Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُوٓاْ
mereka berkata
إِن
jika
يَسۡرِقۡ
dia mencuri
فَقَدۡ
maka sesungguhnya
سَرَقَ
telah mencuri
أَخٞ
saudara
لَّهُۥ
baginya
مِن
dari
قَبۡلُۚ
sebelum/dahulu
فَأَسَرَّهَا
maka menyembunyikannya
يُوسُفُ
Yusuf
فِي
dalam/pada
نَفۡسِهِۦ
dirinya
وَلَمۡ
dan tidak
يُبۡدِهَا
menampakkannya
لَهُمۡۚ
kepada mereka
قَالَ
ia berkata
أَنتُمۡ
kamu
شَرّٞ
lebih buruk
مَّكَانٗاۖ
kedudukan
وَٱللَّهُ
dan Allah
أَعۡلَمُ
lebih mengetahui
بِمَا
daripada apa
تَصِفُونَ
kamu sifatkan/terangkan
قَالُوٓاْ
mereka berkata
إِن
jika
يَسۡرِقۡ
dia mencuri
فَقَدۡ
maka sesungguhnya
سَرَقَ
telah mencuri
أَخٞ
saudara
لَّهُۥ
baginya
مِن
dari
قَبۡلُۚ
sebelum/dahulu
فَأَسَرَّهَا
maka menyembunyikannya
يُوسُفُ
Yusuf
فِي
dalam/pada
نَفۡسِهِۦ
dirinya
وَلَمۡ
dan tidak
يُبۡدِهَا
menampakkannya
لَهُمۡۚ
kepada mereka
قَالَ
ia berkata
أَنتُمۡ
kamu
شَرّٞ
lebih buruk
مَّكَانٗاۖ
kedudukan
وَٱللَّهُ
dan Allah
أَعۡلَمُ
lebih mengetahui
بِمَا
daripada apa
تَصِفُونَ
kamu sifatkan/terangkan
Terjemahan
Mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata, “Jika dia (Bunyamin) mencuri, sungguh sebelum ini saudaranya pun (Yusuf) pernah mencuri.” Maka Yusuf menyembunyikan (kekesalan) dalam hatinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), “Kamu lebih buruk kedudukan (yakni sifat-sifat kamu). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan.”
Tafsir
(Mereka berkata, "Jika ia mencuri maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.") yang dimaksud oleh mereka adalah Yusuf. Disebutkan bahwa Nabi Yusuf dahulu pernah mencuri sebuah berhala yang terbuat dari emas milik ayah ibunya kemudian berhala tersebut dihancurkannya; dimaksud supaya ia tidak menyembahnya. (Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya) tidak melahirkannya (kepada mereka) dhamir atau kata ganti yang ada pada kalimat ayat ini merujuk kepada pengertian yang tersirat di dalam perkataan Nabi Yusuf berikut ini, yaitu: (Dia berkata,) di dalam hatinya ("Kalian lebih buruk kedudukannya) daripada Yusuf dan saudara sekandungnya karena kalian telah mencuri saudara kalian, yaitu Nabi Yusuf sendiri dari tangan ayah kalian kemudian kalian telah berbuat aniaya terhadap dirinya (dan Allah Maha Mengetahui) mengetahui (apa yang kalian terangkan itu.") apa yang kalian sebutkan tentang perkara Yusuf itu.
Tafsir Surat Yusuf: 77
Mereka berkata, "Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu. Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelannya pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), "Kedudukan kalian (sifat-sifat kalian) lebih buruk dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian katakan itu." Ketika saudara-saudara Yusuf melihat piala raja dikeluarkan dari karung milik Bunyamin, berkatalah mereka: "Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu." (Yusuf: 77) Mereka membela dirinya di hadapan Aziz dan membersihkan diri mereka dari ketularan sifat mencuri.
Mereka menyebutkan pula bahwa perbuatan ini pernah dilakukan oleh saudara sekandungnya sebelum itu. Yang mereka maksudkan adalah Yusuf a.s. Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa dahulu Yusuf pernah mencuri sebuah berhala milik kakeknya dari pihak ibu, lalu berhala itu ia pecahkan. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid yang mengatakan, "Menurut berita yang sampai kepadaku, mula-mula musibah (cobaan) yang menimpa diri Yusuf ialah disebabkan bibinya, yaitu anak perempuan Nabi Ishaq. Bibinya itu adalah anak tertua Nabi Ishaq, dialah yang memiliki ikat pinggang Nabi Ishaq. Mereka mewarisinya secara turun-menurun bagi orang yang paling tua di antara mereka. Dan tersebutlah bahwa Yusuf dituduh menyimpan ikat pinggang itu dari bibi yang memeliharanya, sehingga dirinya menjadi milik bibinya yang memperlakukannya menurut apa yang dikehendakinya. Tersebutlah bahwa ketika Ya'qub mempunyai anak (yaitu Yusuf), Yusuf dipelihara oleh bibinya yang mencintainya dengan kecintaan yang sangat mendalam.
