Ayat
Terjemahan Per Kata
ثُمَّ
kemudian
بَدَا
mulai/timbul
لَهُم
bagi mereka
مِّنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa
رَأَوُاْ
mereka lihat
ٱلۡأٓيَٰتِ
tanda-tanda
لَيَسۡجُنُنَّهُۥ
harus mereka memenjarakannya
حَتَّىٰ
sehingga
حِينٖ
beberapa waktu
ثُمَّ
kemudian
بَدَا
mulai/timbul
لَهُم
bagi mereka
مِّنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa
رَأَوُاْ
mereka lihat
ٱلۡأٓيَٰتِ
tanda-tanda
لَيَسۡجُنُنَّهُۥ
harus mereka memenjarakannya
حَتَّىٰ
sehingga
حِينٖ
beberapa waktu
Terjemahan
Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu.
Tafsir
(Kemudian timbul pikiran) tampak nyata (pada mereka setelah melihat tanda-tanda) yang menunjukkan kebersihan diri Nabi Yusuf, yaitu memenjarakannya. Hal ini terbukti dengan adanya penjelasan pada ayat selanjutnya (bahwa mereka harus memenjarakannya sampai) hingga (sesuatu waktu) semua yang hadir setuju dengan pendapat ini akhirnya Nabi Yusuf dipenjarakan.
Tafsir Surat Yusuf: 35
Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu.
Allah menceritakan bahwa kemudian timbul dalam pikiran mereka suatu pendapat sebaiknya mereka memenjarakan Yusuf sampai waktu tertentu. Itu terjadi setelah mereka menyaksikan kebersihan nama Yusuf dan tampak jelas tanda-tanda yang membuktikan kebenarannya dan kesuciannya serta sifat 'iffah-nya. Seakan-akan hanya Allah yang Maha Mengetahui maksud mereka dalam tindakannya memenjarakan Yusuf yaitu untuk membuat opini di kalangan masyarakat, bahwa Yusuflah yang merayu Zulaikha untuk diajak berbuat zina dengannya, lalu mereka memenjarakannya.
Namun apa lacur, berita telah tersebar ke seluruh seantero kota. Karena itulah ketika raja negeri itu meminta agar Yusuf dikeluarkan dari penjara, Yusuf menolak. Ia tidak mau keluar sebelum namanya dibersihkan dari tuduhan khianat yang ditujukan kepada dirinya. Setelah hal tersebut diklarifikasi dan namanya dibersihkan, maka barulah Yusuf mau keluar dari penjara dalam keadaan telah dibersihkan kehormatan namanya.
As-Saddi mengatakan bahwa mereka memenjarakan Yusuf hanyalah agar berita tentang perbuatan Zulaikha terhadapnya tidak tersiar dan agar kebersihan nama Yusuf tidak menyebar karena itu berarti akan mempermalukan Zulaikha.
Kemudian timbul pikiran pada mereka, yakni al-Aziz dan para penasehatnya setelah melihat tanda-tanda kebenaran Nabi Yusuf bahwa mereka
harus memenjarakannya demi menjaga kehormatan keluarganya, serta
menghindari cemoohan masyarakat sampai waktu tertentu. Setelah dijelaskan bahwa Allah memperkenankan permohonan Nabi
Yusuf untuk tinggal di penjara sebagai jalan terbaik, lalu ayat berikut ini menceritakan tentang dua pelayan istana yang masuk penjara. Dan
bersama dia masuk pula dua orang pemuda, yaitu pelayan raja ke dalam
penjara. Salah satunya berkata kepada Nabi Yusuf perihal mimpinya,
Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur untuk dibuat minuman raja, dan pelayan yang lainnya berkata, Aku bermimpi, membawa roti di
atas kepalaku, lalu sebagiannya dimakan burung. Berikanlah kepada kami
takwilnya mimpi kami berdua. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik, taat beribadah, berakhlak mulia, dan selalu
menjaga kehormatan.
