Ayat

Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Yaqub) berkata
بَلۡ
bahkan/hanya
سَوَّلَتۡ
memandang baik
لَكُمۡ
bagi kalian
أَنفُسُكُمۡ
diri kalian sendiri
أَمۡرٗاۖ
perkara
فَصَبۡرٞ
maka kesabaran
جَمِيلٌۖ
yang baik
عَسَى
mudah-mudahan
ٱللَّهُ
Allah
أَن
agar
يَأۡتِيَنِي
mendatangkan kepadaku
بِهِمۡ
dengan mereka
جَمِيعًاۚ
semuanya
إِنَّهُۥ
sesungguhnya
هُوَ
Dia
ٱلۡعَلِيمُ
Maha Mengetahui
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
قَالَ
(Yaqub) berkata
بَلۡ
bahkan/hanya
سَوَّلَتۡ
memandang baik
لَكُمۡ
bagi kalian
أَنفُسُكُمۡ
diri kalian sendiri
أَمۡرٗاۖ
perkara
فَصَبۡرٞ
maka kesabaran
جَمِيلٌۖ
yang baik
عَسَى
mudah-mudahan
ٱللَّهُ
Allah
أَن
agar
يَأۡتِيَنِي
mendatangkan kepadaku
بِهِمۡ
dengan mereka
جَمِيعًاۚ
semuanya
إِنَّهُۥ
sesungguhnya
هُوَ
Dia
ٱلۡعَلِيمُ
Maha Mengetahui
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
Terjemahan

Dia (Ya‘qub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. (Kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua kepadaku. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
Tafsir

(Yakub berkata, "Bahkan telah menggoda) menganggap baik (kalian diri kalian sendiri perbuatan buruk itu) kemudian kalian mengerjakan perbuatan itu lagi. Nabi Yakub menuduh mereka seperti tuduhannya terhadap mereka mengenai peristiwa yang menimpa Nabi Yusuf dahulu. (Maka kesabaran yang baik itu) adalah kesabaranku. (Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka kepadaku) yaitu Yusuf dan saudaranya (semuanya; sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui) tentang keadaanku (lagi Maha Bijaksana.") di dalam perbuatan-Nya.
Tafsir Surat Yusuf: 83-86
Ya'qub berkata, "Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan (buruk) itu. Maka kesabaran yang baik (itulah kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Dan Yaqub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, "Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf," dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan, dan dia menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).
Mereka berkata, "Demi Allah, senantiasa kamu mengingat Yusuf sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa."
Yaqub menjawab, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya."
Ayat 83
Ya'qub berkata kepada mereka seperti perkataannya ketika mereka datang dengan membawa baju gamis Yusuf yang berlumuran darah palsu di masa lalu:
“Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik (itulah kesabaranku).” (Yusuf: 83)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, "Ketika mereka datang kepada ayah mereka (Nabi Ya'qub) dan menceritakan kepadanya semua yang terjadi, maka dalam diri Nabi Ya'qub terbersit rasa curiga. Ia menduga bahwa mereka telah melakukan hal yang sama seperti apa yang mereka lakukan terhadap Yusuf dahulu. Karena itu ia berkata: 'Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan ( buruk) itu. Maka kesabaran yang baik (itulah kesabaranku)'." (Yusuf: 83)
Sebagian ulama mengatakan bahwa mengingat perbuatan mereka di masa lalu seperti itu, maka apa yang terjadi pada mereka saat itu disimpulkan sama dengan perbuatan mereka yang terdahulu, dan benarlah apa yang dikatakan Ya'qub: “Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan (buruk) itu.”
“Maka kesabaran yang baik (itulah kesabaranku).” (Yusuf: 83)
Kemudian Nabi Ya'qub memohon kepada Allah semoga Dia mengembalikan ketiga anaknya, yaitu Yusuf, saudaranya Bunyamin, dan anak tertuanya (yaitu Rubel) yang masih tertinggal di negeri Mesir menunggu keputusan Allah ﷻ mengenai nasib dirinya. Bisa jadi ayahnya memaafkannya, lalu memerintahkannya untuk pulang; dan bisa jadi ia harus berusaha menculik saudaranya untuk dipulangkan kepada ayahnya. Dalam doanya itu Nabi Ya'qub berkata:
“Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui.” (Yusuf: 83)
Yakni Allah ﷻ Maha Mengetahui tentang keadaanku.
