Ayat

Terjemahan Per Kata
وَيَقُولُ
dan berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لَسۡتَ
kamu bukan
مُرۡسَلٗاۚ
dijadikan seorang Rasul
قُلۡ
katakanlah
كَفَىٰ
cukuplah
بِٱللَّهِ
dengan Allah
شَهِيدَۢا
menjadi saksi
بَيۡنِي
antara aku
وَبَيۡنَكُمۡ
dan antara kamu
وَمَنۡ
dan orang
عِندَهُۥ
disisinya/mempunyai
عِلۡمُ
ilmu
ٱلۡكِتَٰبِ
Al Kitab
وَيَقُولُ
dan berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لَسۡتَ
kamu bukan
مُرۡسَلٗاۚ
dijadikan seorang Rasul
قُلۡ
katakanlah
كَفَىٰ
cukuplah
بِٱللَّهِ
dengan Allah
شَهِيدَۢا
menjadi saksi
بَيۡنِي
antara aku
وَبَيۡنَكُمۡ
dan antara kamu
وَمَنۡ
dan orang
عِندَهُۥ
disisinya/mempunyai
عِلۡمُ
ilmu
ٱلۡكِتَٰبِ
Al Kitab
Terjemahan

Orang-orang yang kufur berkata, “Engkau (Nabi Muhammad) bukanlah seorang Rasul.” Katakanlah, “Cukuplah Allah dan orang yang menguasai ilmu al-Kitab menjadi saksi antara aku dan kamu.”
Tafsir

(Berkatalah orang-orang kafir) kepadamu ("Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul." Katakanlah) kepada mereka ("Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kalian) atas kebenaranku (dan antara orang yang mempunyai ilmu Kitab.") dari kalangan orang-orang yang beriman, Yahudi dan Nasrani.
Berkatalah orang-orang kafir, "Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul. Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kalian dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab." Allah berfirman, bahwa orang-orang kafir itu mendustakanmu (Muhammad) dan mereka mengatakan: Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul. (Ar-Ra'd: 43) Artinya, Allah tidaklah menjadikanmu sebagai seorang rasul. Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kalian. (Ar-Ra'd: 43) Yakni cukuplah Allah sebagai saksi antara aku dan kalian yang menyaksikan atas diriku terhadap apa yang aku sampaikan dari risalahNya; dan menjadi saksi atas kalian, hai orang-orang yang berdusta dalam ucapannya, apa yang kalian buat-buat itu adalah kedustaan belaka.
Firman Allah ﷻ: dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab. (Ar-Ra'd: 43) Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibnu Salam, menurut Mujahid. Tetapi pendapat ini dinilai garib, mengingat ayat ini adalah ayat Makkiyyah, sedangkan Abdullah ibnu Salam hanya baru masuk Islam setelah Nabi ﷺ tiba di Madinah. Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah yang dikemukakan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka adalah sebagian dari kalangan pemeluk agama Yahudi dan Nasrani.
Qatadah menegaskan bahwa di antara mereka adalah Ibnu Salam, Salman, dan Tamim Ad-Dari. Dalam suatu riwayat yang bersumberkan darinya Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Allah ﷻ Disebutkan bahwa Sa'id ibnu Jubair mengingkari bila makna yang dimaksud oleh ayat ini adalah Abdullah ibnu Salam, dengan alasan bahwa ayat ini Makkiyyah. Dan ia membaca ayat ini: dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab. (Ar-Ra'd: 43) Lalu ia mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ilmu dari sisi Allah.
Bacaan yang sama dikemukakan oleh Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri. Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Harun Al-A'war, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah ﷺ membaca ayat ini dengan bacaan: dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab. (Ar-Ra'd: 43) Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa hadis ini tidak ada pokoknya melalui riwayat Az-Zuhri di kalangan para perawi yang siqah. Menurut kami, hadis ini telah diriwayatkan oleh Abu Ya'la di dalam kitab Musnad-nya melalui jalur Harun ibnu Musa melalui Sulaiman ibnu Arqam sedangkan dia berpredikat daif, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya secara marfu' pula, tetapi masih belum kuat.
Pendapat yang benar sehubungan dengan masalah ini ialah yang mengatakan bahwa firman-Nya: dan antara orang yang mempunyai. (Ar-Ra'd: 43) Lafaz min adalah isim jinis yang pengertiannya mencakup ulama ahli kitab yang menjumpai sifat Nabi Muhammad dan ciri khasnya dalam kitab-kitab mereka yang terdahulu melalui berita-berita gembira yang diwartakan oleh para nabi. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya: dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.
Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu), orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil. (Al-A'raf: 156-157) Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara: 197), hingga akhir ayat. Demikian pula dalam ayat-ayat lainnya yang semisal yang di dalamnya disebutkan berita tentang ulama Bani Israil, bahwa mereka mengetahui hal tersebut melalui kitab-kitab suci mereka.
Telah disebutkan pula di dalam hadis mengenai para rahib yang diriwayatkan melalui Abdullah ibnu Salam, bahwa ia telah masuk Islam di Mekah sebelum hijrah. Al-Hafiz Abu Na'im Al-Asbahani di dalam kitab Dalailun Nubuwwah (yaitu sebuah kitab yang besar) menyebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musaffa, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Muhammad ibnu Hamzah ibnu Yusuf ibnu Abdullah ibnu Salam, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Abdullah ibnu Salam), bahwa ia pernah berkata kepada para rahib Yahudi, "Sesungguhnya aku bermaksud memperbaharui perjanjian di masjid bapak kami, Ibrahim dan Ismail." Maka berangkatlah Ibnu Salam menuju tempat Rasulullah ﷺ yang saat itu masih berada di Mekah.
Ibnu Salam menjumpai orang-orang baru pulang dari menunaikan ibadah haji, dan ia menjumpai Rasulullah ﷺ di Mina. Saat itu beliau sedang dikelilingi oleh banyak orang. Maka ia ikut bergabung bersama orang-orang itu. Ketika Rasulullah ﷺ melihatnya, beliau bertanya, "Apakah kamu yang bernama Abdullah ibnu Salam?" Ia menjawab, "Ya." Rasulullah ﷺ bersabda, "Mendekatlah kamu." Ibnu Salam mendekat kepada Rasulullah ﷺ, kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Saya mau bertanya kepadamu dengan nama Allah, hai Abdullah ibnu Salam. Bukankah kamu menjumpai di dalam kitab Taurat nama Rasulullah?" Ibnu Salam balik bertanya, "Ceritakanlah tentang Tuhan kita!" Rasulullah ﷺ pada saat itu juga kedatangan Malaikat Jibril yang langsung berdiri di hadapannya. Lalu Malaikat Jibril menyampaikan firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-Ikhlas: 1-2), hingga akhir surat. Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan surat Al-Ikhlas itu kepada Abdullah ibnu Salam Setelah itu Ibnu Salam berkata, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah." Setelah peristiwa itu Abdullah ibnu Salam kembali ke Madinah dan menyembunyikan keislamannya.
Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, Abdullah ibnu Salam sedang berada di atas pohon kurma, memetik buahnya. Maka setelah mendengar berita itu ia menjatuhkan dirinya dari atas pohon kurma. Ibunya berkata, "Ya Allah, apa yang engkau lakukan ini? Seandainya yang datang itu adalah Musa ibnu Imran, tidaklah layak bagimu menjatuhkan dirimu dari puncak pohon kurma itu." Abdullah ibnu Salam menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya aku lebih gembira dengan kedatangan Rasulullah ﷺ ketimbang Musa ibnu Imran saat dia diutus." Hadis ini berpredikat garib sekali. Demikianlah akhir dari tafsir surat Ar-Ra'd, segala puji bagi Allah ﷻ"
Kaum kafir menolak kerasulan Nabi Muhammad. Dan orang-orang
kafir berkata, Engkau, wahai Muhammad, bukanlah seorang rasul,
melainkan pesihir. Jika mereka berkata demikian, katakanlah kepada mereka, Cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui dan orang yang
menguasai ilmu Al-Kitab'Yahudi dan Nasrani yang mengimani risalahku dan Al-Qur'an yang aku sampaikan'yang bertindak menjadi saksi
antara aku sebagai penyampai kebenaran yang termaktub dalam AlQur'an dan kamu yang menolak kebenaran Al-Qur'an itu. Surah ini diawali dengan penegasan tentang kebenaran Al-Qur'an
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, tetapi banyak manusia
yang tetap saja enggan beriman. Surah ini kemudian ditutup dengan
pene-gasan bahwa Allah dan orang-orang yang memahami Al-Kitab
menjadi saksi atas kebenaran Rasulullah sebagai penyampai AlQur'an dan orang-orang kafir sebagai penolak Al-Qur'an itu. Antara
bagian awal dan akhir surah ini terjalin sebuah hubungan serasi yang
membentuk kesatuan kandungan bahwa Al-Qur'an adalah benar dari
Allah. Surah ar-Ra'd diakhiri dengan penegasan bahwa Allah dan orangorang yang diberi Al-Kitab akan menjadi saksi atas kebenaran risalah
Nabi Muhammad. Sebagai sambungannya, Surah Ibrahim ini lalu diawali dengan penjelasan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an kepada
Nabi Muhammad untuk mengajak manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Allah. Alif Laam Raa'. Ini adalah Kitab Al-Qur'an
yang Kami turunkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, agar engkau
mengeluarkan manusia dari kegelapan kemusyrikan kepada cahaya tauhid
yang terang-benderang, dengan izin Tuhan, yaitu menuju jalan Tuhan Yang
Mahaperkasa lagi Maha Terpuji.
