Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan (Yusuf) berkata
لِفِتۡيَٰنِهِ
kepada bujang-bujangnya
ٱجۡعَلُواْ
jadikan/masukkan
بِضَٰعَتَهُمۡ
barang-barang mereka
فِي
dalam
رِحَالِهِمۡ
karung-karung mereka
لَعَلَّهُمۡ
supaya mereka
يَعۡرِفُونَهَآ
mereka mengetahuinya
إِذَا
apabila
ٱنقَلَبُوٓاْ
mereka telah kembali
إِلَىٰٓ
kepada
أَهۡلِهِمۡ
keluarga mereka
لَعَلَّهُمۡ
supaya/mudah-mudahan mereka
يَرۡجِعُونَ
mereka kembali
وَقَالَ
dan (Yusuf) berkata
لِفِتۡيَٰنِهِ
kepada bujang-bujangnya
ٱجۡعَلُواْ
jadikan/masukkan
بِضَٰعَتَهُمۡ
barang-barang mereka
فِي
dalam
رِحَالِهِمۡ
karung-karung mereka
لَعَلَّهُمۡ
supaya mereka
يَعۡرِفُونَهَآ
mereka mengetahuinya
إِذَا
apabila
ٱنقَلَبُوٓاْ
mereka telah kembali
إِلَىٰٓ
kepada
أَهۡلِهِمۡ
keluarga mereka
لَعَلَّهُمۡ
supaya/mudah-mudahan mereka
يَرۡجِعُونَ
mereka kembali
Terjemahan
Dia (Yusuf) berkata kepada para pembantunya, “Masukkanlah (kembali) barang-barang mereka (yang mereka jadikan alat tukar) ke dalam karung-karung mereka. (Hal itu dilakukan) agar mereka mengetahuinya apabila telah kembali kepada keluarga mereka. Mudah-mudahan mereka kembali lagi.”
Tafsir
(Yusuf berkata kepada pembantu-pembantunya) menurut suatu qiraat lafal lifityaanihi dibaca lifatayaanihi yang artinya, kedua pembantunya ("Masukkanlah barang-barang mereka) yang mereka bawa sebagai pengganti harga makanan; barang-barang tersebut berupa uang dirham (ke dalam karung-karung mereka) ke dalam kantung-kantung tempat makanan mereka (supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya) kemudian mereka menumpahkan isi karung-karung mereka itu (mudah-mudahan mereka kembali lagi.") kepada kita karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak menghalalkan menahannya.
Tafsir Surat Yusuf: 58-62
Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir), lalu mereka masuk ke tempatnya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedangkan mereka tidak mengenalnya lagi. Dan tatkala Yusuf menyiapkan bahan makanan untuk mereka, ia berkata, "Bawalah kepadaku saudara kalian yang seayah dengan kalian (Bunyamin), tidakkah kalian melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan (takaran) dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu? Jika kalian tidak membawanya kepadaku, maka kalian tidak akan mendapat sukatan lagi dariku dan jangan kalian mendekatiku." Mereka berkata, "Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya (kemari), dan sungguh kami benar-benar akan melaksanakannya."
Yusuf berkata kepada pembantu-pembantunya, "Masukkanlah barang-barang (penukar) mereka ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka mengetahui apabila mereka telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi. As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan yang lain dari kalangan ahli tafsir menyebutkan bahwa penyebab yang mendatangkan saudara-saudara Yusuf ke negeri Mesir adalah bahwa ketika Yusuf menjabat sebagai perdana menteri di negeri Mesir, datanglah masa tujuh tahun yang subur, kemudian diiringi dengan tujuh tahun musim paceklik yang melanda seluruh negeri Mesir.
