Ayat
Terjemahan Per Kata
فَبَدَأَ
maka (Yusuf) mulai
بِأَوۡعِيَتِهِمۡ
dengan karung-karung mereka
قَبۡلَ
sebelum
وِعَآءِ
karung/wadah
أَخِيهِ
saudaranya
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَخۡرَجَهَا
ia mengeluarkannya (piala/tempat minum)
مِن
dari
وِعَآءِ
karung/wadah
أَخِيهِۚ
saudaranya
كَذَٰلِكَ
demikianlah
كِدۡنَا
Kami mengatur
لِيُوسُفَۖ
untuk Yusuf
مَا
tidak
كَانَ
ada
لِيَأۡخُذَ
ia mengambil/menghukum
أَخَاهُ
saudaranya
فِي
didalam/menurut
دِينِ
peraturan/undang-undang
ٱلۡمَلِكِ
raja
إِلَّآ
kecuali
أَن
bahwa
يَشَآءَ
menghendaki
ٱللَّهُۚ
Allah
نَرۡفَعُ
Kami tinggikan
دَرَجَٰتٖ
derajat
مَّن
siapa/orang
نَّشَآءُۗ
Kami kehendaki
وَفَوۡقَ
dan diatas
كُلِّ
tiap-tiap
ذِي
memiliki
عِلۡمٍ
pengetahuan
عَلِيمٞ
Maha Mengetahui
فَبَدَأَ
maka (Yusuf) mulai
بِأَوۡعِيَتِهِمۡ
dengan karung-karung mereka
قَبۡلَ
sebelum
وِعَآءِ
karung/wadah
أَخِيهِ
saudaranya
ثُمَّ
kemudian
ٱسۡتَخۡرَجَهَا
ia mengeluarkannya (piala/tempat minum)
مِن
dari
وِعَآءِ
karung/wadah
أَخِيهِۚ
saudaranya
كَذَٰلِكَ
demikianlah
كِدۡنَا
Kami mengatur
لِيُوسُفَۖ
untuk Yusuf
مَا
tidak
كَانَ
ada
لِيَأۡخُذَ
ia mengambil/menghukum
أَخَاهُ
saudaranya
فِي
didalam/menurut
دِينِ
peraturan/undang-undang
ٱلۡمَلِكِ
raja
إِلَّآ
kecuali
أَن
bahwa
يَشَآءَ
menghendaki
ٱللَّهُۚ
Allah
نَرۡفَعُ
Kami tinggikan
دَرَجَٰتٖ
derajat
مَّن
siapa/orang
نَّشَآءُۗ
Kami kehendaki
وَفَوۡقَ
dan diatas
كُلِّ
tiap-tiap
ذِي
memiliki
عِلۡمٍ
pengetahuan
عَلِيمٞ
Maha Mengetahui
Terjemahan
Maka, mulailah dia (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri (Bunyamin), kemudian dia mengeluarkannya (cawan raja itu) dari karung saudaranya. Demikianlah Kami mengatur (rencana) untuk Yusuf. Dia tidak dapat menghukum saudaranya menurut hukum raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.
Tafsir
(Maka mulailah Yusuf dengan karung-karung mereka) yaitu memeriksanya (sebelum memeriksa karung saudaranya sendiri) supaya mereka tidak menaruh rasa curiga terhadapnya (kemudian dia mengeluarkan piala raja itu) yakni tempat minum raja. (dari karung saudaranya.) Selanjutnya Allah berfirman mengisahkan (Demikianlah) tipu muslihat itu (Kami atur untuk mencapai maksud Yusuf) artinya, Kami ajarkan kepadanya tentang siasat untuk mengambil saudara sekandungnya (Tiada patut) Yusuf (menghukum saudaranya) dengan menjadikannya sebagai budak karena terbukti telah mencuri (menurut undang-undang raja) sesuai dengan ketentuan raja Mesir, karena hukuman bagi pencuri menurut undang-undang raja Mesir ialah dipukuli dan dikenai denda sebanyak dua kali lipat harga barang yang dicurinya, bukannya dijadikan sebagai budak (kecuali Allah menghendaki-Nya) yakni menghendaki supaya Yusuf menghukum saudaranya sesuai dengan ketentuan syariat Nabi Yakub. Artinya Nabi Yusuf tidak dapat menghukumnya kecuali Allah menghendaki melalui wahyu-Nya supaya Nabi Yusuf menghukum saudaranya itu sesuai dengan syariat yang berlaku pada mereka (Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki) melalui ilmu seperti yang Kami lakukan terhadap Yusuf. Lafal ayat ini dapat dibaca secara idhafah, yaitu menjadi darajaati man nasyaau, dan dapat pula dibaca darajaatin man nasyaau (dan di atas tiap-tiap orang berpengetahuan itu) di antara semua makhluk (ada lagi yang Maha Mengetahui.) artinya yang lebih mengetahui daripadanya sehingga rentetannya selesai pada Allah ﷻ
Tafsir Surat Yusuf: 73-76
Saudara-saudara Yusuf menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah pencuri."
