Ayat
Terjemahan Per Kata
عَٰلِمُ
yang mengetahui
ٱلۡغَيۡبِ
yang gaib
وَٱلشَّهَٰدَةِ
dan yang nampak
ٱلۡكَبِيرُ
Maha Besar
ٱلۡمُتَعَالِ
Maha Tinggi
عَٰلِمُ
yang mengetahui
ٱلۡغَيۡبِ
yang gaib
وَٱلشَّهَٰدَةِ
dan yang nampak
ٱلۡكَبِيرُ
Maha Besar
ٱلۡمُتَعَالِ
Maha Tinggi
Terjemahan
(Allahlah) yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. (Dia) Yang Mahabesar lagi Mahatinggi.
Tafsir
(Yang mengetahui semua yang gaib dan yang tampak) hal-hal yang gaib dan hal-hal yang kelihatan (Yang Maha Besar) Maha Agung (lagi Maha Tinggi) di atas semua makhluk-Nya dengan cara paksa. Lafal al-muta`aal dapat pula di baca al-muta`aaliy dengan memakai huruf ya di akhirnya.
Tafsir Surat Ar-Ra'd: 8-9
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. Yang mengetahui semua yang gaib dan yang tampak; Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. Allah ﷻ menyebutkan tentang ilmu-Nya Yang Mahasempurna, bahwa tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya, dan pengetahuan-Nya meliputi apa yang berada di dalam kandungan semua wanita. Perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman: 34) Yakni apa yang dikandung di dalam rahim, jenis laki-laki atau perempuan, rupawan atau jelek, celaka atau bahagia, berumur panjang atau pendek, semuanya diketahui oleh-Nya.
Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) kalian ketika Dia menjadikan kalian dari tanah dan ketika kalian masih janin. (An-Najm: 32), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Dia menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (Az-Zumar: 6) Artinya, Dia menciptakan kalian tahap demi tahap, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang, itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al-Muminun: 12-14) Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya kejadian seseorang di antara kalian dihimpunkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah.
Kemudian menjadi 'alaqah (segumpal darah) dalam jarak waktu yang sama, lalu menjadi segumpal daging dalam jarak waktu yang sama. Kemudian Allah mengirimkan malaikat kepadanya yang diperintahkan untuk mencatat empat ketentuan, yaitu rezekinya, usianya, amal perbuatannya, dan nasibnya, apakah celaka atau bahagia. Di dalam hadis lainnya disebutkan: Maka malaikat itu bertanya, Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan. Wahai Tuhanku, apakah dia bernasib celaka atau bahagia? Bagaimanakah rezekinya? Berapa lamakah usianya? Maka Allah menjawabnya dan malaikat itu mencatatnya.
Firman Allah ﷻ: dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Ma'an, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kunci-kunci kegaiban ada lima, tiada yang mengetahuinya selain Allah, yaitu: Tiada yang mengetahui apa yang akan terjadi besok kecuali hanya Allah, tiada yang mengetahui apa yang terkandung di dalam rahim kecuali hanya Allah, tiada yang mengetahui bila hujan turun kecuali hanya Allah, seseorang tidak akan mengetahui di negeri mana ia akan mati, dan tiada yang mengetahui bila kiamat terjadi kecuali hanya Allah.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna. (Ar-Ra'd: 8) Yaitu janin yang gugur. dan kandungan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Rahim yang sempurna terus bertambah masa kandungannya hingga melahirkannya dengan sempurna; berbeda dengan rahim yang kurang sempurna, kelahirannya prematur. Demikian itu karena di antara kaum wanita ada yang masa kandungannya mencapai sepuluh bulan, ada pula yang masa kandungannya sembilan bulan.
Di antara kaum wanita ada yang masa kandungannya lebih lama daripada biasanya, ada pula yang kurang dari biasanya. Hal itulah yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat ini, semuanya itu terjadi berdasarkan pengetahuan dari Allah ﷻ Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Yang dimaksud dengan rahim yang kurang sempurna ialah yang kelahirannya kurang dari sembilan bulan, sedangkan yang bertambah ialah yang masa kelahirannya lebih dari itu. Ad-Dhahhak mengatakan bahwa ibunya melahirkannya setelah mengandung selama dua tahun; ketika ia dilahirkan, kedua gigi serinya telah tumbuh.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Jamilah binti Sa'd, dari Siti Aisyah yang mengatakan bahwa tiada kandungan yang lamanya lebih dari dua tahun (kecuali) sekadar bergeraknya bayangan alat tenun. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Yakni wanita yang melihat darah keluar dari rahimnya, dan masa kelahiran yang lebih dari sembilan bulan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Atiyyah Al-Aufi.
Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, dan Ad-Dahhak. Mujahid mengatakan pula bahwa maksudnya yaitu apabila wanita melihat darah sebelum masa sembilan bulan kandungan. Mujahid menambahkan atas sembilan bulan hari-hari seperti hari-hari haid. Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ibnu Zaid, serta Mujahid mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna. (Ar-Ra'd: 8) Bahwa makna yang dimaksud ialah bila si wanita yang bersangkutan mengeluarkan darah hingga bayinya lahir secara prematur.
dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Jika wanita yang bersangkutan tidak mengeluarkan darah, berarti bayi yang dilahirkannya sempurna dan sehat. Mak-hul mengatakan bahwa janin dalam perut ibunya tidak meminta, tidak bersedih, dan tidak merengek, melainkan rezekinya datang sendiri kepadanya dalam perut ibunya dari darah haidnya. Karena itulah wanita yang hamil tidak haid. Apabila bayi telah lahir, maka ia menangis, dan tangisannya itu merupakan reaksi terhadap dunianya yang baru.
Apabila tali pusarnya telah dipotong, maka Allah memindahkan rezekinya kepada kedua susu ibunya agar ia tidak bersedih, tidak meminta, dan tidak merengek. Kemudian jadilah ia seorang anak balita yang dapat mengambil sesuatu dengan telapak tangannya, lalu memakannya. Tetapi apabila ia telah berusia balig dan mengatakan, "Matilah atau terbunuhlah (aku), dari manakah aku mendapat rezeki?" Maka Mak-hul menjawab, "Celakalah engkau, memang selagi kamu masih dalam kandungan ibumu Allah memberimu rezeki melalui ibumu.
Tetapi bila kamu telah besar dan berakal, kamu katakan, 'Matilah atau terbunuhlah (aku), dari mana rezekiku?'." Kemudian Mak-hul membacakan firman-Nya: Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan. (Ar-Ra'd: 8), hingga akhir ayat Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Ar-Ra'd: 8) Yakni ada batas ajalnya. Allah mencatat rezeki makhluk-Nya dan ajal mereka, dan Dia menjadikan hal tersebut ada batasannya yang telah ditentukan.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa salah seorang putri Nabi ﷺ mengirimkan seorang pesuruh kepadanya untuk memberitahukan bahwa anak lelakinya sedang menjelang ajalnya, dan ia menginginkan Nabi ﷺ datang menghadirinya. Maka Nabi ﷺ mengirimkan pesuruh kepada putrinya itu untuk menyampaikan sabdanya yang mengatakan: Sesungguhnya Allah berhak mengambil, dan Dialah Yang memberi, dan segala sesuatu di sisi-Nya ada balasan yang telah ditentukannya). Maka perintahkanlah kepadanya agar bersabar dan menghadapinya dengan harapan akan memperoleh pahala Allah. Adapun firman Allah ﷻ: Yang mengetahui semua yang gaib dan yang tampak. (Ar-Ra'd: 9) Maksudnya, Allah mengetahui segala sesuatu yang tampak oleh hamba-hamba-Nya dan yang tidak tampak oleh mereka, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya: Yang Mahabesar. (Ar-Ra'd: 9) Yakni Dia Mahabesar atas segala sesuatu.
lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 9) Yaitu Mahatinggi atas segala sesuatu. Dalam ayat lain disebutkan: ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Ath-Thalaq: 12) Dia berkuasa atas segala sesuatu. Maka tunduklah semua diri kepadaNya, dan takluklah semua hamba kepada-Nya, baik dengan senang hati ataupun terpaksa."
Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui semua yang gaib dan yang
nyata; Dia adalah Tuhan Yang Mahabesar, Mahatinggi. Karena Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata, maka sama saja
bagi Allah, siapa di antaramu yang mencoba merahasiakan ucapannya
sehingga tidak diketahui orang lain, dan siapa yang berterus terang dengan
ucapan-nya; dan sama mudahnya bagi-Nya untuk tahu siapa di antara
kamu yang bersembunyi pada malam hari sehingga tidak diketahui orang
lain, dan yang berjalan pada siang hari sehingga disaksikan orang lain.