Paceklik itu konon sampai juga melanda kawasan yang berdekatan dengan negeri Mesir hingga sampai ke Kan'an, tempat tinggal Nabi Ya'qub a.s. dan anak-anaknya. Saat itu Yusuf a.s. melakukan penghematan dalam mempergunakan bahan makanan pokok mereka dan menghimpunnya dengan baik, sehingga bahan makanan pokok berhasil dikumpulkan dalam jumlah yang sangat besar. Dan karena keberhasilannya itu Yusuf a.s. berhasil memperoleh bermacam-macam hadiah. Orang-orang dari berbagai kawasan dan bagian negeri Mesir berdatangan kepadanya untuk mendapatkan bagian jatah makanan bagi diri mereka dan orang-orang yang berada di dalam tanggungan mereka. Disebutkan bahwa Yusuf a.s. tidak pernah memberi seseorang lebih banyak daripada jumlah yang mampu dimuat oleh seekor unta untuk satu tahunnya.
Dan tersebutlah bahwa Yusuf a.s. tidak pernah makan sampai kenyang; dia dan raja Mesir serta seluruh pasukannya bila makan hanya cukup dengan satu kali saja, yaitu di tengah siang hari, agar jumlah makanan pokok yang ada itu cukup buat semua orang selama tujuh tahun musim paceklik. Hal tersebut merupakan rahmat dari Allah buat penduduk negeri Mesir. Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa Yusuf a.s. menjual makanan pokok itu kepada mereka di tahun pertama paceklik dengan uang, di tahun keduanya dengan barang-barang, tahun ketiganya dengan anu, dan tahun keempatnya dengan yang lain, hingga mereka menukar diri mereka dan anak-anak mereka sendiri dengan bahan makanan itu setelah semua yang mereka miliki habis ditukarkan dengan makanan. Setelah itu Yusuf memerdekakan mereka semuanya dan mengembalikan kepada mereka semua harta benda mereka.
Hanya Allah-lah yang lebih mengetahui keshahihan riwayat ini. Riwayat ini bersumber dari kisah Israiliyat yang tidak dapat dipercaya, namun tidak dapat pula ditolak. Maksud yang dikehendaki dalam pengetengahan kisah ini adalah bahwa saudara-saudara Yusuf termasuk di antara para pendatang yang meminta jatah makanan karena diperintahkan oleh ayah mereka; sebab telah sampai kepada mereka suatu berita yang menyatakan bahwa Aziz negeri Mesir (yang saat itu dijabat oleh Yusuf a.s.) menjual makanan kepada semua orang.
Maka saudara-saudara Yusuf datang dengan membawa barang-barang yang akan mereka tukarkan dengan bahan makanan pokok. Mereka berangkat sepuluh orang, dan Nabi Ya'qub menahan anaknya yang bernama Bunyamin untuk tinggal bersamanya, dia adalah saudara sekandung Yusuf. Bunyamin adalah anak yang paling dicintainya sesudah Yusuf tiada. Ketika mereka masuk menemui Yusuf yang saat itu sedang duduk di atas singgasananya dengan pakaian kebesarannya, ia langsung mengenal mereka ketika melihat mereka, tetapi mereka tidak kenal lagi kepadanya karena mereka telah berpisah dengan Yusuf ketika usia Yusuf masih anak-anak; lalu mereka menjual Yusuf kepada kafilah yang lewat, dan mereka tidak mengetahui lagi ke mana Yusuf dibawa orang-orang yang membelinya.
Mereka juga tidak menduga sedikit pun bila Yusuf berhasil meraih kedudukan yang setinggi itu. Karena itu mereka tidak mengenalnya. Lain halnya dengan Yusuf, ia masih mengenal mereka dengan baik. As-Saddi dan lain-lain menceritakan bahwa Yusuf langsung berbicara dan berkata kepada mereka dengan nada keheranan, "Apakah yang mendorong kalian datang ke negeriku ini?" Mereka menjawab, "Wahai Aziz, sesungguhnya kami datang untuk membeli jatah makanan." Yusuf berkata, "Barangkali kalian adalah mata-mata." Mereka menjawab, "Kami berlindung kepada Allah dari (menjadi) mata-mata." Yusuf bertanya, "Kalau demikian, kalian berasal dari mana?" Mereka menjawab, "Kami dari negeri Kan'an, ayah kami adalah Nabi Ya'qub." Yusuf bertanya, "Apakah ayah kalian mempunyai anak selain kalian?" Mereka menjawab, "Ya, pada asalnya kami berjumlah dua belas orang, lalu yang terkecil di antara kami pergi dan hilang di padang sahara, padahal dia adalah anak yang paling dicintai oleh ayah kami. Sedangkan yang ada sekarang adalah saudara sekandungnya, karena itu ia ditahan oleh ayah kami sebagai pelampiasan kerinduannya kepada Yusuf."
