Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَآ
dan tidak
أَهۡلَكۡنَا
Kami binasakan
مِن
dari
قَرۡيَةٍ
suatu negeri
إِلَّا
melainkan
وَلَهَا
baginya
كِتَابٞ
kitab/ketentuan
مَّعۡلُومٞ
ditetapkan
وَمَآ
dan tidak
أَهۡلَكۡنَا
Kami binasakan
مِن
dari
قَرۡيَةٍ
suatu negeri
إِلَّا
melainkan
وَلَهَا
baginya
كِتَابٞ
kitab/ketentuan
مَّعۡلُومٞ
ditetapkan
Terjemahan
Kami tidak membinasakan suatu negeri, kecuali sudah ada ketentuan yang ditetapkan baginya.
Tafsir
(Dan Kami tiada membinasakan) huruf min adalah zaidah (sesuatu negeri pun) yang dimaksud adalah para penduduknya (melainkan ada baginya ketentuan) masa (yang telah ditetapkan) yang terbatas untuk pembinasaan mereka.
Tafsir Surat Al-Hijr: 2-3
Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.
Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).
Ayat 2
Firman Allah ﷻ: “Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan.” (Al-Hijr: 2), hingga akhir ayat.
Ayat ini menceritakan tentang orang-orang kafir, bahwa di akhirat kelak mereka akan menyesali kekafiran mereka selama di dunia, dan mereka hanya bisa berharap seandainya saja mereka menjadi orang-orang muslim ketika di dunia.
As-Saddi di dalam kitab tafsirnya telah menukil sebuah atsar berikut sanadnya yang berpredikat masyhur dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud serta sahabat-sahabat lainnya, bahwa orang-orang kafir Quraisy saat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka berharap seandainya saja mereka dahulu menjadi orang-orang muslim.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah setiap orang kafir di saat menghadapi kematiannya menginginkan seandainya saja dia menjadi orang mukmin sebelumnya.
Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini menceritakan perihal hari kiamat, sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, ‘Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.’ (Tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).” (Al-An'am: 27)
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abuz Zahiriyah, dari Abdullah (Ibnu Mas'ud) sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: “Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Al-Hijr: 2) Bahwa ayat ini menceritakan perihal orang-orang yang menghuni neraka Jahanam ketika melihat teman-teman mereka dikeluarkan dari neraka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Farwah Al-Abdi, bahwa Ibnu Abbas dan Anas ibnu Malik menakwilkan ayat ini, yaitu firman-Nya: “Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Al-Hijr: 2) dengan pengertian berikut:
Ayat ini menceritakan hari (ketika itu) Allah memasukkan orang-orang yang berdosa dari kalangan kaum muslim ke dalam neraka bersama orang-orang musyrik. Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada mereka, "Tiada manfaatnya bagi kalian penyembahan kalian (kepada Allah) ketika di dunia." Maka Allah murka kepada orang-orang musyrik, lalu berkat kemurahan dari-Nya, Dia mengeluarkan orang-orang muslim dari neraka. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Al-Hijr: 2)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Hammad, dari Ibrahim dan dari Khasifi dari Mujahid, keduanya mengatakan bahwa penghuni tetap neraka berkata kepada ahli tauhid (Muslim) yang berada di dalam neraka, "Tiada manfaatnya bagi kalian iman kalian." Manakala mereka mengatakan demikian, Allah berfirman, "Keluarkanlah semua orang yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar biji sawi!" Perawi mengatakan bahwa yang demikian itulah apa yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ: “Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Al-Hijr: 2)
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ad-Dahhak, Qatadah, Abul Aliyah, dan lain-lainnya. Masalah ini disebutkan pula dalam banyak hadis marfu seperti penjelasan berikut.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Abbas (yaitu Al-Akhram), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mansur At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Saleh ibnu Ishaq Al-Jahbaz dan Ibnu Ulayyah Yahya ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ma'ruf ibnu Wasil, dari Ya'qub ibnu Nabatah, dari Abdur Rahman Al-Agar, dari Anas ibnu Malik r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sesungguhnya ada sebagian orang dari kalangan orang-orang yang mengucapkan, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’ masuk ke dalam neraka karena dosa-dosa mereka. Maka berkatalah kepada mereka para penyembah Lata dan 'Uzza (orang-orang musyrik), “Tiada manfaatnya bagi kalian ucapan kalian, 'Tidak ada Tuhan selain Allah’, sedangkan kalian sekarang berada di dalam neraka bersama-sama kami.” Maka Allah murka terhadap mereka, lalu Allah mengeluarkan ahli tauhid yang berdosa itu (dari neraka) dan melemparkan mereka ke dalam sungai kehidupan, maka mereka menjadi bersih dari kehitam-gosongannya, sebagaimana bersihnya rembulan setelah gerhana. Lalu mereka dimasukkan ke dalam surga, dan mereka di dalam surga dijuluki dengan sebutan golongan Jahannamiyyun. Lalu ada seorang lelaki berkata kepada sahabat Anas, "Hai Anas, apakah benar kamu mendengar hadis ini dari Rasulullah ﷺ?" Sahabat Anas menjawab bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Barang siapa yang berbohong atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menduduki tempatnya di neraka.’ Ya, saya mendengarnya langsung dari Rasulullah ﷺ saat beliau mengatakan hadis ini.” Imam Tabrani mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Al-Jahbaz secara munfarid.
