Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Yusuf) berkata
لَا
tidak
يَأۡتِيكُمَا
sampai kepada kamu berdua
طَعَامٞ
makanan
تُرۡزَقَانِهِۦٓ
direzkikannya/diberikannya
إِلَّا
melainkan
نَبَّأۡتُكُمَا
aku beritakan kepada kamu berdua
بِتَأۡوِيلِهِۦ
dengan tabirnya
قَبۡلَ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتِيَكُمَاۚ
ia sampai kepadamu berdua
ذَٰلِكُمَا
yang demikian itu
مِمَّا
sebagian dari apa
عَلَّمَنِي
mengajarkan kepadaku
رَبِّيٓۚ
Tuhanku
إِنِّي
sesungguhnya aku
تَرَكۡتُ
aku telah meninggalkan
مِلَّةَ
agama
قَوۡمٖ
kaum/orang-orang
لَّا
tidak
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَهُم
dan/sedang mereka
بِٱلۡأٓخِرَةِ
dengan akherat
هُمۡ
mereka
كَٰفِرُونَ
orang-orang yang kafir
قَالَ
(Yusuf) berkata
لَا
tidak
يَأۡتِيكُمَا
sampai kepada kamu berdua
طَعَامٞ
makanan
تُرۡزَقَانِهِۦٓ
direzkikannya/diberikannya
إِلَّا
melainkan
نَبَّأۡتُكُمَا
aku beritakan kepada kamu berdua
بِتَأۡوِيلِهِۦ
dengan tabirnya
قَبۡلَ
sebelum
أَن
bahwa
يَأۡتِيَكُمَاۚ
ia sampai kepadamu berdua
ذَٰلِكُمَا
yang demikian itu
مِمَّا
sebagian dari apa
عَلَّمَنِي
mengajarkan kepadaku
رَبِّيٓۚ
Tuhanku
إِنِّي
sesungguhnya aku
تَرَكۡتُ
aku telah meninggalkan
مِلَّةَ
agama
قَوۡمٖ
kaum/orang-orang
لَّا
tidak
يُؤۡمِنُونَ
mereka beriman
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَهُم
dan/sedang mereka
بِٱلۡأٓخِرَةِ
dengan akherat
هُمۡ
mereka
كَٰفِرُونَ
orang-orang yang kafir
Terjemahan
(Yusuf) berkata, “Tidak ada makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua, kecuali aku telah menjelaskan takwilnya sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Tuhan kepadaku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama kaum yang tidak beriman kepada Allah, bahkan kepada akhirat pun mereka ingkar.
Tafsir
(Yusuf berkata) kepada kedua pemuda itu seraya menegaskan, bahwa dirinya pandai di dalam menakbirkan arti mimpi ("Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu) di dalam mimpi kamu berdua (melainkan aku telah dapat menerangkan takwilnya) apa yang akan terjadi di alam kenyataan (sebelum makanan itu sampai kepada kamu berdua) sebelum kenyataan mimpi itu menimpa kalian berdua. (Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Rabbku) di dalam ungkapan ini terkandung pengertian yang menganjurkan supaya mereka berdua beriman kepada Allah. Selanjutnya hal ini diperkuat oleh perkataannya lagi, yaitu: (Sesungguhnya aku telah meninggalkan tuntunan) agama (orang-orang yang tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka terhadap hari kiamat benar-benar) sungguh (ingkar").
Tafsir Surat Yusuf: 37-38
Yusuf berkata, "Sebelum sampai kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu aku telah dapat menerangkan takwil mimpi itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak percaya kepada hari akhirat.
Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku, yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun . Itu adalah karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya), tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukurinya."
Ayat 37
Yusuf a.s. menceritakan kepada keduanya bahwa apa pun yang dilihat keduanya dalam mimpinya, maka dia mengetahui ta'birnya dan dapat menceritakan kepada keduanya sebelum kenyataannya terjadi. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
“Sebelum sampai kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepada kamu berdua aku telah dapat menerangkan takwil mimpi itu.” (Yusuf: 37)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: “Sebelum sampai kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu.” (Yusuf: 37) Yakni pada hari kamu berdua.
