadi pada kaum Luth, sebagaimana firman Allah swt:
Mereka (para malaikat) berkata, "Wahai Lut! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksa) yang menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadinya siksa kepada mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?" (Hud/11: 81)
Mujahid dalam penafsiran ayat ini mengatakan bahwa Allah menurunkan malaikat hanya sebagai rasul Allah, tanda datangnya azab, atau pembawa azab Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-HIJR
(BATU BESAR)
SURAH KE-15, 99 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -99)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih
Ayat 1
Alif Laam Ra. Inilah ayat-ayat dari kitab itu, dan Al-Qur'an yang nyata.
Ayat 2
Kadang-kadang inginlah orang-orang yang kafir itu, kalau adalah mereka menjadi orang Muslimin.
Ayat 3
“Berikanlah mereka makan-makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan mereka."
Yang menyebabkan mereka tenggelam dalam kufur tidak lain hanyalah “angan-angan", bahwa mereka akan tetap dalam kemegahan yang sekarang dan tidak akan berhasil Muhammad mengubah kedudukan mereka yang kukuh dalam masyarakat jahiliyyah itu. Mereka berangan-angan bahwa kedaulatan mereka akan terus, dan mereka tidak mempunyai perhitungan tentang kekuatan mereka sendiri dengan pendirian mereka.
Biarkanlah mereka dalam keadaan yang demikian, hidup yang tak tentu arah, hanya memikirkanmakandanharta,tidakmempunyai cita-cita dan tidak mempunyai tujuan hidup. Hidup sambil main-main, hidup yang hanya mengejar benda, menghabiskan usia dan membiarkan segala kesempatan berlalu dengan percuma. Biarkanlah mereka itu, jangan engkau ambil pusing lagi dengan orang-orang yang seperti itu, yang menghabiskan usianya dalam kesombongannya dan kelobaannya. Menyangka panas akan sampai petang, tidak insaf bahwa hujan pun bisa turun tengah hari, menyangka apa saja yang mereka kehendaki akan tercapai, kemegahan di awak, kekayaan ada di awak, tidak ada orang yang akan dapat merintang, menghalangi. Biarkanlah mereka dalam persangkaan bahwa mereka akan berjaya terus, bahwa perjalanan mereka tidak akan menuju'akhir. Biarkanlah mereka.
“Dan mereka akan tahu sendiri kelak."
Mereka akan tahu sendiri kelak apabila mereka telah ditimpa oleh keruntuhan dan tidak dapat mengelak sama sekali.
Ayat 4
“Dan tidaklah Kami binasakan satu negeri, melainkan ada baginya satu tulisan yang telah ditetapkan"
Kebinasaan negeri itu ada yang binasa hancur sama sekali, negeri itu sendiri dan ada pula yang runtuh kekuasaan dan susunan masyarakat dari golongan yang menguasainya. Maka kebinasaan itu telah ada tulisannya di sisi Allah.
Ayat 5
“Tidaklah suatu umat mendahului ajalnya dan tidak bisa mereka terkemudian."
Inilah aturan Allah yang telah berlaku pada setiap negeri atau setiap bangsa, yang telah diberikan garis tetapnya oleh Allah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ di dalam menghadapi kekufuran kaum Quraisy itu. Masyarakat jahiliyyah sudah pasti akan runtuh dan kedaulatan berhala sudah pasti akan hilang dan sinar Islam pasti naik. Itu sudah menjadi ketetapan dalam tulisan. Jarum sejarah tidak dapat dikembalikan ke belakang. Bagaimanapun kepala batunya orang-orang Quraisy itu, biarkanlah! Biar mereka makan-makan, senang dininabobokan oleh angan-angan tentang kebesaran diri sendiri. Namun apabila perhitungan telah sampai dan janji te-lah tiba, mereka pasti runtuh. Tidak terdahulu dari waktunya dan tidak pula terkemudian. Ini hanya soal kesabaran menunggu waktu itu.
Lalu di ayat yang seterusnya Allah memperlihatkan satu contoh dari kesombongan mereka terhadap Rasulullah.
Ayat 6
“Dan mereka berkata, “Hai orang yang diturunkan kepadanya peringatan, sesungguhnya engkau ini adalah seorang gila."
Nabi kita Muhammad ﷺ selalu menyatakan kepada mereka, bahwa beliau adalah membawa peringatan dari Allah, ancaman bagi siapa yang durhaka dan kabar gembira bagi siapa yang percaya. Kata nabi itulah yang mereka ulangi dengan penuh cemooh, “Hai orang yang diturunkan kepadanya peringatan!" Tetapi kemudian diiringkannya dengan kata-kata yang sangat kasar, timbul dari budi yang sangat rendah, “Engkau ini adalah gila!" Kesombongan seperti ini pulalah yang dilakukan oleh Fir'aun kepada Musa seketika beliau mengatakan di hadapan majelis Fir'aun bahwa beliau adalah rasul Allah, lalu dikemukakannya siapa dan apa arti Allah itu. Lalu sambil membuang muka Fir'aun berkata kepada orang besar-besarnya,
“Sesungguhnya utusan yang diutus kepada kamu ini, betul-betul gila!" (asy-Syuuraa: 27) Corak kesombongan itu sama saja di segala zaman.
Lalu ada lagi kata mereka yang lain untuk menghina Rasulullah.
Ayat 7
“Mengapa tidak engkau bawakan kepada kami malaikat, kalau adalah engkau dari golongan orang-orang yang benar."
