Ayat

Terjemahan Per Kata
مَّثَلُ
perumpamaan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
بِرَبِّهِمۡۖ
dengan/kepada Tuhan mereka
أَعۡمَٰلُهُمۡ
amalan-amalan mereka
كَرَمَادٍ
seperti abu
ٱشۡتَدَّتۡ
meniup keras
بِهِ
dengannya
ٱلرِّيحُ
angin
فِي
pada
يَوۡمٍ
hari
عَاصِفٖۖ
musim angin kencang
لَّا
tidak
يَقۡدِرُونَ
mereka dapat
مِمَّا
dari pada
كَسَبُواْ
mereka usahakan
عَلَىٰ
atas
شَيۡءٖۚ
sesuatu/sedikitpun
ذَٰلِكَ
demikian itu
هُوَ
dia/adalah
ٱلضَّلَٰلُ
kesesatan
ٱلۡبَعِيدُ
yang jauh
مَّثَلُ
perumpamaan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
بِرَبِّهِمۡۖ
dengan/kepada Tuhan mereka
أَعۡمَٰلُهُمۡ
amalan-amalan mereka
كَرَمَادٍ
seperti abu
ٱشۡتَدَّتۡ
meniup keras
بِهِ
dengannya
ٱلرِّيحُ
angin
فِي
pada
يَوۡمٍ
hari
عَاصِفٖۖ
musim angin kencang
لَّا
tidak
يَقۡدِرُونَ
mereka dapat
مِمَّا
dari pada
كَسَبُواْ
mereka usahakan
عَلَىٰ
atas
شَيۡءٖۚ
sesuatu/sedikitpun
ذَٰلِكَ
demikian itu
هُوَ
dia/adalah
ٱلضَّلَٰلُ
kesesatan
ٱلۡبَعِيدُ
yang jauh
Terjemahan

Perumpamaan orang-orang yang kufur kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin kencang pada saat badai. Mereka tidak kuasa (memperoleh manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
Tafsir

(Perumpamaan) gambaran (tentang orang-orang yang ingkar kepada Rabb mereka) kalimat ayat ini berkedudukan menjadi mubtada kemudian dijelaskan oleh badalnya pada firman selanjutnya, yaitu: (amalan-amalan mereka) yang baik, seperti silaturahmi dan sedekah, yaitu dalam hal tiada kemanfaatan (seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin keras) sangat keras tiupannya sehingga angin keras itu menjadikannya debu-debu yang beterbangan yang tiada manfaatnya. Jar dan majrurnya merupakan khabar daripada mubtada (mereka tidak dapat) yakni orang-orang kafir itu (mengambil manfaat dari apa yang telah mereka upayakan itu) dari apa yang telah mereka amalkan sewaktu di dunia (barang sedikit pun) artinya mereka sama sekali tidak menemukan pahala daripada amal-amal mereka karena tidak memenuhi syarat, yaitu tiadanya iman. (Yang demikian itu adalah kesesatan) kebinasaan (yang jauh.).
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Ayat ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan tentang amal perbuatan orang-orang kafir yang menyembah selain Allah beserta-Nya dan mendustakan rasul-rasul-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang membina amal perbuatannya bukan pada landasan yang benar, sehingga runtuh dan lenyaplah bangunannya, padahal ia sangat memerlukannya. Allah ﷻ berfirman: Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka. (Ibrahim: 18) Yakni perumpamaan amal perbuatan mereka kelak di hari kiamat apabila mereka meminta pahalanya dari Allah ﷻ Demikian itu karena mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam kebenaran, tetapi ternyata tiada satu pahala pun yang mereka dapatkan. Tiada hasil bagi amalan-amalan mereka kecuali sebagaimana debu yang lenyap diterbangkan oleh angin badai yang amat besar, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: pada suatu hari yang berangin kencang. (Ibrahim: 18) Yaitu hari yang berangin sangat kencang lagi kuat.
Maka mereka tidak mendapatkan sesuatu pun dari amal-amal perbuatan yang mereka upayakan ketika di dunia. Keadaannya tiada lain seperti seseorang yang mengumpulkan debu di hari yang berangin sangat kuat. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya.
Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Ali Imran: 117) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjukkepada orang-orang yangkafir. (Al-Baqarah: 264) Sedangkan firman Allah ﷻ dalam ayat berikut ini: Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 18) Artinya, usaha dan amal mereka tidak mempunyai landasan, tidak pula lurus, sehingga mereka kehilangan pahalanya di saat mereka sangat memerlukannya.
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 18).
