Ayat
Terjemahan Per Kata
لَهَا
baginya
سَبۡعَةُ
tujuh
أَبۡوَٰبٖ
pintu-pintu
لِّكُلِّ
bagi tiap-tiap
بَابٖ
pintu
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
جُزۡءٞ
golongan
مَّقۡسُومٌ
bagian/tertentu
لَهَا
baginya
سَبۡعَةُ
tujuh
أَبۡوَٰبٖ
pintu-pintu
لِّكُلِّ
bagi tiap-tiap
بَابٖ
pintu
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
جُزۡءٞ
golongan
مَّقۡسُومٌ
bagian/tertentu
Terjemahan
Ia (Jahanam) mempunyai tujuh pintu. Setiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka.
Tafsir
(Jahanam itu mempunyai tujuh pintu) tujuh lapis (Tiap-tiap pintu) daripadanya (adalah untuk segolongan di antara mereka bagian) yakni jatah (yang tertentu).
Tafsir Surat Al-Hijr: 39-44
berkata, "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku "sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti 'aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka. Allah berfirman, "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan), semuanya.
Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. Allah menceritakan perihal iblis dan pembangkangan serta keangkuhannya, bahwa ia berkata kepada Tuhannya: oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat. (Al-Hijr: 39) Sebagian ulama mengatakan bahwa iblis bersumpah atas nama penyesatan Allah terhadap dirinya. Menurut kami, makna ayat dapat ditakwilkan bahwa 'karena Engkau telah menyesatkan aku'. pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi. (Al-Hijr: 39) Yang dimaksud dengan "mereka' ialah anak cucu dan keturunan Adam a.s.
Dengan kata lain iblis mengatakan, "Sesungguhnya aku akan membuat mereka senang dan memandang baik perbuatan-perbuatan maksiat, dan aku akan anjurkan mereka serta menggiring mereka dengan gencar untuk melakukan kemaksiatan." dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Al-Hijr: 39) Yakni sebagaimana Engkau telah menyesatkan aku danmenakdirkanku menjadi sesat, maka aku akan berupaya keras untuk menyesatkan mereka. kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka. (Al-Hijr: 40) Ayat ini semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil. (Al-Isra: 62) Allah ﷻ berfirman dengan nada mengancam: Allah berfirman, "Inilah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya)." (Al-Hijr: 41) Dengan kata lain, kembali kalian semua adalah kepada-Ku, maka Aku akan membalas kalian sesuai dengan amal perbuatan kalian.
Jika amal kalian baik, maka balasannya baik, jika buruk, maka balasannya buruk pula. Sama halnya dengan firman-Nya: sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al-Fajr: 14) Menurut pendapat lain, jalan yang benar kembalinya kepada Allah dan berujung kepada-Nya. Demikianlah menurut Mujahid Al-Hasan dan Qatadah, sama dengan firman-Nya: Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus. (An-Nahl: 9) Qais ibnu Ubadah, Muhammad ibnu Sirin, dan Qatadah mengartikan ayat ini, yaitu firman-Nya: Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). (Al-Hijr: 41) Sama dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (Az-Zukhruf: 4) Yakni bernilai tinggi.
Akan tetapi, pendapat yang terkenal adalah yang pertama tadi. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka. (Al-Hijr: 42) Yaitu orang-orang yang telah Aku takdirkan mendapat hidayah, tiada jalan bagimu kepada mereka, tidak pula kalian dapat sampai kepada mereka. kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Al-Hijr: 42) Istisna dalam ayat ini bersifat munqati yakni hanya hamba-hamba Allah yang mengikuti iblis saja, yaitu mereka yang sesat.
Ibnu Jarir dalam bab ini mengetengahkan sebuah hadis melalui Abdullah ibnul Mubarak, dari Abdulah ibnu Mauhib, bahwa telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Qasit, bahwa di masa silam para nabi mempunyai masjid-masjid di luar kota mereka tinggal. Apabila seorang nabi menghendaki munajat kepada Tuhannya untuk menanyakan sesuatu masalah, maka ia keluar menuju masjidnya, lalu melakukan salat seperti yang telah diwajibkan oleh Allah kepadanya, kemudian dia memohon kepada Allah apa yang diinginkannya.