Hadits kedua: Imam Tabrani mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami Abusy Sya'sa Ali ibnu Hasan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Nafi' Al-Asy'ari, dari Sa'id ibnu Abu Burdah, dari ayahnya, dari Abu Musa r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila ahli neraka telah berkumpul di dalam neraka yang antara lain termasuk ahli kiblat (muslim) yang dikehendaki oleh Allah (masuk neraka), maka orang-orang kafir berkata kepada orang-orang muslim, "Bukankah kalian orang-orang muslim?” Orang-orang muslim menjawab, "Benar, kami orang muslim.” Mereka berkata, "Tiada manfaatnya Islam bagi kalian, sedangkan kalian menjadi orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama kami.” Orang-orang muslim menjawab, "Dahulu kami banyak melakukan dosa, maka kami dihukum karenanya.” Allah mendengar apa yang dikatakan oleh mereka, maka Dia memerintahkan agar orang-orang yang ada di dalam neraka dari kalangan ahli kiblat dikeluarkan. Ketika orang-orang kafir yang masih tetap di dalam neraka melihat hal tersebut, maka mereka berkata, "Sekiranya kami dahulu menjadi orang-orang muslim, tentulah kami akan dikeluarkan (dari neraka) sebagaimana mereka dikeluarkan.”
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah ﷺ membacakan firman Allah yang dimulainya dengan bacaan, ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.’ "Alif, Lam, Ra. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al-Our'an yang memberi penjelasan. Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Al-Hijr: 1-2)
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini melalui Khalid ibnu Nafi' dengan sanad yang sama, tetapi di dalamnya disebutkan "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang" sebagai ganti dari istiazah (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).
Hadis yang ketiga: Imam Tabrani telah mengatakan pula: Telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Rahawaih, yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Usamah, "Apakah pernah Abu Rauq yang nama aslinya Atiyyah ibnul Haris menceritakan kepadamu bahwa telah menceritakan kepadanya Saleh ibnu Abu Syarif yang telah mengatakan bahwa dia pernah bertanya kepada Abu Sa'id Al-Khudri, 'Pernahkah engkau mendengar dari Rasulullah ﷺ tafsir firman Allah ﷻ berikut', yaitu: “Orang-orang yang kafir itu sering kali nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Al-Hijr: 2) Abu Sa'id menjawab, 'Ya, saya pernah mendengar beliau bersabda', yakni: ‘Allah mengeluarkan sejumlah manusia dari kalangan kaum mukmin dari nereka sesudah mereka menerima kemurkaan dari-Nya.’
