Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِن
dan jika
تَعۡجَبۡ
kamu herankan
فَعَجَبٞ
maka yang mengherankan
قَوۡلُهُمۡ
ucapan/perkataan mereka
أَءِذَا
apakah apabila
كُنَّا
adalah kami
تُرَٰبًا
tanah
أَءِنَّا
apakah sesungguhnya kami
لَفِي
sungguh dalam
خَلۡقٖ
makhluk/ciptaan
جَدِيدٍۗ
baru
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
بِرَبِّهِمۡۖ
dengan/kepada Tuhan mereka
وَأُوْلَٰٓئِكَ
dan mereka itu
ٱلۡأَغۡلَٰلُ
belenggu
فِيٓ
pada
أَعۡنَاقِهِمۡۖ
leher mereka
وَأُوْلَٰٓئِكَ
dan mereka itu
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلنَّارِۖ
api/neraka
هُمۡ
mereka
فِيهَا
didalamnya
خَٰلِدُونَ
kekal
وَإِن
dan jika
تَعۡجَبۡ
kamu herankan
فَعَجَبٞ
maka yang mengherankan
قَوۡلُهُمۡ
ucapan/perkataan mereka
أَءِذَا
apakah apabila
كُنَّا
adalah kami
تُرَٰبًا
tanah
أَءِنَّا
apakah sesungguhnya kami
لَفِي
sungguh dalam
خَلۡقٖ
makhluk/ciptaan
جَدِيدٍۗ
baru
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
بِرَبِّهِمۡۖ
dengan/kepada Tuhan mereka
وَأُوْلَٰٓئِكَ
dan mereka itu
ٱلۡأَغۡلَٰلُ
belenggu
فِيٓ
pada
أَعۡنَاقِهِمۡۖ
leher mereka
وَأُوْلَٰٓئِكَ
dan mereka itu
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلنَّارِۖ
api/neraka
هُمۡ
mereka
فِيهَا
didalamnya
خَٰلِدُونَ
kekal
Terjemahan
Jika engkau (Nabi Muhammad) heran, (justru) yang mengherankan adalah ucapan mereka (orang-orang kafir), “Apakah bila kami telah menjadi tanah, kami benar-benar akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?” Mereka itulah orang-orang yang kufur kepada Tuhannya. Mereka itulah orang-orang (yang dilekatkan) belenggu di lehernya. Mereka adalah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Tafsir
(Dan jika kamu merasa heran) hai Muhammad, tentang pendustaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap dirimu (maka yang patut mengherankan) lebih berhak untuk ditakjubi (adalah ucapan mereka) orang-orang yang mengingkari adanya hari berbangkit ("Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan menjadi makhluk yang baru?") karena sesungguhnya Dzat yang mampu menciptakan makhluk dan hal-hal yang telah disebutkan tadi yang tanpa tandingan mampu pula untuk mengembalikan mereka menjadi hidup kembali. Sehubungan dengan kedua huruf hamzah pada dua tempat dalam ayat ini, yaitu a-idzaa dan a-innaa dengan menyebutkan secara jelas keduanya. Dan dapat pula dibaca secara nyata pada yang pertama sedangkan pada yang kedua diringankan kemudian dimasukkan huruf alif di antara keduanya sebagaimana boleh pula huruf alif tidak dimasukkan. Akan tetapi menurut suatu qiraat, pada tempat yang pertama memakai huruf istifham sehingga menjadi a-idzaa sedangkan pada yang kedua dibaca dalam bentuk kalimat berita sehingga bacaannya menjadi innaa lafii khalqin jadiid. Dan menurut qiraat yang lainnya lagi dibaca secara kebalikannya sehingga menjadi idzaa kunnaa turaaban a-innaa lafii khalqin jadiid (orang-orang itulah yang kafir kepada Rabb mereka dan orang-orang itulah yang diletakkan belenggu di lehernya; mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.).