Mereka berkata, "Tetapi apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?
Mereka menjawab, "Balasannya adalah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya). Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim."
Maka mulailah Yusuf memeriksa karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.
Ayat 73
Ketika mereka menuduh saudara-saudara Yusuf mencuri, maka saudara-saudara Yusuf berkata kepada mereka:
“Demi Allah, sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah pencuri.” (Yusuf: 73)
Dengan kata lain, sesungguhnya kalian telah mengecek dan mengetahui kami sejak kalian mengenal kami. Karena mereka mengetahui dan menyaksikan dari sepak terjang saudara-saudara Yusuf perilaku yang baik.
“Sesungguhnya kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah orang-orang yang mencuri.” (Yusuf: 73) Maksudnya, watak dan tabiat kami bukanlah watak pencuri.
Ayat 74
Maka penyeru itu berkata kepada mereka: “Tetapi apa balasannya.” (Yusuf: 74)
Yakni balasan bagi pencuri jika memang ternyata ada di antara kalian yang mencuri.
“Jika kalian berdusta.” (Yusuf: 74)
Yaitu hukuman apakah yang pantas bagi si pencuri, jika kami mendapati ada di antara kalian yang telah mengambil piala itu?
Ayat 75
Mereka menjawab, "Balasannya adalah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya). Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim." (Yusuf: 75)
Demikianlah hukum yang berlaku di dalam syariat Nabi Ibrahim a.s., yaitu bahwa si pencuri diserahkan nasibnya kepada orang yang dicuri. Dan hal inilah yang diinginkan oleh Yusuf a.s. Untuk menyembunyikan tujuannya, Yusuf memulai pemeriksaan terhadap karung-karung mereka sebelum karung milik saudara kandungnya.
Ayat 76
“Kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya.” (Yusuf: 76)
Dan Yusuf menetapkan hukum atas mereka berdasarkan pengakuan dan ketetapan mereka sendiri, serta sekaligus mengharuskan bagi mereka menuruti ketentuan hukum yang diyakini oleh mereka (yaitu syariat Nabi Ibrahim a.s.). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
“Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf.” (Yusuf: 76) Cara ini merupakan siasat yang disukai dan diridai Allah, karena mengandung hikmah dan maslahat yang diperlukan.
Firman Allah ﷻ: “Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja.” (Yusuf: 76)
Artinya, hukuman yang dijatuhkan oleh Yusuf terhadap saudaranya bukanlah berdasarkan undang-undang raja yang berlaku. Demikianlah menurut Ad-Dahhak dan lain-lain. Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi Yusuf agar memberikan keputusan terhadap saudara-saudaranya dengan keputusan yang mereka ketahui dari syariat mereka sendiri. Hal ini dipuji oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya selanjutnya :
“Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki.” (Yusuf: 76)
Ayat ini serupa dengan firman Allah ﷻ dalam ayat lain: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (Yusuf: 76) Al-Hasan Al-Basri mengatakan, tiada seorang alim pun melainkan di atasnya ada orang yang lebih alim lagi, hingga hal ini berakhir sampai kepada Allah ﷻ.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Sufyan As-Sauri, dari Abdul A'Ia As-Sa'Iabi, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan, "Ketika kami sedang berada di hadapan Ibnu Abbas, maka Ibnu Abbas menceritakan suatu hadits yang menakjubkan. Kemudian ada seorang lelaki yang karena takjubnya lalu berkata, 'Segala puji bagi Allah, di atas tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang lebih alim (daripadanya).' Ibnu Abbas berkata, 'Seburuk-buruk ucapan adalah apa yang kamu katakan’." Maksudnya Allah Maha Mengetahui di atas semua orang yang berpengetahuan.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (Yusuf: 76) Maksudnya, orang ini lebih alim (berpengetahuan) daripada yang lainnya; dan ada lagi yang lebih berpengetahuan darinya, sedangkan Allah di atas semua orang yang berpengetahuan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (Yusuf: 76) hingga pengetahuan ini sampai kepada Allah, dan hanya dari Allah-lah pengetahuan itu, lalu dipelajari oleh para ulama; dan hanya kepada-Nyalah ilmu pengetahuan kembali.