Ayat ini menjelaskan bahwa Dialah Tuhan Yang Mengetahui yang gaib, yang tampak, dan yang tidak bisa diketahui oleh pancaindra manusia. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa ada makhluk yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, karena kecil sekali. Ia baru dapat dilihat dengan mikroskop dan teleskop, seperti bakteri dan virus yang dapat menularkan bermacam-macam penyakit yang sulit sekali untuk diberantas, atau sampai sekarang belum ditemukan obat pembasminya. Bakteri dan virus itu termasuk tentara Allah, yang tidak dapat diketahui berapa jumlahnya melainkan oleh Allah sendiri, seperti diterangkan dalam firman-Nya:.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 5
“Dan jika ada yang engkau …kan, maka mengherankanlah perkataan mereka: “Apakah setelah kita menjadi tanah, kita akan ada dalam kejadian yang baru lagi?"
Bahwasanya manusia kelak kemudian hari, setelah dia mati, telah hancur badannya dan telah berserak tulangnya, pastilah akan dibangkitkan kembali. Itulah yang bernama kiamat. Hal yang demikian bukanlah suatu hal yang mengherankan, sebab Allah yang meninggikan langit dan menghamparkan bumi dan memudahkan perjalanan matahari dan bulan, dan mengatur segenap yang hebat di dalam alam ini. Allah itulah yang telah menentukan demikian. Yang amat mengherankan ialah jika ada orang yang tidak mempercayai bahwa yang demikian pasti kejadian. Mengapa mereka bertanya demikian? Mengapa mereka tidak percaya akan kekuasaan Allah menghidupkan kembali kelak orang yang telah mati? Sungguh mengherankan! Apakah tidak sempurna akal mereka? Jawabannya adalah lanjutan ayat, “Itulah orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan mereka." Padahal kepercayaan akan hari akhirat adalah lanjutan yang pasti dari kepercayaan kepada Allah. Tidak percaya kepada hari akhirat, artinya ialah kepercayaan tidak sempurna kepada Allah, sama juga dengan tidak percaya! “Dan itulah orang yang belenggu ada di leher mereka." Yakni, termasuk manusia yang dikutuk Allah, dikenakan belenggu sebagai orang hukuman.
“Dan itulah orang-orang ahli neraka, yang mereka di dalamnya akan kekal."
Ayat ini telah menunjukkan bahwasanya percaya akan kebangkitan sesudah mati adalah rangka atau rukun yang tidak boleh terpisah dari iman akan Allah. Sebab banyak juga orang yang mengakui percaya kepada Allah, tetapi kepada hari akhirat dia tidak yakin. Maka orang yang demikian, masih terhitung kafir.
Ayat 6
“Dan mereka tuntut kepada engkau (supaya) mencepatkan keburukan sebelum kebaikan, padahal telah lewat sebelum mereka berbagai siksaan."
Kadang-kadang dari sebab keras ke-kufuran mereka dan keingkaran mereka, pernah mereka menentang kepada rasul Allah minta, kalau benar siksaan Allah itu ada, supaya diperlihatkan sekarang juga. Keburukan yang mereka minta, bukan jalan kebaikan yang mereka kehendaki. Alangkah kesatnya hati yang demikian itu. Padahal patutlah mereka insaf bahwa terdahulu dari mereka sudah banyak umat yang mendapat siksaan Allah. Janganlah meminta yang buruk kepada Allah, tetapi mohonlah karunia yang baik."Dan sesungguhnya Tuhan engkau adalah mempunyai ampunan untuk manusia atas keaniayaan mereka." Artinya, sungguhpun sampai demikian kasarnya mereka, sampai menentang minta yang buruk sebelum yang baik, namun pintu buat mereka kembali masih terbuka. Mungkin sikapnya yang menentang itu karena bodohnya belaka. Sebab itu lanjutkanlah memberi ajaran yang baik kepada mereka, Tetapi kalau tidak mau berubah, niscaya Allah pun tidak akan membiarkan saja sikap yang sudah terlalu itu.
“Dan sesungguhnya Tuhan engkau itu pun sangat pedih siksaan-Nya."
Ayat 7
“Dan berkata orang-orang yang kafir itu: “Alangkah baiknya ...nya diturunkan kepadanya suatu tanda dari Tuhannya."