Ayat ini menerangkan bahwa menteri beserta istrinya telah melihat bukti-bukti bahwa Yusuf adalah orang baik, jujur, dan mempunyai akhlak yang mulia serta mempunyai keimanan dan kepercayaan yang teguh kepada Tuhannya. Selama mereka bergaul dengan Yusuf, tidak pernah mereka melihat perbuatan Yusuf yang salah. Nyata bagi mereka, bahwa Yusuf selalu dipelihara Tuhannya dan dilindungi-Nya dari perbuatan-perbuatan yang keji. Walaupun dia dituduh, dibujuk, dan diancam namun Yusuf tetap tenang dan selalu meminta perlindungan kepada Tuhannya. Hal seperti itu bukan saja diketahui dengan jelas oleh menteri dan istrinya, tetapi juga oleh seluruh keluarga istana. Sungguh pun begitu, Yusuf tetap dimasukkan ke dalam penjara untuk waktu yang tidak ditentukan sebagai pelaksanaan dari permintaan istrinya, agar dianggap oleh orang banyak bahwa Yusuf bersalah, padahal istrinya yang bersalah. Yusuf tidak merasa sengsara dan hina dalam penjara. Dengan pergaulan dalam penjara itu, Yusuf bertambah kuat imannya, bertambah tabah hati dan jiwanya, makin banyak rahasia manusia yang diketahuinya, dan makin besar keagungan Allah yang dirasakannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
LIDAH BOCOR PEREMPUAN
Apabila kita baca dan kita renungkan arti dari ayat 30 di atas, terbayanglah oleh kita masyarakat “cabang atas" zaman purbakala Mesir, zaman kekuasaan Fir'aun-Fir aun itu. Istri orang besar-besar asyik bertemu dan bertamu memperkatakan perhiasan, kekayaan, pakaian indah, dan berbagai kemewahan serta untuk menghabis-habiskan waktu dalam bersolek, mereka duduk-duduk bersama memperkatakan keadaan si anu yang tidak hadir, yang suaminya telah benci kepadanya, yang anak perempuannya telah nyaris dapat jodoh, tetapi gagal, dan bermacam perkataan lain. Kadang-kadang juga memperkatakan kecantikan si anu bahwa dia dikasihi oleh suaminya dan bahwa suami si anu jatuh hati kepada perempuan lain. Apatah lagi di zaman itu, istana orang besar-besar penuh dengan dayang-dayang, inang pengasuh, dan pelayan aneka warna. Rahasia yang ditutup rapat
pada mulanya, dengan cepat bisa bertukar menjadi rahasia umum. Dia rahasia, tetapi sudah umum, orang yang tahu dari bisik ke bisik. Maka di kala itu cepatlah tersiar berita tentang istri Raja Muda, istri orang besar yang kedua di negeri Mesir, kepercayaan utama dari Raja Mesir. Dalam adat istiadat Melayu diberi gelar bendahara. Dalam istiadat Majapahit diberi gelar patih. Tersebarlah dengan cepat sekali berita itu bahwasanya istri Raja Muda atau Bendahara negeri Mesir jatuh hati kepada bujangnya sendiri atau kepada hamba sahaya yang dibeli oleh suaminya lalu dipelihara dan dijadikan anak angkat. Kabar angin itu di dalam susunan ayat,
Ayat 30
“Dan bercakaplah perempuan-perempuan dalam kota."
Menjadi pembicaraan dalam kalangan perempuan-perempuan atau istri orang besar-besar itu, menjadi buah tutur di dalam pertemuan-pertemuan, menjadi bisik-desus di dalam perhelatan, tersebar dari gedung ke gedung, dari rumah seorang menteri ke rumah menteri yang lain, dalam kalangan istri-istri orang yang terpandang itu, “Istri orang besar menggoda bujangnya, inginkan dirinya. Dia telah murung karena cinta."
Inilah yang menjadi buah mulut di mana-mana, terutama dalam kalangan sesama perempuan. Sudah menjadi kebiasaan rasa dengki kepada perempuan lain yang dirasa menjadi saingan dalam hal kecantikan atau kedudukan, menyebabkan perkataan seperti itu mudah tersiarnya. Dia sudah jatuh cinta kepada bujangnya sendiri atau kepada pemudanya. Tidak kita sangka dia akan begitu. Selama ini kita menyangkanya seorang yang jujur dan saleh. Rupanya, akhirnya terbuka juga rahasianya. Rupanya, cinta kepada anak laki-laki itu sudah sangat mendalam, qad syaghafaha hubban. Cinta kepada anak muda itu sudah sangat menyelinap ke dalam jantungnya
sehingga dia sudah lupa mengendalikan diri sendiri, lupa akan kedudukannya yang tinggi. Masakan awak istri orang besar tergila-gila kepada budak belian, hamba sahaya.
“Sesungguhnya, kita pandang dia dalam kesesalan yang nyata."