Menurut qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan ‘wafauqa kulli ‘alimin 'alim,’ yang artinya 'dan di atas tiap-tiap orang yang alim ada lagi Yang Maha Alim'.
Para pembantu Nabi Yusuf menyepakati tawaran anak-anak Nabi Yakub. Maka mulailah dia, salah satu pembantu Nabi Yusuf, memeriksa
karung-karung mereka, yakni saudara-saudara tiri Nabi Yusuf, sebelum
memeriksa karung Bunyamin, saudara kandung-nya sendiri. Setelah
cukup lama menggeledah dengan teliti, kemudian dia (pembantu Nabi
Yusuf ) mengeluarkan piala itu dari karung Bunyamin, saudara kandungnya. Demikianlah cara Kami, yakni Allah, mengatur rencana untuk Yusuf
agar ia dapat tetap bersama saudara kandungnya, Bunyamin. Dia (Nabi
Yusuf ) tidak dapat menghukum saudara kandung-nya menurut undangundang raja Mesir, kecuali Allah menghendakinya, yakni hukuman yang
diusulkan oleh saudara-saudara tirinya sendiri. Kami angkat derajat
orang yang Kami kehendaki; dan ketahuilah bahwa di atas setiap orang
yang berpengetahuan pasti ada orang-orang yang lebih mengetahui, dan di
atas semua itu ada Allah Yang Maha Mengetahui. Betapa terperanjat saudara-saudara Nabi Yusuf menerima kenyataan bahwa piala ditemukan dalam karung Bunyamin. Untuk menutupi
malu, mereka berkata, Jika dia, Bunyamin, benar-benar mencuri, maka
sungguh sifat buruk itu sama dengan sifat buruk saudara kandungnya,
Nabi Yusuf. Sebelum itu saudara kandung-nya pun pernah pula mencuri.
Maka saat mendengar ucapan itu, Nabi Yusuf merasa jengkel, tetapi ia
dapat menyembunyikan kejengkelan itu dalam hatinya dan tidak ditampakkannya kepada mereka. Dia hanya berkata dalam hati, Kedudukanmu
justru lebih buruk karena kamu telah berbohong kepada ayah kamu,
mencuri, dan menganiaya Yusuf dengan memasukkannya ke dalam
sumur. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan dan apa
yang kamu sembunyikan.
Setelah kafilah kembali lagi ke Mesir dan menghadap Yusuf, ia mulai memeriksa karung-karung mereka semuanya dan yang terakhir diperiksa adalah karung Bunyamin. Sengaja beliau berbuat demikian untuk menutupi taktiknya. Kemudian Yusuf menemukan piala yang hilang itu dari karung Bunyamin. Dengan cara demikian Allah mengatur taktik Yusuf untuk mencapai maksudnya. Yusuf sama sekali tidak bermaksud menghu-kum saudaranya menurut undang-undang kerajaan kecuali jika Allah menghendakinya. Beliau sengaja membuat taktik ini untuk sekedar menguji akhlak saudara-saudaranya dan bukan untuk menyakiti Bunyamin, karena ia terlebih dahulu telah diberitahu tentang rencana tersebut. Allah meninggikan derajat orang-orang yang dikehendaki-Nya, baik berupa ilmu maupun keimanan dan memperlihatkan pula jalan kebenaran untuk mencapai maksudnya, seperti Allah telah mengangkat derajat Yusuf di atas saudara-saudaranya. Di atas setiap orang yang berpengetahuan ada lagi yang lebih mengetahui. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SIASAT NABI YUSUF UNTUK MENAHAN BUNYAMIN
Ayat 68
“Dan tatkala mereka telah masuk (ke negeri Mesir) menurut yang diperintahkan kepada mereka oleh bapak mereka."