Yusuf memerintahkan agar mereka diberi tempat peristirahatan dan dihormati. “Dan tatkala Yusuf menyiapkan bahan makanan untuk mereka.” (Yusuf: 59) Yakni setelah Yusuf memberikan kepada mereka sukatannya secara sempurna, lalu bahan makanan itu dinaikkan ke atas unta kendaraan mereka, maka Yusuf berkata, "Bawalah kemari saudara kalian yang kalian ceritakan itu, agar aku dapat mengecek kebenaran dari kisah kalian." "Tidakkah kalian melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?" (Yusuf: 59) Nabi Yusuf mengatakan demikian untuk menarik mereka agar kembali kepadanya, kemudian ia mempertakuti dan mengancam mereka: “Jika kalian tidak membawanya kepadaku, maka kalian tidak akan mendapat sukatan lagi dariku.” (Yusuf: 60), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, jika kalian tidak datang membawa saudara kalian itu bersama kalian di lain waktu, maka kalian tidak akan mendapat bagian makanan lagi dariku. Dan jangan kalian mendekatiku. Mereka berkata, "Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya (kemari) dan sungguh kami benar-benar akan melaksanakannya". (Yusuf: 60-61) Maksudnya, kami akan berusaha keras untuk mendatangkannya kepadamu dengan segala kemampuan kami, agar engkau mengetahui kebenaran dari apa yang telah kami katakan.
As-Saddi menyebutkan bahwa Yusuf mengambil jaminan dari mereka agar mereka berusaha keras untuk mendatangkan Bunyamin bersama mereka ke hadapannya. Tetapi pendapat ini masih perlu dipertanyakan kebenarannya, mengingat Nabi Yusuf a.s. menghormati mereka dan berbuat banyak kebaikan kepada mereka; hal ini untuk memikat hati mereka agar mau kembali kepadanya. “Yusuf berkata kepada pembantu-pembantunya.” (Yusuf: 62) Yakni kepada pelayan-pelayannya. “Masukkanlah barang-barang (penukar) mereka.” (Yusuf:62) yang mereka datangkan untuk ditukarkan dengan jatah makanan. “Ke dalam karung-karung mereka.” (Yusuf: 62) Yaitu ke dalam peti tempat barang-barang mereka tanpa sepengetahuan mereka. “Mudah-mudahan mereka kembali.” (Yusuf: 62) Yakni dengan membawanya (di lain waktu).
Menurut satu pendapat, Yusuf a.s. merasa khawatir bila mereka tidak mempunyai barang-barang lagi untuk mereka tukarkan dengan jatah makanan di lain waktu (maka ia mengembalikannya tanpa sepengetahuan mereka). Menurut pendapat lain, Yusuf merasa kurang enak bila ia mengambil penukaran itu dari ayahnya dan saudara-saudaranya sebagai pengganti dari makanan. Menurut pendapat yang lain lagi, Yusuf bermaksud mengembalikan mereka kepadanya bila mereka menjumpai barang-barang mereka ada di dalam karungnya; mereka pasti merasa berdosa dan tidak enak dengan hal tersebut, sebab Yusuf mengetahui benar watak mereka.
Usai menyampaikan pesan tersebut kepada saudara-saudaranya,
dia (Nabi Yusuf ) berkata kepada pelayan-pelayannya dengan maksud
menanam budi, Masukkanlah kembali barang-barang penukar yang tadi
telah mereka tukarkan dengan makanan, ke dalam karung-karungnya,
agar nanti mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya. Mudah-mudahan dengan melihat barang-barang itu di karungkarung tersebut, mereka merasa berkewajiban untuk kembali lagi. Setelah bahan makanan yang menjadi hak saudara-saudara Nabi
Yusuf masuk seluruhnya ke dalam karung-karung, mereka lantas bertolak menuju Palestina untuk menemui Nabi Yakub, ayah mereka.