“Aku telah dapat menerangkan ta'bir mimpi itu sebelum makanan itu sampai kepadamu.” (Yusuf: 37)
Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi.
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid (salah seorang gurunya), telah menceritakan kepada kami Rasyidin, dari Al-Hasan ibnu Sauban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Aku tidak mengetahui secara pasti, barangkali Yusuf a.s. saat itu sedang menebak. Dan memang demikianlah keadaannya karena aku tidak menemukan di dalam Kitabullah suatu keterangan pun yang menjelaskannya di saat Yusuf berkata kepada keduanya: ‘Sebelum sampai kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu.’ (Yusuf: 37) Bahwa apabila makanan itu datang, aku dapat menebaknya apakah makanan itu manis atau pahit." Selanjutnya Ibnu Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya Yusuf diberi tahu sehingga ia mengetahui. Atsar ini berpredikat garib (asing).
Ayat 38
Kemudian Yusuf mengatakan, "Sesungguhnya pengetahuan itu berkat apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadaku, karena aku menjauhi agama orang-orang yang kafir kepada Allah dan hari kemudian. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengharapkan pahala dan tidak takut akan siksa di hari kemudian. Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku, yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub.” (Yusuf: 38), hingga akhir ayat.
Yusuf a.s. berkata, "Aku menjauhi jalan kekafiran dan kemusyrikan, dan aku mengikuti jalan para rasul. Demikianlah keadaan orang yang menempuh jalan hidayah dan mengikuti jalan para rasul serta berpaling dari jalan orang-orang yang sesat. Maka sesungguhnya Allah akan memberikan petunjuk ke hatinya dan mengajarkan kepadanya hal yang belum ia ketahui, serta akan menjadikannya sebagai pemimpin yang diikuti kebaikannya dan akan menjadi penyeru kepada jalan petunjuk."
“Tidak patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun. Itu adalah karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya).” (Yusuf: 38)
Inilah pernyataan tauhid, yaitu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
“Itu adalah karunia Allah kepada kami.” (Yusuf: 38)
Yang diwahyukan kepada kami, dan kami diperintahkan untuk mengerjakannya.
“Dan kepada manusia (semuanya).” (Yusuf: 38)
Karena Allah telah menjadikan kami (para nabi) sebagai penyeru mereka dan mengajak mereka kepada hal tersebut.
“Tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukurinya.” (Yusuf: 38)
Yakni mereka tidak mengetahui akan nikmat Allah kepada mereka yang telah mengutus para rasul kepada mereka, bahkan “mereka menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan.” (Ibrahim: 28)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Ata, dari Ibnu Abbas, bahwa kakek bisa juga disebut dengan sebutan ayah/bapak. Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Demi Allah, siapakah yang berani bersumpah denganku di dekat Al-Hijir, bahwa Allah tidak pernah menyebutkan kata kakek dan nenek?" Allah telah berfirman menceritakan tentang Yusuf a.s.: “Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku, yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub.” (Yusuf: 38)
dia'Nabi Yusuf'berkata kepada dua pemuda itu, Dengan izin
Allah, jenis makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua dariNya kecuali aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum makanan
itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari ilmu pengetahuan yang diajarkan
Tuhan kepadaku melalui wahyu, termasuk ilmu takwil mimpi, bukan
melalui peramal atau ahli nujum. Karunia ini aku dapatkan karena sesungguhnya aku beriman kepada Allah, ikhlas beribadah kepada-Nya,
dan telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah
sebagaimana agama yang dianut oleh raja Mesir dan rakyatnya, bahkan
mereka tidak percaya kepada hari akhirat dan hari pembalasan. Dan aku mengikuti agama nenek moyangku, yaitu Nabi Ibrahim, Nabi
Ishak, dan Nabi Yakub. Aku hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa
dan memurnikan agama untuk-Nya. Tidak pantas bagi kami para nabi
mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Memurnikan agama Tauhid lagi lurus itu adalah bagian dari karunia yang diberikan Allah kepada
kami dan kepada seluruh umat manusia; tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur terhadap karunia dan nikmat dari-Nya.