Selang beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf tumbuh bertambah besar, maka Ya'qub merasa rindu kepada Yusuf. Lalu ia datang untuk mengambil Yusuf dan berkata, 'Wahai saudara perempuanku, kembalikanlah Yusuf kepadaku. Demi Allah, aku tidak kuat lagi berpisah dengannya barang sesaat pun.' Bibi Yusuf menjawab, 'Demi Allah, aku tidak akan membiarkannya terlepas dariku.' Kemudian bibi Yusuf berkata, 'Biarkanlah Yusuf berada di rumahku beberapa hari lagi, aku akan mempertimbangkannya, barangkali saja pendapatku berubah' atau alasan lainnya.
Setelah Ya'qub keluar dari rumah bibi Yusuf, maka dengan sengaja bibi Yusuf mengambil ikat pinggang Nabi Ishaq, lalu ia ikatkan di pinggang Yusuf, di bawah bajunya. Setelah itu ia berpura-pura merasa kehilangan ikat pinggang Ishaq, lalu ia memerintahkan kepada semua orang untuk mencari siapa orang yang mengambilnya. Bibi Yusuf berpura-pura sibuk mencari-cari ikat pinggang itu, lalu ia berkata, 'Periksalah semua ahli bait.' Lalu mereka memeriksa semua ahli bait, dan ternyata mereka mendapatkan ikat pinggang itu ada pada Yusuf.
Maka bibi Yusuf berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya Yusuf sejak sekarang telah menjadi milikku, aku menguasainya sepenuhnya menurut apa yang aku kehendaki.' Ketika Ya'qub datang berkunjung kepada bibi Yusuf dan bibi Yusuf menceritakan peristiwa itu (yang direkayasa olehnya), maka Ya'qub berkata kepada saudara perempuannya, 'Jika dia memang mengambilnya, maka dia diserahkan kepadamu secara utuh, aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain itu.' Maka bibi Yusuf memegang Yusuf, dan Ya'qub tidak mempunyai kekuasaan apa pun untuk mengambil Yusuf dari tangan bibinya, hingga bibinya meninggal dunia. Setelah itu barulah Yusuf kembali kepada ayahnya. Mujahid mengatakan bahwa hal itulah yang dimaksud oleh saudara-saudara Yusuf dalam pembelaan diri mereka di saat saudara mereka dituduh mencuri. “Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.” (Yusuf: 77)
Adapun firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelannya pada dirinya.” (Yusuf: 77) Yakni ungkapan rasa kejengkelannya yang disebutkan dalam firman selanjutnya, yaitu: “Kedudukan kalian (sifat-sifat kalian) lebih buruk dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian katakan itu.” (Yusuf: 77) Artinya, Allah Maha Mengetahui hakikat dari apa yang kalian katakan itu. Yusuf mengatakan kalimat ini hanya dalam hatinya, tidak mengucapkannya kepada mereka. Hal ini termasuk ke dalam Bab "Idmar" (menyembunyikan sesuatu) sebelum mengungkapkannya. Hal seperti ini banyak didapat, antara lain dalam perkataan seorang penyair: ... Semoga Abul Gailan dibalas oleh anak-anaknya di masa tuanya dengan perlakuan yang baik sebagaimana Sinimmar mendapat balasan. Hal ini banyak dalil yang menguatkannya di dalam Al-Qur'an, hadits, dan lugat (bahasa), baik yang berupa syair, prosa, maupun kisah-kisah mereka.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelannya pada dirinya.” (Yusuf: 77) Maksudnya, Yusuf menyimpan kata-kata berikut di dalam hatinya, yaitu yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ: "Kedudukan kalian (sifat-sifat kalian) lebih buruk dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian katakan itu." (Yusuf: 77)"
Betapa terperanjat saudara-saudara Nabi Yusuf menerima kenyataan bahwa piala ditemukan dalam karung Bunyamin. Untuk menutupi
malu, mereka berkata, Jika dia, Bunyamin, benar-benar mencuri, maka
sungguh sifat buruk itu sama dengan sifat buruk saudara kandungnya,
Nabi Yusuf. Sebelum itu saudara kandung-nya pun pernah pula mencuri.