Maka ketika mereka telah kembali kepada ayah mereka, mereka lalu berkata, Wahai ayah kami! Kami tidak akan mendapat jatah gandum lagi
dari penguasa Mesir jika kami tidak membawa serta saudara kami,
Bunyamin. Sebab itu, wahai Ayah, biarkanlah saudara kami itu pergi bersama kami ke Mesir agar kami mendapat jatah makanan dari penguasa
Mesir, dan kami berjanji benar-benar akan menjaganya dan tidak akan
mengulangi kesalahan yang pernah kami lakukan kepada Yusuf.
Kemudian Yusuf memerintahkan kepada petugas-petugasnya yang mengurus bahan makanan agar semua barang-barang yang dibawa mereka dimasukkan kembali ke dalam karung-karung bahan makanan tanpa setahu mereka. Barang-barang itu terdiri dari berbagai macam bahan hasil produksi padang pasir, seperti kulit bulu domba dan lain sebagainya. Dengan mengembalikan barang-barang itu, mereka akan menyadari sepenuhnya betapa baiknya hati penguasa Mesir itu, dan betapa tinggi jasanya terhadap mereka. Mereka telah diperlakukan sebagai tamu selama di Mesir kemudian diberi bahan makanan, sedangkan barang-barang dagangan mereka sendiri dikembalikan, seakan-akan bahan makanan yang sepuluh pikul itu diberikan kepada mereka dengan cuma-cuma sebagai hadiah yang bagi mereka sendiri sangat diperlukan dan tak ternilai harganya. Dengan kesadaran itu, diharapkan timbul tekad yang kuat dalam hati mereka untuk kembali ke Mesir membawa barang-barang dan membawa Bunyamin sekaligus sebagaimana diamanatkan oleh Yusuf.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SAUDARA-SAUDARA YUSUF TELAH DATANG
Keadaan telah berjalan dan masa telah beredar, tujuh tahun masa menanam dan memelihara gandum pada tangkainya, kecuali sekadar akan dimakan telah dilakukan dengan sebaik-baiknya di bawah pimpinan Nabi Yusuf sendiri sebagai Bendahara Kerajaan. Seperti disebutkan pada ayat 56 di atas tadi, kesanggupannya mengatur perbendaharaan negara yang tiada cacatnya telah menambah tinggi jabatan dan kekuasaannya, sehingga di bagian yang mana saja dalam pemerintahan Mesir, dia telah berkuasa. Dan tahun yang tujuh telah terlampau. Apa yang dikatakan Yusuf memang terjadi, hutan mulai rusak, hasil ladang mulai berkurang, dan hujan sudah kurang turun di hulu Nil, banjir bunga tanah pun telah berkurang, sebab itu segala tanam-tanaman pun sudah berkurang hasilnya. Rupanya hal ini bukan menimpa di Mesir saja, tetapi juga di negeri-negeri yang berdekatan. Tanah Mesopotamia, Suriah, dan bumi Kana'an, yang sekarang disebut Palestina atau Yerusalem. Di mana-mana terdapat kekurangan makanan dan dari tahun ke tahun bukan lagi kekurangan makanan, tetapi bahaya kelaparan. Hanya di Mesir orang yang tidak lapar, yang mempunyai persediaan makanan cukup dalam lumbung-lumbung negara, sebab gandum tidak ditanggalkan dari tangkainya. Disimpan dan dilumbungkan dengan siasat yang baik dari Nabi Yusuf sebagai Bendahara Negara. Bukan saja rakyat Mesir tidak kelaparan, tetapi juga dapat menjual, yaitu jualan teratur kepada negeri-negeri tetangga yang sangat kekurangan. Penduduk lain-lain daerah pun datang ke Mesir membeli gandum. Nabi Ya'qub dengan keluarganya yang telah kekurangan makanan mendengar pula bahwa negeri Mesir-lah satu-satunya negeri yang dapat menjual gandumnya. Sebab itu ketika zaman susah demikian, tidak ada lain jalan lagi. Nabi Ya'qub menyuruh putra-putranya pergi ke Mesir membeli gandum atau bertukar barter hasil di negerinya dengan gandum Mesir.