Tafsir Surat Ar-Ra'd: 5
Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka, "Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sungguh-sungguh akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru? Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya, dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad ﷺ:
“Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan.” (Ar-Ra'd: 5)
Artinya, heran melihat kedustaan orang-orang musyrik terhadap hari berbangkit, padahal mereka menyaksikan tanda-tanda (kekuasaan) Allah dan bukti-bukti (kebesaran-Nya) pada makhluk-Nya, yang menunjukkan bahwa Dia Maha Kuasa atas semua apa yang dikehendaki-Nya. Mereka juga telah mengakui bahwa Allah-lah yang memulai penciptaan segala sesuatu; Dialah yang mengadakannya, padahal sebelum itu tidak ada.
Sesudah itu mereka berbalik mendustakan berita dari Allah yang menyatakan bahwa Dia kelak akan menghidupkan kembali semua umat dalam penciptaan yang baru, padahal mereka telah mengakui dan menyaksikan hal-hal yang lebih menakjubkan daripada apa yang mereka dustakan terhadap Allah itu. Maka hal yang lebih mengherankan adalah ucapan mereka yang mengatakan:
“Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sungguh-sungguh akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?” (Ar-Ra'd: 5)
Setiap orang yang berilmu dan berakal telah mengetahui bahwa penciptaan langit dan bumi lebih menakjubkan daripada penciptaan manusia, dan bahwa Tuhan yang telah memulai penciptaan makhluk-Nya, lebih mudah bagiNya untuk menghidupkannya kembali setelah semuanya mati, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lainnya melalui firman Allah ﷻ: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Ahqaf: 33)
Selanjutnya Allah menyebutkan nasib orang-orang yang mendustakan hal ini melalui firman-Nya:
“Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya.” (Ar-Ra'd: 5)
Yakni dengan belenggu-belenggu itu mereka diseret ke dalam neraka.
“Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Ar-Ra'd: 5) Maksudnya, mereka tinggal di dalam neraka untuk selama-lamanya, tidak akan dipindahkan darinya, tidak pula dilenyapkan.
Semua itu dengan sangat jelas membuktikan keesaan Allah. Dan
sebab itu, jika ada sesuatu yang engkau patut merasa heran, maka yang
mengherankan adalah ucapan mereka, Apa-kah benar, bila kami telah
meninggal, dikubur, dan kemudian menjadi tanah, apakah kami kelak
akan dikembalikan atau dibangkitkan menjadi makhluk yang baru lagi'
Mereka yang berkata seperti itulah orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya. Mereka mengingkari keesaan Allah dan kepastian datangnya
hari Kiamat, dan mereka itulah orang-orang yang akan dilekatkan belenggu di lehernya. Mereka adalah para penghuni neraka, dan mereka kekal di
dalamnya untuk waktu yang sangat lama. Selain pertanyaan mereka tentang kebangkitan, permintaan mereka
yang aneh juga mengherankan. Dan mereka, yakni kaum kafir Mekah,
meminta kepadamu agar dipercepat datangnya siksaan yang akan dijatuhkan bagi mereka, sebelum mereka meminta kebaikan, padahal telah
terjadi bermacam-macam contoh siksaan yang telah dijatuhkan kepada
kaum sebelum mereka. Sungguh, Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad,
benar-benar memiliki ampunan bagi manusia atas kezaliman yang mereka
lakukan, dan sungguh, Tuhanmu benar-benar sangat keras siksaan-Nya
bagi orang-orang yang terus-menerus durhaka dan enggan bertobat.
Ayat ini menjelaskan sikap orang kafir terhadap keesaan Allah, dimana Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad bahwa jika beliau heran terhadap penyembahan mereka kepada berhala-berhala yang tidak memberi mudarat dan membawa manfaat setelah dikemukakan dalil-dalil keesaan Allah, maka yang lebih patut mengherankan adalah ucapan mereka yang mendustakan hari kebangkitan pada hari kiamat. Mereka berkata, "Apabila kami telah menjadi tanah apakah kami benar-benar akan dikembalikan lagi menjadi makhluk yang baru?"