Demikianlah, semua menyalahkan istri Raja Muda, semua menuduhnya dan mengatakan bahwa dia telah menempuh jalan yang sesat.
Inilah sikap yang biasa dinamai orang hipokrit, munafik. Seakan-akan mereka sendiri tidak pernah bersalah, mereka adalah suci. Padahal belum tentu mereka akan teguh mengendalikan diri kalau mereka bertemu yang demikian pula.
Ayat 31
“Maka tatkala didengarnya celaan Mereka itu"
Akhirnya tentu sampai juga ke telinganya bahwa dirinya telah menjadi buah mulut di mana-mana pertemuan di antara perempuan-perempuan bangsawan dan terkemuka itu. Niscaya hatinya tidak senang mendengar gunjing yang demikian. Memang dia seorang perempuan yang cerdik. Tidaklah dijauhinya atau dimusuhinya perempuan-perempuan yang menggunjing dan mencerca namanya itu, tetapi dilakukannya cara yang lain, “Diundangnyalah mereka," datang ke rumahnya atau ke istananya yang indah itu sebab perempuan-perempuan itu semua adalah kawan-kawannya sepergaulan belaka. Diundangnya sebagaimana biasa, untuk makan dan minum serta bercengkerama, sebagaimana kebiasaan istri-istri orang besar-besar, “Dan disediakannya untuk mereka persandaran dan diberinya tiap-tiap seorang dari mereka sebilah pisau." Dalam sepotong ayat ini terbayanglah kemewahan isi istana orang-orang besar Mesir di zaman purbakala itu. Untuk tiap-tiap tetamu disediakan bangku indah tempat berbaring-baring bercengkerama, dibuat dari kayu-kayu yang mahal, sebagaimana dapat kita perhatikan pada Gedung Arca di Mesir, yang di sana dipajangkan alat-alat perhiasan rumah tangga, sampai kepada bangku-bangku tempat berbaring-baring itu. Kemudian dihi-dangkanlah makanan dan minuman berbagai warna, dibawa oleh pelayan-pelayan yang cantik manis, laki-laki atau perempuan. Diberikan pula kepada tetamu-tetamu agung itu masing-masing sebilah pisau untuk mengerat buah-buahan yang akan dihidangkan sesudah makan, seumpama buah apel, buah delima, buah perry, dan lain-lain."Dan dia berkata, ‘Keluarlah engkau kepada mereka!" Artinya, sedang perempuan-perempuan itu ber-sandar-sandar pada bangku-bangku tempat tidur, tempat berbaring-baring dan mengalai-ngalai, sambil bergurau, istri Raja Muda memerintahkan Yusuf supaya keluar ke tengah majelis itu dari dalam. Sebab di waktu itu Yusuf masih tetap tinggal di dalam istana Raja Muda, diperintah oleh tuannya supaya menutup rahasia istri tuannya. Dan karena perintah itu keluarlah Yusuf. Seorang anak muda yang jelita, gagah, tampan, menarik hati (simpatik), raut muka yang sinar-seminar, pemuda jolong gedang, yang dari bentuk badan saja sudah dapat dilihat kecukupan dan kecakapan seorang laki-laki."Maka setelah mereka melihatnya, semuanya mengaguminya."
Dalam ayat tertulis akbamahu yang kita artikan semuanya mengaguminya. Asal arti akbamahu ialah memandangnya besar atau memandangnya hebat sekali, lebih tinggi dan lebih besar daripada yang mereka kira-kira semula. Sebab itu, kita artikan kagum. Karena kekaguman timbul apabila seseorang memandang sesuatu pemandangan alam yang amat indah, sambil merasa bahwa diri sendiri tidak dapat mengatasinya. Atau mendengar suatu suara musik yang indah merdu sehingga terasa kagum karena tak dapat menirunya, dan biasa di kala kagum itu, orang pun menarik napas panjang. “Dan mereka lukai tangan mereka." Sebab ketika Yusuf akan disuruh masuk oleh istri Raja Muda itu, sekalian tetamu itu sudah diberi dahulu masing-masing sebilah pisau, yang pada lahirnya disediakan buat memotong buah-buahan yang terhidang. Tangan memegang-megang pisau akan memotong buah-buahan, Yusuf pun masuk! Semua tercengang dan semua ternganga, sehingga tidak sadar, bukan buah-buahan yang mereka potong, melainkan tangan mereka sendiri, sehingga ada yang luka jari, ada yang luka telapak tangan; pedih pun tak terasa agaknya karena mata tertuju dan terpukau kepada kecakapan dan kecantikan Yusuf, “Dan mereka berkata, ‘Mahasuci Allah'."Dengan kata-kata Mahasuci Allah itu saja, mulailah, dengan tidak mereka sadari, mereka telah memagar diri sendiri. Kalau bukanlah kesucian Allah atau Yang Mahakuasa menurut agama mereka pada masa itu, yang bagaimanapun jua tetap percaya kepada Rabbul Arbaab, Allah dari segala Allah, Yang Mahatinggi, Mahatunggal, yaitu Allah. Kalau bukanlah ingat akan kemuliaan Allah, mereka akan segera memeluk pemuda cakap ini, sebab orang yang serupa,
“… bukanlah manusia. Ini tidak lain melainkan seorang Malak yang mulia “
Kalau akan dikatakan dia manusia, mana cacatnya sebagai manusia. Kelengkapan diri dan tubuhnya benar-benar membuat kagum, ideal sekali. Hanya malaikatlah agaknya yang tiada cacatnya, sebagaimana pemuda ini.