Ayat ini menunjukkan dialog antara orang-orang kafir Mekah dan Rasulullah, di mana mereka mengingkari kerasulannya dengan mengatakan, "Engkau bukanlah seorang yang dijadikan rasul." Untuk menghadapi pengingkaran mereka ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menjawabnya dengan mengatakan, "Cukuplah Allah menjadi saksi dalam pertikaian yang terjadi antara kita seputar kerasulanku. Orang-orang yang mempunyai ilmu tentang Al-Kitab dari kalanganmu yang telah masuk Islam dapat menjadi saksi tentang kebenaran kerasulanku."
Sesuai dengan penegasan Allah dalam ayat yang lalu bahwa tugas pokok Nabi Muhammad adalah menyampaikan agama Islam kepada manusia. Beliau tidak perlu gelisah menghadapi sikap ingkar dari kaum kafir tersebut, sebab Allahlah yang mengangkat dan mengutusnya menjadi rasul.
Para ulama ahlul kitab memilih menganut agama Islam karena telah mengetahui bahwa dalam kitab Injil dan Taurat yang diwahyukan Allah kepada Nabi Isa dan Nabi Musa telah ada keterangan yang jelas tentang kedatangan nabi dan rasul terakhir, yaitu Muhammad ﷺ Oleh karena itu, mereka sama sekali tidak mengingkari kerasulan beliau.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 40
“Dan jika Kami perlihatkan kepada engkau sebagian dari yang Kami janjikan kepada mereka, atau Kami matikan engkau, maka yang wajib atas engkau hanyalah menyampaikan, dan atas Kami ialah menghitung “
Jadi dapatlah dipahamkan isi ayat bahwa Allah membangkitkan semangat pada Rasul-Nya agar terus bekerja keras melakukan kewajibannya, yaitu menyampaikan seruan dan ajakan. Adapun kaum yang kafir itu pasti mendapat siksaan yang dijadikan Allah dalam dunia ini juga. Bilakah siksaan itu akan datang? Apakah sementara Nabi ﷺ masih hidup atau sesudah dia meninggal dunia? Itu bukan soal! Tegasnya, musyrikin itu pasti kalah dan Islam mesti menang. Untuk mencapai itu Muhammad ﷺ tidak usah memikirkan apakah dia akan dapat menyaksikan keruntuhan mereka dan kemenangan Islam, ataukah dia akan meninggal sebelum dia melihat itu. Dia teruskan bertabligh, menyerukan dan menyampaikan. Dan Allah pun terus pula menghitung gerak-gerik si kafir itu. Nanti akan datang waktunya, kezaliman mereka akan sampai ke puncak, dalam pada itu Islam pun kian lama kian kuat. Bila telah genap jumlahnya, tidak ada satu kekuatan yang dapat mempertahankan yang batil, dan tidak ada satu kekuatan yang dapat meng-hambat kebenaran Islam. Ukuran ini adalah di luar dari perhitungan manusia, di luar dari perhitungan apakah saya masih dapat menyaksikan atau tidak.
Islam senantiasa berjalan maju ke muka menuju kejayaan dan kemenangannya dan kaum kafir itu — lihatlah — bertambah lama bertambah menurun kekuasaan mereka.
Ayat 41
“Dan tidaklah mereka lihat, bahwasanya Kami sedang mendatangi bumi itu. Kami susuli dia dan ujung-ujungnya."