Mereka mengucapkan kata-kata pengingkaran itu padahal mereka tidak mengingkari kekuasaan Allah dalam menciptakan mereka sejak berada dalam kandungan ibunya. Pertanyaan yang mengandung keingkaran itu berulang-ulang disebut dalam sebelas tempat di delapan surah dalam Al-Qur'an, yaitu Surah ar-Rad/13: 5, al-Isra/17: 49 dan 98, al-Muminun/23: 35 dan 82, an-Nahl/16: 38, as-Sajdah/32: 10, ash-shaffat/37: 16 dan 53, al-Waqiah/56: 47, dan an-Naziat/79: 11. Semuanya mengandung keingkaran yang sangat keras sehingga mengesankan bahwa hari kebangkitan itu mustahil akan terjadi. Menurut mereka tidak mungkin orang yang sudah meninggal dunia dan menjadi tulang-belulang akan hidup kembali. Kemudian Allah menegaskan bahwa orang yang ingkar pada hari kebangkitan itulah yang juga ingkar terhadap Tuhannya. Mengingkari kekuasaan Allah sama halnya dengan mengingkari Allah itu sendiri. Mereka akan dipasangkan belenggu di lehernya sebagai akibat di dunia tidak meyakini kebenaran dan mengikuti petunjuk. Ada pula yang menafsirkan bahwa mereka itu pada hari kiamat ketika diadili dan dipasangkan beberapa belenggu di lehernya seperti seorang tawanan. Firman Allah:
Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (al-Mumin/40: 71-72)
Mereka adalah penghuni neraka yang kekal di dalamnya dan hidup dalam kehinaan sebagai akibat dari keingkaran dan kejahatannya selama hidup di dunia.
Allah ﷻ dengan sifat kemahakuasaan-Nya, mampu menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik yang hidup dan bergerak, maupun yang mati, bahkan dari tidak ada menjadi ada. Oleh karena itu, Allah akan dengan mudah membangkitkan kembali manusia setelah mati. Firman Allah:.. dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah (Muhammad), "Yang akan menghidupkan-nya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali... (Yasin/36: 78-79)
Firman Allah:
Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? (Bahkan), Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna. (al-Qiyamah/75: 3-4)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 5
“Dan jika ada yang engkau …kan, maka mengherankanlah perkataan mereka: “Apakah setelah kita menjadi tanah, kita akan ada dalam kejadian yang baru lagi?"
Bahwasanya manusia kelak kemudian hari, setelah dia mati, telah hancur badannya dan telah berserak tulangnya, pastilah akan dibangkitkan kembali. Itulah yang bernama kiamat. Hal yang demikian bukanlah suatu hal yang mengherankan, sebab Allah yang meninggikan langit dan menghamparkan bumi dan memudahkan perjalanan matahari dan bulan, dan mengatur segenap yang hebat di dalam alam ini. Allah itulah yang telah menentukan demikian. Yang amat mengherankan ialah jika ada orang yang tidak mempercayai bahwa yang demikian pasti kejadian. Mengapa mereka bertanya demikian? Mengapa mereka tidak percaya akan kekuasaan Allah menghidupkan kembali kelak orang yang telah mati? Sungguh mengherankan! Apakah tidak sempurna akal mereka? Jawabannya adalah lanjutan ayat, “Itulah orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan mereka." Padahal kepercayaan akan hari akhirat adalah lanjutan yang pasti dari kepercayaan kepada Allah. Tidak percaya kepada hari akhirat, artinya ialah kepercayaan tidak sempurna kepada Allah, sama juga dengan tidak percaya! “Dan itulah orang yang belenggu ada di leher mereka." Yakni, termasuk manusia yang dikutuk Allah, dikenakan belenggu sebagai orang hukuman.
“Dan itulah orang-orang ahli neraka, yang mereka di dalamnya akan kekal."