Apa kesombongan yang tersimpan dalam kata ini? Mereka mengatakan bahwa apa-apa yang engkau serukan itu mungkin ada juga kebenarannya. Tetapi apalah lebih engkau daripada kami, sama-sama manusia, bukan? Bahkan kedudukanmu dalam masyarakat kami tidaklah begitu tinggi selama ini. Sejak bila saja engkau jadi nabi? Lantaran itu, kalau memang benar apa yang engkau serukan itu, lebih baik janganlah engkau. Sebab engkau ini tidak ada harga bagi kami. Engkau hanya kami anggap orang gila saja. Katakanlah kepada Tuhanmu yang mengutus engkau itu supaya malaikat saja kirim memberi penerangan kepada kami. Kalau sudah malaikat yang datang, mungkin kami pertimbangkan buat mempercayainya.
Kesombongan ini disuruh sambut kepada Rasul.
Ayat 8
“Tidaklah Kami menurunkan malaikat melainkan dengan kebenaran"
Artinya, satu waktu permintaan mereka itu akan terlaksana juga, tetapi bukan buat mengerjakan tugas sebagai rasul manusia, melainkan membawa kebenaran adzab. Atau membawa kebenaran maut bagi mereka.
“Dan tidaklah memeka — jika memang begitu — akan diberi tempo."
Maka kalau malaikat itu datang, dan kebenaran sebagai ketentuan Allah telah berlaku, nyawa mereka dicabut, tidaklah mereka akan diberi tempo atau meminta pengunduran.
Walaupun sudah sampai sedemikian rupa sanggahan orang-orang yang kafir itu, namun peringatan Allah, yaitu Al-Qur'an yang dibawa dan disebarkan oleh utusan Allah mesti jalan terus, sebab
Ayat 9
“Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan peringatan itu, dan sesungguhnya Kamilah yang menjaga baginya."
Maka kalau Allah yang menurunkannya dan Allah pula yang menjaganya, tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghambat.
Ayat 10
"Dan sesungguhnya, telah Kami utus dari sebelum engkau di antara golongan-golongan yang dahulu."
Ayat 11
“Dan tidak seorang pun rasul yang datang kepada memeka, melainkan adalah mereka memperolok-olokkan dia."
Ditegaskanlah dengan ayat 10 dan ayat 11 ini bahwa jika beliau, Nabi Muhammad ﷺ sebagai rasul mendapat penghinaan, dituduh gila dan lain-lain oleh kaumnya, demikian jugalah yang telah diderita oleh rasul-rasul yang telah lalu, yang dilakukan oleh kaum mereka terhadap diri mereka, rasul-rasul itu diolok-olok seperti Muhammad ﷺ sekarang ini juga."Demikianlah Kami masukkan dia." Yaitu perangai suka memperolok-olok rasul yang datang membawa kebenaran,
Ayat 12
“ke dalam hati orang-orang yang durhaka itu."
Sebab telah biasa orang-orang yang kafir memagar dirinya dengan berolok-olok, tidak berani bersungguh-sungguh. Sehingga ayat ini telah menunjukkan satu pelajaran ilmu jiwa yang mendalam sekali. Orang-orang yang mempertahankan perkara yang tidak benar, niscaya akan mempertahankannya dengan olok-olok, sebagaimana orang yang jiwanya telah rendah bila bertemu dengan orang benar, sebentar-sebentar tertawa untuk menyatakan kerendahan diri, dan mengambil muka.
Ayat 13
“Tidak mereka akan percaya kepadanya, padahal telah lampau penjalanan orang-orang yang dahulu."
Mereka masih tetap bertahan dalam keku-furan, mereka tetap tidak mau percaya. Padahal telah berulang-ulang dikatakan bahwa umat-umat yang dahulu, golongan dan kaum yang telah lalu, yang bertahan pada pendirian yang salah. Sebab barang yang salah itu pada hakikatnya tidaklah ada. Tidak ada tubuhnya yang akan dapat ditunjukkan dan tidak ada barangnya yang dapat dibuktikan. Dia hanya terletak kepada kesalahan jalan berpikir.
Ayat 14
“Dan kalau Kami bukakan atas suatu pintu dari langit, lalu mereka naik terus padanya."
Ayat 15
“Niscaya akan mereka katakan, “Sesungguhnya telah dimabukkan penglihatan Kami. Malahan kami ini adalah orang-orang yang telah dipukau."
Sampai demikianlah sudah kepala batu mereka dan kerasnya hati mereka mempertahan-kan pendirian yang salah. Tadi mereka minta didatangkan malaikat sebagai rasul. Meskipun malaikat dijadikan rasul, niscaya akan ada lagi mereka mencari dalih untuk menolak iman itu. Bahkan misalnya dibuka pintu langit, dibawa mereka terbang ke atas dan disuruh melihat kenyataan, tidak juga mereka akan percaya. Niscaya mereka akan menolak dengan kata bahwa kami telah dimabukkan ketika dibawa itu, dan kami telah dibacakan mantra-mantra sehingga tidak sadar akan diri lagi. Atau dengan kata-kata lain, kami ini sudah dipukau, kami sudah diperbodoh, disihir dengan kata-kata lemak manis.
Demikianlah gambaran sikap dari kaum yang musyrik di Mekah pada permulaan dakwah itu. Dan ini pun tampaknya terulang lagi pada zaman kita, yakni zaman banyak orang telah menerima Islam sebagai pusaka nenek moyang, tetapi tidak ada pengertian akan isinya, sehingga bila diseru agar kembali kepada inti sari ajaran Islam itu, kembali kafir lagi dan tidak mau menerimanya.