Yaitu supaya masuk dari pintu yang terpisah-pisah, jangan berombongan-rombong-an."Tidaklah dia dapat melepaskan mereka dari (kehendak) Allah sesuatu pun." Artinya, kalau misalnya Allah menghendaki mereka mendapat malapetaka, tidak jugalah akan terhalang lantaran itu, “Kecuali karena keinginan pada diri Ya'qub yang Dia sampaikan, dan sesungguhnya dia" yaitu Ya'qub— “adalah mempunyai pengetahuan, karena yang Kami ajarkan kepadanya." Aliah menegaskan bahwasanya peringatan-peringatan yang diberikan Ya'qub kepada anaknya supaya berhati-hati dalam perjalanan dan jangan masuk dari satu pintu, adalah dari ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Satu di antara ilmu itu ialah bagaimana pengaruh penglihatan mata dari setengah orang, yang dapat meng-goncangkan jiwa orang yang dilihatnya, yang dinamai penyakit ‘ain. Ya'qub telah berusaha dan menyuruh anak-anaknya berhati-hati, meskipun orang tidak boleh lupa, bahwa kalau Allah hendak mendatangkan bahaya, walaupun telah masuk dari pintu yang telah terpisah pisah, namun bahaya itu akan datang juga.
“Tetapi amat banyaklah manusia yang tidak mengetahui."
Amat banyak manusia yang tidak mengetahui atau tidak insaf bahwa segala sesuatunya adalah ketentuan Allah, dan manusia hanya berikhtiar belaka. Di samping usaha manusia adalah lagi garis qadar yang gaib, yang kadang-kadang apa yang direncanakan manusia itu berbeda daripada yang ditujunya semula, karena takdir Allah menghendaki lain.
Ayat 69
“Dan tatkala mereka telah masuk kepada Yusuf, dipeluknyalah saudaranya. Dia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah saudaramu, maka janganlah engkau berkecit hati atas apa yang telah mereka perbuat."
Dengan secara ringkas demikian Al-Qur'an menerangkan betapa pertemuan adik dan kakak yang telah terpisah lebih dari 25 tahun. Tidaklah dapat lagi Yusuf menyimpan rahasia batinnya kepada adik kandungnya yang satu ibu dengan dia itu, Bunyamin. Kabarnya perkataan itu disampaikannya kepada Bunyamin dengan secara rahasia di tempat yang terpencil. Dan karena keduanya bukan lagi kanak-kanak, melainkan orang-orang yang telah dewasa, sama-sama pandailah mereka menyimpan rahasia itu sementara, supaya saudara-saudara yang lain jangan tahu hal itu lebih dahulu. Waktu itu diberinya pula nasihat dan pesan kepada adiknya, Bunyamin itu supaya dia jangan berkecil hati atas perbuatan saudara-saudaranya memisahkan mereka dengan perbuatan yang amat jahat dua puluh lima tahun yang telah lalu itu. Karena betapa pun jua, mereka adalah saudara-saudara kandung mereka. Apatah lagi rencana jahat yang telah mereka lakukan itu, oleh Allah telah diakibatkan dengan akibat yang baik, yang tidak disangka-sangka oleh manusia. Dia melarang adiknya berkecil hati, anggap saja hal itu sudah tidak ada, besarkan jiwa. Karena betapa jua pun, namun telah dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri, bahwa kakak kandungnya yang dimasukkan ke dalam sumur, yang dikatakan telah mati ditelan serigala masih hidup dan sekarang adalah Wakil Mutlak Raja Mesir. Waktu itu pulalah—kata ahli tafsir— Yusuf mengatakan kepada Bunyamin bahwa dia akan mengatur siasat agar Bunyamin tinggal dengan dia, tidak kembali lagi ke dusun, bahkan ayah dan bundanya dan saudara-saudaranya itulah kelak yang akan disuruh datang ke Mesir semua, supaya terlepas dari kemiskinan hidup di dusun.
Sebagaimana janji Yusuf, mereka semuanya telah disambut dengan baik seperti sambutan yang dahulu, sebab kehendak Yusuf membawa Bunyamin mereka penuhi. Niscaya berbesar hatilah mereka semuanya menerima sambutan itu, sampai mereka diizinkan pulang kembali setelah dikatakan bahwa harga gandum yang dikembalikan itu memang disengaja, sebagai hadiah bagi mereka. Dan setelah segala unta angkutan mereka dimuat lagi dengan gandum yang baru, mereka telah boleh pulang kembali ke kampung mereka.
Ayat 70
“Maka tatkala dia sediakan perbekalan mereka."