Ayat ini telah menunjukkan bahwasanya percaya akan kebangkitan sesudah mati adalah rangka atau rukun yang tidak boleh terpisah dari iman akan Allah. Sebab banyak juga orang yang mengakui percaya kepada Allah, tetapi kepada hari akhirat dia tidak yakin. Maka orang yang demikian, masih terhitung kafir.
Ayat 6
“Dan mereka tuntut kepada engkau (supaya) mencepatkan keburukan sebelum kebaikan, padahal telah lewat sebelum mereka berbagai siksaan."
Kadang-kadang dari sebab keras ke-kufuran mereka dan keingkaran mereka, pernah mereka menentang kepada rasul Allah minta, kalau benar siksaan Allah itu ada, supaya diperlihatkan sekarang juga. Keburukan yang mereka minta, bukan jalan kebaikan yang mereka kehendaki. Alangkah kesatnya hati yang demikian itu. Padahal patutlah mereka insaf bahwa terdahulu dari mereka sudah banyak umat yang mendapat siksaan Allah. Janganlah meminta yang buruk kepada Allah, tetapi mohonlah karunia yang baik."Dan sesungguhnya Tuhan engkau adalah mempunyai ampunan untuk manusia atas keaniayaan mereka." Artinya, sungguhpun sampai demikian kasarnya mereka, sampai menentang minta yang buruk sebelum yang baik, namun pintu buat mereka kembali masih terbuka. Mungkin sikapnya yang menentang itu karena bodohnya belaka. Sebab itu lanjutkanlah memberi ajaran yang baik kepada mereka, Tetapi kalau tidak mau berubah, niscaya Allah pun tidak akan membiarkan saja sikap yang sudah terlalu itu.
“Dan sesungguhnya Tuhan engkau itu pun sangat pedih siksaan-Nya."
Ayat 7
“Dan berkata orang-orang yang kafir itu: “Alangkah baiknya ...nya diturunkan kepadanya suatu tanda dari Tuhannya."
Mereka meminta bukti, dan kadang-kadang meminta yang ganjil-ganjil, yang bernama mukjizat. Bukanlah Allah tidak sanggup memberikan mukjizat itu kepada rasul-Nya, tetapi bagi setengah mereka permintaan mukjizat itu bukanlah untuk percaya, hanya untuk menentang saja. Kalau permintaan mereka dikabulkan, belumlah tentu mereka akan percaya dan surut dari kesalahan mereka. Ini telah terbukti pada nabi dan rasul yang dahulu-dahulu. Sebab itu Allah memperingatkan kepada Rasul-Nya Muhammad ﷺ supaya permintaan-permintaan yang semacam itu, jangan diacuhkan.
“Sesungguhnya engkau hanyalah penyampai ancaman, karena bagi tiap-tiap kaum ada penunjuk jalannya."
Bagi tiap kaum ada penunjuk jalannya, ada nabinya, ada pemimpin yang akan membawa kaum itu dari jurang kebodohan kepada cahaya Iman. Teruskan saja kewajibanmu itu, dan jangan semua usul yang tidak-tidak dari mereka diambil pusing; sebab yang memimpin mereka adalah engkau, bukan engkau yang harus dituntun oleh mereka.
Ayat 8
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh tiap-tiap perempuan."
Sejak dari masih segumpal mani yang telah bertemu telur si perempuan dengan sperma laki-laki mengarang diri menjadi nuthfah, menjadi alaqah, terus menjadi mudhghah, sampai bertumbuh; apa rupanya cantik atau akan buruk, apa warnanya akan hitam manis atau putih kuning, apa akan menjadi laki-laki atau perempuan, sejak mulai dikandung bahkan sejak mulai sebelum dikandung, sudahlah dalam pengetahuan Allah Subhaanahu wa Ta'aala: “Dan apa yang dikurangi oleh rahim-rahim perempuan dan apa yang bertambah" Entah kurang kandungan dari yang biasa, yaitu sembilan bulan sepuluh hari, atau berlebih dari itu, entah mencapai sepuluh bulan, itu pun sudah dalam pengetahuan Allah terlebih dahulu.