Sekarang telah mereka lihat sendiri, mereka menjadi sangat kagum; besar, agung, dan hebat, yang belum pernah mereka lihat seumur hidup seorang muda segagah, setampan, dan secantik itu, sampai tangan mereka luka sebab mata hanya tertuju kepada Yusuf. Lebih daripada seorang penonton permainan bola* di tanah lapangan, saking asyik melihat permainan yang hebat, mereka tidak sadar lagi bahwa rokok yang diisapnya sudah membakar tangannya dan dia telah bersorak-sorak tidak sadarkan diri atau lupa diri!
Di waktu itulah Zulaikha mula membela dirinya,
Ayat 32
“Dia berkata, ‘Inilah dia, yang kamu mencela aku karenanya.'"
Inilah dia, orang yang menyebabkan hatiku tertawan, sehingga aku seakan-akan tergila-gila kepadanya. Kalian baru sekali ini melihatnya, kalian sudah kagum, sampai tangan kalian luka dengan tidak kalian sadari, bahkan sampai kalian mengakui kecantikan dan ketampanan ini tidak bertemu pada sembarang manusia, bahkan selama kalian hidup belum pernah kalian melihat orang setampan ini, sehingga kalian katakan dia bukan manusia, tetapi malaikat. Sekarang, aku hendak bertanya kepada kalian semuanya, “Salahkah aku jika aku jatuh cinta, tergila-gila kepadanya, padahal sejak masih kanak-kanak umur dua belas tahun aku menyaksikan perkembangan ruhani-jasmaninya? Aku mengakui terus terang, ‘Telah aku rayu dia, inginkan dirinya, namun dia tetap berteguh hati!"
Di dalam ayat tersebut, ista'shama kita artikan berteguh hati. Kalau kita tafsirkan lebih mendalam, ista'shama itu berarti orang yang ada tali tempatnya berpegang. Dan ini pun masih tetap terpakai pada bahasa Indonesia modern, yaitu orang yang ada pegangan hidup sehingga dia tidak terombang-ambing dibawa oleh hawa nafsunya.
Yusuf sendiri teguh pegangannya, teguh hatinya, tidak dapat dirayu, dibujuk, dan dicumbu meskipun dia pada waktu itu tidak lebih dari seorang budak belian, hamba sahaya yang dibeli di tepi sumur dengan harga murah, berbilang dirham saja. Namun karena kuat pegangannya, teguh hatinya, tidaklah dia jatuh ketika dirayu oleh permaisuri Raja Muda, perempuan cantik jelita. Wahai! Berapa banyaknya anak muda menjadi pelayan, jongos, sopir gajian, lepas segala pegangan apabila yang merayunya istri majikannya, seorang menteri besar atau seorang jendral, atau seorang raja sekalipun, yaitu orang-orang istana yang iseng, yang karena kemewahan menjadi cacau, tak tentu apa yang akan dikerjakan lagi.