“Lagi Maha Bijaksana.” (Yusuf: 83) dalam semua perbuatan, keputusan, dan takdir-Nya.
Ayat 84
Dan Yaqub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, "Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf." (Yusuf: 84)
Yakni berpaling dari anak-anaknya dan berkata mengingatkan akan kesedihannya terhadap Yusuf di masa lalu.
“Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf.” (Yusuf: 84)
Kesedihan akan kehilangan anaknya yang kedua ini membangkitkan kesedihan yang pertama yang lebih mendalam.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Sufyan Al-Usfuri, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa ia mengatakan bahwa tiada seorang pun yang diberi istirja' (kalimat inna lillahi wa inna ilaihi raji'un di saat tertimpa musibah) selain dari umat ini (yakni umat Nabi Muhammad ﷺ).
Nabi Ya'qub sendiri telah mengatakan: "Aduhai kesedihanku terhadap Yusuf, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).” (Yusuf: 84) Makna kazim artinya diam tidak mengadukan urusannya kepada seorang makhluk pun. Demikianlah menurut pendapat Qatadah dan lain-lainnya.
Ad-Dahhak mengatakan, kazim artinya dukacita dan sedih.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Al-Hasan, dari Al-Ahnaf ibnu Qais, bahwa Nabi ﷺ bersabda: Sesungguhnya Daud a.s. pernah berdoa, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaum Bani Israil memohon kepada Engkau melalui Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub; maka jadikanlah diriku orang yang keempatnya bagi mereka."
Maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Daud, "Bahwasanya, hai Daud, sesungguhnya Ibrahim pernah dilemparkan ke dalam api karena Aku, dan dia bersabar. Dan itu adalah cobaan yang belum pernah kamu alami. Dan sesungguhnya Ishaq telah mengorbankan darah dirinya karena Aku dan dia bersabar. Dan itu merupakan cobaan yang belum pernah kamu alami. Dan sesungguhnya Ya'qub telah diambil orang yang dikasihinya dari sisinya, sehingga kedua matanya putih karena menangis kesedihan, dia bersabar, dan itu adalah cobaan yang belum pernah kamu alami."
Hadits ini mursal, dan di dalam isinya terdapat hal yang munkar. Karena sesungguhnya hal yang benar ialah bahwa Ismail-lah yang (mau) disembelih (bukan Ishaq). Dan lagi Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an (salah seorang yang disebutkan dalam sanad hadits ini) mempunyai banyak hadits yang berpredikat munkar dan garib. Penilaian yang lebih dekat kepada kebenaran sehubungan dengan hadits ini ialah bahwa Al-Ahnaf ibnu Qais meriwayatkan hal ini dari sebagian kaum Bani Israil (yang telah masuk Islam), seperti Ka'b, Wahb, dan lain-lainnya. Karena orang-orang Bani Israil telah menukil dari Nabi Ya'qub, bahwa ia berkirim surat kepada Yusuf ketika Yusuf menahan saudaranya karena dituduh mencuri, dalam suratnya itu Ya'qub memohon belas kasihan kepada Yusuf untuk mengembalikan anaknya kepadanya.
Disebutkan pula bahwa mereka adalah ahli bait yang tertimpa musibah; Ibrahim diuji dengan api, Ishaq disembelih, dan Ya'qub berpisah dari Yusuf. Hal ini disebutkan di dalam sebuah hadits panjang yang tidak sahih predikatnya.
Ayat 85
Maka pada saat itu anak-anaknya merasa belas kasihan kepada ayahnya, lalu mereka berkata kepada ayahnya dengan nada memelas dan lemah lembut:
“Demi Allah, senantiasa kamu mengingat Yusuf.” (Yusuf: 85)
Yakni engkau masih tetap ingat kepada Yusuf.
“Sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat.” (Yusuf: 85)
Yaitu kekuatanmu menjadi memudar dan lemah.
“Atau termasuk orang-orang yang binasa.” (Yusuf: 85)
Mereka mengatakan bahwa jika keadaan ini terus-menerus berlangsung atas dirimu, kami merasa khawatir kamu akan menjadi orang yang binasa.
Ayat 86
Ya'qub menjawab ucapan mereka dengan kalimat berikut:
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (Yusuf: 86)
Yakni hanya kepada Allah sajalah aku mengadukan kesusahanku dan penderitaan yang kualami ini.
“Dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya.” (Yusuf: 86)
Artinya, aku mengharap semua kebaikan dari Allah.
