Ayat
Terjemahan Per Kata
مُهۡطِعِينَ
mereka bergegas
مُقۡنِعِي
tengadah/angkat muka
رُءُوسِهِمۡ
kepala mereka
لَا
tidak
يَرۡتَدُّ
berkedip
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
طَرۡفُهُمۡۖ
ujung/mata mereka
وَأَفۡـِٔدَتُهُمۡ
dan hati mereka
هَوَآءٞ
kosong
مُهۡطِعِينَ
mereka bergegas
مُقۡنِعِي
tengadah/angkat muka
رُءُوسِهِمۡ
kepala mereka
لَا
tidak
يَرۡتَدُّ
berkedip
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
طَرۡفُهُمۡۖ
ujung/mata mereka
وَأَفۡـِٔدَتُهُمۡ
dan hati mereka
هَوَآءٞ
kosong
Terjemahan
(Pada hari itu) mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedangkan mata mereka tidak berkedip dan hati mereka kosong.
Tafsir
(Mereka datang bergegas) dengan segera memenuhi panggilan. Lafal ayat ini berkedudukan menjadi hal atau kata keterangan (dengan mengangkat) mendongakkan (kepalanya) ke langit (sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip) melotot (dan hati mereka kosong) tidak ada suatu pikiran pun yang terbetik di dalamnya saking kaget dan ngerinya.
Tafsir Surat Ibrahim: 42-43
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada hari itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Firman Allah ﷻ Dan janganlah sekali-kali kamu menduga. (Ibrahim: 42) Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42) Artinya, janganlah kamu mempunyai dugaan bahwa Allah melupakan orang-orang yang zalim dan membiarkan mereka tanpa menghukum mereka karena perbuatannya, hanya karena Allah menangguhkan ajal kebinasaan mereka.
Bahkan Allah menghitung-hitung semua perbuatan zalim yang mereka lakukan dengan perhitungan yang sangat terperinci. Sesungguhnya Allah memberi tangguh mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42) Yaitu karena kedahsyatan dan kengerian serta huru-hara yang terjadi di hari kiamat. Kemudian Allah menceritakan perihal kebangkitan mereka dari kuburnya masing-masing serta ketergesa-gesaan mereka dalam menuju Padang Mahsyar. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: mereka datang bergegas-gegas. (Ibrahim: 43) Yakni dengan terburu-buru, sama dengan pengertian yang terdapat dalam ayat lainnya, yaitu: mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. (Al-Qamar: 8) Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok. (Thaha: 108) sampai dengan firman-Nya: Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). (Thaha: 111) Dan firman Allah ﷻ: (Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat. (Al-Ma'arij: 43), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah ﷻ: dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 43) Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mereka mengangkat kepalanya. sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip. (Ibrahim: 43) Artinya, pandangan mata mereka terbeliak tanpa berkedip barang sesaat pun karena banyak huru-hara, kengerian, dan hal-hal yang sangat menakutkan yang menimpa diri mereka; semoga Allah melindungi kita dari kengerian pada hari kiamat.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: dan hati mereka kosong. (Ibrahim: 43) Yakni hati mereka kosong tidak ada apa-apanya karena rasa takut yang sangat hebat. Qatadah dan sejumlah ulama mengatakan bahwa rongga hati mereka kosong; karena hati itu bila telah menyesak sampai ke tenggorokan. maka ia keluar dari tempatnya disebabkan rasa takut yang amat hebat. Sebagian ulama mengatakan bahwa hatinya telah rusak, tidak sadar akan sesuatu pun karena kedahsyatan peristiwa yang diberikan oleh Allah ﷻ Kemudian Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya:.
Pada hari itu mereka datang dengan tergesa-gesa memenuhi panggilan
Allah dengan mengangkat kepalanya dan memandang dengan penuh cemas, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip karena takut dan hati mereka kosong karena tidak mampu lagi berpikir. Dan berikanlah peringatan, wahai Nabi Muhammad, kepada semua
manusia bahwa pada hari ketika azab datang kepada mereka yang durhaka, maka orang yang zalim dan durhaka itu berkata, Ya Tuhan kami,
berilah kami kesempatan untuk kembali ke dunia, walaupun hanya sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau yang dulu kami ingkari,
dan kami akan mengikuti petunjuk rasul-rasul-Mu. Kepada mereka
lalu dikatakan, Bukankah dahulu di dunia kamu dengan penuh kesombongan telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan merasakan
ke-binasa-an'.
