Ayat
Terjemahan Per Kata
كَذَٰلِكَ
demikianlah
أَرۡسَلۡنَٰكَ
Kami telah mengutus kamu
فِيٓ
pada
أُمَّةٖ
suatu umat
قَدۡ
sungguh
خَلَتۡ
telah berlalu
مِن
dari
قَبۡلِهَآ
sebelumnya
أُمَمٞ
beberapa umat
لِّتَتۡلُوَاْ
supaya kamu membacakan
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلَّذِيٓ
yang
أَوۡحَيۡنَآ
Kami wahyukan
إِلَيۡكَ
kepadamu
وَهُمۡ
dan/padahal mereka
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir
بِٱلرَّحۡمَٰنِۚ
dengan yang Maha Pengasih
قُلۡ
katakanlah
هُوَ
Dia
رَبِّي
Tuhanku
لَآ
tidak ada
إِلَٰهَ
Tuhan
إِلَّا
selain
هُوَ
Dia
عَلَيۡهِ
kepadaNya
تَوَكَّلۡتُ
aku bertawakkal
وَإِلَيۡهِ
dan kepadaNya
مَتَابِ
bertaubat
كَذَٰلِكَ
demikianlah
أَرۡسَلۡنَٰكَ
Kami telah mengutus kamu
فِيٓ
pada
أُمَّةٖ
suatu umat
قَدۡ
sungguh
خَلَتۡ
telah berlalu
مِن
dari
قَبۡلِهَآ
sebelumnya
أُمَمٞ
beberapa umat
لِّتَتۡلُوَاْ
supaya kamu membacakan
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلَّذِيٓ
yang
أَوۡحَيۡنَآ
Kami wahyukan
إِلَيۡكَ
kepadamu
وَهُمۡ
dan/padahal mereka
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir
بِٱلرَّحۡمَٰنِۚ
dengan yang Maha Pengasih
قُلۡ
katakanlah
هُوَ
Dia
رَبِّي
Tuhanku
لَآ
tidak ada
إِلَٰهَ
Tuhan
إِلَّا
selain
هُوَ
Dia
عَلَيۡهِ
kepadaNya
تَوَكَّلۡتُ
aku bertawakkal
وَإِلَيۡهِ
dan kepadaNya
مَتَابِ
bertaubat
Terjemahan
Seperti (pengutusan para rasul sebelummu) itulah, Kami (juga) mengutusmu (Nabi Muhammad) kepada suatu umat yang sungguh sebelumnya telah berlalu beberapa umat agar engkau bacakan kepada mereka (Al-Qur’an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka ingkar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Katakanlah, “Dia Tuhanku, tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertobat.”
Tafsir
(Demikianlah) sebagaimana Kami mengutus nabi-nabi sebelummu (Kami mengutus kamu kepada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya supaya kamu membacakan) mengajarkan (kepada mereka apa yang Kami wahyukan kepadamu) yaitu Al-Qur'an (padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah) karena mereka mengatakan sewaktu mereka disuruh sujud atau menyembah kepada-Nya siapakah Tuhan Yang Maha Pemurah? (Katakanlah) kepada mereka hai Muhammad ("Dialah Rabbku, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertobat.").
Tafsir Surat Ar-Ra'd: 30
Demikianlah, Kami telah mengutus kamu kepada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur'an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah, "Dia adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan hanya kepada-Nya aku bertobat.”
Allah ﷻ berfirman, "Sebagaimana Kami utus kamu, hai Muhammad, kepada umat ini, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur'an) yang Kami wahyukan kepadamu.” (Ar-Ra'd: 30) Yakni agar kamu menyampaikan kepada mereka risalah dari Allah buat mereka, begitu pula Kami telah mengutus (utusan-utusan Kami) kepada umat-umat terdahulu yang kafir kepada Allah.
Para utusan sebelum kamu telah didustakan oleh umatnya masing-masing, maka engkau mempunyai suri teladan dari para rasul pendahulumu. Dan sebagaimana Kami telah menimpakan azab dan pembalasan kami kepada mereka yang kafir di masa lalu, maka hendaklah umatmu pun berhati-hati, jangan sampai tertimpa azab dan pembalasan-Ku yang pernah menimpa para pendahulu mereka. Karena sesungguhnya pendustaan umatmu terhadap kamu jauh lebih parah daripada pendustaan yang dialami oleh para rasul terdahulu dari umatnya.