Dari Ibnu Abbas disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya.” (Yusuf: 86) Yakni mimpi yang dialami oleh Yusuf itu adalah benar, dan Allah pasti akan menampakkannya menjadi kenyataan. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa aku mengetahui mimpi Yusuf itu benar, dan kelak aku akan bersujud menghormat kepadanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Malik ibnu Abu Buhainah, dari Hafs ibnu Umar ibnu Abuz Zubair, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Nabi Yaqub mempunyai seorang saudara angkat, di suatu hari saudara angkatnya bertanya kepadanya, ‘Apakah yang membuat matamu buta dan punggungmu bongkok?’ Yaqub menjawab, ‘Hal yang membutakan mataku adalah karena menangisi Yusuf, dan hal yang menyebabkan punggungku bongkok ialah kesedihan karena kehilangan Bunyamin.’ Maka Jibril a.s. datang kepadanya dan mengatakan, ‘Hai Yaqub, sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepadamu, dan berfirman kepadamu, 'Tidakkah kamu malu mengadu kepada selain Aku'? Yaqub berkata, ‘Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.’ Jibril a.s. berkata, ‘Allah mengetahui apa yang kamu adukan’." Hadits ini berpredikat garib (aneh), di dalamnya terdapat hal yang mungkar.
Anak-anak Nabi Yakub, selain Bunyamin dan saudara tertua mereka,
bertolak menuju Kanaan. Setiba di Kanaan mereka menceritakan kepada Nabi Yakub peristiwa yang mereka alami dan tuduhan yang ditujukan
kepada Bunyamin. Dia (Nabi Yakub) berkata, Sebenarnya dalam hati
kecilku hanya dirimu sendiri yang memandang baik atau memandang ringan urusan yang buruk itu; bahwa kalian tidak menepati janji untuk
menjaga Bunyamin. Maka kesabaranku adalah kesabaran yang baik. Aku
bermohon kepada Allah mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka
semuanya, baik Bunyamin, saudara tertuamu, maupun Yusuf kepadaku.
Sungguh, Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dan setelah berkata demikian, dia (Nabi Yakub) berpaling dari
mereka untuk menyendiri seraya berkata, Aduhai duka citaku terhadap
Yusuf, dan karena terlalu banyak meneteskan air mata, kedua matanya
menjadi putih karena sedih sehingga tidak bisa lagi melihat. Dia lebih
banyak diam karena menahan amarah kepada anak-anaknya.
Setelah berhadapan dengan putra-putranya yang memberi laporan seperti yang diamanatkan oleh Yahuda, Nabi Yakub berkata, "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan mengapa kamu mengatakan bahwa yang mencuri harus dijadikan hamba sahaya selama satu tahun, padahal ketentuan itu hanya ada pada syariat kita dan tidak ada dalam perundang-undangan mereka. Maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku yang tidak diliputi oleh kejengkelan dan kemarahan. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku (Yusuf, Bunyamin, dan Yahuda), karena sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SAUDARA-SAUDARA NABI YUSUF PULANG KEMBALI KEPADA AYAH MEREKA
Ayat 78
“Mereka berkala: “Wahai Yang Mulia! Sesungguhnya baginya ini ada ayah yang sudah tua sangat, maka ambillah kiranya salah seorang diantara kami akan ganti, sesungguhnya kami lihat engkau adalah dari orang-orang yang suka berbuat baik."
Rupanya setelah ada yang terlanjur di antara mereka bercakap demikian kasar mengatakan jika dia ini mencuri, maka saudaranya dahulu pun telah pernah mencuri pula, dan mendapat jawaban yang pedas dari Yusuf, disebut bahwa mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tempat yang paling buruk, karena tidak berusaha menolong saudara-saudaranya yang telah tertangkap, tetapi turut pula menghinakannya. Setelah mendengar sambutan Yusuf yang demikian, timbullah sesal di hati mereka, dan terasalah kepada mereka janji yang telah mereka perbuat dengan ayah mereka, bahwa kalau pulang Bunyamin mesti kembali bersama-sama, kecuali kalau mereka dikepung. Sebab teringat akan hal itu, mereka pun mengubah percakapan kasar seperti tadi, dan meminta dengan lemah-lembut agar Yang
Dipertuan Muda sudilah kiranya mengembalikan Bunyamin kepada mereka, dan mengambil salah seorang di antara mereka menjadi ganti, sebab bapaknya sudah sangat tua dan sangat kasih kepadanya. Maka demi belas kasihan kepada orang tua itu, sudi kiranya mengabul-kan permohonan mereka, dan mereka percaya bahwa Yang Mulia akan sudi mengabulkan permohonan mereka itu, menilik kepada kebaikan beliau menyelenggarakan mereka selama ini.