Dan beliau ﷺ bersabda pula: ‘Setelah Allah memasukkan mereka (orang-orang mukmin yang durhaka) bersama dengan orang-orang musyrik ke dalam neraka, maka orang-orang musyrik bertanya kepada mereka, "Kamu mengira bahwa kamu adalah kekasih-kekasih Allah ketika di dunia, lalu mengapa kamu bisa dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama dengan kami?’ Maka ketika Allah mendengar ucapan tersebut dari orang-orang musyrik, lalu Allah memberi izin untuk diberikan syafaat kepada mereka (orang-orang mukmin yang durhaka itu). Lalu para malaikat, para nabi, dan orang-orang mukmin yang bersih memberi syafaat kepada mereka, hingga mereka dikeluarkan dari neraka dengan seizin Allah. Dan ketika orang-orang musyrik melihat hal tersebut, berkatalah mereka, "Aduhai, sekiranya kami dahulu seperti mereka, tentulah kami pun akan beroleh syafaat pula dan dikeluarkan dari neraka ini bersama-sama dengan mereka.” Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman Allah ﷻ: “Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (Al-Hijr: 2) Maka orang-orang mukmin durhaka yang terbelakang masuk surganya itu diberi nama kaum Jahannamiyyin karena wajah mereka masih kelihatan menghitam.
Lalu mereka berkata, "Ya Tuhanku, lenyapkanlah julukan ini dari kami." Maka Allah memerintahkan kepada mereka untuk mandi, lalu mereka mandi di sungai surga, setelah itu lenyaplah julukan itu dari mereka (karena muka mereka tidak hitam lagi). Lalu Abu Usamah mengakui pernah mendengar hadis itu, dan berkomentar Ishaq ibnu Rahawaih dengan kata-kata mengiakan.
Hadis keempat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid Al-Bursi, telah menceritakan kepada kami Miskin Abu Fatimah, telah menceritakan kepadaku Al-Yaman ibnu Yazid, dari Muhammad ibnu Jubair, dari Muhammad ibnu Ali, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Di antara ahli neraka ada yang dibakar oleh api neraka sampai batas lututnya, di antara mereka ada yang dibakar api neraka sampai batas pinggangnya, di antara mereka ada yang dibakar api neraka sampai batas lehernya, masing-masing orang disesuaikan dengan kadar dosa dan amal perbuatannya.
Di antara mereka ada yang tinggal di dalam neraka selama satu bulan, kemudian dikeluarkan darinya. Di antara mereka ada yang tinggal di dalamnya selama satu tahun, kemudian dikeluarkan darinya. Dan orang yang paling lama menghuni neraka adalah seusia dunia sejak dunia diciptakan hingga kiamat. Apabila Allah hendak mengeluarkan mereka dari neraka, berkatalah orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan para penghuni neraka dari kalangan agama lain dan para penyembah berhala kepada penghuni neraka dari kalangan ahli tauhid, "Kalian telah beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, tetapi kami dan kalian sekarang sama saja berada di dalam neraka.”
Maka Allah murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dialami-Nya sebelum itu karena sesuatu hal, lalu Allah mengeluarkan ahli tauhid (dan melemparkan mereka) ke dalam mata air di dalam surga. Hal ini disebutkan oleh firman Allah, "Orang-orang yang kafir itu (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim " (Al-Hijr: 2).
Ayat 3
Firman Allah ﷻ: Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang. (Al-Hijr: 3) Dalam ayat ini terkandung peringatan yang keras dan ancaman yang pasti, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya melalui firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka. (Ibrahim: 30) (Dikatakan kepada orang-orang kafir), "Makanlah dan bersenang-senanglah kalian (di dunia dalam waktu) yang pendek, sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang berdosa. (Al-Mursalat: 46) .
Dan dalam firman berikutnya disebutkan: “Dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong).” (Al-Hijr: 3) Maksudnya, lalai dari bertobat dan tidak mau sadar. “Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr. 3)
Dan Allah menegaskan bahwa Kami tidak membinasakan suatu negeri
pun bersama dengan penduduknya, melainkan sudah ada ketentuan dan
waktu yang ditetapkan bagi kebinasaan-nya. Ajal adalah ketetapan yang sudah Allah tentukan waktunya, karena
itu tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak
pula dapat meminta penundaan darinya.