Allah ﷻ telah berfirman: “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu.” (An-Nahl: 63) Adapun firman Allah ﷻ: “Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu. tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.” (Al-An'am: 34) Menerangkan tentang bagaimana Kami tolong mereka dan Kami jadikan bagi mereka akibat yang baik begitu pula bagi para pengikut mereka di dunia dan akhirat.
Firman Allah ﷻ: “Padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Ar-Ra'd: 30)
Yakni umat yang Kami utus kamu kepada mereka; mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Mereka tidak mengakui-Nya, karena mereka menolak penyebutan Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Dalam perjanjian Hudaibiyah mereka menolak menulis kalimat Bismillahir Rahmanir Rahim, dan mereka mengatakan, "Kami tidak mengenal Rahman dan Rahim" Demikianlah yang dikatakan oleh Qatadah, sedangkan hadis mengenainya berada di dalam kitab Sahih Bukhari.
Padahal Allah ﷻ telah berfirman di dalam Kitab-Nya: Katakanlah, "Serulah Allah, atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai al-asmaul husna (nama-nama yang terbaik).” (Al-Isra: 110). Di dalam kitab Sahih Muslim, dari Abdullah ibnu Umar, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sesungguhnya nama yang paling disukai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdur Rahman.”
"Katakanlah, ‘Dia adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Dia’." (Ar-Ra'd: 30)
Yakni Tuhan yang kalian ingkari itu, aku beriman kepada-Nya dan mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Rabb kami. Dia adalah Tuhanku, tiada Tuhan selain Dia.
“Hanya kepada-Nya aku bertawakal.” (Ar-Ra'd: 30)
Dalam semua urusanku.
“Dan hanya kepada-Nya aku bertobat.” (Ar-Ra'd: 30)
Artinya, hanya kepada-Nya aku kembali dan bertobat, karena sesungguhnya tiada yang patut mendapat kedudukan tersebut selain Dia.
Orang kafir dengan nada mengejek meminta Rasul untuk mendatangkan mukjizat yang kasat mata. Mereka lupa bahwa Al-Qur'an adalah
mukjizat yang begitu nyata. Wahai Nabi Muhammad, demikianlah,
Kami telah mengutus engkau kepada suatu umat'yakni seluruh manusia
sampai akhir zaman'yang sungguh sebelumnya telah berlalu beberapa
umat yang kepada mereka juga dikirim para rasul. Kami mengutusmu
agar engkau bacakan kepada mereka Al-Qur'an yang Kami wahyukan
kepadamu, padahal mereka tetap saja ingkar kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang. Katakanlah, Dia Yang Maha Pengasih dan
Penyayang itu adalah Tuhanku, dan tidak ada tuhan yang layak disembah
selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan berserah diri, dan hanya
kepada-Nya aku bertobat dan memohon ampunan. Dan peringatkanlah orang kafir bahwa sekiranya ada suatu bacaan
dalam bentuk kitab suci yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat
digoncangkan dari tempatnya semula, atau bumi jadi terbelah dan
mengalirkan sungai-sungai, atau orang yang sudah mati kembali hidup
dan dapat berbicara'sekiranya Allah menghendaki'maka bacaan itu
adalah Al-Qur'an, bukti kerasulan Nabi Muhammad. Sebenarnya segala
urusan itu adalah milik Allah dan atas kehendak serta kewenangan-Nya.