Tetapi Yusuf telah menolak permohonan mereka itu dengan jawaban yang halus pula, sehingga mereka tidak dapat melanjutkan permintaan lagi.
Ayat 79
“Dia jawab: “Kami berlindung kepada Allah dari menahan (barang), kecuali siapa yang kami dapati padanya barang kami"
Niscaya tidak adillah kami kalau si anu yang bersalah dan terbukti dia yang mencuri barang kami, lalu yang lain yang kami tahan.
“Sesungguhnya kalau begitu, niscaya kami orang-orang yang aniaya,"
Meskipun tuan-tuan telah memuji saya mengatakan bahwa saya orang yang sudi berbuat baik, maka menahan orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang terang bersalah, bukanlah itu suatu kebaikan, tetapi suatu penganiayaan. Mendengar jawab yang demikian, putuslah harapan mereka.
Ayat 80
“Maka tatkala mereka telah putus harapan darinya, mereka (pergi) mengasingkan diri berbisik-bisik."
Mereka pergi ke suatu tempat yang tidak jauh."Berkatalah yang tertua dari mereka." Mungkin Raubin atau Yahuda, sebab Ai-Qur'an tidak mementingkan menyebut nama mereka, hanya menerangkan kesimpulan kejadian, katanya,
“Tidakkah kamu ingat bahwasanya bapak kamu telah mengambil janji dari kamu atas nama Allah? Padahal sebelum ini telah kamu abaikan (janji) terhadap Yusuf. Maka aku tidaklah sekali-kali akan meninggalkan negeri ini, sampai diberi izin akan daku oleh bapakku, atau Allah menentukan hukum atas diniku dan Dia adalah yang sebaik-baik Penghukum."
Aku akan tetap di sini, karena ingat akan janji itu. Tidaklah aku sanggup melihat wajah bapak kita kembali karena Bunyamin tidak terbawa pulang. Baru aku akan pulang kalau beliau panggil aku puiang, dan kalau panggilan ayah tidak datang, aku serahkan nasib dan hukum atas diriku kepada Allah, niscaya keputusan Allah jualah yang lebih baik dan bijaksana. Kamu sajalah yang pulang bersama.
Ayat 81
“Kembalilah kamu kepada bapak kamu, dan katakanlah kepadanya: “Wahai bapak kami, sesungguhnya anakmu telah mencuri."
Dia telah ditawan oleh Yang Dipertuan Muda negeri Mesir itu, karena mencuri, kami tidak dapat berbuat apa-apa, telah kami usahakan memberikan diri salah seorang dari kami, tetapi Yang Dipertuan tidak mau menerima, karena katanya perbuatan demikian tidak adil, yang dihukum hanyalah yang salah."Dan tidaklah kami saksikan, melainkan apa yang ka' mi ketahui." Memang kami lihat sendiri piala itu beliau keluarkan dari dalam bungkusan Bunyamin.
“Dan tidaklah kami terhadap hal yang gaib dapat menjaga"
Oleh karena itu adalah suatu pencurian, tidaklah kami mengetahui bila Bunyamin mencuri, sebab itu tidaklah dapat kami mencegahnya berbuat demikian, setelah dia tertangkap tangan saja baru kami tahu.
Untuk meyakinkan dan meneguhkan kepercayaan bapak kita, hendaklah kamu suruh beliau bertanya sendiri kepada orang-orang yang mengetahui kejadian penangkapan itu.
Ayat 82
“Dan bertanyalah kepada kampung yang kami ada padanya."
Yaitu kampung tempat kami singgah dalam perjalanan yang jauh itu, sebab berita ini telah tersebar ke mana-mana."Dan kafilah yang kami jumpai di negeri itu" Yaitu kafilah yang sama-sama datang membeli gandum ke Mesir.
“Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar."
Mengatakan yang sebenarnya saja.