Dalam ayat ini diterangkan, sebelum Yusuf memberikan takwil mimpi kedua pemuda itu, lebih dahulu dia berdakwah tentang kebesaran dan kekuasaan Allah, tentang nikmat Allah yang telah diperolehnya, dan sikap yang tidak mau tunduk kepada agama yang tidak benar. Yusuf berkata kepada kedua pemuda itu, "Sebelum kamu berdua menerima makanan yang dikirimkan untukmu, aku sudah tahu apa makanan itu dan akan aku jelaskan kepadamu sekarang ini."
Menurut riwayat, bahwa orang-orang kerajaan ada yang mengirimkan kepada orang-orang yang bersalah dalam penjara yaitu makanan yang dicampur dengan racun dengan maksud untuk membunuh mereka. Yusuf sudah tahu maksud orang-orang kerajaan itu dan telah dijelaskan kepada kedua orang pemuda itu. Yusuf menjelaskan bahwa ilmu yang seperti itu adalah wahyu dari Tuhannya kepadanya. "Dengan ilmu itulah saya dapat mentakwilkan mimpi, bukan seperti tukang tenung dan ahli nujum yang mempergunakan pertolongan setan, menerka-nerka dan menjampi-jampi yang belum tentu benar terkaannya itu," kata Yusuf. Selanjutnya Yusuf menjelaskan bahwa dia tidak mau terpengaruh oleh ajaran agama yang salah. Dia tinggalkan kepercayaan orang-orang yang tidak benar itu, orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan mengingkari kehidupan akhirat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
YUSUF DALAM PENJARA
Sebagai korban dari pertimbangan-pertimbangan politik istana, dimasukkanlah dan meringkuklah Yusuf dalam penjara. Entah berapa lama dia akan terpendam di sana, tidaklah diketahuinya karena yang menentukan ialah orang-orang yang berkuasa belaka. Dan di atas dari semuanya itu ialah ketentuan dari Allah.
MenurutriwayatyangdibawakanolehIbnu Katsir di dalam tafsirnya, yang diterimanya dari as-Suddi bahwasanya setelah beliau jadi penghuni penjara, lekaslah masyhur namanya karena sukanya menolong orang lain dan memegang amanah dengan setia, jujur berkata-kata, lagi baik tingkah laku dan banyak sekali melakukan ibadah. Dalam pada itu, dia pun sanggup menafsirkan mimpi dan sudi berbuat baik kepada penghuni-penghuni penjara ini. Kalau ada yang sakit, dilawat, kalau ada yang minta tolong, akan ditolongnya. Dalam keadaan yang demikian itu, tidak berapa lama kemudian,
Ayat 36
“Dan masuklah beserta dia ke dalam penjara itu dua orang pemuda."
Menurut keterangan Qatadah, yang seorang Saqi al-Malik, tukang hidangkan minuman buat Raja. Menurut as-Suddi, mereka keduanya dituduh menyediakan makanan dan minuman beracun untuk Raja. Maka setelah mereka masuk ke dalam penjara, lalu segera berkenalan dengan Yusuf. Demikian rapat hubungan sehingga keduanya sangatlah cinta kepada Yusuf, sampai mereka mengakui terus terang, “Bahwa kami sudah sangat cinta kepada engkau, hai Yusuf yang baik budi." Lalu Yusuf menjawab, “Moga-moga kiranya Allah memberi berkat bagi kamu berdua. Karena sudah selalu terjadi, nasib malangku, siapa saja yang mencintaiku cintanya itu selalu membawa celaka bagi diriku. Saudara perempuan ayahku tempo dulu sangat mencintai aku; mulailah saudara-saudaraku tidak senang kepadaku. Lalu aku dicintai pula oleh ayahku, maka memuncaklah dengki saudara-saudaraku sehingga aku dimasukkan mereka ke dalam sumur. Kemudian cinta pula kepadaku istri Paduka Yang Mulia maka beginilah jadinya nasibku!"
Meskipun Yusuf sudah berkata seperti itu, namun mereka masih menjawab, “Meskipun demikian katamu, demi Allah, tidaklah kami sanggup membebaskan diri dari mencintai engkau."