“Dan tiap-tiap sesuatu di sisi-Nya, adalah dengan ukuran."
Sama sekali telah diukur dan ditimbang berapa takaran dan berapa campuran, sekian banyak kalori, sekian banyak hormon dan sekian banyak vitamin. Bukan saja manusia dalam kandungan, bahkan setelah manusia muncul ke dunia pun imbangan hidupnya ialah karena ukuran yang telah ditentukan Allah. Ilmu pengetahuan modern, tentang khasiat suatu ghidza', yang telah diindonesiakan dengan sebutan Gizi, membuktikan akan besarnya arti ayat ini. Orang menjadi sehat bila ukuran itu teratur dalam dirinya, dan orang menjadi sakit bila kekurangan ukuran dari salah suatu yang penting.
Tentang keadaan anak bayi dalam kandungan, hanya Allah yang mengetahuinya, telah tersebut di dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud,
“Berkata Rasulullah ﷺ: Sesungguhnya pen-ciptaan seseorang kamu ialah dikumpulkan di dalam perut ibunya empat puluh hari sebagai Nuthfah, kemudian itu menjadi ‘Alaqah serupa itu pula, kemudian menjadi Mudhghah serupa itu pula, kemudiati diutus Allah kepadanya seorang malaikat, diperintahkan membawa empat kalimat; dengan menuliskan rezekinya, umurnya dan amalnya, dan dia sengsara atau bahagia." (HR Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam hadits yang lain pula tersebut,
“Maka berkatalah Malaikat itu: “Ya Tuhan/ Laki-lakikah atau perempuan! Ya, Tuhan, sengsarakah atau bahagia." Bagaimana rezekinya!
Bagaimana ajalnya! Maka bersabdalah Tuhan dan menulislah Malaikat
Menurut sebuah hadits yang dirawikan ofeh Bukhari dari Abdullah bin Umar,
“Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Kunci-kunci yang gaib adalah lima, tidak mengetahui akan dia melainkan Allah. Tidak mengetahui apa yang akan terjadi besok melainkan Allah, tidak mengetahui apa yang dikandung di dalam rahim melainkan Allah, tidak mengetahui bila hujan akan turun melainkan Allah, dan tidak seorang pun orang yang tahu di bumi mana dia akan mati, dan tidak ada yang mengetahui bila Kiamat akan berdiri melainkan Allah." (HR Bukhari)
Tentang mengurangi yang di dalam rahim atau melebihi itu, ditafsirkan oleh setengah penafsir ialah karena orang mengandung pada kebiasaannya ialah sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi ada yang kurang, yang dinamai bunting muda, sehingga dalam tujuh bulan telah lahir dan ada pula yang berlebih dari sembilan bulan.
Berkata Makhul, “Anak dalam perut ibunya tidaklah meminta apa-apa dan tidak pernah berduka cita atau bersusah hati. Rezekinya datang sendiri kepadanya, sebagai saringan dari darah haidnya; itu sebab maka perempuan yang sedang hamil tidak keluar darah haidnya. Dan apabila dia telah lahir, mulailah dia menunjukkan tanda-tanda meminta apa-apa. Tanda meminta itu ialah dia mulai merasa berbeda tempat tinggalnya yang baru. Apabila pusatnya telah dikerat, mulailah dipindahkan Allah rezekinya dari tali pusat itu kepada susu ibunya, sehingga dia tidak berduka cita dan tidak meminta dan tidak susah. Kemudian dia berangsur besar sampai dapat menjamba sesuatu dengan telapak tangannya untuk dimakannya. Tiba-tiba setelah dia besar dewasa baru dia mengeluh bagaimana bisa hidup, apakah akan mati karena tidak makan, apakah akan terbunuh, di mana akan dapat rezeki!"