Pada ayat di atas, Allah ﷻ telah menggambarkan kepada orang-orang kafir keadaan mereka di akhirat nanti dan saat menanggung azab yang pedih. Namun demikian, gambaran itu tidak membekas sedikit pun di hati mereka, bahkan mereka menganggap peringatan Allah itu sesuatu yang tidak ada artinya sama sekali. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw, jika mereka tetap ingkar sekalipun telah menerima peringatan dan pelajaran, untuk membiarkan mereka dalam kelalaian dan kelengahan seperti yang telah mereka lakukan, mengenyam dan mengecap segala kesenangan dan kelezatan hidup di dunia serta memperturutkan hawa nafsunya. Rasul juga diperintahkan untuk membiarkan mereka memakan makanan dan berbuat sesuka hati sampai kepada waktu yang ditentukan, berangan-angan dan berkhayal bahwa mereka akan memperoleh harta benda yang tidak terhingga banyaknya, memperoleh apa yang mereka inginkan, seperti keturunan yang banyak, istana yang indah, serta memaksakan kehendak kepada musuh dan siapa yang mereka kehendaki.
Peringatan yang disampaikan Allah itu merupakan ancaman yang keras bagi orang-orang kafir, bahwa perbuatan dan tindakan mereka itu bertentangan dengan ajaran agama Allah, bertentangan dengan budi pekerti dan pribadi muslim.
Kehancuran budi pekerti dan kepribadian muslim itu dilukiskan dalam sabda Rasulullah saw:
Dari Amr bin Syuaib dari Nabi saw, beliau bersabda, "Kebaikan generasi pertama umat ini ialah dengan zuhud dan keyakinan. Sedangkan umat belakangan akan dirusak oleh kebakhilan dan angan-angannya." (Riwayat Ahmad, ath-thabrani dan al-Baihaqi)
Ali bin Abi thalib berkata, "Bahwasanya yang aku takuti atasmu ada dua perkara, yaitu panjang angan dan memperturutkan hawa nafsu. Maka sesungguhnya panjang angan membuat lupa kepada akhirat, sedangkan memperturutkan hawa nafsu menghalangi berlakunya kebenaran.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-HIJR
(BATU BESAR)
SURAH KE-15, 99 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -99)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih
Ayat 1
Alif Laam Ra. Inilah ayat-ayat dari kitab itu, dan Al-Qur'an yang nyata.
Ayat 2
Kadang-kadang inginlah orang-orang yang kafir itu, kalau adalah mereka menjadi orang Muslimin.
Ayat 3
“Berikanlah mereka makan-makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan mereka."
Yang menyebabkan mereka tenggelam dalam kufur tidak lain hanyalah “angan-angan", bahwa mereka akan tetap dalam kemegahan yang sekarang dan tidak akan berhasil Muhammad mengubah kedudukan mereka yang kukuh dalam masyarakat jahiliyyah itu. Mereka berangan-angan bahwa kedaulatan mereka akan terus, dan mereka tidak mempunyai perhitungan tentang kekuatan mereka sendiri dengan pendirian mereka.
Biarkanlah mereka dalam keadaan yang demikian, hidup yang tak tentu arah, hanya memikirkanmakandanharta,tidakmempunyai cita-cita dan tidak mempunyai tujuan hidup. Hidup sambil main-main, hidup yang hanya mengejar benda, menghabiskan usia dan membiarkan segala kesempatan berlalu dengan percuma. Biarkanlah mereka itu, jangan engkau ambil pusing lagi dengan orang-orang yang seperti itu, yang menghabiskan usianya dalam kesombongannya dan kelobaannya. Menyangka panas akan sampai petang, tidak insaf bahwa hujan pun bisa turun tengah hari, menyangka apa saja yang mereka kehendaki akan tercapai, kemegahan di awak, kekayaan ada di awak, tidak ada orang yang akan dapat merintang, menghalangi. Biarkanlah mereka dalam persangkaan bahwa mereka akan berjaya terus, bahwa perjalanan mereka tidak akan menuju'akhir. Biarkanlah mereka.
“Dan mereka akan tahu sendiri kelak."
Mereka akan tahu sendiri kelak apabila mereka telah ditimpa oleh keruntuhan dan tidak dapat mengelak sama sekali.
Ayat 4
“Dan tidaklah Kami binasakan satu negeri, melainkan ada baginya satu tulisan yang telah ditetapkan"
Kebinasaan negeri itu ada yang binasa hancur sama sekali, negeri itu sendiri dan ada pula yang runtuh kekuasaan dan susunan masyarakat dari golongan yang menguasainya. Maka kebinasaan itu telah ada tulisannya di sisi Allah.