Maka saat mendengar ucapan itu, Nabi Yusuf merasa jengkel, tetapi ia
dapat menyembunyikan kejengkelan itu dalam hatinya dan tidak ditampakkannya kepada mereka. Dia hanya berkata dalam hati, Kedudukanmu
justru lebih buruk karena kamu telah berbohong kepada ayah kamu,
mencuri, dan menganiaya Yusuf dengan memasukkannya ke dalam
sumur. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan dan apa
yang kamu sembunyikan. Jawaban saudara-saudara Nabi Yusuf itu sedikit pun tidak membantu untuk membebaskan Bunyamin, padahal mereka sudah bersumpah
akan menjaga Bunyamin dalam perjalanan ini. Untuk itulah mereka
berkata dan memohon kepada Nabi Yusuf, Wahai Al-Aziz!'panggilan
kehormatan'Dia, Bunyamin, mempunyai ayah yang juga ayah kami.
Ayah kami itu sudah lanjut usia, dan kami sudah bersumpah kepadanya
untuk membawa pulang Bunyamin. Karena itu, ambillah salah seorang di
antara kami sebagai gantinya. Sesungguhnya kami melihat engkau termasuk
orang-orang yang berbuat baik.
Dalam ayat ini, saudara-saudara Yusuf mengatakan bahwa jika Bunyamin ternyata mencuri, itu karena saudaranya Yusuf juga telah mencuri. Tuduhan mereka bahwa Yusuf pernah mencuri menunjukkan bahwa sifat dengki masih tertanam dalam hati mereka. Hal itu sempat menimbulkan perasaan jengkel dalam diri Yusuf. Akan tetapi, dengan sabar Yusuf mampu menyembunyikan kejengkelan itu dan tidak menampakkan-nya kepada mereka.
Bahwa Yusuf dikatakan pernah mencuri pada waktu ia masih kecil, sebenarnya tidaklah benar. Peristiwa yang sebenarnya bukanlah kasus pencurian, melainkan kasus yang direkayasa agar Yusuf kecil tetap tinggal bersama bibinya, tidak dibawa pulang oleh ayahnya, yaitu Nabi Yakub a.s. Kasusnya adalah seperti yang diriwayatkan oleh Mujahid r.a. yang menerangkan bahwa Yusuf ketika kecil dipelihara oleh bibinya yang sangat sayang kepadanya. Bibinya menyimpan ikat pinggang Nabi Ishak a.s. yang secara turun-temurun diwariskan kepada anaknya yang tertua. Nabi Yakub sering datang kepada saudara perempuannya, untuk mengambil Yusuf. Karena bibinya amat sayang kepadanya, beliau mempertahankan Yusuf supaya tetap di bawah asuhannya. Akhirnya, bibinya tersebut membuat suatu taktik dengan mengikatkan ikat pinggang pusaka tadi ke pinggang Yusuf dan ditutup oleh bajunya sehingga tidak kelihatan. Lalu, bibinya mengumumkan bahwa ikat pinggang pusaka itu hilang dicuri orang. Kemudian, semua anggota keluarga diperiksa. Ternyata ikat pinggang kedapatan dipakai oleh Yusuf. Menurut syariat Nabi Yakub a.s. waktu itu, Yusuf harus diserahkan kepada bibinya sebagai hamba sahaya selama satu tahun. Peristiwa inilah, antara lain, yang dituduhkan oleh saudara-saudaranya bahwa ia pernah mencuri.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SIASAT NABI YUSUF UNTUK MENAHAN BUNYAMIN
Ayat 68
“Dan tatkala mereka telah masuk (ke negeri Mesir) menurut yang diperintahkan kepada mereka oleh bapak mereka."
