Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدِ
dan sesungguhnya
ٱسۡتُهۡزِئَ
telah memperolok-olok
بِرُسُلٖ
beberapa Rasul
مِّن
dari
قَبۡلِكَ
sebelum kamu
فَأَمۡلَيۡتُ
maka Aku memberi tangguh
لِلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
ثُمَّ
kemudian
أَخَذۡتُهُمۡۖ
Aku binasakan mereka
فَكَيۡفَ
maka bagaimana
كَانَ
adalah
عِقَابِ
siksaanKu
وَلَقَدِ
dan sesungguhnya
ٱسۡتُهۡزِئَ
telah memperolok-olok
بِرُسُلٖ
beberapa Rasul
مِّن
dari
قَبۡلِكَ
sebelum kamu
فَأَمۡلَيۡتُ
maka Aku memberi tangguh
لِلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
ثُمَّ
kemudian
أَخَذۡتُهُمۡۖ
Aku binasakan mereka
فَكَيۡفَ
maka bagaimana
كَانَ
adalah
عِقَابِ
siksaanKu
Terjemahan
Sungguh, para rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad) benar-benar telah diolok-olok. Maka, Aku memberi tenggang waktu kepada orang-orang yang kufur itu, kemudian Aku siksa mereka. Alangkah dahsyatnya hukuman-Ku!
Tafsir
(Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu) sebagaimana kamu diperolok-olokkan. Hal ini merupakan penghibur bagi hati Nabi ﷺ (maka Aku beri tangguh) menangguhkan (kepada orang-orang kafir itu, kemudian Aku binasakan mereka) dengan siksaan (maka sebagaimana siksaan-Ku terdahulu) artinya siksaan itu benar-benar telah menimpa orang-orang yang memperolok-olokkan para rasul, demikian pula Aku akan melakukan hal yang sama terhadap orang-orang yang memperolok-olokkan kamu.
Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu, kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu. Allah ﷻ berfirman menghibur Rasul-Nya dalam menghadapi pendustaan yang dilakukan oleh sebagian kaumnya yang mendustakannya: Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu. (Ar-Ra'd: 32) Dengan kata lain, engkau mempunyai contoh dari kalangan mereka. maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu. (Ar-Ra'd: 32) Yakni Aku tangguhkan siksaan terhadap mereka. kemudian Aku binasakan mereka. (Ar-Ra'd: 32) dengan siksaan yang keras, seperti yang telah Aku sampaikan kepadamu perihal apa yang telah Aku lakukan terhadap mereka dan akibat yang mereka terima dari perbuatannya, tetapi sengaja Aku beri mereka masa tangguh.
Makna ayat ini sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan berapa banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Ku-lah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj:48) Di dalam kitab Shahihain disebutkan sebuah hadis yang mengatakan: Sesungguhnya Allah benar-benar memberi tangguh kepada orang yang zalim, sehingga apabila Dia mengazabnya, niscaya Dia tidak membiarkannya lolos. Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102).
Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, bahwa apabila kaummu
yang kafir menghina dan memperolok dakwahmu, sesungguhnya beberapa rasul sebelum engkau telah pula diperolok-olokkan oleh kaum mereka
yang ingkar. Karena perbuatan buruk itu, maka Aku beri tenggang waktu
be-berapa lama kepada orang-orang kafir itu untuk bersenang-senang dalam kedurhakaan mereka, kemudian setelah waktu yang telah Aku
tetapkan tiba, Aku binasakan mereka dengan siksa yang sangat pedih.
Maka alangkah hebatnya siksaan-Ku yang Aku timpakan itu!Azab yang Allah timpakan kepada orang kafir tidak bersifat semena-mena, melainkan berdasarkan hasil pengawasan yang akurat. Maka
apakah Tuhan yang menjaga, mengawasi, dan mencatat melalui para malaikat, setiap jiwa terhadap apa yang diperbuatnya sama dengan berhalaberhala yang orang kafir itu sembah' Mereka menjadikan sekutu-sekutu
bagi Allah dengan membuat dan menyembah berhala. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Hai orang kafir, sebutkanlah sifat-sifat mereka'
yakni berhala-berhala yang kamu sembah itu! Atau apakah kamu mengira dengan nada mengejek hendak memberitahukan kepada Allah apa
yang tidak diketahui-Nya di bumi'yaitu terkait berhala-berhala tersebut'atau kamu mengatakan tentang hal itu hanya sekadar perkataan
pada lahirnya saja tanpa ada substansinya sama sekali' Sebenarnya bagi
orang kafir ejekan dan tipu daya mereka itu dijadikan terasa indah oleh
setan, dan mereka dihalangi olehnya dari jalan yang benar. Dan barang
siapa disesatkan oleh Allah akibat kekufurannya sendiri, maka tidak ada
seorang pun yang dapat memberi petunjuk baginya menuju kebenaran.