Ketika seorang nabi sedang berada di masjidnya, tiba-tiba datanglah musuh Allah yakni iblis, lalu iblis duduk antara dia dan arah kiblat. Nabi berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Maka ucapan-ta'awwuz-nya itu mengusir iblis sebanyak tiga kali. Iblis berkata, "Dengan apakah kamu dapat selamat dariku?" Nabi balik bertanya, "Tidak, tetapi ceritakanlah kepadaku, dengan apakah kamu mengalahkan Anak Adam?" Pertanyaan ini diulanginya sebanyak dua kali, maka masing-masing pihak saling bersitegang.
Nabi itu mengatakan; "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Musuh Allah iblis berkata, "Tahukah kamu ta'awwuz yang baru kamu ucapkan? Itulah dia yang menyelamatkanmu." Nabi berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Maka bacaan itu mengusir iblis sebanyak tiga kali. Musuh Allah iblis berkata, "Ceritakanlah kepadaku, karena apakah engkau dapat selamat dariku?" Nabi menjawab, "Tidak, tetapi ceritakanlah kepadaku dengan apakah kamu dapat mengalahkan Ibnu Adam (manusia)?" Sebanyak dua kali.
Maka masing-masing pihak saling bersitegang. Akhirnya nabi itu mengatakan bahwa sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Al-Hijr: 42) Musuh Allah iblis berkata, "Demi Allah, saya telah mendengar firman ini sebelum kamu dilahirkan." Nabi itu mengatakan bahwa Allah telah berfirman pula: Dan jikar kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raf; 200) "Dan sesungguhnya aku, tidak sekali-kali demi Allah merasakan adanya godaanmu melainkan aku berlindung kepada Allah dari godaanmu." Iblis berkata, "Kamu benar, dengan itulah kamu selamat dari godaanku." Nabi bertanya, "Ceritakanlah kepadaku karena apakah kamu dapat mengalahkan manusia?" Iblis menjawab, "Saya merasukinya di saat sedang marah dan melalui hawa nafsunya." Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya. (Al-Hijr: 43) Artinya, neraka Jahanam adalah tempat yang dijanjikan bagi semua pengikut iblis.
Sama halnya dengan yang disebutkan dalam firman-Nya yang menceritakan tentang Al-Qur'an: Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya (Hud: 17) Kemudian Allah ﷻ menceritakan bahwa neraka Jahanam itu mempunyai tujuh buah pintu: Tiap-tiap pintu (telah itetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44) Yakni telah ditetapkan bagi tiap-tiap pintu dari neraka Jahanam akan dimasuki oleh para pengikut iblis, mereka tidak dapat menyelamatkan diri darinya; semoga Allah melindungi kita dari neraka Jahanam. Masing-masing pengikut iblis memasuki neraka Jahanam sesuai dengan amal perbuatannya, lalu ia tinggal di lapisan yang sesuai dengan amalnya pula.
Ismail ibnu Aliyyah dan Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Harun Al-Ganawi, dari Hattan ibnu Abdullah; ia pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Ali ibnu Abu Talib berkata dalam khotbahnya, "Sesungguhnya pintu-pintu Jahanam itu bertingkat-tingkat, sebagiannya berada di atas sebagian yang lain." Abu Harun mengatakan demikian seraya memperagakannya. Israil telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Hubairah ibnu Abu Maryam, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa pintu-pintu Jahanam itu ada tujuh buah, sebagiannya berada di atas sebagian yang lain.
Bila pintu yang pertama penuh, maka pintu yang kedua diisi, kemudian pintu yang ketiga, hingga semuanya penuh. Ikrimah mengatakan, yang dimaksud dengan tujuh buah pintu ialah tujuh tingkatan. Ibnu Juraij mengatakan bahwa tujuh buah pintu itu yang pertama dinamakan Jahanam, lalu Laza, lalu Hutamah, lalu Sa'ir, lalu Saqar, lalu Jahim, dan yang terakhir ialah Hawiyah.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Al-A'masy. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44) Hal itu demi Allah merupakan tingkatan-tingkatan amal perbuatan mereka. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak sehubungan dengan makna firman-Nya: Jahanam itu mempunyai tujuh pintu.
Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44) Bahwa ada pintu untuk orang-orang Yahudi, pintu untuk orang-orang Nasrani, pintu untuk orang-orang Sabi-in, pintu untuk orang-orang Majusi, pintu untuk orang-orang musyrik (yaitu orang-orang kafir Arab), pintu untuk orang-orang munafik, dan pintu untuk ahli tauhid. Tetapi ahli tauhid mempunyai harapan untuk dikeluarkan, sedangkan yang selain mereka tidak ada harapan sama sekali untuk selama-lamanya. Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, dari Malik ibnu Mugawwil, dari Humaid ibnu Umar, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Neraka Jahanam mempunyai tujuh buah pintu, sebuah pintu darinya buat orang yang menghunus senjatanya terhadap umatku atau kepada umat Muhammad.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan, "Kami tidak mengenal hadis ini selain melalui hadis Malik ibnu Mugawwil." -: Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abbas ibnul Walid Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir. dari Qatadah. dari AbuNadrah, dari Samu-rah ibnu Jundub, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44) Nabi ﷺ bersabda: Sesungguhnya di antara ahli neraka ada yang dimakan api neraka sampai batas kedua mata kakinya, dan sesungguhnya di antara mereka ada yang dimakan api neraka sampai batas pinggangnya, dan di antara mereka ada yang dimakan api neraka sampai batas tenggorokannya.
Tempat-tempat mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Yang demikian itu adalah firman Allah ﷻ yang mengatakan, "Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka " (Al-Hijr: 44)."
Allah lalu menggambarkan bahwa Jahanam yang menjadi tempat
mereka dikumpulkan dan disiksa itu mempunyai tujuh pintu. Setiap pintu
telah ditetapkan untuk menjadi tempat masuk dan tempat penyiksaan
bagi golongan tertentu dari mereka. Usai menggambarkan siksaan dalam neraka Jahanam yang menanti
orang-orang yang sesat dan enggan bertobat, dalam ayat-ayat berikut
Allah menjelaskan balasan bagi hamba-hamba-Nya yang taat dan patuh. Allah menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang bertakwa itu,
yakni mereka yang mematuhi petunjuk Allah dan berserah diri kepada-Nya, berada dalam surga-surga. Mereka tinggal dan mendapat ganjaran di taman-taman yang keindahannya tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dan di dekat kediaman mereka dijumpai mata air yang
mengalir.
Allah ﷻ mengecam Iblis dengan ayat ini bahwa apa yang dinyatakan Iblis itu tidak semuanya benar karena ia tidak dapat memperdaya hamba-hamba-Nya yang saleh. Ini dikatakan Allah sebagai jalan yang lurus. Dia memberi pahala semua amal baik seorang hamba dan membalas dengan siksa semua amal buruk seseorang.
Untuk menghilangkan keragu-raguan yang mungkin dipahami pada ayat-ayat yang lalu maka Allah ﷻ menegaskan dalam ayat ini, bahwa hamba-hamba Allah yang ikhlas beriman tidak seorang pun yang dapat dikuasai setan. Semuanya telah diberi taufik untuk beriman, melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menghentikan semua larangan-Nya. Godaan apapun tidak akan mempengaruhi iman mereka. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya yang lain:
Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim/14: 22)
Firman Allah swt:
Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan. Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (an-Nahl/16: 99-100)
Kemudian Allah ﷻ mengancam setan dan pengikut-pengikutnya dengan neraka Jahanam sebagai pembalasan bagi segala macam kejahatan yang pernah mereka perbuat.
Allah ﷻ menerangkan keadaan neraka yang akan didiami oleh orang-orang yang sesat, yaitu terdiri atas tujuh tingkat. Tiap-tiap tingkat didiami oleh orang-orang yang dosa dan hukumannya sesuai dengan tingkat kejahatan yang telah mereka perbuat.
Menurut Ibnu Juraij, neraka itu tujuh tingkat, pertama Jahannam; kedua Ladha; ketiga Huthamah; keempat: Sair; kelima Saqar; keenam Jahim; dan ketujuh Hawiyah. Masing-masing tingkat ditempati sesuai dengan kadar dosa mereka.
Dari ayat-ayat ini dapat dipahami bahwa manusia mempunyai dua macam sifat yang menonjol, yaitu pertama, mempunyai sifat yang suka mengikuti hawa nafsu dan terpengaruh oleh kehidupan dunia dengan segala macam kenikmatan hidup yang memesona dirinya. Mereka inilah orang-orang musyrik yang mudah dipengaruhi setan. Kedua, manusia yang mempunyai sifat percaya kepada Allah dan rasul, jiwanya bersih dan mulia, hubungannya dengan Allah sangat dekat, dan suka kepada kebaikan. Golongan ini tidak dapat dipengaruhi oleh setan karena hati mereka telah cenderung kepada Allah ﷻ
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 44
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah di dalam surga dan telaga-telaga."