Artinya, daerah-daerah tempat kemegahan kaum musyrikin itu kian lama kian sempit. Dari ujung-ujung bumi atau negeri yang selama ini mereka kuasai, tempat berhala-berhala berdiri dengan megahnya, berangsur-angsur walaupun dengan secara sembunyi, orang datang ke Mekah buat menyaksikan gerakan Nabi Muhammad ﷺ buat mempelajari agama yang beliau bawa. Datang orang seperti Adi bin Hatim, orang terkemuka dalam kaumnya, datang Tamim ad-Dari, orang terpandang. Dan sudah datang rombongan-rombongan dan Yatsrib (Madinah), sambil melakukan naik haji, mereka mengadakan pertemuan-pertemuan rahasia dengan Muhammad ﷺ mempelajari Islam, dan telah dikirim pula mubaligh yang akan mengajarkan Al-Qur'an di Madinah. Dari saat ke sesaat kemegahan Quraisy sudah mulai terpulau. Bahkan ketika pengikut-pengikut Rasulullah yang setia berhijrah ke Habsyi, dalam dua rombongan, seruan Islam telah sampai ke sana. Najasyi (Raja) Ashhamah masuk Islam. Perutusan kaum Quraisy yang diutus menjemput mereka, telah kembali ke Mekah dengan tangan hampa. Benar pada lahir Quraisy masih kuat, tetapi pengaruh mereka kian hari kian mundur. Abu Sufyan dalam perjalanan ke Syam, telah dipanggil menghadap oleh Raja Romawi di Syam (Suria), yaitu Heraclius, dan yang baginda tanya bukan soal lain, melainkan tentang Muhammad ﷺ dan gerak agama yang dibawanya, sehingga Abu Sufyan terpaksa menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur. Sebab itu maka bumi tempat tegak kaum musyrikin kian lama kian susut.
“Dan Allah menghukum, tidak ada yang akan membatalkan hukum-Nya, dan Dia adalah amal cepat perhitungan."
Dan Allah menghukum. Dalam susun kata umum ialah dan sejarah berjalan terus; tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi-Nya, Perhitungan Allah amat cepat jalannya. Hal-hal yang pada mulanya disangka tidak mungkin kejadian, beberapa tahun di belakang menjadi kenyataan.
Orang-orang musyrikin itu masih mencari berbagai dalih untuk menghalangi kejayaan islam, untuk menghambat bertumbuhnya ajaran Nabi, segala tipu daya telah mereka cobakan. Bagi Allah hal itu hanyalah hal yang biasa.
Ayat 42
“Dan sesungguhnya telah menipu daya orang-orang yang sebelum mereka.''
Maka jika kaum musyrikin itu sekarang melakukan berbagai tipu daya, kaum musyrikin yang dahulu kala pun telah melakukan tipu daya pula kepada nabi-nabi dan rasul-rasul zaman itu."Tetapi bagi Allah-lah (balasan) sekalian tipu daya." Sehingga manalah mereka dapat melakukan tipu daya terhadap suatu rencana yang Allah sendiri membikinnya? Adakah Allah hendak ditipu daya? Sehingga manakah batas kekuatan manusia menipu daya Allah? Kalau Allah ditipu daya, lalu Allah membalas, siapakah yang kalah? “Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh tiap-tiap diri." Ke mana saja si penipu daya menghadapkan langkah, maka Allah telah mengetahui batas kekuatannya dan di tempat mana dia akan berhenti, dan di mana dia akan kehabisan napas.
“Dan akan mengetahuilah orang-orang yang kafir, bagi siapakah batasan akhirat itu."
Ayat 43
“Dan berkata orang-orang yang kafir itu: “Engkau ini bukan Utusan."
Inilah salah satu puncak bantahan mereka. Mereka tidak mau mengakui bahwa Nabi Muhammad itu adalah Rasul Allah. Mereka tidak hendak mempertimbangkan kebenaran yang beliau bawa, tetapi dengan sombong dan angkuh mereka menolak kerasulan beliau. Allah menyuruh menjawab perkataan yang berisi pemungkiran yang sombong itu."Katakanlah: — Wahai Utusan Kami “Cukuplah Allah sebagai saksi di antara aku dan di antara kamu." Artinya, walaupun kamu tidak mau mengaku namun aku tetap telah diangkat Allah menjadi Rasul-Nya. Kamu tidak mau menerima karena kesombongan tidaklah akan mengurangi martabatku sebagai Rasul, walaupun kamu tidak mau mengaku, namun Tuhanku mengakui aku Rasul-Nya. Walaupun kamu tidak mau percaya, namun orang-orang yang lebih tinggi pengetahuannya daripada kamu telah pula menyaksikan dan mengakui.
“Dan orang-orang yang ada di sisi mereka ilmu tentang al-Kilab."