Ayat 58
“Dan datanglah saudara-saudara Yusuf, lalu masuklah mereka kepadanya."
Mereka datang membawa hasil negeri mereka yang diperlukan oleh Mesir buat bertukar dengan gandum, sebagai juga kafilah-kafilah lain yang telah datang ramai di Mesir. Setelah mereka datang,
“Maka kenallah Yusuf akan mereka, tetapi mereka tidak mengenal dia."
Masa perpisahan sudah lebih kurang 25 tahun dan rupa Yusuf sudah sangat berubah, dahulu anak kecil, sekarang orang besar yang dewasa, dan karena pakaian yang dipakainya, yaitu pakaian kerajaan, sedang saudara-saudaranya masih memakai pakaian dusun. Dan lagi mudah menanyakan kepada mereka siapa mereka dan anak siapa, tetapi tidakada di antara mereka yang akan berani menanyakan siapa orang besar, Datuk Bendahara yang berjabatan tinggi dan sangat berkuasa itu. Apatah lagi orang lebih mengenal beliau dalam pangkatnya yang tinggi, bukan dengan namanya. Nama orang besar, menurut zaman purbakala tidak boleh disebut-sebut dengan mudah. Cuma disebut Aziz saja, yang berarti “Yang Mulia".
Menurut as-Suddi dan beberapa penafsir lain, Nabi Yusuf telah menanyai mereka, berkata dengan sikap seakan-akan curiga, “Mengapa kalian masuk ke dalam negeriku?"
Mereka menjawab, “Yang Mulia! Maksud kedatangan kami ini ialah hendak membeli perbekalan."
“Barangkali kalian ini mata-mata semua," sambut Yusuf.
“Berlindung kami kepada Allah, tidaklah demikian maksud kedatangan kami!"
“Kalau demikian, dari mana kalian ini datang?"
“Kami datang dari negeri Kana'an, ayah kami adalah Ya'qub, Nabi Allah!" Dan Yusuf bertanya lagi, “Apakah dia mempunyai anak selain dari kalian?"
“Benar! Kami bersaudara dua belas orang, yang paling kecil di antara kami telah hilang di waktu dia masih kecil, binasa di tengah belantara, dan dia adalah anak yang paling dikasihi oleh ayah kami. Maka tinggallah saudaranya yang seibu, anak yang satu-satunya itulah yang tinggal terus dengan ayah kami, untuk mengobati hatinya yang gundah karena kehilangan saudara kami yang dicintainya itu."
Setelah mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang demikian, mulailah Yusuf mengubah sikapnya. Diperintahkannya supaya orang-orang itu disambut dengan hormat, sebagai tetamu dan dikatakan kepadanya bahwa segala kehendak mereka hendak membeli barang-barang itu segera dipenuhi, sampai mereka pulang ke kampung dengan selamat.
Setelah mereka hendak bersiap pulang, Nabi Yusuf memerintahkan pegawai-pegawainya menyediakan perbekalan mereka, atau tukaran barang-barang yang mereka kehendaki itu.
Ayat 59
“Dan tatkala disediakannya bagi mereka bekal mereka, dia berkata: “Bawa kepadaku saudara kamu yang sebapak dengan kamu itu."
Kamu telah menerangkan bahwa kamu bersaudara dua belas orang, yang satu hilang di waktu kecil, yang satu tinggal di kampung bersama ayah, aku ingin berkenalan dengan kalian semuanya, sebab itu kalau kembali lagi kemari bawalah saudara kalian itu.
“Tidakkah kamu lihat bahwasanya aku memenuhi sukaran dan aku adalah sebaik-baik orang yang menerima tamu?"
Ayat 60
“Maka jika kamu tidak datang (kembali) kepadaku dengan dia, niscaya tidak akan aku sukarkan untuk kamu dari sisiku dan jangan kamu mendekat kepadaku."