Ayat ini berisi hiburan kepada Rasulullah dan umat Islam agar mereka tidak berkecil hati terhadap sikap dan keingkaran orang-orang kafir dan musyrikin Mekah. Di sini, Allah ﷻ menerangkan bahwa bukan hanya Nabi Muhammad yang pernah diperolok-olok oleh kaum kafir dan musyrik, rasul-rasul yang telah diutus Allah kepada mereka sebelumnya pun mengalami keadaan yang demikian. Hanya saja, Allah memberi tenggang waktu dan menangguhkan datangnya azab dan malapetaka kepada orang-orang kafir tersebut. Pada akhirnya, Allah pasti membinasakan mereka dengan azab yang sangat dahsyat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 27
“Dan berkata orang-orang yang tidak berkepercayaan: Alangkah baiknya kalau diturunkan kepadanya satu tanda dari Tuhannya."
Ayat ini kembali lagi kepada “orang yang buta" tadi. Mereka masih saja meminta, alangkah baiknya kalau Allah menurunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ agak satu tanda saja. Permintaan ini disuruh bantah lagi oleh Allah:
“Katakanlah: “Sesungguhnya Allah akan menyesatkan barangsiapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada-Nya barangsiapa yang bertobat."
Nabi Muhammad ﷺ tidak boleh merasa bosan memberi keterangan kepada mereka bahwa satu tanda atau mukjizat yang mereka minta itu tidaklah penting. Yang sangat penting ialah jika mereka sendiri membuka mata dan hati untuk mfelihat bahwa tanda-tanda Allah itu sebenarnya sudah ada dalam alam ini, bukan satu tanda (ayatun) tetapi beribu-ribu tanda (aayaatun), yaitu sebagai berkali-kali diwahyukan guna memerhatikannya: matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, hujan turun, siang dan malam, tumbuh-tumbuhan dan binatang, sungai-sungai dan hutan, semuanya itu ayat adanya. Terutama diri manusia sendiri, yang dari tanah jadi nuthfah, jadi ‘alaqah dan jadi mudhghah, kemudian jadi orang, semuanya itu tanda. Tetapi yang dapat melihatnya ialah orang yang berakal. Sebab itu pergunakanlah akal."Sesungguhnya Ailah akan menyesatkan barangsiapa yang Dia kehendaki." Artinya, walaupun didatangkan mukjizat, yang sesat akan sesat juga. Dan walaupun tidak diadakan mukjizat, dan manusia hanya mempergunakan pikiran dan renungan melihat berapa banyaknya mukjizat yang telah tersedia di dalam alam ini, namun Allah pun akan memberikan petunjuk-Nya juga kepada orang-orang yang bertaubat. Orang yang bertaubat ialah orang yang dengan sadar (Yaqazhah) lalu kembali ke jalan Allah, maka Allah sendiri yang akan membimbingnya melalui jalan itu.
Ayat 28
Itulah “orang-orang yang beriman. Dan tenteram hati mereka lantaran ingat akan Allah. Ketahuilah dengan ingat kepada Allah-lah akan tenteram sekalian hati."
Dengan ayat ini kepada kita dijelaskan bahwa iman adalah menyebabkan senantiasa ingat kepada Allah, atau dzikir. Iman menyebabkan hati kita mempunyai pusat ingatan atau tujuan ingatan. Dan ingatan kepada Allah itu menimbulkan tenteram, dan dengan sendirinya hilanglah segala macam kegelisahan, pikiran kusut, putus asa, ketakutan, kecemasan, keragu-raguan dan duka cita. Ketenteraman hati adalah pokok kesehatan ruhari dan jasmani. Ragu dan gelisah adalah pangkal segala penyakit. Orang lain kurang sekali dapat menolong orang yang meracun hatinya sendiri dengan kegelisahan. Kalau hati telah ditumbuhi penyakit, dan tidak segera diobat dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan dzikir dan dzikir yang menimbulkan thuma'ninah, maka celakalah yang akan menimpa. Hati yang telah sakit akan bertambah sakit. Dan puncak segala penyakit hati ialah kufur akan nikmat Allah.