Berkata Makhul kembali, “Mengapa begitu? Dijamin makan engkau sejak dari perut ibumu, bahkan sampai engkau masih kecil merangkak. Sekarang setelah engkau dewasa dan berakal, baru engkau berkata, “Mati atau terbunuh, di mana akan dapat rezeki." Setelah itu dibacalah oleh Makhul ayat ini, “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh perempuan
Tentang ayat “Dan setiap-tiap sesuatu di sisi-Nya adalah dengan ukuran." Yang di atas telah kita tafsirkan tentang ukuran gizi manusia, vitamin, kalori, hormon dan se-bagainya, berkata Qatadah, “Arti dengan ukuran ialah ketentuan ajal. Dipelihara Allah rezeki makhluk-Nya dan ajalnya, dan semuanya itu dengan ketentuan pasti."
Tersebut dalam sebuah hadits yang shahih bahwasanya salah seorang orang perempuan memberitahukan kepada Rasulullah ﷺ tentang kematian putranya, dia ingin sekali agar Nabi ﷺ hadir ke rumahnya. Lalu Rasulullah menyuruh orang terlebih dahulu menyampaikan pesan beliau,
“Kembali kepada Allah apa yang diambil oleh Allah, dan bagi Allah apa yang Dia anugerahkan. Segala sesuatu di sisi Allah adalah menurut ajal (janji) yang telah ditentukan. Sampaikanlah kepadanya agar dia sabar dan memperhitungkan diri di hadapan Allah."
Ayat 9
“Yang Mengetahui yang tersembunyi dan yang nyata."
Artinya, bahwa Allah mengetahui bahkan lebih mengetahui apa yang disaksikan oleh hamba Allah dengan matanya, ataupun yang gaib, jauh dari penglihatannya. Sedangkan yang dapat disaksikan mata (syahadah) itu sendiri, tidak juga selengkapnya dapat diketahui oleh manusia, apatah lagi yang gaib. Dan yang gaib itu jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang nyata."Yang Mahabesar," lebih besar dari segala sesuatu. Sebab segala sesuatu itu adalah di bawah naungannya.
“Yang Mahatinggi."
Mahatinggi, di atas dari tiap-tiap sesuatu, karena menguasai, mengatur dan tunduk kepada-Nya seluruh alam ini; “Thou'an au karhan." Mau atau tidak mau.
Makhluk betapa pun besarnya, hanya kecil saja di hadapan Allah. Manusia berapa pun tinggi pangkatnya atau kedudukannya, hanya permainan belaka di bawah kebesaran dan ketinggian Allah. Dan dengan Allah tidak ada orang yang dapat menyembunyikan suatu rahasia.
Ayat 10
“Sama saja dari antara kamu yang membisik-bisikkan kata dan yang mengenaskan dia."
Yang dibisik-bisikkan itu didengar juga oleh Allah, karena kekuasaan Allah pun meliputi kepada batin dan hati sanubari orang yang membisikkan itu. Demikian juga suara yang dikeraskan atau disorakkan, misalnya entah karena hendak mengambil muka kepada Allah, lalu disebut namanya keras-keras. Di hadapan Allah di antara bisik dan suara keras tidak ada perbedaan, karena keduanya diketahui oleh Allah. Bukan saja bisik dan suara keras itu yang diketahui, lebih-lebih diketahui apa maksudnya dan apa latar belakangnya. Oleh sebab itu maka tidaklah perlu nama Allah itu disorakkan keras-keras, ketika hendak munajat menyeru Dia, karena Allah bukanlah tuli.
“Dan orang yang bersembunyi di malam hari, dan yang-benjolan di siang hari."
