Ayat
Terjemahan Per Kata
وَسۡـَٔلِ
dan tanyakanlah
ٱلۡقَرۡيَةَ
negeri
ٱلَّتِي
yang
كُنَّا
adalah kami/kami berada
فِيهَا
didalamnya/disana
وَٱلۡعِيرَ
dan kafilah
ٱلَّتِيٓ
yang
أَقۡبَلۡنَا
kami datang bersama
فِيهَاۖ
didalamnya/disana
وَإِنَّا
dan sesungguhnya
لَصَٰدِقُونَ
orang-orang yang benar
وَسۡـَٔلِ
dan tanyakanlah
ٱلۡقَرۡيَةَ
negeri
ٱلَّتِي
yang
كُنَّا
adalah kami/kami berada
فِيهَا
didalamnya/disana
وَٱلۡعِيرَ
dan kafilah
ٱلَّتِيٓ
yang
أَقۡبَلۡنَا
kami datang bersama
فِيهَاۖ
didalamnya/disana
وَإِنَّا
dan sesungguhnya
لَصَٰدِقُونَ
orang-orang yang benar
Terjemahan
Tanyalah (penduduk) negeri tempat kami berada dan kafilah yang datang bersama kami. Sesungguhnya kami betul-betul orang yang benar.’”
Tafsir
(Dan tanyalah penduduk negeri yang kami berada di situ) yakni negeri Mesir; artinya kirimkanlah utusan ke negeri Mesir kemudian tanyakanlah kepada penduduknya (dan kafilah) rombongan musafir (yang kami datang bersamanya) mereka adalah terdiri dari kaum Kan`an (dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.") di dalam perkataan kami ini. Kemudian mereka kembali kepada ayah mereka dan mengatakan seperti yang diajarkan oleh saudara mereka yang tertua.
Tafsir Surat Yusuf: 80-82
Maka tatkala mereka berputus asa dari (putusan) Yusuf, mereka menyendiri sambil berunding dengan bisik-bisik. Berkatalah yang tertua di antara mereka, "Tidakkah kalian ketahui bahwa sesungguhnya ayah kalian telah mengambil janji dari kalian dengan nama Allah dan sebelum itu kalian telah menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu, aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan aku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. Kembalilah kepada ayah kalian dan katakanlah, "Wahai ayah kami, sesungguhnya anakmu telah mencuri, dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui, dan sekali-kali kami tidak dapat mengetahui hal yang gaib. Dan tanyalah penduduk negeri yang kami berada di situ, dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.
Allah ﷻ menceritakan bahwa setelah saudara-saudara Yusuf putus asa dalam upaya mereka menyelamatkan saudara mereka Bunyamin, padahal sebelum itu mereka telah berjanji kepada ayah mereka bahwa mereka akan membawanya pulang kembali bersama-sama mereka, dan mereka bersumpah dengan nama Allah untuk itu. Usaha mereka ditolak, lalu “mereka menyendiri.” (Yusuf: 80) Maksudnya, mereka memisahkan diri dari orang-orang. “Sambil berunding dengan berbisik-bisik.” (Yusuf: 80) Yakni mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka. “Berkatalah yang tertua di antara mereka.” (Yusuf: 80) Dia adalah Rubel. Menurut pendapat lain, dia adalah Yahuza; dialah yang mengisyaratkan kepada mereka agar melemparkan Yusuf ke dalam sumur ketika mereka berniat hendak membunuhnya. Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kalian ketahui bahwa sesungguhnya ayah kalian telah mengambil janji dari kalian dengan nama Allah.” (Yusuf: 80) bahwa sesungguhnya kalian benar-benar akan membawa Bunyamin pulang kembali kepadanya.