Pesan saudara mereka yang tertua ini, yang tidak mau pulang karena merasa amat malu kepada ayahnya karena tidak dapat mempertahankan janjinya, dari sebab kesalahan adiknya itu telah disampaikan oleh saudara-saudaranya kepada ayah mereka Nabi Ya'qub setelah mereka sampai di dusun mereka.
Setelah Nabi Ya'qub mendengar berita sedih yang dibawa anak-anaknya itu,
Ayat 83
“Dia berkata: “Bahkan, nafsu kamulah yang telah menggampangkan kamu mengerjakan suatu hal."
Oleh karena dahulu mereka juga, anak-anak itu juga dua puluh lima tahun yang telah lalu yang membawa Yusuf bermain-main, setelah berjanji akan menjaganya baik-baik, tetapi ke-mudian Yusuf mereka hilangkan, kata mereka dimakan serigala, maka kehilangan Bunyamin yang sekarang ini, meskipun agaknya lebih besar daripada yang dahulu, sampai anak-anak itu meminta ayahnya untuk menanyakan penduduk suatu kampung dan kafilah yang sama dengan mereka ke Mesir, untuk menyaksikan kebenaran perkataan mereka. Oleh karena telah kena pada yang pertama itu, maka pada yang kedua kali ini pandangan beliau tidak berubah, sehingga perkataan yang dikatakannya dua puluh lima tahun yang telah lalu itu juga yang beliau ulang,
“Nafsu kamulah yang menggampangkan kamu mengerjakan suatu hal."(ayat 83) Dan kesabaran hatinya yang dahulu juga yang diulangnya kembali. "Maka (bagiku hanya) kesabaran yang indah dan baik." Tidak ada lain jalan, selain dari sabar. Kemudian di-tumpahkannya perasaan halus hatinya bahwa anak-anak yang hilang itu semuanya, terutama Yusuf sendiri, masih hidup. Sebab itu dia berkata,
“Moga-moga Allah akan mendatangkan kepadaku mereka sekalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
Mereka sekalian, yaitu Yusuf yang telah hilang bertahun-tahun, sebab dia belum mati, dan Bunyamin yang kata mereka telah ditawan oleh Raja Muda dan Raubin atau yang lain yang kata mereka telah bertahan di Mesir, tidak mau pulang sebelum ayahnya mengizinkan, atau dihukum dia oleh Allah. Semua akan dipulangkan Allah kepadanya.
Dia yakin, anak-anak itu masih ada. Tetapi sedangkan 25 tahun yang lalu dia sudah tidak kuat meninggalkan kampung halaman buat mengembara mencari anaknya yang hilang apatah lagi sekarang, dia sudah bertambah tua juga, bertambah lemah badannya untuk keluar dari dusunnya. Anak-anak sendiri begitulah keadaan mereka. Apakah lagi yang lebih baik baginya daripada sabar?
“Shabrun Jamil" Sabar yang indah, yaitu sabar yang dapat menyelesaikan kekusutan hati dan menyerah diri kepada Allah dengan sepenuh-penuh kepercayaan, menghilangkan segala keluhan dan berperang dalam hati sanubari dengan segala kegelisahan. Sebab apabila kekacauan dan kesedihan hati diperturutkan, maka pengaruh hati yang iba akan besar kepada badan jasmani. Jadi teranglah bahwa Shabrun Jamil itu ialah kesabaran bahwa di balik pasang yang naik, kelaknya pasang akan turun. Sesudah panas yang amat terik, hujan pun akan datang juga. Kehidupan adakalanya mendaki, dan adakalanya menurun; kumpulan itulah yang bernama irama hidup. Dan kemenangan itulah hasil dari Shabrun Jamil. Itulah contoh yang diberikan Nabi Ya'qub, meskipun telah tiga cobaan besar datang bertimpa. Namun pendirian beliau tetap, “Shabrun Jamil", Sabar yang indah!
Dan dia tidak akan mengomel, menyesali, menyumpah dan mengutuk kepada anak-anak-nya yang dahulu di kala masih kecil-kecil telah bersalah demikian besar, dan sekarang setelah dewasa pun masih bersalah. Keadilannya akan tetap, cinta kasih kepada mereka akan tetap, dan penderitaannya akan dibenamnya dalam hatinya sendiri.
Anak nyamuk di dalam padi,
Cuka di dalam peberasan;
Sungguhpun beramuk dalam hati.
Di muka jangan kelihatan.
Memang Shabrun Jamil itu payah, tetapi indah! Dan dia pun semacam seni juga dari kehidupan.