Sambutan dan penghargaan atas kedatangan mereka ke tempat yang mulia itu adalah dengan cara terhormat sekali, sesuai dengan kelelahan berjuang yang telah mereka rasakan di kala hidup.
Ayat 46
“Masuklah kamu ke dalamnya dengan selamat dan aman."
Ayat 47
“Dan Kami cabutkan apa yang ada dalam dada mereka dari dengki-dengkian, menjadi bersaudara, di atas tempat sandaran berhadap-hadapan."
Inilah nikmat surga yang penting sekali buat diperhatikan, dan inilah puncak dari sekalian nikmat. Memang ada surga yang indah, sumur dan telaga yang mengalirkan air yang jernih, selamat, dan aman. Tetapi lebih daripada itu semuanya ialah hilangnya rasa dengki di dalam surga itu. Surga itu sendiri akan berubah menjadi neraka, walaupun betapa indahnya, kalau di sana masih ada rasa dengki, benci, dendam, dan kesumat. Bahkan itulah salah satu sebab yang menjadikan kita dalam hidup di dunia ini kerapkali merasakan neraka dunia. Yaitu rasa benci, dengki, dan dendam. Di dalam perlombaan hidup mencari kedudukan, mencari kekayaan, maka apa yang di zaman sekarang kita namakan ambisi amat berpengaruh membuat hidup jadi neraka. Di dalam hidup ini kita didorong oleh hawa nafsu loba dan tamak. Bukan tidak ada di jiwa kita maksud-maksud yang baik, amal yang saleh, bakti yang suci. Tetapi tidaklah semua orang menyenangi kejayaan yang kita peroleh. Di samping usaha kita hendak naik, ada orang yang menarik kita ke bawah. Di samping kejayaan yang telah kita capai, ada orang yang bersakit hati. Dan itu banyak atau sedikit memengaruhi jiwa kita. Kadang-kadang kita yakin bahwa kita telah berbuat baik, namun yang benci kepada kita masih ada. Bagaimanapun kita membujuk hati kita sendiri supaya bersabar dan tenang, namun pengaruh kebencian itu mesti ada kepada kita.
Di dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa rasa benci telah dicabut dari dalam dada apabila semua yang diberi rahmat oleh Allah telah berjumpa di dalam surga. Mungkin ada jasamu yang baik, di samping kesalahanmu. Mungkin berat timbanganmu kepada yang baik dan kejahatan pun ada, tetapi ringan. Dan teman engkau pun demikian pula. Karena suasana dunia ini engkau pun barangkali pernah pula membenci dia, seperti dia membenci engkau. Yang engkau lihat padanya hanya keburukannya saja, dan yang dilihatnya pada engkau hanya kejahatanmu saja. Tiba-tiba oleh pertimbangan adil dari Allah, kedua engkau, dan dia sama-sama masuk surga. Sesampai di dalam surga, persahabatanlah yang timbul kembali. Rasa dengki-dengkian yang dahulu, telah hilang. Sekarang, di dalam surga tidak ada masa perlombaan lagi, tidak ada masa konkuren berebut pengaruh lagi, tetapi zaman mengutip hasil dari ridha Allah. Telah ditutup lembaran yang lama, lembaran dunia dan telah dibuka lembaran yang baru, lembaran menerima ganjaran pahala. Maka duduklah berhadap-hadapan di atas mahligai-mahligai yang empuk dari sutra aneka warna, bersenda-gurau merasakan nikmat Ilahi.
Tidak ada rasa dengki, benci dan dendam di dalam surga itu. Tetapi sebaliknya, di tempat di luar surga, terutama sekali di dalam neraka Jahannam, kawan-kawan dan sahabat-sahabat yang karib karena persamaan kepentingan selama berada di dunia, timbullah permusuhan. Ini dikuatkan oleh ayat 67 dari surah az-Zukhruf. Allah berfirman,
“Sahabat-sahabat yang rapat pada hari itu, sebagiannya menjadi bermusuh dengan yang sebagian, kecuali semua orang yang bertakwa." (az-Zukhruf: 67)
Dan pertemuan di antara ayat ini, dapatlah kita selama di dunia ini mencari teman yang satu haluan, sahabat yang sangat karib di dalam menegakkan iman dan takwa kepada Allah. Karena segala sahabat yang hanya bersatu lantaran kepentingan hidup dan benda duniawi mungkin akan menjadi musuh kelak kemudian hari.