Dan sekarang telah kalian alami sendiri bagaimana kalian telah berusaha, tetapi tetap tidak berhasil, padahal sebelumnya kalian telah menyia-nyiakan Yusuf dan memisahkannya dari dia. “Sebab itu, aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir.” (Yusuf: 80) Artinya, aku tidak akan meninggalkan negeri ini. “Sampai ayahku mengizinkan aku (untuk kembali).” (Yusuf: 80) Yakni untuk kembali kepadanya dalam keadaan rela kepadaku. “Atau Allah memberi keputusan terhadapku.” (Yusuf: 80) Menurut suatu pendapat adalah dijatuhi hukuman mati dengan pedang. Sedangkan menurut pendapat lain, Allah memberikan kemampuan kepadaku untuk mengambil saudaraku pulang. “Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.” (Yusuf: 80)
Kemudian saudara tertua mereka memerintahkan kepada mereka untuk menceritakan semua yang terjadi kepada ayah mereka, sehingga mereka mempunyai alasan di hadapannya, sekaligus untuk membela diri mereka dan membersihkan nama mereka dari apa yang terjadi melalui ucapan mereka. Firman Allah ﷻ: “Dan sekali-kali kami tidak dapat mengetahui hal yang gaib.” (Yusuf: 81) Qatadah dan Ikrimah mengatakan, maksudnya adalah 'kami tidak mengetahui bahwa anakmu mencuri'.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa 'kami tidak mengetahui di belakang kami bahwa dia (Bunyamin) mencuri sesuatu. Sesungguhnya kami hanya menanyakan apakah balasan bagi pencuri itu.' “Dan tanyalah penduduk negeri yang kami berada di situ.” (Yusuf: 82) Menurut Qatadah, yang dimaksud adalah negeri Mesir. Menurut pendapat lain adalah yang lainnya. “Dan kafilah yang kami datang bersamanya.” (Yusuf: 82) Maksudnya kafilah yang datang bersama kami, yakni tanyakanlah kepada mereka kebenaran dari kisah kami ini dan kepercayaan, penjagaan serta pemeliharaan kami terhadap saudara kami. “Dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.” (Yusuf: 82) Yaitu dalam kisah kami tentang saudara kami itu, bahwa dia telah mencuri dan mereka menangkapnya.
Dan bila engkau memerlukan saksi, tanyalah penduduk negeri tempat
kami berada ketika peristiwa itu terjadi, dan tanyalah pula kafilah yang
datang bersama kami; mereka pun melihat peristiwa itu. Dan apa pun
tanggapan Ayah terkait peristiwa ini, dapat kami pastikan bahwa kami
adalah orang yang benar. Anak-anak Nabi Yakub, selain Bunyamin dan saudara tertua mereka,
bertolak menuju Kanaan. Setiba di Kanaan mereka menceritakan kepada Nabi Yakub peristiwa yang mereka alami dan tuduhan yang ditujukan
kepada Bunyamin. Dia (Nabi Yakub) berkata, Sebenarnya dalam hati
kecilku hanya dirimu sendiri yang memandang baik atau memandang ringan urusan yang buruk itu; bahwa kalian tidak menepati janji untuk
menjaga Bunyamin. Maka kesabaranku adalah kesabaran yang baik. Aku
bermohon kepada Allah mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka
semuanya, baik Bunyamin, saudara tertuamu, maupun Yusuf kepadaku.
Sungguh, Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Yahuda juga menyarankan agar saudara-saudaranya mengatakan kepada ayah mereka untuk menanyakan hal ini kepada penduduk negeri tempat mereka berada di Mesir untuk membeli bahan makanan, karena soal pencurian itu sudah tersebar beritanya di kalangan mereka. Juga dapat ditanyakan kepada kafilah yang datang bersama-sama dengan mereka, dan sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang benar dan selalu melaporkan apa yang benar-benar terjadi.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SAUDARA-SAUDARA NABI YUSUF PULANG KEMBALI KEPADA AYAH MEREKA
Ayat 78
“Mereka berkala: “Wahai Yang Mulia! Sesungguhnya baginya ini ada ayah yang sudah tua sangat, maka ambillah kiranya salah seorang diantara kami akan ganti, sesungguhnya kami lihat engkau adalah dari orang-orang yang suka berbuat baik."
Rupanya setelah ada yang terlanjur di antara mereka bercakap demikian kasar mengatakan jika dia ini mencuri, maka saudaranya dahulu pun telah pernah mencuri pula, dan mendapat jawaban yang pedas dari Yusuf, disebut bahwa mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tempat yang paling buruk, karena tidak berusaha menolong saudara-saudaranya yang telah tertangkap, tetapi turut pula menghinakannya. Setelah mendengar sambutan Yusuf yang demikian, timbullah sesal di hati mereka, dan terasalah kepada mereka janji yang telah mereka perbuat dengan ayah mereka, bahwa kalau pulang Bunyamin mesti kembali bersama-sama, kecuali kalau mereka dikepung. Sebab teringat akan hal itu, mereka pun mengubah percakapan kasar seperti tadi, dan meminta dengan lemah-lembut agar Yang
Dipertuan Muda sudilah kiranya mengembalikan Bunyamin kepada mereka, dan mengambil salah seorang di antara mereka menjadi ganti, sebab bapaknya sudah sangat tua dan sangat kasih kepadanya. Maka demi belas kasihan kepada orang tua itu, sudi kiranya mengabul-kan permohonan mereka, dan mereka percaya bahwa Yang Mulia akan sudi mengabulkan permohonan mereka itu, menilik kepada kebaikan beliau menyelenggarakan mereka selama ini.