Pada ayat ini, Allah ﷻ menerangkan keadaan orang-orang yang zalim selama hidup di dunia, yaitu keadaan mereka dibangkitkan dari kubur, kemudian menuju Padang Mahsyar, mereka datang bergegas memenuhi panggilan penyeru yang menyeru mereka dengan penuh kehinaan. Keadaan mereka seperti orang yang akan menjalani hukuman gantung. Mereka berjalan menuju ke depan dengan tidak berpaling ke kanan dan ke kiri, pelupuk mata mereka tidak bergerak dan mata mereka tidak berkedip sedikit pun. Hati mereka waktu itu dalam keadaan kosong dan hampa, tidak memikirkan sesuatupun kecuali rasa takut menghadapi azab mengerikan yang segera akan menimpa mereka.
Pada ayat lain, Allah ﷻ melukiskan keadaan orang-orang kafir yang dibangkitkan dari kubur, yaitu:
Maka berpalinglah engkau (Muhammad) dari mereka pada hari (ketika) penyeru (malaikat) mengajak (mereka) kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), pandangan mereka tertunduk, ketika mereka keluar dari kuburan, seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, dengan patuh mereka segera datang kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang sulit." (al-Qamar/54: 6-8)
Dan firman Allah swt:
(Yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia), pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang diancamkan kepada mereka. (al-Maarij/70: 43-44)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 42
“Dan janganlah engkau kita bahwa Allah lengah dari apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang zalim."
Oleh karena merasa kecewa melihatorang-orang yang zalim mengerjakan pekerjaan yang tidak diridhai oleh Allah, melanggar perintah-Nya, berbuat berbagai maksiat dan kedurhakaan, kadang-kadang orang yang beriman dan setia melakukan perintah Allah serasa tidak sabar. Kesewenang-wenangan orang yang zalim itu terlalu lambat rasanya dibiarkan Allah. Memang setiap perbuatan yang salah itu, dirasakan oleh orang yang membencinya terlalu lama. Sampai kadang-kadang timbul pertanyaan dalam hati, apakah keadaan yang tidak benar dan tidak adil ini dibiarkan saja oleh Allah? Mengapa Allah tidak bertindak? Perasaan yang demikian yang dijawab Allah dengan ayat ini. Allah menjelaskan, jangan dikira Allah lengah, sekali-kali Allah tidak lengah. Bahkan segala gerak-gerik orang yang zalim itu tidaklah lepas dari tilikan Allah.
“Cuma Dia mundurkan mereka kepada suatu hari, yang akan terbelalak padanya segala penglihatan."
Artinya, segala sikap dan langkah yang dimulai dengan salah, tidaklah pada waktu itu juga tampak bahayanya atau balasan yang diterimanya. Perbuatan salah itu kelak akan mencapai puncaknya. Mereka kelak akan sampai kepada satu ketika yang mereka sendiri pun merasa tidak dapat surut lagi. Langkah itu mesti diteruskan atau dapat ditahari lagi. Seumpama seorang pengendali kendaraan bermotor tidak hati-hati di tempat yang berbahaya, lalu seliplah roda kendaraan itu dan meluncur masuk jurang. Waktu kendaraan itu meluncur, betapa pun dia hendak menahan kejatuhan, tidaklah ada kekuasaannya lagi. Kekuasaan atau kemudi telah lepas dari tangannya. Apabila kejatuhan dan kehancuran itu datang, terbelalaklah segala mata yang melihat; karena tidak dapat berbuat apa-apa lagi buat mencabutkan si zalim itu dari kecelakaan.
Ayat 43
“Dalam keadaan terburu-buru dan menundukkan kepala mereka, tidak berkedip penglihatan mereka. Sedang hati mereka jadi kosong."