Seperti itulah Allah menyiksa orang kafir, meski mereka selalu
berbuat baik dan berjasa bagi kemanusiaan sepanjang hidupnya. Yang
demikian itu karena perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya,
perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia yang dipandang baik
dan berjasa bagi kemanusiaan seperti abu yang ditiup oleh angin keras
pada suatu hari yang berangin kencang. Angin itu menghamburkan abu
tersebut hingga tidak tersisa. Demikianlah, mereka tidak kuasa mengambil pahala sama sekali di sisi Allah dari apa yang telah mereka usahakan
di dunia karena kekufuran mereka telah menghapus semua amal baik
itu. Yang demikian itu, yakni berbuat baik tanpa dilandasi keimanan,
adalah bentuk kesesatan yang sangat jauh dari kebenaran. Melaksanakan ancaman-Nya kepada orang kafir adalah suatu hal
yang mudah bagi Allah, seperti mudahnya Dia menciptakan langit dan
bumi. Wahai manusia, tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya
Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak' Allah menciptakan
kedunya beserta pernik-perniknya dengan benar, harmonis, dan penuh
keteraturan agar menjadi bukti keesaan dan kekuasaan-Nya bagi kamu.
Janganlah kalian mengingkari dan menyekutukan-Nya, karena jika Dia
menghendaki, niscaya Dia dapat membinasakan kamu dan mendatangkan
sebagai penggantimu makhluk yang baru dan lebih baik, lebih sempurna,
serta lebih taat daripada kamu.
Jika dalam ayat-ayat di atas Allah telah menjelaskan azab yang akan diderita orang-orang kafir dalam neraka Jahanam, maka dalam ayat ini dijelaskan-Nya kerugian besar yang akan mereka derita, yaitu pahala dari amalan kebajikan mereka di dunia, kalau ada, dihapus Allah. Dengan demikian, mereka tidak dapat merasakan manfaat apapun dari amalan kebajikan yang mungkin pernah mereka perbuat di dunia. Amalan-amalan mereka itu diibaratkan oleh ayat ini bagaikan abu yang ditiup angin kencang, hilang tanpa kesan. Keadaan yang demikian adalah akibat dari kesesatan mereka dan penyelewengan yang jauh sekali dari petunjuk Allah ﷻ
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 13
“Dan berkata orang-orang yang kafir itu kepada rasul-rasul mereka, “Sungguh akan kami keluarkan kamu dari negeri kami, kecuali kalau kamu kembali kepada agama kami."
Sambutan yang seperti ini telah lebih menunjukkan betapa hebat pertemuan di antara paham terang dengan paham gelap, di antara budi luhur dengan perangai kasar. Seruan yang lemah lembut tidaklah mereka sambut dengan lemah lembut pula, melainkan dengan sikap angkuh, sombong dan sebagai sikap orang yang telah kehilangan segala lawan dan merasa diri kuat. Dengan kekuatan mereka hendak mengalahkan kebenaran. Rasul-rasul itu mesti mengubah sikap dan pendirian, yaitu kembali kepada agama nenek moyang. Kalau masih berkeras mempertahankan pendirian mereka, mencela berhala, menyembah Allah yang satu, mereka akan diusir dari kampung halaman mereka. Jejak mereka akan dikikis habis dari negeri. Tidak mereka sadari bahwa di atas kekuatan mereka ada lagi kekuatan Yang Mahatinggi, kekuatan Allah.
Menulis Sayyid Quthub di dalam tafsirnya, “Di sini jelaslah hakikat pertentangan dan tabiatnya di'antara Islam dengan jahiliyyah.
Jahiliyyah tidak ridha jika Islam itu mempunyai kepribadian yang berdiri sendiri. Mereka tidak dapat membiarkan Islam itu berdiri di luar lingkungannya. Dia tidak akan berkompromi dengan Islam, walaupun Islam mengulurkan tangan buat damai!!! Sedang Islam itu mesti nyata dan tegas dalam bentuk yang mengumpulkan gerak yang bebas di bawah pimpinan yang besar dan kesetiaan yang bebas pula. Sikap Islam yang seperti ini tidaklah tertahankan oleh jahiliyyah. Lantaran itu maka orang-orang yang kafir bukan saja meminta kepada rasul-rasul itu supaya berhenti berdakwah, tetapi mereka minta pula dengan sungguh-sungguh supaya beliau-beliau itu kembali kepada agama mereka yang asli, masuk menggabungkan diri, menyesuaikan diri dengan masyarakat jahiliyyah, sehingga hilang sirnalah pendirian mereka yang tegas bebas menentang itu. Padahal ini pulalah yang pantang dari tabiat agama ini dan penganutnya, dan ini pula yang ditolak mentah-mentah oleh rasul-rasul. Sekali Muslim telah melepaskan diri dari masyarakat Jahiliyyah, sejak itu dia tidak akan kembali lagi." Sekian Sayyid Quthub.