Tetapi Yusuf telah menolak permohonan mereka itu dengan jawaban yang halus pula, sehingga mereka tidak dapat melanjutkan permintaan lagi.
Ayat 79
“Dia jawab: “Kami berlindung kepada Allah dari menahan (barang), kecuali siapa yang kami dapati padanya barang kami"
Niscaya tidak adillah kami kalau si anu yang bersalah dan terbukti dia yang mencuri barang kami, lalu yang lain yang kami tahan.
“Sesungguhnya kalau begitu, niscaya kami orang-orang yang aniaya,"
Meskipun tuan-tuan telah memuji saya mengatakan bahwa saya orang yang sudi berbuat baik, maka menahan orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang terang bersalah, bukanlah itu suatu kebaikan, tetapi suatu penganiayaan. Mendengar jawab yang demikian, putuslah harapan mereka.
Ayat 80
“Maka tatkala mereka telah putus harapan darinya, mereka (pergi) mengasingkan diri berbisik-bisik."
Mereka pergi ke suatu tempat yang tidak jauh."Berkatalah yang tertua dari mereka." Mungkin Raubin atau Yahuda, sebab Ai-Qur'an tidak mementingkan menyebut nama mereka, hanya menerangkan kesimpulan kejadian, katanya,
“Tidakkah kamu ingat bahwasanya bapak kamu telah mengambil janji dari kamu atas nama Allah? Padahal sebelum ini telah kamu abaikan (janji) terhadap Yusuf. Maka aku tidaklah sekali-kali akan meninggalkan negeri ini, sampai diberi izin akan daku oleh bapakku, atau Allah menentukan hukum atas diniku dan Dia adalah yang sebaik-baik Penghukum."
Aku akan tetap di sini, karena ingat akan janji itu. Tidaklah aku sanggup melihat wajah bapak kita kembali karena Bunyamin tidak terbawa pulang. Baru aku akan pulang kalau beliau panggil aku puiang, dan kalau panggilan ayah tidak datang, aku serahkan nasib dan hukum atas diriku kepada Allah, niscaya keputusan Allah jualah yang lebih baik dan bijaksana. Kamu sajalah yang pulang bersama.
Ayat 81
“Kembalilah kamu kepada bapak kamu, dan katakanlah kepadanya: “Wahai bapak kami, sesungguhnya anakmu telah mencuri."
Dia telah ditawan oleh Yang Dipertuan Muda negeri Mesir itu, karena mencuri, kami tidak dapat berbuat apa-apa, telah kami usahakan memberikan diri salah seorang dari kami, tetapi Yang Dipertuan tidak mau menerima, karena katanya perbuatan demikian tidak adil, yang dihukum hanyalah yang salah."Dan tidaklah kami saksikan, melainkan apa yang ka' mi ketahui." Memang kami lihat sendiri piala itu beliau keluarkan dari dalam bungkusan Bunyamin.
“Dan tidaklah kami terhadap hal yang gaib dapat menjaga"
Oleh karena itu adalah suatu pencurian, tidaklah kami mengetahui bila Bunyamin mencuri, sebab itu tidaklah dapat kami mencegahnya berbuat demikian, setelah dia tertangkap tangan saja baru kami tahu.
Untuk meyakinkan dan meneguhkan kepercayaan bapak kita, hendaklah kamu suruh beliau bertanya sendiri kepada orang-orang yang mengetahui kejadian penangkapan itu.
Ayat 82
“Dan bertanyalah kepada kampung yang kami ada padanya."
Yaitu kampung tempat kami singgah dalam perjalanan yang jauh itu, sebab berita ini telah tersebar ke mana-mana."Dan kafilah yang kami jumpai di negeri itu" Yaitu kafilah yang sama-sama datang membeli gandum ke Mesir.
“Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar."
Mengatakan yang sebenarnya saja.