Inilah bayangan yang amat tepat dari suasana kegugupan yang menimpa apabila saat yang tidak disangka-sangka itu datang. Yaitu karena kezaliman telah sampai kepada akibat kecelakaannya. Matanya terbelalak karena kengerian. Dalam keadaan terburu-buru, berlari ke sana, melompat kemari, tidak terlihat mata orang lain sehingga menunduk saja. Terasa bahwa ini adalah akibat dari perbuatan yang salah, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa lagi, hati telah jadi kosong dari persediaan.
Bolehlah dikatakan bahwa ayat ini peringatan kepada Rasul dan para Mukminin pada perjuangan pertama di Mekah, bilamana mereka melihat berleluasanya pemuka-pemuka musyrikin melanggar perintah Allah, memuja berhala, menghalangi Islam dan berbuat segala perbuatan yang mungkar. Allah mengatakan bahwa itu hanya sementara, tidak akan lama. Pasti akan datang waktunya mereka akan kebingungan karena kehancuran yang tiba-tiba.
Dengan siasat yang luhur dari Nabi Muhammad ﷺdan kesabaran yang luar biasa, disertai ikhtiar yang tidak pernah kendur, maka bertemu tepatlah apa yang dikatakan Allah itu. Dalam Peperangan Badar, mulailah jatuh puncak yang pertama dari kemusyrikan. Dalam Perjanjian Hudaibiyah, siasat yang diatur musyrikin dengan gegabah dan pertimbangan yang salah, berakibat kekalahan. Dua tahun sesudah Hudaibiyah, karena mereka sendiri yang melanggar janji, yang telah diperbuat di Hudaibiyah itu, Mekah terpaksa diserang oleh Nabi ﷺ dengan 12.000 Mujahid Islam. Dan memang saat itulah yang ditunggu-tunggu. Benar-benarlah terbelalak mata, rusuh hati, berdebar jantung, “Panik" penduduk Mekah ketika negeri itu telah dimasuki oleh tentara Nabi Muhammad ﷺ di bawah pimpinan beliau sendiri; terpaksa tunduk dan menyerah, dan hati telah kosong, tidak ada yang akan dipertahankan lagi. Kebatilan mesti kalah. Tetapi jarak waktu di antara turunnya ayat ini dengan penaklukan Mekah itu memang lama, yaitu kurang lebih sepuluh tahun. Orang yang lemah hati niscaya gelisah menunggunya, tetapi apabila masa itu telah lewat, kenangan kepada zaman itu akan tetaplah menjadi kenangan yang menyenangkan. Dan masa sepuluh tahun terasa tidak lama lagi.
Kalau hal yang tersebut di atas menyebutkan orang yang zalim dalam keadaan duniawi yang menunggu saat kehancuran, maka pada ayat ini adalah pandangan yang lebih hebat dari itu. Yaitu apabila Kiamat datang atau sekecil-kecilnya ialah apabila panggilan maut datang! Sesal tiba, tapi waktu tidak ada lagi buat bertaubat. Lalu minta ampun, “Ya Tuhan kami! Janganlah dicabut nyawa kami dahulu, atau jangan dikiamatkan dahulu, berilah kami tempo sebentar, supaya kami perbaiki kesalahan kami ini, mohonlah supaya panggilan itu diundurkan, supaya kami taubat dan kami ikuti segala ajaran yang diberikan nabi-nabi dan rasul-rasul. Tetapi apa sambutan Allah? Bolehkah di saat demikian minta mundur? Allah berfirman,
“Bukankah kamu telah bersumpah sebelum ini, bahwa kamu tidak akan bergeser?"
Dengan sombong kamu selalu mengatakan tidak akan bergeser pendirian dari yang lama, akan tetap bertahan pada yang batil.
Begitu gagah perkasa kamu mempertahankan kekafiran di kala itu, mengapa sekarang meminta mundur? Apakah artinya lagi permintaan mundur pada waktu sekarang? Seluas itu kesempatan yang diberikan selama ini, mengapa disia-siakan? Setelah ajalmu datang, saat yang tidak bisa dimundurkan walau satu detik, dan tidak dapat dipercepat walaupun satu detik, baru kamu mengakui hendak menyambut panggilan-Ku dan mengikuti ajaran nabi-nabi dan rasul-rasul. Permintaanmu itu percuma, tidak dapat dikabulkan.