Artinya, segala unta-unta atau keledai-keledai itu telah selesai dimuati gandum."Di letak-kannya piala itu pada beban saudaranyaPiala, yang juga diambil menjadi sukatan penyukat gandum, dengan diam-diam diperintahkan oleh Yusuf supaya dimasukkan ke dalam beban kepunyaan saudaranya, Bunyamin. Dan setelah musta'id semuanya, mereka pun mulailah hendak berangkat meninggalkan Mesir menuju dusun mereka. Tetapi belum sampai kafilah itu keluar pintu kota, mereka dikejar oleh pegawai-pegawai Yusuf.
“Kemudian berserulah seorang penyeru: “Wahai kafilah, sungguh kamu ini pencuri-pencuri."
Niscaya terkejutlah mereka mendengar se-ruanyang amat aneh itu. Mereka dituduh mencuri.
Ayat 71
“Mereka bertanya sambil menghadap kepada mereka."
Kepada orang-orang yang diperintahkan mengejar itu. Dan tertegunlah perjalanan karenanya.
“Apa barang kamu yang hilang?"
Ayat 72
“Mereka jawab: “Kami kehilangan piala Regal Dan untuk barangsiapa yang mendapatkannya adalah."
Akan diberi hadiah yaitu “Satu pikulan unta." Dan akan diberi tambahan lagi sebagai hadiah cuma-cuma gandum yang akan mereka bawa pulang.
“Dan aku yang menjadi tanggungannya"
Demikianlah kata dari yang menyeru itu. Mendengar tuduhan yang sangat berbahaya itu,
Ayat 73
“Mereka jawab: “Demi Allah, sesungguhnya kamu pun tahu, tidaklah kami ini datang hendak berbuat kacau di negeri ini, dan tidaklah kami-kami ini pencuri."
Adakan mencuri yang akan kami kerjakan, padahal karena kekurangan gandum di negeri kami, kami datang disuruh ayah kami kemari membeli gandum dan harganya telah kami bayar dengan baik, dan Yang Dipertuan Muda pun sayang kepada kami, sampai harga gandum kali yang pertama dipulangkan kembali kepada kami. Tidaklah kami akan berlaku sejahat itu, mengacau dalam negeri ini, melakukan pekerjaan hina demikian, dan tidaklah kami ini pencuri-pencuri.
Ayat 74
“Mereka," pegawai-pegawai yang diperintahkan Yusuf mengejar itu — “berkata: “Maka apakah batasannya jika (ternyata) kamu beidusta?"
Dengan tidak berpikir panjang lagi, karena memang tidak merasa bahwa mereka mencuri."Mereka jawab:
Ayat 75
“Balasannya ialah barangsiapa yang didapati (benda itu) di kendaraannya, maka dia itulah batasannya."
Yaitu kalau barang itu bertemu dalam beban salah seorang di antara mereka yang sebelas itu, maka dia sendiri boleh ditawan dan dijadikan tangkapan atau budak oleh Yang Dipertuan Muda. Dan kata mereka selanjutnya,
“Demikianlah akan kami batasi orang yang Zalim."
Dia itu adalah zalim, merusak dan mengacau hubungan yang begitu baik dengan Orang Besar Mesir, berbuat hina mencuri barang kerajaan, sehingga saudara-saudaranya mendapat malu. Semua mufakat menjawab demikian, karena semuanya merasa tidak ada mereka yang mencuri.
Mereka pun dibawalah kembali menghadap Yang Dipertuan Muda atau Bendahara Yusuf, akan diperiksa dan dibuka barang mereka satu demi satu.
Ayat 76
“Maka dia mulai memeriksa di dalam bungkusan-bungkusan mereka sebelum bungkusan saudaranya."