Mereka meminta bukti, dan kadang-kadang meminta yang ganjil-ganjil, yang bernama mukjizat. Bukanlah Allah tidak sanggup memberikan mukjizat itu kepada rasul-Nya, tetapi bagi setengah mereka permintaan mukjizat itu bukanlah untuk percaya, hanya untuk menentang saja. Kalau permintaan mereka dikabulkan, belumlah tentu mereka akan percaya dan surut dari kesalahan mereka. Ini telah terbukti pada nabi dan rasul yang dahulu-dahulu. Sebab itu Allah memperingatkan kepada Rasul-Nya Muhammad ﷺ supaya permintaan-permintaan yang semacam itu, jangan diacuhkan.
“Sesungguhnya engkau hanyalah penyampai ancaman, karena bagi tiap-tiap kaum ada penunjuk jalannya."
Bagi tiap kaum ada penunjuk jalannya, ada nabinya, ada pemimpin yang akan membawa kaum itu dari jurang kebodohan kepada cahaya Iman. Teruskan saja kewajibanmu itu, dan jangan semua usul yang tidak-tidak dari mereka diambil pusing; sebab yang memimpin mereka adalah engkau, bukan engkau yang harus dituntun oleh mereka.
Ayat 8
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh tiap-tiap perempuan."
Sejak dari masih segumpal mani yang telah bertemu telur si perempuan dengan sperma laki-laki mengarang diri menjadi nuthfah, menjadi alaqah, terus menjadi mudhghah, sampai bertumbuh; apa rupanya cantik atau akan buruk, apa warnanya akan hitam manis atau putih kuning, apa akan menjadi laki-laki atau perempuan, sejak mulai dikandung bahkan sejak mulai sebelum dikandung, sudahlah dalam pengetahuan Allah Subhaanahu wa Ta'aala: “Dan apa yang dikurangi oleh rahim-rahim perempuan dan apa yang bertambah" Entah kurang kandungan dari yang biasa, yaitu sembilan bulan sepuluh hari, atau berlebih dari itu, entah mencapai sepuluh bulan, itu pun sudah dalam pengetahuan Allah terlebih dahulu.
“Dan tiap-tiap sesuatu di sisi-Nya, adalah dengan ukuran."
Sama sekali telah diukur dan ditimbang berapa takaran dan berapa campuran, sekian banyak kalori, sekian banyak hormon dan sekian banyak vitamin. Bukan saja manusia dalam kandungan, bahkan setelah manusia muncul ke dunia pun imbangan hidupnya ialah karena ukuran yang telah ditentukan Allah. Ilmu pengetahuan modern, tentang khasiat suatu ghidza', yang telah diindonesiakan dengan sebutan Gizi, membuktikan akan besarnya arti ayat ini. Orang menjadi sehat bila ukuran itu teratur dalam dirinya, dan orang menjadi sakit bila kekurangan ukuran dari salah suatu yang penting.
Tentang keadaan anak bayi dalam kandungan, hanya Allah yang mengetahuinya, telah tersebut di dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud,
“Berkata Rasulullah ﷺ: Sesungguhnya pen-ciptaan seseorang kamu ialah dikumpulkan di dalam perut ibunya empat puluh hari sebagai Nuthfah, kemudian itu menjadi ‘Alaqah serupa itu pula, kemudian menjadi Mudhghah serupa itu pula, kemudiati diutus Allah kepadanya seorang malaikat, diperintahkan membawa empat kalimat; dengan menuliskan rezekinya, umurnya dan amalnya, dan dia sengsara atau bahagia." (HR Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam hadits yang lain pula tersebut,
“Maka berkatalah Malaikat itu: “Ya Tuhan/ Laki-lakikah atau perempuan! Ya, Tuhan, sengsarakah atau bahagia." Bagaimana rezekinya!
Bagaimana ajalnya! Maka bersabdalah Tuhan dan menulislah Malaikat
Menurut sebuah hadits yang dirawikan ofeh Bukhari dari Abdullah bin Umar,
“Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Kunci-kunci yang gaib adalah lima, tidak mengetahui akan dia melainkan Allah. Tidak mengetahui apa yang akan terjadi besok melainkan Allah, tidak mengetahui apa yang dikandung di dalam rahim melainkan Allah, tidak mengetahui bila hujan akan turun melainkan Allah, dan tidak seorang pun orang yang tahu di bumi mana dia akan mati, dan tidak ada yang mengetahui bila Kiamat akan berdiri melainkan Allah." (HR Bukhari)
Tentang mengurangi yang di dalam rahim atau melebihi itu, ditafsirkan oleh setengah penafsir ialah karena orang mengandung pada kebiasaannya ialah sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi ada yang kurang, yang dinamai bunting muda, sehingga dalam tujuh bulan telah lahir dan ada pula yang berlebih dari sembilan bulan.