“Maka berkatalah seorang di antara mereka, ‘Sesungguhnya, aku bermimpi memeras anggur!" Menurut keterangan Ikrimah, dia berkata kepada Yusuf, “Aku bermimpi me-nanamkan sebuah biji anggur, maka dia pun tumbuh dengan suburnya sampai berbuah, lalu buah yang lebat itu aku petik, aku peras, lalu aku hidangkan kepada Raja." “Dan berkata yang seorang lagi, ‘Aku bermimpi menjunjung roti di atas kepalaku, makan burung darinya!" Kedua macam mimpi itu didengar baik-baik oleh Yusuf dan mereka meminta, “Terangkanlah kepada kami takwilnya" Apakah artinya kedua mimpi kami yang amat ganjil itu,
“Sesungguhnya, kami lihat engkau ini adalah seorang dari antana orang-orang yang suka berbuat baik."
Ini adalah kali yang kedua Yusuf mendapat pujian karena baik budinya, baik tingkah lakunya dan baik teratur segala pekerjaannya. Pujian pertama adalah pada ayat 22. Dengan ayat ini dibuktikanlah tafsir yang dikemukakan oleh as-Suddi sebagaimana yang disalin oleh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya yang telah kita tuliskan di atas tadi. Meskipun dia dalam penjara, segala kesempatan akan berbuat baik kepada sesama manusia yang menderita dalam penjara itu masih dilakukan oleh Yusuf.
Ayat 37
“Dia menjawab, Tidaklah akan datang kepada kamu keduanya makanan yang diberikan kepada kamu melainkan aku tenangkan kepada kamu kedua takwilnya sebelum datang makanan itu.'"
Artinya, janganlah kamu berdua menyangka bahwa sulit benar menunjukkan arti dari mimpi kamu berdua itu, yang seorang menyediakan minuman dan yang seorang menyediakan makanan untuk Raja. Jangankan makanan yang kami lihat dalam mimpi yang aku sanggup menafsirkannya, bahkan makanan yang akan diberikan kepada kamu berdua oleh pengawal penjara, aku pun tahu isinya, entah sayur, entah roti, entah daging. Sebelum diangkat ke mari, aku tahu semuanya. Lalu beliau terangkan lagi apa sebab beliau tahu, baik isi dulang makanan maupun isi mimpi, “Itulah yang telah diajarkan Allahku kepadaku."
AJARAN TAUHID
Kepandaianku menafsirkan mimpi atau menebak apa isi dulang pembawa makanan, bukanlah sihir, bukanlah tenung, bukan mantra-mantra sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang penyembah ruh atau jin atau yang lain. Tetapi semata-mata ilham atau wahyu dari Allah, Allah Yang Maha Esa. Langsung diterima dari-Nya,
“Sesungguhnya, aku telah meninggalkan agama kaum yang tiada percaya kepada Allah, dan Mereka terhadap akhirat adalah kafir."
Beliau jelaskan kepada kedua teman senasib seperuntungan itu bahwa kepandaiannya ini bukanlah sihir dan bukanlah dari paham musyrik, melainkan anugerah Ilahi secara langsung, yang Allah berikan kepada tiap hamba-Nya yang benar-benar percaya kepada-Nya atau dianugerahi-Nya sebagai nabi ataupun rasul. Ilmu ini tidak ada sangkut-pautnya dengan kemusyrikan, memuja kepada yang selain Allah. Karena dalam agama.
menyembah berhala atau musyrik ada juga percobaan demikian, namun dia tidaklah di-jamin kebenarannya.
Ayat 38
“Dan aku adalah pengikut agama bapak-bapakku Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub."
