Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
لَا
jangan
تَوۡجَلۡ
kamu merasa takut
إِنَّا
sesungguhnya kami
نُبَشِّرُكَ
kami memberi kabar gembira kepadamu
بِغُلَٰمٍ
dengan seorang anak laki-laki
عَلِيمٖ
berilmu/pandai
قَالُواْ
mereka berkata
لَا
jangan
تَوۡجَلۡ
kamu merasa takut
إِنَّا
sesungguhnya kami
نُبَشِّرُكَ
kami memberi kabar gembira kepadamu
بِغُلَٰمٍ
dengan seorang anak laki-laki
عَلِيمٖ
berilmu/pandai
Terjemahan
(Mereka) berkata, “Janganlah merasa takut (karena) sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) anak laki-laki yang alim (Ishaq).”
Tafsir
(Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut) merasa ngeri terhadap kami (sesungguhnya kami) adalah utusan-utusan Rabbmu (memberi kabar gembira kepadamu dengan kelahiran seorang anak laki-laki yang akan menjadi orang yang alim.") anak yang mempunyai ilmu yang banyak, yaitu Nabi Ishak, seperti yang telah kami sebutkan dalam surah Hud.
Tafsir Surat Al-Hijr: 51-56
Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "Salam. Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya kami merasa takut kepada kalian. Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim. Berkata Ibrahim, "Apakah kalian memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut. Maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kalian kabarkan ini? Mereka menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa." Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat." Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Muhammad, bahwa ceritakanlah kepada mereka kisah: tamu-tamu Ibrahim. (Al-Hijr: 51) Lafaz dapat dipakai untuk bentuk tunggal dan bentuk jamak sekaligus, perihalnya sama dengan lafaz (dosa) dan (perjalanan), yaitu di saat: masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "Salam.Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya kami merasa takut kepada kalian. (Al-Hijr:52) Yakni Nabi Ibrahim dan istrinya merasa takut kepada tamu-tamunya itu.
Disebutkan bahwa rasa takut timbul dalam hati Nabi Ibrahim kepada tamu-tamunya itu tatkala ia melihat tangan mereka tidak mau menyantap suguhan jamuan yang isediakannya, yaitu anak sapi yang dipanggang. Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut. (Al-Hijr: 53) Al-wajal artinya al-khauf, yakni janganlah kamu takut kepada kami. Lalu mereka menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim a.s. bahwa dia akan mendapat seorang anak yang 'alim (pandai). Anak yang dimaksud adalah Ishaq a.s., seperti yang telah disebutkan di dalam surat Hud.
Kemudian Nabi Ibrahim berkata dengari nada keheranan, mengingat usianya yang telah lanjut; begitu pula usia istrinya, tetapi perasaan tersebut dibarengi dengan rasa ingin agar janji tersebut segera dinyatakan: Apakah kalian memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kalian kabarkan ini? (Al-Hijr: 54) Maka mereka menjawabnya dengan nada yang tegas akan terealisasinya berita gembira yang mereka sampaikan kepadanya: Mereka menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa. (Al-Hijr: 55) Sebagian ulama membacanya .
Maka Ibrahim a.s. menjawab mereka, bahwa sesungguhnya dirinya tidaklah berputus asa, melainkan selalu berharap kepada Allah agar memberinya anak, sekalipun usianya telah lanjut, begitu pula istrinya. Karena sesungguhnya Ibrahim a.s. mengetahui benar akan kekuasaan Allah dan rahmat-Nya yang jauh lebih besar dari hal tersebut."
Mendengar ucapan Nabi Ibrahim, mereka, yakni para tamu itu, berkata, Janganlah engkau merasa takut atas kedatangan kami, karena sesungguhnya kami datang untuk memberi kabar gembira kepadamu dengan
kelahiran seorang anak laki-laki yang sehat, yang akan tumbuh dewasa
dan menjadi orang yang pandai dan luas serta dalam pengetahuannya.