Maka tidakkah orang-orang yang beriman mengetahui bahwa sekiranya
Allah menghendaki, tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya sehingga semua beriman tanpa kecuali. Dan orang-orang kafir yang
mengingkari Al-Qur'an senantiasa ditimpa bencana, seperti kekalahan
melawan kaum mukmin, disebabkan perbuatan buruk mereka sendiri, atau
bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sampai akhirnya datang
janji Allah berupa kemenangan kaum mukmin dalam penaklukan kota
Mekah. Sungguh, Allah tidak akan pernah menyalahi janji.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah mengutus Nabi Muhammad kepada umat yang belum pernah menerima kedatangan rasul Allah. Walaupun sebelumnya telah ada umat-umat lainnya yang pernah didatangi oleh para rasul-Nya, tetapi mereka tetap mengingkari adanya Tuhan yang Maha Rahmat
Allah ﷻ menjelaskan bahwa tugas Nabi Muhammad adalah untuk membacakan kepada umatnya Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepada beliau. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ agar ia mengatakan kepada umatnya, bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam, tidak ada Tuhan selain Allah, dan hanya kepada-Nya ia bertawakal dan bertobat. Oleh karena itu, hendaklah umatnya beriman kepada-Nya.
Nabi Muhammad juga diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya bahwa ia bertawakal dan bertobat kepada Allah swt, walaupun ia adalah seorang nabi dan rasul Allah yang tidak pernah berbuat dosa. Jika seorang rasul masih berbuat demikian, apalagi orang-orang yang berdosa, tentu mereka lebih layak untuk bertawakal dan bertobat kepada Allah dari segala dosa yang telah mereka lakukan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 27
“Dan berkata orang-orang yang tidak berkepercayaan: Alangkah baiknya kalau diturunkan kepadanya satu tanda dari Tuhannya."
Ayat ini kembali lagi kepada “orang yang buta" tadi. Mereka masih saja meminta, alangkah baiknya kalau Allah menurunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ agak satu tanda saja. Permintaan ini disuruh bantah lagi oleh Allah:
“Katakanlah: “Sesungguhnya Allah akan menyesatkan barangsiapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada-Nya barangsiapa yang bertobat."
Nabi Muhammad ﷺ tidak boleh merasa bosan memberi keterangan kepada mereka bahwa satu tanda atau mukjizat yang mereka minta itu tidaklah penting. Yang sangat penting ialah jika mereka sendiri membuka mata dan hati untuk mfelihat bahwa tanda-tanda Allah itu sebenarnya sudah ada dalam alam ini, bukan satu tanda (ayatun) tetapi beribu-ribu tanda (aayaatun), yaitu sebagai berkali-kali diwahyukan guna memerhatikannya: matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, hujan turun, siang dan malam, tumbuh-tumbuhan dan binatang, sungai-sungai dan hutan, semuanya itu ayat adanya. Terutama diri manusia sendiri, yang dari tanah jadi nuthfah, jadi ‘alaqah dan jadi mudhghah, kemudian jadi orang, semuanya itu tanda. Tetapi yang dapat melihatnya ialah orang yang berakal. Sebab itu pergunakanlah akal."Sesungguhnya Ailah akan menyesatkan barangsiapa yang Dia kehendaki." Artinya, walaupun didatangkan mukjizat, yang sesat akan sesat juga. Dan walaupun tidak diadakan mukjizat, dan manusia hanya mempergunakan pikiran dan renungan melihat berapa banyaknya mukjizat yang telah tersedia di dalam alam ini, namun Allah pun akan memberikan petunjuk-Nya juga kepada orang-orang yang bertaubat. Orang yang bertaubat ialah orang yang dengan sadar (Yaqazhah) lalu kembali ke jalan Allah, maka Allah sendiri yang akan membimbingnya melalui jalan itu.
Ayat 28
Itulah “orang-orang yang beriman. Dan tenteram hati mereka lantaran ingat akan Allah. Ketahuilah dengan ingat kepada Allah-lah akan tenteram sekalian hati."
Dengan ayat ini kepada kita dijelaskan bahwa iman adalah menyebabkan senantiasa ingat kepada Allah, atau dzikir. Iman menyebabkan hati kita mempunyai pusat ingatan atau tujuan ingatan. Dan ingatan kepada Allah itu menimbulkan tenteram, dan dengan sendirinya hilanglah segala macam kegelisahan, pikiran kusut, putus asa, ketakutan, kecemasan, keragu-raguan dan duka cita. Ketenteraman hati adalah pokok kesehatan ruhari dan jasmani. Ragu dan gelisah adalah pangkal segala penyakit. Orang lain kurang sekali dapat menolong orang yang meracun hatinya sendiri dengan kegelisahan. Kalau hati telah ditumbuhi penyakit, dan tidak segera diobat dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan dzikir dan dzikir yang menimbulkan thuma'ninah, maka celakalah yang akan menimpa. Hati yang telah sakit akan bertambah sakit. Dan puncak segala penyakit hati ialah kufur akan nikmat Allah.