Ayat 5
“Tidaklah suatu umat mendahului ajalnya dan tidak bisa mereka terkemudian."
Inilah aturan Allah yang telah berlaku pada setiap negeri atau setiap bangsa, yang telah diberikan garis tetapnya oleh Allah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ di dalam menghadapi kekufuran kaum Quraisy itu. Masyarakat jahiliyyah sudah pasti akan runtuh dan kedaulatan berhala sudah pasti akan hilang dan sinar Islam pasti naik. Itu sudah menjadi ketetapan dalam tulisan. Jarum sejarah tidak dapat dikembalikan ke belakang. Bagaimanapun kepala batunya orang-orang Quraisy itu, biarkanlah! Biar mereka makan-makan, senang dininabobokan oleh angan-angan tentang kebesaran diri sendiri. Namun apabila perhitungan telah sampai dan janji te-lah tiba, mereka pasti runtuh. Tidak terdahulu dari waktunya dan tidak pula terkemudian. Ini hanya soal kesabaran menunggu waktu itu.
Lalu di ayat yang seterusnya Allah memperlihatkan satu contoh dari kesombongan mereka terhadap Rasulullah.
Ayat 6
“Dan mereka berkata, “Hai orang yang diturunkan kepadanya peringatan, sesungguhnya engkau ini adalah seorang gila."
Nabi kita Muhammad ﷺ selalu menyatakan kepada mereka, bahwa beliau adalah membawa peringatan dari Allah, ancaman bagi siapa yang durhaka dan kabar gembira bagi siapa yang percaya. Kata nabi itulah yang mereka ulangi dengan penuh cemooh, “Hai orang yang diturunkan kepadanya peringatan!" Tetapi kemudian diiringkannya dengan kata-kata yang sangat kasar, timbul dari budi yang sangat rendah, “Engkau ini adalah gila!" Kesombongan seperti ini pulalah yang dilakukan oleh Fir'aun kepada Musa seketika beliau mengatakan di hadapan majelis Fir'aun bahwa beliau adalah rasul Allah, lalu dikemukakannya siapa dan apa arti Allah itu. Lalu sambil membuang muka Fir'aun berkata kepada orang besar-besarnya,
“Sesungguhnya utusan yang diutus kepada kamu ini, betul-betul gila!" (asy-Syuuraa: 27) Corak kesombongan itu sama saja di segala zaman.
Lalu ada lagi kata mereka yang lain untuk menghina Rasulullah.
Ayat 7
“Mengapa tidak engkau bawakan kepada kami malaikat, kalau adalah engkau dari golongan orang-orang yang benar."
Apa kesombongan yang tersimpan dalam kata ini? Mereka mengatakan bahwa apa-apa yang engkau serukan itu mungkin ada juga kebenarannya. Tetapi apalah lebih engkau daripada kami, sama-sama manusia, bukan? Bahkan kedudukanmu dalam masyarakat kami tidaklah begitu tinggi selama ini. Sejak bila saja engkau jadi nabi? Lantaran itu, kalau memang benar apa yang engkau serukan itu, lebih baik janganlah engkau. Sebab engkau ini tidak ada harga bagi kami. Engkau hanya kami anggap orang gila saja. Katakanlah kepada Tuhanmu yang mengutus engkau itu supaya malaikat saja kirim memberi penerangan kepada kami. Kalau sudah malaikat yang datang, mungkin kami pertimbangkan buat mempercayainya.
Kesombongan ini disuruh sambut kepada Rasul.
Ayat 8
“Tidaklah Kami menurunkan malaikat melainkan dengan kebenaran"
Artinya, satu waktu permintaan mereka itu akan terlaksana juga, tetapi bukan buat mengerjakan tugas sebagai rasul manusia, melainkan membawa kebenaran adzab. Atau membawa kebenaran maut bagi mereka.
“Dan tidaklah memeka — jika memang begitu — akan diberi tempo."
Maka kalau malaikat itu datang, dan kebenaran sebagai ketentuan Allah telah berlaku, nyawa mereka dicabut, tidaklah mereka akan diberi tempo atau meminta pengunduran.