Pesan saudara mereka yang tertua ini, yang tidak mau pulang karena merasa amat malu kepada ayahnya karena tidak dapat mempertahankan janjinya, dari sebab kesalahan adiknya itu telah disampaikan oleh saudara-saudaranya kepada ayah mereka Nabi Ya'qub setelah mereka sampai di dusun mereka.
Setelah Nabi Ya'qub mendengar berita sedih yang dibawa anak-anaknya itu,
Ayat 83
“Dia berkata: “Bahkan, nafsu kamulah yang telah menggampangkan kamu mengerjakan suatu hal."
Oleh karena dahulu mereka juga, anak-anak itu juga dua puluh lima tahun yang telah lalu yang membawa Yusuf bermain-main, setelah berjanji akan menjaganya baik-baik, tetapi ke-mudian Yusuf mereka hilangkan, kata mereka dimakan serigala, maka kehilangan Bunyamin yang sekarang ini, meskipun agaknya lebih besar daripada yang dahulu, sampai anak-anak itu meminta ayahnya untuk menanyakan penduduk suatu kampung dan kafilah yang sama dengan mereka ke Mesir, untuk menyaksikan kebenaran perkataan mereka. Oleh karena telah kena pada yang pertama itu, maka pada yang kedua kali ini pandangan beliau tidak berubah, sehingga perkataan yang dikatakannya dua puluh lima tahun yang telah lalu itu juga yang beliau ulang,
“Nafsu kamulah yang menggampangkan kamu mengerjakan suatu hal."(ayat 83) Dan kesabaran hatinya yang dahulu juga yang diulangnya kembali. "Maka (bagiku hanya) kesabaran yang indah dan baik." Tidak ada lain jalan, selain dari sabar. Kemudian di-tumpahkannya perasaan halus hatinya bahwa anak-anak yang hilang itu semuanya, terutama Yusuf sendiri, masih hidup. Sebab itu dia berkata,
“Moga-moga Allah akan mendatangkan kepadaku mereka sekalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
Mereka sekalian, yaitu Yusuf yang telah hilang bertahun-tahun, sebab dia belum mati, dan Bunyamin yang kata mereka telah ditawan oleh Raja Muda dan Raubin atau yang lain yang kata mereka telah bertahan di Mesir, tidak mau pulang sebelum ayahnya mengizinkan, atau dihukum dia oleh Allah. Semua akan dipulangkan Allah kepadanya.
Dia yakin, anak-anak itu masih ada. Tetapi sedangkan 25 tahun yang lalu dia sudah tidak kuat meninggalkan kampung halaman buat mengembara mencari anaknya yang hilang apatah lagi sekarang, dia sudah bertambah tua juga, bertambah lemah badannya untuk keluar dari dusunnya. Anak-anak sendiri begitulah keadaan mereka. Apakah lagi yang lebih baik baginya daripada sabar?
“Shabrun Jamil" Sabar yang indah, yaitu sabar yang dapat menyelesaikan kekusutan hati dan menyerah diri kepada Allah dengan sepenuh-penuh kepercayaan, menghilangkan segala keluhan dan berperang dalam hati sanubari dengan segala kegelisahan. Sebab apabila kekacauan dan kesedihan hati diperturutkan, maka pengaruh hati yang iba akan besar kepada badan jasmani. Jadi teranglah bahwa Shabrun Jamil itu ialah kesabaran bahwa di balik pasang yang naik, kelaknya pasang akan turun. Sesudah panas yang amat terik, hujan pun akan datang juga. Kehidupan adakalanya mendaki, dan adakalanya menurun; kumpulan itulah yang bernama irama hidup. Dan kemenangan itulah hasil dari Shabrun Jamil. Itulah contoh yang diberikan Nabi Ya'qub, meskipun telah tiga cobaan besar datang bertimpa. Namun pendirian beliau tetap, “Shabrun Jamil", Sabar yang indah!
Dan dia tidak akan mengomel, menyesali, menyumpah dan mengutuk kepada anak-anak-nya yang dahulu di kala masih kecil-kecil telah bersalah demikian besar, dan sekarang setelah dewasa pun masih bersalah. Keadilannya akan tetap, cinta kasih kepada mereka akan tetap, dan penderitaannya akan dibenamnya dalam hatinya sendiri.
Anak nyamuk di dalam padi,
Cuka di dalam peberasan;
Sungguhpun beramuk dalam hati.
Di muka jangan kelihatan.
Memang Shabrun Jamil itu payah, tetapi indah! Dan dia pun semacam seni juga dari kehidupan.