Kalau menurut kitab Perjanjian Lama (Kejadian, Fasal 42), Yusuf yang telah tahu bahwa mereka itu adalah saudara-saudaranya semua, dan mereka tidak tahu bahwa yang dipertuan itu adalah Yusuf, maka di-tuduhlah mereka oleh Yusuf sebagai mata-mata yang hendak mengintip-intip ke dalam negeri Mesir. Tentu saja mereka bersumpah-sumpah bahwa mereka bukan mata-mata, tetapi Yusuf meminta bukti, yaitu kalau memang mereka orang baik-baik, bukan mata-mata negeri lain, hendaklah dibawanya saudaranya yang seorang lagi itu, dan yang lain boleh pulang mengantarkan gandum, sedang seorang di antara mereka yang bernama Simeon dijadikan sandera, ditahan dalam penjara sampai mereka kembali semua ke Mesir membawa Bunyamin. Di sini kita lihat perbedaan wahyu Al-Qur'an dengan Perjanjian Lama yang Taurat aslinya telah hilang, lalu tinggal catatan manusia yang tidak terang sampai sekarang di mana naskah aslinya. Pada Al-Qur'an diterangkan bahwa dengan siasat yang halus sekali Yusuf telah menawan hati mereka. Mereka tidak tahu bahwa orang besar ini adalah saudara kandung mereka. Mereka semuanya anak dusun, yang telah dihormati demikian rupa oleh Yang Mulia. Sangatlah mereka merasa termakan budi. Sehingga Yusuf mengatakan kalau kalian kembali kemari tetapi saudara kalian itu tidak kalian bawa serta, artinya aku tidak akan memperjuali kalian lagi. Dan tidak pula boleh lagi mendekat kepadanya. Cukup berurusan dengan pegawai-pegawai saja, seperti pembeli-pembeli lain. Maka terhimpitlah lidah mereka untuk menjawab bahwa ayah mereka tidak sudi melepaskan adik mereka itu pergi. Malahan,
Ayat 61
“Mereka jawab: “Akan kami rayu meminta dia kepada bapaknya, dan sungguh akan kami kerjakan itu."
Di sini tampak mereka merasa termakan budi dengan Orang Besar Mesir itu. Dapatlah dikira-kirakan sendiri bahwa orang-orang dari desa itu tidak menyangka bahwa mereka akan disambut demikian rupa, sehingga mereka telah terlanjur berjanji akan membujuk ayah mereka sendiri, supaya jika mereka kembali lagi ke Mesir, Bunyamin dapat mereka bawa. Dan kekurangan gandum makanan mereka akan memaksa juga, tidak boleh tidak, mereka mesti kembali ke Mesir lagi.
Ayat 62
“Dan berkata dia kepada bujang-bujangnya: “Masukkanlah pembayaran mereka ke dalam angkutan mereka."
Baik uang atau barang lain yang jadi pembayaran beli gandum itu disuruh masukkan-nya ke dalam kantong mereka kembali.
“Supaya mereka kenal dia apabila mereka pulang kepada keluarga mereka, supaya mereka kembali."
Inilah pukulan budi yang kedua, sesudah mereka dihormati sebagai tetamu, sekarang harga gandum yang mereka telah beli dikembalikan. Dengan demikian, mereka terpaksa mesti kembali lagi kelak membawa Bunyamin. Sedang mereka masih tidak tahu bahwa mereka sudah disiasati secara halus oleh Yusuf.
Mereka bangga dihormati oleh Orang Besar Kerajaan.
Ayat 63
‘Tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka, berkatalah mereka: “Wahai ayah kami, dilarang sukaran buat kami."