Niscaya dengan hati berdebar masing-masing menunggu giliran dan berbesar hati karena sejak dari Raubin sampai Yahuda, Simeon dan lain-lain, sepuluh orang, tidak ada bertemu piala atau sukat raja dalam bungkusan mereka."Kemudian dia keluarkan dari bungkusan saudaranya ." Bungkusan Bunyamin. Alangkah gemas dan murka mereka semuanya kepada Bunyamin, yang terang terbukti memang piala raja terdapat di dalam bungkusannya."Demikianlah Kami aturkan tipu daya buat Yusuf' Artinya, tipu daya itu adalah dengan ilham Allah juga. ‘Tidaklah dapat dia mengambil saudaranya dalam peraturan Raja." Sebab dalam peraturan raja ketika itu, seorang yang terbukti mencuri akan segera dimasukkan ke dalam penjara, entah berapa bulan atau berapa tahun menurut besar kecilnya nilai barang yang dicuri. Tetapi dengan takdir Allah SWT, mulut dari saudara-saudara Yusuf telah terlanjur saja mengatakan bahwa barangsiapa yang terdapat dalam bungkusannya piala raja itu, jadikanlah dia budak atau tawanan Paduka Tuan. Artinya orang-orang yang bersangkutan sendiri yang menyediakan dirinya jadi budak tawanan. Maka setelah barang itu bertemu dalam bungkusan Bunyamin, kehendak dari mereka-mereka itulah yang dilakukan, bukan peraturan raja yang memestikan pencuri dimasukkan ke dalam penjara."Kecuali menurut yang dikehendaki Allah." Dan lantaran itu, Bunyamin dengan secara resmi menjadi tawanan Yusuf dan berdiam dengan dia, dan peraturan raja tidak terlanggar, dan pada batinnya Bunyamin sekarang teiah hidup dalam istana dengan derajat yang tinggi. Sebab itu maka lanjutan firman Allah, “Kami angkatkan derajat barangsiapa yang Kami kehendaki." Dicabutlah Bunyamin dari hidup sengsara dan dinaikkan ke dalam kemuliaan yang dikecap oleh abangnya.
"Dan di atas dari tiap-tiap orang yang mempunyai ilmu, ada (lagi) yang lebih mengetahui."
Mungkin ujung ayat ini menunjukkan bahwa di atas dari siasat Yusuf yang dia sendiri belum menyangka sama sekali bahwa abang-abangnya akan memberi jawaban seperti demikian, yaitu siapa yang terdapat mencuri boleh dijadikan budak tawanan. Rupanya demikian jawaban mereka, sehingga siasat yang belum sempurna dari ilmu pengetahuan Yusuf dilebihi oleh Allah Yang Maha Mengetahui dengan yang lebih baik lagi. Sehingga adiknya tidak masuk penjara karena tertuduh mencuri, yang akan sulit juga baginya mempergunakan pengaruhnya buat mengeluarkan. Malahan sekarang akan duduk bersama dia di dalam istananya yang indah.
Tetapi sangatlah kecewa, gemas dan murka abang-abangnya itu kepada Bunyamin. Mereka tidak menyangka sama sekali bahwa adiknya yang dipingit oleh ayahnya itu akan mencuri, padahal dia dibawa ke Mesir dengan mengikat sumpah terlebih dahulu dengan ayah mereka. Maka dengan tidak disadari timbullah dendam lama mereka, dendam yang ditanamkan karena perlainan ibu, yang sewaktu-waktu selalu timbul, walaupun orang-orangnya sudah dewasa. Gejala jiwa benci yang tertanam sejak kecil itu, dengan tidak disadari timbul kembali karena merasa sangat malu dari perbuatan yang mereka yakin benar-benar dibuat oleh Bunyamin. Maka terloncatlah dari mulut mereka kata-kata menghina.
Ayat 77
“Mereka berkata: Jika dia mencuri, maka sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini."
Satu tuduhanyangsangattidakbertanggung jawab dan sangat dusta. Yusuf tidak pernah mencuri. (Ada beberapa riwayat penafsiran ahli tafsir yang mencoba hendak membenarkan tuduhan mereka ini, kata penafsir itu: Di waktu kecil Yusuf memang pernah mencuri berhala kepunyaan saudara perempuan bapaknya. Tetapi riwayat ahli tafsir ini hanya dicari-cari saja untuk memenuhi tafsir, asal ganjil). Ini adalah kata-kata bohong dari saudara-saudara Yusuf, yang dahulu pun telah berani berbohong besar mencelup kemeja Yusuf dengan darah kambing, lalu dikatakannya darah Yusuf. Tetapi Yusuf tenang saja mendengar tuduhan yang hina itu, supaya siasat yang direncanakannya jangan sampai gagal."Tetapi disimpan saja oleh Yusuf (kata-kata itu) dalam dirinya, dan tidak dinyatakannya kepada mereka."Sebab dia sebagai rasul Allah dan sebagai Orang Besar, dari satu keraja-an besar telah mempunyai rencana sendiri, yang tidak mau digagalkan oleh soal-soal kecil yang demikian. Cuma dia sambut saja dengan.
“Dia berkata: “Kamu adalah sejahat-jahat kedudukan dan Allah adalah lebih mengetahui apa yang kamu terangkan itu."
Yaitu, mereka turut membenamkan saudara mereka setelah ternyata salah, dan tidak membela, adalah sejahat-jahat kedudukan! Satu laku yang hina. Apatah lagi menyebut pula saudaranya yang lain.