Kelak engkau akan memberinya nama Ishak. (Lihat: Surah ash-shaffat/
37: 112)Heran dengan berita itu, dia (Ibrahim) berkata, Wahai tamuku, benarkah kamu memberi kabar gembira kepadaku dengan kelahiran seorang
anak yang telah lama aku impikan, padahal usiaku telah lanjut dan
kekuatanku pun sudah melemah' Rasanya tidak mungkin lagi bagiku
untuk mendapatkan anak seperti yang kamu katakan. Lalu, bagaimana
kamu memberi kabar gembira tersebut; yakni bagaimana hal itu dapat terwujud' (Lihat: Surah Hud/11: 72).
Melihat Ibrahim merasa takut, maka para tamu itu mengatakan kepadanya, agar tidak takut karena maksud kedatangan mereka ialah untuk menyampaikan kabar gembira dari Allah, bahwa ia akan dianugerahi seorang anak laki-laki yang saleh. Dalam firman Allah yang lain disebutkan bahwa anak yang akan dianugerahkan itu akan mempunyai kedudukan yang penting di kemudian hari.
Allah berfirman:
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishak seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (as-shaffat/37: 112)
Ibrahim merasa heran atas berita gembira yang disampaikan para malaikat itu. Dia hampir saja tidak mempercayainya, apalagi berita itu disampaikan oleh orang yang belum dikenalnya dan ketika itu Ibrahim dan istrinya Sarah telah berusia lanjut. Menurut kebiasaan, orang yang sudah berusia lanjut tidak mungkin lagi mempunyai anak. Sudah tentu berita itu dianggapnya aneh, apalagi istrinya juga seorang yang mandul.
Tamu-tamu Ibrahim itu menegaskan bahwa berita yang disampaikan mereka itu adalah berita yang benar, sebab kelahiran seorang putra yang diinginkan itu termasuk nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah kuasa melimpahkan nikmat itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia juga kuasa untuk mengadakan atau menciptakan sesuatu yang menyimpang dari sunnah-Nya sendiri.
Setelah mendengar keterangan para malaikat itu, timbullah keyakinan pada diri Ibrahim bahwa tamu yang aneh itu bukanlah sembarang tamu. Mereka adalah malaikat-malaikat Allah yang diutus kepadanya untuk menyampaikan berita gembira. Karena keyakinan itulah Ibrahim segera menjawab perkataan mereka bahwa tidak ada orang yang putus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat. Dalam hadis Nabi ﷺ diterangkan betapa banyak dan luasnya nikmat Allah:
Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah ﷻ telah menciptakan rahmat, ketika itu Dia menciptakan seratus rahmat, maka ditahan-Nya sembilan puluh sembilan rahmat, dan melepaskan satu rahmat kepada makhluk-Nya seluruh-Nya. Kalau orang kafir mengetahui semua rahmat yang ada pada sisi Allah, niscaya mereka tidak putus asa dari rahmat itu, dan kalau orang mukmin mengetahui semua macam azab yang ada pada Allah swt, niscaya mereka tidak merasa aman dari api neraka." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dalam hal ini, Ibrahim a.s. sebagai nabi dan rasul Allah pasti mengetahui betapa banyaknya rahmat yang ada pada sisi Allah. Oleh karena itu, beliau yakin akan kebenaran yang disampaikan para malaikat itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TETAMU IBRAHIM A.S.
Ayat 51
“Dan beritakan jualah kepada mereka dari hal tetamu Ibrahim."
Yaitu beberapa orang malaikat Allah yang diutus beliau dan setelah selesai tugas mereka menemui Nabi Ibrahim, melanjutkan perutusan pula kepada Nabi Luth dan keluarganya. Nabi kita Muhammad saw, disuruh menyampaikan juga berita-berita kisah utusan-utusan ini kepada kita umat Muhammad untuk jadi perbandingan,
Ayat 52
“Tatkala mereka masuk ke dalam rumahnya, talu mereka mengucapkan, Salam. Dia berkata, Sesungguhnya kami takut kepada kamu."