Yaitu supaya masuk dari pintu yang terpisah-pisah, jangan berombongan-rombong-an."Tidaklah dia dapat melepaskan mereka dari (kehendak) Allah sesuatu pun." Artinya, kalau misalnya Allah menghendaki mereka mendapat malapetaka, tidak jugalah akan terhalang lantaran itu, “Kecuali karena keinginan pada diri Ya'qub yang Dia sampaikan, dan sesungguhnya dia" yaitu Ya'qub— “adalah mempunyai pengetahuan, karena yang Kami ajarkan kepadanya." Aliah menegaskan bahwasanya peringatan-peringatan yang diberikan Ya'qub kepada anaknya supaya berhati-hati dalam perjalanan dan jangan masuk dari satu pintu, adalah dari ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Satu di antara ilmu itu ialah bagaimana pengaruh penglihatan mata dari setengah orang, yang dapat meng-goncangkan jiwa orang yang dilihatnya, yang dinamai penyakit ‘ain. Ya'qub telah berusaha dan menyuruh anak-anaknya berhati-hati, meskipun orang tidak boleh lupa, bahwa kalau Allah hendak mendatangkan bahaya, walaupun telah masuk dari pintu yang telah terpisah pisah, namun bahaya itu akan datang juga.
“Tetapi amat banyaklah manusia yang tidak mengetahui."
Amat banyak manusia yang tidak mengetahui atau tidak insaf bahwa segala sesuatunya adalah ketentuan Allah, dan manusia hanya berikhtiar belaka. Di samping usaha manusia adalah lagi garis qadar yang gaib, yang kadang-kadang apa yang direncanakan manusia itu berbeda daripada yang ditujunya semula, karena takdir Allah menghendaki lain.
Ayat 69
“Dan tatkala mereka telah masuk kepada Yusuf, dipeluknyalah saudaranya. Dia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah saudaramu, maka janganlah engkau berkecit hati atas apa yang telah mereka perbuat."
Dengan secara ringkas demikian Al-Qur'an menerangkan betapa pertemuan adik dan kakak yang telah terpisah lebih dari 25 tahun. Tidaklah dapat lagi Yusuf menyimpan rahasia batinnya kepada adik kandungnya yang satu ibu dengan dia itu, Bunyamin. Kabarnya perkataan itu disampaikannya kepada Bunyamin dengan secara rahasia di tempat yang terpencil. Dan karena keduanya bukan lagi kanak-kanak, melainkan orang-orang yang telah dewasa, sama-sama pandailah mereka menyimpan rahasia itu sementara, supaya saudara-saudara yang lain jangan tahu hal itu lebih dahulu. Waktu itu diberinya pula nasihat dan pesan kepada adiknya, Bunyamin itu supaya dia jangan berkecil hati atas perbuatan saudara-saudaranya memisahkan mereka dengan perbuatan yang amat jahat dua puluh lima tahun yang telah lalu itu. Karena betapa pun jua, mereka adalah saudara-saudara kandung mereka. Apatah lagi rencana jahat yang telah mereka lakukan itu, oleh Allah telah diakibatkan dengan akibat yang baik, yang tidak disangka-sangka oleh manusia. Dia melarang adiknya berkecil hati, anggap saja hal itu sudah tidak ada, besarkan jiwa. Karena betapa jua pun, namun telah dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri, bahwa kakak kandungnya yang dimasukkan ke dalam sumur, yang dikatakan telah mati ditelan serigala masih hidup dan sekarang adalah Wakil Mutlak Raja Mesir. Waktu itu pulalah—kata ahli tafsir— Yusuf mengatakan kepada Bunyamin bahwa dia akan mengatur siasat agar Bunyamin tinggal dengan dia, tidak kembali lagi ke dusun, bahkan ayah dan bundanya dan saudara-saudaranya itulah kelak yang akan disuruh datang ke Mesir semua, supaya terlepas dari kemiskinan hidup di dusun.
Sebagaimana janji Yusuf, mereka semuanya telah disambut dengan baik seperti sambutan yang dahulu, sebab kehendak Yusuf membawa Bunyamin mereka penuhi. Niscaya berbesar hatilah mereka semuanya menerima sambutan itu, sampai mereka diizinkan pulang kembali setelah dikatakan bahwa harga gandum yang dikembalikan itu memang disengaja, sebagai hadiah bagi mereka. Dan setelah segala unta angkutan mereka dimuat lagi dengan gandum yang baru, mereka telah boleh pulang kembali ke kampung mereka.
Ayat 70
“Maka tatkala dia sediakan perbekalan mereka."
Artinya, segala unta-unta atau keledai-keledai itu telah selesai dimuati gandum."Di letak-kannya piala itu pada beban saudaranyaPiala, yang juga diambil menjadi sukatan penyukat gandum, dengan diam-diam diperintahkan oleh Yusuf supaya dimasukkan ke dalam beban kepunyaan saudaranya, Bunyamin. Dan setelah musta'id semuanya, mereka pun mulailah hendak berangkat meninggalkan Mesir menuju dusun mereka. Tetapi belum sampai kafilah itu keluar pintu kota, mereka dikejar oleh pegawai-pegawai Yusuf.