Untuk mengetahui agama pegangan Nabi Yusuf ini, ingatlah perjanjian Nabi Ibrahim dengan Allah, sebagaimana tersebut dalam surah al-Baqarah dari ayat 130 sampai ayat 132. Tersebut dalam ayat-ayat itu bahwa Nabi Ibrahim telah dipilih Allah menjadi orang utama dalam dunia ini dan di akhirat dia pun termasuk orang yang saleh, yaitu ketika Allah memerintahkan kepadanya supaya dia menyerahkan diri (aslim), maka Ibrahim telah menyanggupi penyerahan diri itu. Dan tatkala dia akan meninggal dunia, agama penyerahan diri kepada Allah itu, yaitu Islam, telah diwasiatkannya kepada anak-anak isma'il dan Ishaq serta kepada cucunya Ya'qub. Wasiat Ibrahim itu berbunyi,
“Wahai, anak-anakku! Sesungguhnya, Allah telah memilihkan untuk kamu satu agama; maka janganlah kamu mati melainkan hendaklah kamu dalam keadaan Islam." (al-Baqarah: 123)
grandfathers dan anak cucu disebut grandsons.
Yusuf lalu menjalankan ciri khas dari agama yang dianutnya itu, “Sekali-kali tidaklah kami mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah." Itulah ajaran tauhid, itulah dia Islam, yang berarti penyerahan diri hanya kepada “satu" pusat kepercayaan, tidak bercabang dan tidak pecah. Tujuan yang satu itu ialah Allah, Pencipta dari seluruh alam ini."Itulah karunia Allah kepada kami dan kepada manusia." Sebab dengan demikian kami bebas dari pengaruh yang lain dan tujuan hidup kami tidak berpecah bercabang-cabang. Lantaran itu, hati kami bulat di dalam menghadapi dunia ini. Ajaran tauhid, kesatuan tujuan dan persembahan adalah karunia paling besar dari Allah kepada manusia sebab mereka tidak diperbodoh lagi oleh apa yang mereka katakan tuhan atau dewa, padahal mereka sendiri yang memperbuatnya dengan tangannya,
“Akan tetapi, banyaklah manusia yang tidak bersyukur."
Padahal Allah yang menganugerahinya hidup dan akal, lalu mereka menyembah kepada yang selain Allah. Allah yang memberi mereka rezeki, lalu mereka ucapkan terima kasih kepada berhala.
Yusuf lalu melanjutkan lagi dakwahnya yang penting itu, yang menjadi inti dari risalah yang dibawanya. Beliau berkata,
Kemudian pada ayat yang seterusnya diterangkan pula wasiat Ya'qub sendiri kepada anak-anaknya, termasuk Yusuf, yaitu setelah mereka berkumpul semuanya di Mesir ketika Ya'qub telah hampir meninggal dunia.
Di pangkal ayat 38 ini ada disebutkan bapak-bapakku, sebagaimana salinan dari kalimat abaa-i. Menurut bahasa Arab, ayah, nenek, datuk, dan moyang itu dapat saja disimpulkan menjadi abaa-i, yang berarti bapak-bapakku, sebagaimana dalam bahasa Inggris orang pun menyebut nenek-neneknya
Ayat 39
“Wahai, kedua kawanku sepenjara!"
Kawan senasib sepenanggungan; sama-sama diputuskan hubungannya dengan dunia ramai. Yusuf memakai perkataan ini untuk membuat kedua teman senasib itu lebih dekat jiwanya, salah satu sistem dakwah yang patut diteladani. Dia bertanya,
“Apakah tuhan-tuhan yang bencerai-berai yang lebih baik, ataukah Allah Yang Maha Esa, lagi Mahaperkasa?"
Suasana di dalam penjara, tempat yang terbatas, menyebabkan pikiran dapat dihim-punkan. Di saat itulah Yusuf leluasa memberi kesadaran kepada kedua orang itu tentang bagaimana salah dan tersesat ataupun bodoh paham menyembah berbagai tuhan, berbagai dewa itu. Sudah diketahui berapa banyak dewa dan tuhan yang dipuja orang Mesir zaman purbakala. Ada tuhan buaya di Sungai Nil, ada tuhan rasa, tuhan ular dan tuhan sungai sendiri, dan beratus lagi benda lain yang dijadikan pujaan. Nabi Yusuf memberi ingat, manakah yang lebih baik bertuhan banyak dengan bertuhan Esa? Padahal dalam segala agama itu sendiri senantiasa diakui tentang adanya Allah dari segala tuhan dan dewa dari segala dewa, sebagaimana Sang Hyang Widi, Sang Hyang Tunggal, dan lain-lain. Yang Tunggal itulah Allah, Yang tidak bersekutu dengan yang lain. Dialah Yang Maha Esa dan Dialah Mahaperkasa, Pengatur, Pen-tadbir seluruh yang wujud ini.