Setelah ancaman demikian disampaikan kepada rasul-rasul Allah pun menyampaikan pula firman tegas-Nya kepada rasul-rasul-Nya.
"Maka mewahyukanlah kepada mereka Tuhan mereka, “Sesungguhnya akan Kami binasakan orang-orang yang zalim itu."
Itulah janji dan keputusan pasti dari Allah. Dan yang kedua,
Ayat 14
“Dan akan Kami dudukkan kamu di bumi sesudah mereka."
Pertama kaum yang menolak dan menentang itu akan dihapus sirna, mereka dan kampung halaman mereka musnah, atau segala kekuasaan mereka akan habis. Ini telah kejadian pada umat-umat yang diceritakan halnya di dalam Al-Qur'an. Kemudian setelah mereka musnah, di atas runtuhan kegelapan dan kezaliman itu bendera ajaran rasul-rasul pasti berkibar. Ini telah terjadi pada rasul-rasul Nuh, Hud, Shalih, Luth dan lain-lain. Sebab kegelapan itu tidaklah akan bisa dipertahankan. Dan ini pun akan terjadi dengan Muhammad ﷺ. Menurut bahasa Arab, kalimat-kalimat yang terpakai dalam kedua ayat ini, yaitu Lanuhlikanna, memakai nun taukid tsaqilah, demikian juga Lanuskinannakum kepada rasul-rasul, juga memakai nun taukid tsaqilah. Artinya ialah sungguh-sungguh akan Kami binasakan mereka, dan sungguh-sungguh akan Kami tem-patkan kamu di bumi. Keduanya adalah kata pasti, kata Allah yang tidak ada satu kekuatan lagi yang dapat merombak. Kemudian Allah meneruskan pada lanjutan ayat,
“Yang demikian itu adalah untuk orang yang takut akan bendini di hadapan-Ku." — Kelak di Akhirat — “Dan takut akan ancaman-ancaman-Ku."
Artinya ialah peringatan-peringatan yang demikian untuk jadi peringatan keras, supaya hal-hal yang seperti terjadi terhadap kepada rasul-rasul yang terdahulu itu supaya menimbulkan kengerian pada penentang-penen-tang Nabi Muhammad ﷺ. Sebab apabila Allah bertindak, tidaklah ada kekuatan yang dapat menghambat, dan di akhirat semuanya akan dihadapkan kehadirat Mahkamah Allah, untuk mempertanggungjawabkan sikap sombong yang telah mereka lakukan terhadap kepada utusan-utusan Allah.
Ayat 15
“Dan mereka pun meminta pentolongan. Tetapi gagallah tiap-tiap usaha orang yang sombong angkuh yang menentang."
Maka orang-orang yang menentang rasul-rasul itu, yang mengancam akan mengusir rasul-rasul dari negeri mereka, atau memaksa rasul masuk ke dalam agama musyrik mereka, setelah ketentuan Allah datang dan kemusnahan datang menimpa, mencoba-coba mencari pertolongan ke kiri kanan. Namun usaha mereka itu gagal sama sekali. Sebab tidak ada satu kekuatan pun yang berani berdiri di hadapan ketentuan Allah.
Setengah tafsir menerangkan bahwa kedua belah pihaknya sama-sama meminta per-tolongan, dari kalimat Was-taftahuu, yang berarti juga menunggu-nunggu datangnya pertolongan, atau kemenangan. Pihak musyrikin mengharapkan bahwa merekalah yang akan menang dengan pendiriannya itu dan pihak rasul-rasul Allah pun yakin akan kebenaran mereka dan mereka jua yang akhirnya akan menang. Akhir ketentuan dari Allah sendiri ialah bahwa yang gagal, yang bobrok dan yang runtuh ialah si jahiliyyah, si musyrik.
Contoh-contoh yang seperti ini banyaklah kita dapati dalam sejarah manusia. Kekejaman dan kekuatan manusia, menuhankan sesama manusia, mengagung-agungkan yang selain dari Allah. Ditantang oleh “Oposisi'' yang kelihatannya lemah, seperti oposisinya nabi-nabi dan rasul-rasul. Yang bersangkutan merasa yakin bahwa dialah yang akan terus menang dan rejimnya tidak akan dapat dijatuhkan. Kemudian dengan tidak disangkanya dan tidak siapa pun yang lain yang menyangka, dia pun jatuh berantakan. Dan kebenaran juga yang menang!