Berkata Makhul, “Anak dalam perut ibunya tidaklah meminta apa-apa dan tidak pernah berduka cita atau bersusah hati. Rezekinya datang sendiri kepadanya, sebagai saringan dari darah haidnya; itu sebab maka perempuan yang sedang hamil tidak keluar darah haidnya. Dan apabila dia telah lahir, mulailah dia menunjukkan tanda-tanda meminta apa-apa. Tanda meminta itu ialah dia mulai merasa berbeda tempat tinggalnya yang baru. Apabila pusatnya telah dikerat, mulailah dipindahkan Allah rezekinya dari tali pusat itu kepada susu ibunya, sehingga dia tidak berduka cita dan tidak meminta dan tidak susah. Kemudian dia berangsur besar sampai dapat menjamba sesuatu dengan telapak tangannya untuk dimakannya. Tiba-tiba setelah dia besar dewasa baru dia mengeluh bagaimana bisa hidup, apakah akan mati karena tidak makan, apakah akan terbunuh, di mana akan dapat rezeki!"
Berkata Makhul kembali, “Mengapa begitu? Dijamin makan engkau sejak dari perut ibumu, bahkan sampai engkau masih kecil merangkak. Sekarang setelah engkau dewasa dan berakal, baru engkau berkata, “Mati atau terbunuh, di mana akan dapat rezeki." Setelah itu dibacalah oleh Makhul ayat ini, “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh perempuan
Tentang ayat “Dan setiap-tiap sesuatu di sisi-Nya adalah dengan ukuran." Yang di atas telah kita tafsirkan tentang ukuran gizi manusia, vitamin, kalori, hormon dan se-bagainya, berkata Qatadah, “Arti dengan ukuran ialah ketentuan ajal. Dipelihara Allah rezeki makhluk-Nya dan ajalnya, dan semuanya itu dengan ketentuan pasti."
Tersebut dalam sebuah hadits yang shahih bahwasanya salah seorang orang perempuan memberitahukan kepada Rasulullah ﷺ tentang kematian putranya, dia ingin sekali agar Nabi ﷺ hadir ke rumahnya. Lalu Rasulullah menyuruh orang terlebih dahulu menyampaikan pesan beliau,
“Kembali kepada Allah apa yang diambil oleh Allah, dan bagi Allah apa yang Dia anugerahkan. Segala sesuatu di sisi Allah adalah menurut ajal (janji) yang telah ditentukan. Sampaikanlah kepadanya agar dia sabar dan memperhitungkan diri di hadapan Allah."
Ayat 9
“Yang Mengetahui yang tersembunyi dan yang nyata."
Artinya, bahwa Allah mengetahui bahkan lebih mengetahui apa yang disaksikan oleh hamba Allah dengan matanya, ataupun yang gaib, jauh dari penglihatannya. Sedangkan yang dapat disaksikan mata (syahadah) itu sendiri, tidak juga selengkapnya dapat diketahui oleh manusia, apatah lagi yang gaib. Dan yang gaib itu jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang nyata."Yang Mahabesar," lebih besar dari segala sesuatu. Sebab segala sesuatu itu adalah di bawah naungannya.
“Yang Mahatinggi."
Mahatinggi, di atas dari tiap-tiap sesuatu, karena menguasai, mengatur dan tunduk kepada-Nya seluruh alam ini; “Thou'an au karhan." Mau atau tidak mau.
Makhluk betapa pun besarnya, hanya kecil saja di hadapan Allah. Manusia berapa pun tinggi pangkatnya atau kedudukannya, hanya permainan belaka di bawah kebesaran dan ketinggian Allah. Dan dengan Allah tidak ada orang yang dapat menyembunyikan suatu rahasia.
Ayat 10
“Sama saja dari antara kamu yang membisik-bisikkan kata dan yang mengenaskan dia."
Yang dibisik-bisikkan itu didengar juga oleh Allah, karena kekuasaan Allah pun meliputi kepada batin dan hati sanubari orang yang membisikkan itu. Demikian juga suara yang dikeraskan atau disorakkan, misalnya entah karena hendak mengambil muka kepada Allah, lalu disebut namanya keras-keras. Di hadapan Allah di antara bisik dan suara keras tidak ada perbedaan, karena keduanya diketahui oleh Allah. Bukan saja bisik dan suara keras itu yang diketahui, lebih-lebih diketahui apa maksudnya dan apa latar belakangnya. Oleh sebab itu maka tidaklah perlu nama Allah itu disorakkan keras-keras, ketika hendak munajat menyeru Dia, karena Allah bukanlah tuli.