Walaupun sudah sampai sedemikian rupa sanggahan orang-orang yang kafir itu, namun peringatan Allah, yaitu Al-Qur'an yang dibawa dan disebarkan oleh utusan Allah mesti jalan terus, sebab
Ayat 9
“Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan peringatan itu, dan sesungguhnya Kamilah yang menjaga baginya."
Maka kalau Allah yang menurunkannya dan Allah pula yang menjaganya, tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghambat.
Ayat 10
"Dan sesungguhnya, telah Kami utus dari sebelum engkau di antara golongan-golongan yang dahulu."
Ayat 11
“Dan tidak seorang pun rasul yang datang kepada memeka, melainkan adalah mereka memperolok-olokkan dia."
Ditegaskanlah dengan ayat 10 dan ayat 11 ini bahwa jika beliau, Nabi Muhammad ﷺ sebagai rasul mendapat penghinaan, dituduh gila dan lain-lain oleh kaumnya, demikian jugalah yang telah diderita oleh rasul-rasul yang telah lalu, yang dilakukan oleh kaum mereka terhadap diri mereka, rasul-rasul itu diolok-olok seperti Muhammad ﷺ sekarang ini juga."Demikianlah Kami masukkan dia." Yaitu perangai suka memperolok-olok rasul yang datang membawa kebenaran,
Ayat 12
“ke dalam hati orang-orang yang durhaka itu."
Sebab telah biasa orang-orang yang kafir memagar dirinya dengan berolok-olok, tidak berani bersungguh-sungguh. Sehingga ayat ini telah menunjukkan satu pelajaran ilmu jiwa yang mendalam sekali. Orang-orang yang mempertahankan perkara yang tidak benar, niscaya akan mempertahankannya dengan olok-olok, sebagaimana orang yang jiwanya telah rendah bila bertemu dengan orang benar, sebentar-sebentar tertawa untuk menyatakan kerendahan diri, dan mengambil muka.
Ayat 13
“Tidak mereka akan percaya kepadanya, padahal telah lampau penjalanan orang-orang yang dahulu."
Mereka masih tetap bertahan dalam keku-furan, mereka tetap tidak mau percaya. Padahal telah berulang-ulang dikatakan bahwa umat-umat yang dahulu, golongan dan kaum yang telah lalu, yang bertahan pada pendirian yang salah. Sebab barang yang salah itu pada hakikatnya tidaklah ada. Tidak ada tubuhnya yang akan dapat ditunjukkan dan tidak ada barangnya yang dapat dibuktikan. Dia hanya terletak kepada kesalahan jalan berpikir.
Ayat 14
“Dan kalau Kami bukakan atas suatu pintu dari langit, lalu mereka naik terus padanya."
Ayat 15
“Niscaya akan mereka katakan, “Sesungguhnya telah dimabukkan penglihatan Kami. Malahan kami ini adalah orang-orang yang telah dipukau."
Sampai demikianlah sudah kepala batu mereka dan kerasnya hati mereka mempertahan-kan pendirian yang salah. Tadi mereka minta didatangkan malaikat sebagai rasul. Meskipun malaikat dijadikan rasul, niscaya akan ada lagi mereka mencari dalih untuk menolak iman itu. Bahkan misalnya dibuka pintu langit, dibawa mereka terbang ke atas dan disuruh melihat kenyataan, tidak juga mereka akan percaya. Niscaya mereka akan menolak dengan kata bahwa kami telah dimabukkan ketika dibawa itu, dan kami telah dibacakan mantra-mantra sehingga tidak sadar akan diri lagi. Atau dengan kata-kata lain, kami ini sudah dipukau, kami sudah diperbodoh, disihir dengan kata-kata lemak manis.
Demikianlah gambaran sikap dari kaum yang musyrik di Mekah pada permulaan dakwah itu. Dan ini pun tampaknya terulang lagi pada zaman kita, yakni zaman banyak orang telah menerima Islam sebagai pusaka nenek moyang, tetapi tidak ada pengertian akan isinya, sehingga bila diseru agar kembali kepada inti sari ajaran Islam itu, kembali kafir lagi dan tidak mau menerimanya.