Ayat 40
“Tidaklah yang kamu sembah selain Dia, kecuali nama-nama yang kamu namai sendiri saja akan dia."
Artinya, yang selain dari Allah itu pada hakikatnya tidaklah ada sebab semuanya itu hanya benda belaka. Kamu ambil kayu lalu kamu ukir. Kamu ambil batu lalu kamu pahat. Kemudian kamu beri bernama. Jadi, yang memberinya nama itu ialah kamu sendiri lalu kamu sembah. Yang tidak kamu katakan ada, “Kamu dan bapak-bapak kamu" Artinya, kamu pusakai barang-barang itu dari nenek moyang kamu dan tidak dengan berpikir panjang lagi, kamu pun turut menemaninya dan menyembahnya, “Tidaklah Allah menurunkan keterangan baginya." Artinya, semua yang kamu puja itu tidak ada alasannya, tidak ada kesaksian kebenarannya dari Allah, tidak ada seorang nabi pun yang membawa ajaran itu ke dunia ini. Semua hanya khayalan kamu, “Tidak ada hukum Melainkan bagi Allah"
Tidak ada hukum melainkan bagi Allah. Tidak ada satu peraturan pun di dalam dunia ini, baik peraturan mengenai pemujaan kepada Allah maupun peraturan di dalam masyarakat sesama manusia yang dijamin kebenarannya, kecuali hukum yang turun dari Allah. Allah bukan saja diakui adanya, bahkan diakui pula peraturan-Nya. Pembawa peraturan itu ialah manusia yang dipilih-Nya. Itulah nabi, itulah rasul."Dia yang memerintahkan bahwa jangan kamu menyembah melainkan kepada-Nya'.' Segala manusia yang sehat pikiran niscaya mengakui adanya Allah Yang Maha Esa. Pengakuan akan adanya Yang Maha Esa tidaklah cukup kalau tidak mengakui pula akan perintah dan larangan-Nya. Satu pokok peraturan-Nya ialah mengakui adanya Allah sebagai Pencipta alam. Itulah tauhid uluhiyah. Kemudian diakui pula bahwa Dia bukan semata-mata menjadikan, melainkan juga membuat peraturan. Itulah tauhid rububiyah. Segala kekuasaan dalam dunia ini kalau tidak menjalankan peraturan yang datang dari Allah itu tidaklah sah pengakuannya."Karena yang begitulah agama yang lurus." Kita melangkah dari titik permulaan yang satu dan menuju kepada tujuan yang satu. Sebab itu, jalannya pasti lurus. Dari Allah, bersama Allah, dan untuk Allah. Tidak berputar-putar dalam keadaan yang tidak tentu ujung pangkal.
Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Itulah hakikat pandangan hidup yang sejati, yakni keinsafan akan esanya tujuan hidup dan keyakinan. Tetapi banyak manusia yang tidak mengerti hakikat pegangan hidup itu karena mereka telah diselubungi oleh hawa nafsu atau memperhambakan diri kepada kebendaan. Sebab itu, banyaklah manusia di dalam dunia ini yang hanya sekadar makan, sekadar minum dan mengumpul harta, mencari kedudukan dan pangkat, menyangka bahwa hidup hanya sehingga ini saja.
Yusuf laJu melanjutkan lagi nasihatnya. Karena Yusuf tahu, kedua teman ini ingin benar mendengar dari Yusuf apa takwil mimpi mereka. Dalam mereka berkeinginan itu, terlebih dahulu Yusuf mengisi jiwanya dengan hakikat ajaran hidup.
Ayat 41
“Wahai, kedua kawanku …"
Yang senasib seperuntungan. Sama terpisah sekarang dari masyarakat, sama dituduh berbuat salah, korban dari kemegahan orang-orang yang megah. Dengarkanlah baik-baik, akan aku terangkan kepada kamu takwil mimpi kamu berdua itu, “Adapun yang seorang kamu, dia akan memberi minum yang dipertuannya dengan arak; dan adapun yang seorang lagi, maka dia akan disalib, lalu makanlah burung dari kepalanya."