“Kemudian berserulah seorang penyeru: “Wahai kafilah, sungguh kamu ini pencuri-pencuri."
Niscaya terkejutlah mereka mendengar se-ruanyang amat aneh itu. Mereka dituduh mencuri.
Ayat 71
“Mereka bertanya sambil menghadap kepada mereka."
Kepada orang-orang yang diperintahkan mengejar itu. Dan tertegunlah perjalanan karenanya.
“Apa barang kamu yang hilang?"
Ayat 72
“Mereka jawab: “Kami kehilangan piala Regal Dan untuk barangsiapa yang mendapatkannya adalah."
Akan diberi hadiah yaitu “Satu pikulan unta." Dan akan diberi tambahan lagi sebagai hadiah cuma-cuma gandum yang akan mereka bawa pulang.
“Dan aku yang menjadi tanggungannya"
Demikianlah kata dari yang menyeru itu. Mendengar tuduhan yang sangat berbahaya itu,
Ayat 73
“Mereka jawab: “Demi Allah, sesungguhnya kamu pun tahu, tidaklah kami ini datang hendak berbuat kacau di negeri ini, dan tidaklah kami-kami ini pencuri."
Adakan mencuri yang akan kami kerjakan, padahal karena kekurangan gandum di negeri kami, kami datang disuruh ayah kami kemari membeli gandum dan harganya telah kami bayar dengan baik, dan Yang Dipertuan Muda pun sayang kepada kami, sampai harga gandum kali yang pertama dipulangkan kembali kepada kami. Tidaklah kami akan berlaku sejahat itu, mengacau dalam negeri ini, melakukan pekerjaan hina demikian, dan tidaklah kami ini pencuri-pencuri.
Ayat 74
“Mereka," pegawai-pegawai yang diperintahkan Yusuf mengejar itu — “berkata: “Maka apakah batasannya jika (ternyata) kamu beidusta?"
Dengan tidak berpikir panjang lagi, karena memang tidak merasa bahwa mereka mencuri."Mereka jawab:
Ayat 75
“Balasannya ialah barangsiapa yang didapati (benda itu) di kendaraannya, maka dia itulah batasannya."
Yaitu kalau barang itu bertemu dalam beban salah seorang di antara mereka yang sebelas itu, maka dia sendiri boleh ditawan dan dijadikan tangkapan atau budak oleh Yang Dipertuan Muda. Dan kata mereka selanjutnya,
“Demikianlah akan kami batasi orang yang Zalim."
Dia itu adalah zalim, merusak dan mengacau hubungan yang begitu baik dengan Orang Besar Mesir, berbuat hina mencuri barang kerajaan, sehingga saudara-saudaranya mendapat malu. Semua mufakat menjawab demikian, karena semuanya merasa tidak ada mereka yang mencuri.
Mereka pun dibawalah kembali menghadap Yang Dipertuan Muda atau Bendahara Yusuf, akan diperiksa dan dibuka barang mereka satu demi satu.
Ayat 76
“Maka dia mulai memeriksa di dalam bungkusan-bungkusan mereka sebelum bungkusan saudaranya."
Niscaya dengan hati berdebar masing-masing menunggu giliran dan berbesar hati karena sejak dari Raubin sampai Yahuda, Simeon dan lain-lain, sepuluh orang, tidak ada bertemu piala atau sukat raja dalam bungkusan mereka."Kemudian dia keluarkan dari bungkusan saudaranya ." Bungkusan Bunyamin. Alangkah gemas dan murka mereka semuanya kepada Bunyamin, yang terang terbukti memang piala raja terdapat di dalam bungkusannya."Demikianlah Kami aturkan tipu daya buat Yusuf' Artinya, tipu daya itu adalah dengan ilham Allah juga. ‘Tidaklah dapat dia mengambil saudaranya dalam peraturan Raja." Sebab dalam peraturan raja ketika itu, seorang yang terbukti mencuri akan segera dimasukkan ke dalam penjara, entah berapa bulan atau berapa tahun menurut besar kecilnya nilai barang yang dicuri. Tetapi dengan takdir Allah SWT, mulut dari saudara-saudara Yusuf telah terlanjur saja mengatakan bahwa barangsiapa yang terdapat dalam bungkusannya piala raja itu, jadikanlah dia budak atau tawanan Paduka Tuan. Artinya orang-orang yang bersangkutan sendiri yang menyediakan dirinya jadi budak tawanan. Maka setelah barang itu bertemu dalam bungkusan Bunyamin, kehendak dari mereka-mereka itulah yang dilakukan, bukan peraturan raja yang memestikan pencuri dimasukkan ke dalam penjara."Kecuali menurut yang dikehendaki Allah." Dan lantaran itu, Bunyamin dengan secara resmi menjadi tawanan Yusuf dan berdiam dengan dia, dan peraturan raja tidak terlanggar, dan pada batinnya Bunyamin sekarang teiah hidup dalam istana dengan derajat yang tinggi. Sebab itu maka lanjutan firman Allah, “Kami angkatkan derajat barangsiapa yang Kami kehendaki." Dicabutlah Bunyamin dari hidup sengsara dan dinaikkan ke dalam kemuliaan yang dikecap oleh abangnya.