Al-Qur'an telah membagi-bagi tingkat pengalaman nafsu kepada tiga, yaitu an-Nafsul Ammarah Bissu'. (surah Yuusuf ayat 53), yaitu nafsu yang selalu menyuruh dan mendorong supaya berbuat yang jahat, karena nafsu yang demikian yang dapat ditunggangi oleh setan, tetapi apabila telah terlanjut timbullah an-Nafsul Lawwamah. (surah al-Qiyaamah ayat 2), yaitu tekanan batin dan penyesalan karena telah terlanjur. Kelak, karena pengalaman-pengalaman diri, karena memperturutkan an-Nafsul Ammarah Bissu', yang menimbulkan sesal an-Nafsul Lawwamah, bagi orang yang mengambil pengalaman dari beberapa kegagalan, dapatlah dia mencapai an-Nafsul Muthmainnah (surah al-Fajr ayat 27), yaitu nafsu yang telah mencapai ketenteramannya, setelah menempuh berbagai pengalaman. Di sinilah perlunya iman dan dzikir, sehingga berpadulah kehendak hati sanubari yang bersih dengan dorongan nafsu, guna mencapai ridha Allah ﷻ dengan ketenteraman itu.
Ayat 29
“Orang-orang yang … dan beramal yang saleh-saleh. Bahagialah untuk mereka, dan sebaik-baik tempat kembali."
Hati yang telah tenteram menimbulkan sikap hidup yang tenang, dan ketenangan memelihara nur di dalam jiwa yang telah dibangkitkan oleh iman. Tampak-tampak saja perbuatan baik yang akan diamalkan, ilham Allah selalu tertumpah dan hidup pun menjadi bahagia lantaran kekayaan terletak dalam hati. Kebahagiaan di dunia itu pun menentukan tempat bahagia pula kelak di akhirat, yaitu surga yang telah disediakan Allah sebagai tempat kembali yang terakhir.
Segala ayat-ayat yang telah terdahulu ini adalah pokok-pokok yang jadi pegangan Rasu-lullah ﷺ di dalam membimbing umatnya. Dan nabi-nabi yang dahulu-dahulu pun diberi pokok-pokok pegangan yang demikian pula.
Ayat 30
“Demikianlah, telah Kami utus engkau pada satu umat, yang telah terdahulu sebelumnya beberapa umat."
Umat Muhammad ﷺ ini hanyalah semata-mata sambungan dari umat-umat yang telah lalu, karena pada hakikatnya semuanya manusia itu adalah umat yang satu, (al-Baqarah ayat 213, al-Maa'idah ayat 51, an-Nahl ayat 93, Yuunus ayat 19, al~Anbiyaa' ayat 92, al-Mu'minuun ayat 52, dan lain-lain).
“Supaya engkau bacakan kepada mereka apa yang Kami wahyukan kepada engkau, sedangkan mereka tidak mau percaya kepada Tuhan Ar-Rahman." (Allah Yang Maha Pemurah). Tidaklah boleh engkau, wahai Utusan-Ku berhenti dari pekerjaan yang mulia ini, walaupun mereka tidak mau percaya. Engkau mesti bersikap tegas di dalam menjelaskan maksud seruanmu.
"Katakanlah: Dialah Tuhanku, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Kepada-Nyalah aku menyerah diri, dan kepada-Nya aku akan kembali."
Mereka mau mendengarkan ataupun mereka memekakkan telinga. Mereka mau percaya atau mau menolak, namun kewajibanmu, wahai Utusan-Ku, engkau jalankan terus! Dialah Tuhanku Allah! Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Apa pun sikap yang hendak kamu lakukan kepadaku, terserahlah kepadamu, namun aku tidak takut, sebab aku berserah diri kepada Allah. Hasil ataupun tidak hasil usahaku ini, aku pun tidak merasa bimbang. Sebab kelak aku pasti kembali kepada Tuhanku dan dapat aku berkata kepada Tuhanku, “Kewajibanku telah aku sampaikan!"