Ayat 16
“Di belakangnya adalah neraka Jahannam, dan akan diberi minum dengan air mata."
Siksaan keruntuhan, kemusnahan yang telah mereka derita di dunia ini, tidaklah akan cukup hingga itu saja. Itu semuanya adalah yang mereka hadapi di dunia. Adapun di belakang itu, yaitu di akhirat, sesudah mati, adalah lagi hukuman yang lebih hebat yang akan mereka terima, yaitu neraka Jahannam. Satu di antara beribu-ribu adzab yang akan mereka derita dalam neraka Jahannam itu ialah suatu minuman, yang terbikin dari air campuran darah dan nanah (mala). Yang menyebut saja pun di waktu sekarang telah merasa jijik, apatah iagi jika telah tiba waktu mesti diminum kelak. Api neraka sangat panas dan diri mereka merasa haus di dalamnya, selalu haus dan selalu menginginkan air minum. Tetapi untuk pengobat haus yang diberikan kepada mereka ialah air mala itu.
Ayat 17
“Dia akan meminum itu dengan susah."
Niscaya demikianlah jadinya, mengingat baunya dan jijiknya, padahal awak sangat haus hendak minum juga. Tidak diminum bertambah haus, akan diminum terasa jijiknya."Dan hampir-hampirlah tidak dapat di-regukkan." Tidak dapat lewat ke mulut dan kerongkongan."Dan akan datang kepadanya maut dari tiap-tiap tempat." Tiap-tiap saat rasanya maut akan datang juga, maka sangat mengharapkan dia, biar dia mati. Karena dengan mati lepaslah penderitaan yang sangat dahsyat ini. Bukankah semasa di dunia dahulu, dari saking beratnya penanggungan jiwa, orang kerapkali rela, biarlah mati saja. Sebab dengan mati lepaslah diri dari penderitaan itu. “Namun dia tidaklah mati." Sebab mati itu hanya sekali saja, yaitu ujung dari kehidupan dunia dan gerbang dari kehidupan kekal.
“Sedang dari belakangnya ada adzab yang …"
Pada ayat 14 di atas tadi telah Allah terangkan bahwa hal ini haruslah menimbulkan takut dan ngeri di hati insan, agar mereka ingat bahwa mereka akan disuruh berdiri di hadapan Allah kelak kemudian hari, di akhirat. Kalau orang kafir tidak mau percaya, ialah kepercayaannya akan firman-firman Allah ini.
Sudah diterangkan betapa adzabyangakan dihadapi di akhirat, yang wajib kita percayai. Kemudian pada ayat selanjutnya manusia diajak berpikir kembali, dengan Allah mengemukakan perumpamaan,
Ayat 18
“Penumpamaan dari orang-orang yang tidak mau percaya kepada Tuhan mereka, amat-amat mereka adalah seperti abu (debu) yang ditiup keras oleh angin pada hari angin ribut besar."
Tegasnya, meskipun ada juga mereka mengerjakan amal yang mungkin baik, tetapi oleh karena dasarnya tidak ada, tidak tumbuh atas dasar kepercayaan kepada Allah, hanya karena sombong, mencari nama, mendabik dada, maka bila tiba angin rebut agak keras, amal itu akan dihembusnya habis, tumbang. Karena dia hanya terletak di atas pasir, tidak berurat sampai ke bawah, “Tidaklah mereka beroleh apa-apa dari apa yang mereka usahakan itu sedikit jua pun." Habis terbuang percuma segala tenaga yang telah tertumpah selama ini.
"Itulah dia kesesalan yang sudah sangat jauh."
Dan kalau sudah sangat jauh sesatnya, bagaimana memanggilnya pulang lagi? Dan bagaimana menjemputnya?
Tidak lain, hanya ketaatan dan pikiran yang jernih dan terang, dan cahaya terang benderang dari iman, sebagai tukaran dari kegelapan pikiran, karena tidak mempercayai Allah atau mendurhakai Allah.
Peringatan mendalam yang pada asal mulanya kaum musyrikin Mekah menjadi Sabab-Nuzul (sebab turun ayat), tetapi tetap menjadi pedoman bagi umat selanjutnya, karena semangat agama itu selalu harus diperbaharui dan aqidah tauhid harus tetap dihidupkan. Sebab paling malanglah orang yang hidup dengan tidak ada dasar landasan tempat tegak.