Dijelaskan tafsirnya oleh riwayat Ikrimah bahwa yang pertama itu yaitu tukang meng-hidangkan minuman Raja, dalam tiga hari ini dia akan dibebaskan. Setelah bebas, dia akan dipekerjakan kembali dalam istana, dikembalikan jabatannya sebagai tukanghidang-kan minuman Raja. Sebab itu, dia akan menghidangkan anggur kembali kepada baginda. Tetapi yang seorang lagi akan dipanggil pulang ke istana bukan buat bebas, melainkan buat menerima keputusan hukuman atas kesalahannya. Dia akan disalibkan, dibuatkan kayu palang, sampai mati. Ketika dia telah mati, burung-burung akan hinggap ke atas kepalanya dan memakan benaknya.
Lalu kata Yusuf selanjutnya,
“Telah diputuskan hukum perkara yang kamu berdua tanyakan kepadaku itu."
Itulah hukum yang telah diputuskan oleh Mahkamah Raja. Meskipun berita itu belum sampai ke dalam penjara, belum disampaikan oleh yang berkuasa kepada kedua pegawai istana itu, namun Yusuf telah tahu lebih dahulu, sebagaimana tahunya dia isi dulang
makanan ransum yang dibawa ke penjara dengan tertutup rapat.
Ayat 42
“Dan berkatalah dia kepada yang benar keyakinannya bahwa orang itu akan selamat di antara keduanya."
Yaitu yang menurut tafsir mimpinya dia akan dipanggil kembali dan dipekerjakan kembali menjadi tukang hidangkan minuman Raja. Kepada orang itulah Yusuf berpesan, “Ingatlah saya di sisi yang dipertuanmu." Artinya, setelah engkau tiba kembali di istana dan jabatanmu dikembalikan, niscaya engkau akan dapatberhadapan dengan yangdipertuan, dengan Tuanku Raja, yang dalam bahasa mereka disebut Rabbun yang berarti Allahmu; jika ada kesempatan, sembahkanlah kepada baginda bahwa dalam penjara ada seorang yang telah lama ditahan, namun perkaranya belum juga diselidiki dan diputuskan, nama orang itu Yusuf, dia adalah bekas bujang dari Raja Muda. Tolonglah sampaikan hal itu kepada baginda. Demikianlah kira-kira pesan Yusuf kepadanya. Dan dia pun menyanggupi akan menyampaikannya.
“Tetapi dijadikan lupa dia oleh setan mengingatkannya di hadapan yang dipertuannya!' Sesampai di istana jabatannya telah dikembalikan, dia ternyata tidak bersalah dan kawannya telah mati disalib. Ketika akan keluar dari penjara, pikirannya masih jernih dan ingat kesengsaraan yang dideritanya sekian lama. Tetapi setelah tenggelam kembali ke dalam kemewahan istana atau karena berdesak-desak, berduyun-duyun memper-harnbakan diri kepada Raja, ataupun karena timbul takutnya menyebut soal Yusuf yang terpenjara itu di hadapan Raja karena takut kemurkaan Raja kepada dirinya sendiri, di-diamkannya sajalah soal Yusuf itu. Tidak diingat-ingatnya lagi bahwa seorang temannya yang katanya sangat dicintainya dan telah diakuinya bahwa teman itu orang baik-baik dan berbudi. Semuanya sudah dilupakannya atau setan yang memperdayakan manusia setiap saat telah menutup keberaniannya untuk membuka soal itu. Akibatnya ialah,
“Maka tinggallah dia dalam penjara itu beberapa tahun lamanya."
Ada barangkali yang masih ingat, tetapi tidak berani membuka soal itu dalam istana karena menjaga perimbangan kekuasaan orang besar-besar. Apatah lagi jabatan seorang yang hanya tukang menghidangkan minuman Raja, tidaklah jabatan tertinggi. Di sini dipakai perkataan bidh'asinin, artinya beberapa tahun. Bidh'a ialah di antara tiga dengan tujuh tahun, artinya agak lama juga, Yusuf dilupakan orang.