Perkataan mereka ini niscaya sebagai ujung dari berita yang lebih panjang menyatakan kepada ayah mereka betapa orang besar kerajaan itu menyambut mereka dan manis budinya terhadap mereka, sampai mereka terpaksa menerangkan bahwa mereka bersaudara sebapak dua belas orang, yang satu hilang dimakan serigala di waktu kecil, yang satu lagi tinggal di rumah bersama bapak, hanya mereka saja yang pergi membeli makanan ke Mesir, karena negeri mereka ketiadaan gandum. Yang Dipertuan itu baik sekali dengan kami, dan ingin juga berkenalan dengan adik kami. Niscaya sebentar lagi akan habis pula persediaan gandum yang kami bawa ini dan kami akan kembali lagi ke sana membeli gandum. Tetapi Yang Dipertuan itu mengatakan kepada kami, kalau datang lagi hendaklah dibawa juga saudara kami Bunyamin. Dan kami akan disambut dengan baik. Tetapi kalau saudara kami tidak dibawa, mungkin kami tidak akan diperjuali lagi gandum yang kita perlukan, dan dia mengatakan bahwa kami tidak boleh lagi datang ke istana. Tidak boleh lagi mendekat kepada beliau, sebab hal itu menjadi tanda bahwa kami tidak jujur.
“Sebab itu kirimlah bersama kami saudara kami, agar kami dapat sukaran. Dan sesungguhnya kami akan menjaganya."
Perkataan-perkataan dari anak-anaknya itu agak diterimanya dari ayah yang telah tua itu. Sebab kira-kira 25 tahun yang telah lalu, kata-kata itu juga yang pernah mereka katakan ketika akan membawa Yusuf."Dan sesungguhnya kami akan menjaganya." (Lihat kembali ayat 11). Tetapi Yusuf hilang, kata mereka dimakan serigala. Sebab itu,
Ayat 64
“Dia berkata: “Adakah kepercayaanku kepada kamu, melainkan hanya sebagaimana kepercayaanku kepada kamu terhadap saudaranya yang dahulu."
Janji apa yang dapat aku pegang dari kamu?
“Tetapi Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah sekasih-kasih yang pengasih,"
Dan ujung kata Nabi Ya'qub ini terbayang bahwa sampai saat itu beliau masih belum percaya bahwa Yusuf telah mati, Yusuf hidup. Hilangnya hanyalah karena kebencian saudara-saudaranya jua, atau membalaskan dendam. Tetapi di mana Yusuf sekarang? Itulah dia yang tidak tahu. Yusuf masih hidup, dan Allah tetap menjaga dia dan mengasihi dia. Meskipun hal itu tidak ditegaskannya kepada anak-anaknya, namun kandungan rasa hati masih tetap keluar. Oleh sebab itu, ketika mereka menyebut akan kembali lagi ke Mesir, dan sekarang Bunyamin pula yang hendak dibawa, sangat ragulah hati beliau melepasnya, jangan-jangan akan hilang tak tentu entah ke mana sebagai Yusuf pula, meskipun anaknya sudah besar-besar.
Mendengar jawab ayah yang demikian, mereka terdiam, tidak dapat menjawab. Tertekan oleh kesalahan yang lama, karena mereka sendiri pun tidak tahu ke mana Yusuf dibawa orang.
Setelah bercakap demikian dengan ayah mereka, maka barang-barang yang dibawa dari Mesir, gandum itu, diturunkanlah dari punggung kendaraan angkutan mereka segera hendak dibuka.
Ayat 65
“Dan tatkala mereka buka barang-barang mereka, mereka dapati pembayaran mereka itu dikembalikan kepada mereka."
Niscaya mereka jadi tercengang dan teringat kembali akan kebaikan budi Yang Dipertuan Mesir itu kepada mereka, lalu “Mereka berkata: “Wahai bapak kami, apa yang kita kehendaki lagi, ini pembayaran kita telah dikembalikan kepada kita." Ini bukti perkataan kami tadi, wahai ayah, bahwa Orang Besar Mesir itu baik sekali kepada kami, sedang kita perlu kembali lagi ke sana membeli gandum yang baru. Sebab bagaimanapun, namun gandum yang kami bawa ini tentu akan habis juga. Niscaya secara jujur harus kita kembalikan uang atau barang-barang ini kepada beliau. Diterimanya kembali kita bersyukur, tetapi kalau tidak diterimanya harga kita ini kembali, kita lebih syukur, karena kita dapat lagi membeli gandum yang lain dengan memakai harga yang beliau kembalikan ini.