Di dalam surah Huud ayat 70, dan di dalam surah adz-Dzaariyaat ayat 28, sudah di-jelaskan apa yang menyebabkan timbul takut ini. Utusan-utusan itu, yaitu malaikat-malaikat Allah datang kepada Nabi Ibrahim. Dan menurut setengah riwayat, beliau itu suka sekali didatangi tetamu dan merasa berbahagia sekali kalau ada tetamu makan bersama dia. Dan iba hatinya kalau satu hari tidak ada tetamu yang dibawanya makan bersama-sama. Sekarang tiba tetamu meng-ucapkan “Salam". Istrinya, Sarah, sudah disuruhnya menyediakan makanan, yaitu anak sapi kecil umur sekian bulan dipotong, di masak dan dihidangkan, bukan main enak dan lunak dagingnya. Tetapi seketika istrinya menghidangkan makanan, datang firasat lain kepada Ibrahim. Bulu romanya berdiri. Ini bukan manusia! Tangan tetamu-tetamu ini tidak sampai kepada makanan itu, artinya seperti kapas saja. Dia takut. Dikatakannya terus terang, “Kami merasa takut kepada ka-mu, wahai tetamu kami. Katakanlah terus-te-rang siapa kamu itu sebenarnya. Manusiakah kamu, jinkah atau malaikat?"
Ayat 53
“Mereka menjawab, “Janganlah takut! Karena kami hendak menggembirakan engkau dengan seorang anak laki-laki yang pandai."
Dengan jawaban yang demikian, mulailah Nabi Ibrahim mengerti bahwa beliau tidaklah berhadapan dengan tetamu sesama manusia, melainkan malaikat utusan Allah. Mereka menerangkan bahwa kedatangan mereka ialah menyampaikan kabar gembira dari Allah, bahwa dia akan dianugerahi anak laki-laki. Itulah yang kemudian diberi nama Ishaq, Yaitu anak yang kedua. Karena anak pertama ialah Isma'il dari hambanya Hajar.
Ayat 54
“Dia berkata, “Apakah kamu hendak menggembirakan daku, padahal tua telah menyentuhku? Maka dengan apakah kamu hendak menggembirakan?"
Dia mengatakan demikian, sebab usianya ketika itu sudah 100 tahun! Sedang istrinya, Sarah itu, mandul pula. Dengan apa dia hendak mereka gembirakan? Betapa jalannya?
Ayat 55
“Mereka menjawab, “Kami menggembirakan engkau dengan sebenarnya."
Kami tidak bercakap bermain-main. Jangan engkau menyebut bahwa engkau telah disentuh tua dan istrimu pun mandul pula. Jangan engkau bertanya betapa jalannya, karena pertanyaan demikian mengandung putus harapan.
“Laniman itu janganlah engkau termasuk dari orang-orang yang putus harapan."
Mendengar sambutan utusan-utusan Allah itu demikian rupa, sadarlah Nabi Ibrahim bahwa sebagai seorang rasul Allah beliau telah bercakap salah. Bagi Allah segalanya mudah, mengapa dia memikir susah. Ya, benar! Perkataan demikian adalah kata putus harapan.
Ayat 56
“Dia berkata, “Dan bukankah tidak ada orang yang putus harapan dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat."
Padahal saya bukan seorang yang sesat. Saya rasul Allah dan nabi Allah. Utusan yang menyampaikan berita gembira ini pun bukan sembarang utusan. Malaikat-malaikat Aliah sendiri. Saya akan beranak lagi. Saya sangat gembira.
Maka beranaklah istri beliau yang tua, Sarah. Sehingga berimbanglah hati yang duka Sarah, karena hamba sahaya yang dihadiahkannya kepada suaminya Ibrahim, yaitu Hajar telah lebih dahulu melahirkan anak, yaitu Isma'il.
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Isma'il tua dari Ishaq tiga belas tahun.