Ayat 44
“Dan peringatkanlah kepada manusia, akan haru yang akan datang kepada mereka adzab. Maka akan berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami! Mundurkanlah kami kepada suatu masa yang dekat, agar kami sambut panggilan-Mu dan kami ikuti Rasul-rasul."
Ayat 45
“Dan kamu telah berdiam di tempat berdiamnya orang-orang yang menzalimi diri mereka sendiri."
Artinya, selalu kamu lalu di dekat bekas-bekas negeri yang telah binasa, yaitu bekas negeri kaum ‘Ad, bekas negeri kaum Tsamud, bekas negeri Madyan dan negeri Sadum dan Gamurrah."Dan jelaslah sudah bagi kamu betapa Kami telah perbuat atas mereka." Kalau kamu mempunyai akal dan pikiran, sudah patutlah kamu mengambil perhatian dan perbandingan dari negeri-negeri yang telah runtuh itu; yang runtuh karena kezaliman.
"Dan telah Kami adakan bagi kamu perumpamaan-perumpamaan,"
Sudah cukup diadakan misal-misal dan perumpamaan-perumpamaan yang seharusnya menjadi perhatian kamu. Telah berturut, bertubi wahyu diturunkan Allah, dengan le-mah-iembut dan dengan keras, dengan perumpamaan dan perbandingan, dengan peringatan keras dan dengan kabar kegembiraan, tidak sebuah juga yang kamu sambut. Sekarang setelah napasmu telah mendaki kerongkongan dan Izrail telah hadir di pinggir pembaringanmu, kamu hendak taubat. Apa artinya lagi?
Kemudian berfirmanlah Allah membuka rahasia orang-orang yang kafir yang menentang kebenaran itu, yang masih saja bertahan dalam kekufurannya,
Ayat 46
“Dan sesungguhnya mereka telah melakukan tipu daya."
Segala siasat tipu daya telah mereka atur dan susun buat menghambat jalan Islam dan buat menghalangi jalan Allah."Padahal di sisi Allah-lah tipu daya mereka itu." Sehingga manalah hasil tipu daya manusia di hadapan kebesaran Allah?
“Meskipun dengan tipu daya itu mereka hendak menghilangkan gunung."
Alangkah tepatnya ujung ayat ini. Jika manusia yang kufur hendak melakukan tipu daya melawan Allah, walaupun rencananya itu demikian besar, letakkanlah besarnya itu sehingga dapat menggeser gunung, tidaklah ada artinya di hadapan Allah. Ukurlah kekuatan diri sendiri, dan tengoklah gunung. Bagi manusia gunung itu sudah besar, dan rencana menggeser gunung bagi manusia sudahlah satu rencana besar. Padahal siasat tipu daya itu sudah terlebih dahulu diketahui rencananya oleh Allah. Tenaga manusia akan habis dalam merencana, kekuatannya terbatas oleh umurnya, namun kehendak Allah tetap berjalan terus, dan kehendak-Nya itu jua yang berlaku. Laksana satu cerita lama di dalam setengah tafsir, bahwa seorang Raja Besar dalam zaman purba, kata orang Bukhtunashr, dan kata yang lain Raja Nimruz, memelihara seekor anak burung elang rajawali, sejak dari masih telur ditetaskan, selalu disuapi daging, dan setelah burung itu besar, raja itu menitahkan membuat satu keranda tempat duduk dua orang, lalu dipautkan kepada burung itu dan disuruh dia terbang, sedang raja duduk bersama seorang pengiringnya dalam keranda itu. Ke ujung paruh burung itu dipautkan segumpal daging. Maka terbanglah burung elang rajawali itu karena mengejar daging, dan raja duduk dalam keranda di atas punggung burung itu. Terbang tinggi-tinggi sangat tinggi. Hendak mengapa raja? Katanya dia hendak pergi melihat langit, benarkah ada Allah di sana. Dia ingin melihat. Bumi bertambah jauh, bahkan gunung-gunung bertambah kecil kelihatan di bawah, tetapi langit? Langit yang hendak dipanjat itu bertambah tinggi. Akhirnya burung pun payah, sebab langit bertambah tinggi juga. Dan akhirnya pulang saja kembali. Sampai di bawah, apa katanya? Langit bertambah tinggi, walaupun gunung telah bertambah kecil.