“Dan orang yang bersembunyi di malam hari, dan yang-benjolan di siang hari."
Orang yang bersembunyi di malam hari diketahui oleh Allah, baik sembunyinya itu duduk seorang diri, bertafakur mengingat diri dan menghubungkannya dengan Allah di waktu orang lain nyenyak tidur, seperti mengerjakan shalat Tahajud; ataupun bersembunyi dari mata orang lain karena berbuat maksiat, tidaklah keduanya itu lepas dari tilikan Allah. Berjalan di siang hari pun diketahui oleh Allah, entah pergi mencari rezeki yang halal, entah pun menjalar ke sana kemari membuat hasung dan fitnah dan merugikan orang lain. Janganlah disangka bahwa semuanya itu terlepas dari tilikan Allah.
Ayat 11
“Baginya ada penjaga-penjaga bergiliran, di hadapannya dan di belakangnya, mereka memeliharanya dengan perintah Allah."
Artinya, bahwasanya malaikat-malaikat sengaja disediakan oleh Allah untuk menjaga kita seluruh makhluk ini dengan bergiliran. Maka tersebutlah di dalam beberapa had its bahwasanya makhluk itu dijaga terus oleh malaikat, ada yang bernama malaikat Raqib dan ‘Atid, menjaga caranya manusia beramal, Raqib menuliskan amalan yang baik, ‘Atid mencatat amalan yang jahat. Dan tersebut juga di dalam hadits bahwasanya ada malaikat yang menjaga semata-mata malam hari, datangnya bergiliran pada waktu Shubuh dan sehabis waktu Ashar.
Sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad, bersabda Rasulullah,
“Tidak seorang pun dari antara kamu, melainkan telah diwakilkan untuknya temannya dari jin dan temannya dari malaikat. Mereka berkata: Engkau pun, ya Rasulullah! Beliau jawab: Aku pun! Tetapi Allah selalu menolongku atasnya, maka tidaklah dia menyuruhkan kepadaku melainkan yang baik-baik." (HR Imam Ahmad)
Pada hadits ini nyatalah bahwa pengawalan malaikat ada pada tiap-tiap orang. Dan kalau dia lalai mengawasi dirinya, maka Qarin atau teman yang satu lagilah yang akan mempengaruhi dia, yaitu jin atau setan.
Di dalam surah az-Zukhruf, ayat 36, keterangan Rasul ﷺ ini dikuatkan lagi, yaitu bahwa barangsiapa yang kabur matanya dari mengingat Allah Yang Rahman, Pemurah, niscaya Kami tentukan baginya seorang setan akan menjadi Qarin, atau teman. Maka seiama dzikir kepada Allah masih kuat dan ibadah masih teguh, pengawalan dari malaikatlah yang bertambah banyak, dan jika telah lalai dari jalan Allah, datanglah teman dari iblis, jin dan setan.
Kemudian datanglah sambungan ayat, “Sesungguhnya Allah tidaklah akan mengubah apa yang ada pada satu kaum, sehingga mereka ubah apa yang ada pada diri mereka (sendiri)." Inilah ayat yang terkenal tentang kekuatan dan akal budi yang dianugerahkan Allah kepada manusia sehingga manusia itu dapat bertindak sendiri dan mengendalikan dirinya sendiri di bawah naungan Allah. Dia berkuasa atas dirinya dalam batas-batas yang ditentukan oleh Allah. Sebab itu maka manusia itu pun wajiblah berusaha sendiri pula menentukan garis hidupnya, jangan hanya menyerah saja dengan tidak berikhtiar. Manusia diberi akal oleh Allah dan dia pandai sendiri mempertimbangkan dengan akalnya itu di antara yang buruk dengan yang baik. Manusia bukanlah semacam kapas yang diterbangkan angin ke mana-mana, atau laksana batu yang terlempar di tepi jalan. Dia mempunyai akal dan dia pun mempunyai tenaga buat mencapai yang lebih baik, dalam batas-batas yang ditentukan oleh Allah. Kalau tidak demikian, niscaya tidaklah akan sampai manusia itu mendapat kehormatan menjadi Khalifah Allah di muka bumi ini.
“Dan apabila Allah kepada suatu kaum hendak mendatangkan celaka, maka tidaklah ada penolaknya. Dan selain dari pada-Nya tidaklah ada bagi mereka Pelindung."