Al-Qur'an telah membagi-bagi tingkat pengalaman nafsu kepada tiga, yaitu an-Nafsul Ammarah Bissu'. (surah Yuusuf ayat 53), yaitu nafsu yang selalu menyuruh dan mendorong supaya berbuat yang jahat, karena nafsu yang demikian yang dapat ditunggangi oleh setan, tetapi apabila telah terlanjut timbullah an-Nafsul Lawwamah. (surah al-Qiyaamah ayat 2), yaitu tekanan batin dan penyesalan karena telah terlanjur. Kelak, karena pengalaman-pengalaman diri, karena memperturutkan an-Nafsul Ammarah Bissu', yang menimbulkan sesal an-Nafsul Lawwamah, bagi orang yang mengambil pengalaman dari beberapa kegagalan, dapatlah dia mencapai an-Nafsul Muthmainnah (surah al-Fajr ayat 27), yaitu nafsu yang telah mencapai ketenteramannya, setelah menempuh berbagai pengalaman. Di sinilah perlunya iman dan dzikir, sehingga berpadulah kehendak hati sanubari yang bersih dengan dorongan nafsu, guna mencapai ridha Allah ﷻ dengan ketenteraman itu.
Ayat 29
“Orang-orang yang … dan beramal yang saleh-saleh. Bahagialah untuk mereka, dan sebaik-baik tempat kembali."
Hati yang telah tenteram menimbulkan sikap hidup yang tenang, dan ketenangan memelihara nur di dalam jiwa yang telah dibangkitkan oleh iman. Tampak-tampak saja perbuatan baik yang akan diamalkan, ilham Allah selalu tertumpah dan hidup pun menjadi bahagia lantaran kekayaan terletak dalam hati. Kebahagiaan di dunia itu pun menentukan tempat bahagia pula kelak di akhirat, yaitu surga yang telah disediakan Allah sebagai tempat kembali yang terakhir.
Segala ayat-ayat yang telah terdahulu ini adalah pokok-pokok yang jadi pegangan Rasu-lullah ﷺ di dalam membimbing umatnya. Dan nabi-nabi yang dahulu-dahulu pun diberi pokok-pokok pegangan yang demikian pula.
Ayat 30
“Demikianlah, telah Kami utus engkau pada satu umat, yang telah terdahulu sebelumnya beberapa umat."
Umat Muhammad ﷺ ini hanyalah semata-mata sambungan dari umat-umat yang telah lalu, karena pada hakikatnya semuanya manusia itu adalah umat yang satu, (al-Baqarah ayat 213, al-Maa'idah ayat 51, an-Nahl ayat 93, Yuunus ayat 19, al~Anbiyaa' ayat 92, al-Mu'minuun ayat 52, dan lain-lain).
“Supaya engkau bacakan kepada mereka apa yang Kami wahyukan kepada engkau, sedangkan mereka tidak mau percaya kepada Tuhan Ar-Rahman." (Allah Yang Maha Pemurah). Tidaklah boleh engkau, wahai Utusan-Ku berhenti dari pekerjaan yang mulia ini, walaupun mereka tidak mau percaya. Engkau mesti bersikap tegas di dalam menjelaskan maksud seruanmu.
"Katakanlah: Dialah Tuhanku, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Kepada-Nyalah aku menyerah diri, dan kepada-Nya aku akan kembali."
Mereka mau mendengarkan ataupun mereka memekakkan telinga. Mereka mau percaya atau mau menolak, namun kewajibanmu, wahai Utusan-Ku, engkau jalankan terus! Dialah Tuhanku Allah! Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Apa pun sikap yang hendak kamu lakukan kepadaku, terserahlah kepadamu, namun aku tidak takut, sebab aku berserah diri kepada Allah. Hasil ataupun tidak hasil usahaku ini, aku pun tidak merasa bimbang. Sebab kelak aku pasti kembali kepada Tuhanku dan dapat aku berkata kepada Tuhanku, “Kewajibanku telah aku sampaikan!"