Bersabda Rasulullah ﷺ,
“Jikalau sekiranya dua orang laki-laki berkasih-kasihan pada jalan Allah, yang seorang di Masyrik dan yang seorang lagi di Maghrib, niscaya akan dipertemukan Allah jua di antara keduanya di hari Kiamat. Dia berkata, “Inilah yang menyebabkan engkau suka karena Aku." (HR Ibnu Asakir dari Abu Hurairah)
Yaitu yang disukai itu ialah sama-sama menegakkan jalan Allah.
Ayat 48
“Tidak disentuh mereka oleh penat dan tidak mereka akan dikeluarkan (lagi) dari dalamnya."
Penat, capek, payah, dan lelah, itu pun penyakit yang menyebabkan dunia menjadi tempat susah. Banyak bekerja, badan sudah payah. Banyak berpikir, otak pun penat. Banyak berjalan, kaki pun penat. Sebab itu di samping bekerja wajib istirahat. Tetapi terlalu banyak istirahat menimbulkan lagi kepenatan yang baru, sebab tenaga amat terbatas, usia terlalu pendek dan kewajiban tumpuk-bertumpuk. Badan dapat diistirahatkan, tetapi bagaimana dengan berpikir? Berpikir tidak bisa diistirahatkan. Terutama orang yang beriman. Dia tidak puas dengan iman saja, tangannya gatal hendak beramal, dan amal itu hendaklah yang saleh pula. Oleh sebab itu maka hidup itu sendiri adalah kepenatan. Di surga tidak ada penat lagi! Dan tidak akan keluar dari sana lagi. Surga telah menjadi tempat yang tetap buat selama-lamanya. Dibersihkan, ke dalam neraka Jahannam, Namun selesai pem
bersihan, kembali ke surga juga, dan tidak keluar lagi.
Ayat 49
“Beritakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Aku adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Ayat ini diturunkan Allah, setelah Dia menerangkan nikmat yang akan diterima oleh orang-orang yang disesatkan oleh iblis. Sebab Allah Yang Mahakuasa mengetahui perasaan hamba-Nya pada waktu menerima rangkaian ayat-ayat ini. Kita akan bertanya dalam hati kita sendiri, demi membaca janji-janji Allah itu, “Betapalah nasibku ini! Aku sudah banyak berbuat salah. Aku sudah kerapkali digoda setan dan iblis, aku selalu memperturutkan hawa nafsuku, akan dapatkah agaknya aku merasakan juga nikmat surga yang dijanjikan itu. Laksana doa dan munajat yang terkenal dari Imam Syafi'i,
Ya Tuhanku! Tidaklah orang semacam aku ini pantas buat masuk ke dalam surga Firdaus.
Tetapi aku pun tidak kuat jika Engkau masukkan ke dalam neraka Jahim.
Maka anugerahilahaku tobat dan ampuni dosaku.
Karena sungguhlah Engkau pengampun bagi dosa Betapapun besar.
Rintihan jiwa hamba-hamba-Nya yang demikianlah yang disambut oleh Allah dengan ayat 49 ini. Janganlah kamu berputus asa hai hamba-Ku, Lekaslah engkau sadar dan kembalilah kepada-Ku. Jangan dituruti juga kehendak iblis itu. Aku sambut pulangmu, jika selama ini telah terlanjur memperturutkan kehendak hawa nafsu dan perdayaan iblis.
mulai sekarang kembalilah ke jalan yang benar. Tidak ada jalan lain yang lebih selamat dari itu.
Ayat 50
“Dan bahwasanya adzab-Ku adalah adzab yang amat pedih."
Artinya, kalau jalan sesat itu engkau turuti juga, tidak lekas engkau kembali, niscaya eng-kau akan mendapat adzab yang pedih. Kalau demikian siapa yang akan engkau sesali kelak? Selain dirimu sendiri. Maka sedang hidup di dunia ini perhatikanlah sikap dan langkah.