“Dan kami akan membawakan untuk keluanga kami, dan akan kami menjaga saudara kami, dan kami hendak minta tambahan sukaran bagi satu unta. Demikianlah sukaran yang mudah."
Semangat gembira mereka yang timbul demi melihat harga barang-barang itu dikem-balikan bersama dengan gandum yang mereka bawa, menyebabkan mereka dapat mengangkat mulut lagi kepada ayah mereka, “Apa yang kita kehendaki lagi?" Sudah begini bukti baik beliau kepada kita? Bukankah dengan harga yang dikembalikan itu kita dapat membeli lagi? Atau sebagai orang yang berbudi harta ini kita pulangkan? Dan dengan demikian, apakah lagi keberatan ayah melepas adik kami Bunyamin untuk kami bawa bersama ke Mesir, dan me-nyampaikan terima kasih kita kepada beliau? Dan kalau hubungan budi baik itu telah ada, apa salahnya kalau muatan unta dilebihkan dari biasa? Niscaya kami akan pulang dengan selamat, keluarga terbawakan makanan dan saudara kami Bunyamin terjaga selamat.
Dan kata-kata anak-anaknya di kali yang kedua ini, dengan sendirinya tergenggamlah pagar rapat ayah mereka mempertahankan Bunyamin.
Ayat 66
“Dia berkata: “Sekali-kali tidak hendak aku kirimkan dia bersama kamu, sampai kamu beri kepadaku suatu penjanjian atas nama Allah, bahwa kamu akan membawanya kepadaku kembali, kecuali kalau kamu dikepung."
Apa boleh buat, bolehlah dia kamu bawa, tetapi berjanji dahulu. Demi Allah, dia mesti pulang bersama kamu, dengan selamat tidak kurang suatu apa, kecuali kalau kamu diserang orang dan dia dirampas dari tangan kamu, lalu kamu pertahankan dengan nyawa kamu. Kalau kalian mau begitu, barulah ayah mau melepaskan pergi. Mereka sanggupi perjanjian itu!
“Maka tatkala mereka telah membelikan janji mereka kepadanya, dia pun berkata: “Allah, atas apa yang kita perkatakan ini adalah menjadi saksi."
Maka siaplah mereka hendak berangkat kembali menuju Mesir. Dipanggilnya anak-anaknya itu semua dan diberinya nasihat supaya hati-hati memasuki kota besar.
Ayat 67
“Dan dia berkata: “Wahai anak-anakku, janganlah kamu masuk dari pintu yang satu, tetapi masuklah dari pintu-pintu yang terpisah-pisah."
Karena kalian sebelas orang, hampir sama saja rupa dan bentuknya, hal ini dapat men-cengangkan orang dan menimbulkan banyak pertanyaan, dari mana kalian dan siapa kalian. Mana tahu orang pun dengki melihat kalian. Maka kalau masuk terpisah-pisah ke dalam kota besar itu, tidaklah menarik benar bagi perhatian orang."Dan tidaklah dapat aku melepaskan kamu dari (kehendak) Allah sesuatu pun." Apa pun yang akan terjadi dalam perjalanan kamu ini, berserah dirilah kamu sekalian kepada Allah, karena “Tidak ada hukum, melainkan kepunyaan Allah." Selamat atau celaka, sampai atau tidak sampai, Dialah yang menentukan.
“Kepada-Nyatah aku berserah diri, dan kepada-Nyalah berserah diri sekalian orang-orang yang bertawakal."
Dapatlah kita rasakan dalam hati, jika sampai Nabi Ya'qub yang telah tua itu berkata demikian melepaskan putra-putranya. Sebab sudah pergi semuanya dari hadapannya, tidak ada yang tinggal lagi. Dan Mesir adalah kota besar, bahaya terlalu banyak di sana. Dipesan-kannya benar-benar kepada anak-anaknya itu supaya bertawakal kepada Allah, moga-moga selamat tidak kurang suatu apa, baik perginya atau pulangnya.