"Dan di atas dari tiap-tiap orang yang mempunyai ilmu, ada (lagi) yang lebih mengetahui."
Mungkin ujung ayat ini menunjukkan bahwa di atas dari siasat Yusuf yang dia sendiri belum menyangka sama sekali bahwa abang-abangnya akan memberi jawaban seperti demikian, yaitu siapa yang terdapat mencuri boleh dijadikan budak tawanan. Rupanya demikian jawaban mereka, sehingga siasat yang belum sempurna dari ilmu pengetahuan Yusuf dilebihi oleh Allah Yang Maha Mengetahui dengan yang lebih baik lagi. Sehingga adiknya tidak masuk penjara karena tertuduh mencuri, yang akan sulit juga baginya mempergunakan pengaruhnya buat mengeluarkan. Malahan sekarang akan duduk bersama dia di dalam istananya yang indah.
Tetapi sangatlah kecewa, gemas dan murka abang-abangnya itu kepada Bunyamin. Mereka tidak menyangka sama sekali bahwa adiknya yang dipingit oleh ayahnya itu akan mencuri, padahal dia dibawa ke Mesir dengan mengikat sumpah terlebih dahulu dengan ayah mereka. Maka dengan tidak disadari timbullah dendam lama mereka, dendam yang ditanamkan karena perlainan ibu, yang sewaktu-waktu selalu timbul, walaupun orang-orangnya sudah dewasa. Gejala jiwa benci yang tertanam sejak kecil itu, dengan tidak disadari timbul kembali karena merasa sangat malu dari perbuatan yang mereka yakin benar-benar dibuat oleh Bunyamin. Maka terloncatlah dari mulut mereka kata-kata menghina.
Ayat 77
“Mereka berkata: Jika dia mencuri, maka sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini."
Satu tuduhanyangsangattidakbertanggung jawab dan sangat dusta. Yusuf tidak pernah mencuri. (Ada beberapa riwayat penafsiran ahli tafsir yang mencoba hendak membenarkan tuduhan mereka ini, kata penafsir itu: Di waktu kecil Yusuf memang pernah mencuri berhala kepunyaan saudara perempuan bapaknya. Tetapi riwayat ahli tafsir ini hanya dicari-cari saja untuk memenuhi tafsir, asal ganjil). Ini adalah kata-kata bohong dari saudara-saudara Yusuf, yang dahulu pun telah berani berbohong besar mencelup kemeja Yusuf dengan darah kambing, lalu dikatakannya darah Yusuf. Tetapi Yusuf tenang saja mendengar tuduhan yang hina itu, supaya siasat yang direncanakannya jangan sampai gagal."Tetapi disimpan saja oleh Yusuf (kata-kata itu) dalam dirinya, dan tidak dinyatakannya kepada mereka."Sebab dia sebagai rasul Allah dan sebagai Orang Besar, dari satu keraja-an besar telah mempunyai rencana sendiri, yang tidak mau digagalkan oleh soal-soal kecil yang demikian. Cuma dia sambut saja dengan.
“Dia berkata: “Kamu adalah sejahat-jahat kedudukan dan Allah adalah lebih mengetahui apa yang kamu terangkan itu."
Yaitu, mereka turut membenamkan saudara mereka setelah ternyata salah, dan tidak membela, adalah sejahat-jahat kedudukan! Satu laku yang hina. Apatah lagi menyebut pula saudaranya yang lain.