Orang yang bersembunyi di malam hari diketahui oleh Allah, baik sembunyinya itu duduk seorang diri, bertafakur mengingat diri dan menghubungkannya dengan Allah di waktu orang lain nyenyak tidur, seperti mengerjakan shalat Tahajud; ataupun bersembunyi dari mata orang lain karena berbuat maksiat, tidaklah keduanya itu lepas dari tilikan Allah. Berjalan di siang hari pun diketahui oleh Allah, entah pergi mencari rezeki yang halal, entah pun menjalar ke sana kemari membuat hasung dan fitnah dan merugikan orang lain. Janganlah disangka bahwa semuanya itu terlepas dari tilikan Allah.
Ayat 11
“Baginya ada penjaga-penjaga bergiliran, di hadapannya dan di belakangnya, mereka memeliharanya dengan perintah Allah."
Artinya, bahwasanya malaikat-malaikat sengaja disediakan oleh Allah untuk menjaga kita seluruh makhluk ini dengan bergiliran. Maka tersebutlah di dalam beberapa had its bahwasanya makhluk itu dijaga terus oleh malaikat, ada yang bernama malaikat Raqib dan ‘Atid, menjaga caranya manusia beramal, Raqib menuliskan amalan yang baik, ‘Atid mencatat amalan yang jahat. Dan tersebut juga di dalam hadits bahwasanya ada malaikat yang menjaga semata-mata malam hari, datangnya bergiliran pada waktu Shubuh dan sehabis waktu Ashar.
Sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad, bersabda Rasulullah,
“Tidak seorang pun dari antara kamu, melainkan telah diwakilkan untuknya temannya dari jin dan temannya dari malaikat. Mereka berkata: Engkau pun, ya Rasulullah! Beliau jawab: Aku pun! Tetapi Allah selalu menolongku atasnya, maka tidaklah dia menyuruhkan kepadaku melainkan yang baik-baik." (HR Imam Ahmad)
Pada hadits ini nyatalah bahwa pengawalan malaikat ada pada tiap-tiap orang. Dan kalau dia lalai mengawasi dirinya, maka Qarin atau teman yang satu lagilah yang akan mempengaruhi dia, yaitu jin atau setan.
Di dalam surah az-Zukhruf, ayat 36, keterangan Rasul ﷺ ini dikuatkan lagi, yaitu bahwa barangsiapa yang kabur matanya dari mengingat Allah Yang Rahman, Pemurah, niscaya Kami tentukan baginya seorang setan akan menjadi Qarin, atau teman. Maka seiama dzikir kepada Allah masih kuat dan ibadah masih teguh, pengawalan dari malaikatlah yang bertambah banyak, dan jika telah lalai dari jalan Allah, datanglah teman dari iblis, jin dan setan.
Kemudian datanglah sambungan ayat, “Sesungguhnya Allah tidaklah akan mengubah apa yang ada pada satu kaum, sehingga mereka ubah apa yang ada pada diri mereka (sendiri)." Inilah ayat yang terkenal tentang kekuatan dan akal budi yang dianugerahkan Allah kepada manusia sehingga manusia itu dapat bertindak sendiri dan mengendalikan dirinya sendiri di bawah naungan Allah. Dia berkuasa atas dirinya dalam batas-batas yang ditentukan oleh Allah. Sebab itu maka manusia itu pun wajiblah berusaha sendiri pula menentukan garis hidupnya, jangan hanya menyerah saja dengan tidak berikhtiar. Manusia diberi akal oleh Allah dan dia pandai sendiri mempertimbangkan dengan akalnya itu di antara yang buruk dengan yang baik. Manusia bukanlah semacam kapas yang diterbangkan angin ke mana-mana, atau laksana batu yang terlempar di tepi jalan. Dia mempunyai akal dan dia pun mempunyai tenaga buat mencapai yang lebih baik, dalam batas-batas yang ditentukan oleh Allah. Kalau tidak demikian, niscaya tidaklah akan sampai manusia itu mendapat kehormatan menjadi Khalifah Allah di muka bumi ini.
“Dan apabila Allah kepada suatu kaum hendak mendatangkan celaka, maka tidaklah ada penolaknya. Dan selain dari pada-Nya tidaklah ada bagi mereka Pelindung."
(ujung ayat 11)