Sungguh besar dan hebat hal ini sehingga tersebut di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang mereka terima dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Adalah tujuh yang akan diberi perlindungan
oleh Allah, kelak pada hari yang tidak ada tempat berlindung kecuali perlindungan-Nya:
• imam yang adil,
• pemuda yang sejak pertumbuhannya semula telah kuat beribadah kepada Allah,
• dan seorang yang hatinya terikat kepada masjid sehingga walaupun dia telah keluar dari masjid itu, dia kembali juga ke sana,
• dan orang yang cinta-mendntai, berkumpul atas nama Allah, berpisah pun atas nama Allah,
• seorang yang mengeluarkan sedekah, apa pun macam sedekahnya, selalu disembunyi-kannya, sehingga tangan kirinya tidak tahu berapa yang dikeluarkan oleh tangan kanan-nya,
• seorang yang dipanggil dicumbu oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan
tinggi lagi cantik, dia tolak dengan perkataan, ‘Aku takut kepada Allah1. ‘
• seorang yang ingat kepada Allah di waktu dia sepi sendirinya lalu titik airrnatanya."‘ (HR Bukhari dan Muslim)
Pengakuan istri Raja Muda bahwa Yusuf telah dirayunya, namun dia tetap berhati teguh sehingga tidak dapat dirayu, dicumbu, dan diperdayakan, dengan sendirinya menambah pula bagi besarnya Yusuf dalam pandangan mata mereka. Dalam ayat-ayat ini Allah telah menunjukkan kemerdekaan jiwa seorang hamba sahaya sehingga apa jua pun kelezatan dunia ini tidaklah ada yang dapat menawannya. Dan di dalam ayat pun diperlihatkan bagaimana istri Raja Muda, perempuan tinggi, cabang atas, hilang kemerdekaan jiwanya karena dipengaruhi oleh hawa nafsunya, sehingga benar-benar bertemu padanya pepatah yang terkenal “cinta itu buta". Lantaran itulah, dia berkata selanjutnya di hadapan teman-temannya istri orang besar-besar itu,
“Dan sesungguhnya jika dia tidak mau melaksanakan apa yang aku perintahkan, sungguh-sungguh dia akan dipenjarakan, dan jadilah dia termasuk orang-orang yang hinadina."
Sungguh amat tersinggung perasaan istri Raja Muda karena hamba sahaya yang mesti menurut perintahnya walaupun bercengkerama dengan dirinya sendiri, tidak mau ham-banya itu menurutinya. Hal ini baginya sudah dipandang sebagai suatu penghinaan.
Apa pun yang akan diperbuatnya di dalam lingkungan istananya yang besar itu, tidak ada orang yang akan menghalangi. Suaminya pun tidak pula berada selalu di rumah. Yusuf masih tinggal di sana. Dan dia pun telah mendapat pesan dari majikannya supaya rahasia rumah tangganya jangan disiarkan keluar.
Seakan-akan dengan mengadakan undangan kepada perempuan-perempuan terkemuka di dalam kota itu, Zulaikha sudah menjadi tempat sandaran yang kuat [backing). Dan menurut pepatah orang tua-tua “laki-laki semalu, perempuan seresam". Yang tadinya mereka menghina istri Raja Muda, sekarang mereka mulai berpihak. Penolakan dari seorang hamba sahaya terhadap majikannya adalah penghinaan. Maka kalau Yusuf masih tetap menyombongkan dirinya, pasti dia akan dimasukkan ke penjara. Istri Raja Muda dapat merayu suaminya agar anak ini dimasukkan ke penjara. Kalau sudah masuk ke dalam penjara, barulah dia tahu rasa. Selama ini, dalam istana hidup dengan mewah, memakai pakaian anak raja-raja. Namun kalau sudah masuk ke dalam penjara, barulah dia akan insaf dan tidak sombong lagi sebab menjadi penghuni penjara adalah suatu kehinaan.
Orang “di atas" mudah saja mengatur siasat kalau memang sudah disengaja buat mencelakakan dia. Yang tidak ada bisa saja diadakan. Masih begitu keadaan di dunia ini sampai kepada waktu tafsir ini disusun; sebab kelobaan manusia kepada kekuasaan menghalalkan segala cara. Tetapi bagi Yusuf soal ini adalah soal kebebasan, soal kemer-dekaan jiwa. Disuruh keluar guna mempertontonkan ketampanannya di hadapan pe-rempuan-perempuan cabang atas itu, dia akan keluar sebab dia insaf bahwa dia budak. Tetapi kalau disuruh meladeni hawa nafsu beliau-beliau, tidaklah dia bersedia. Sebab kalau satu kali dia telah jatuh, dia tidak akan bangkit lagi.
Sebab itu, setelah didengarnya bahwa dia sedang terancam akan dimasukkan ke dalam penjara,
Ayat 33
“Dia benkata, ‘Allahku! Penjana lebih aku sukai daripada apa yang Mereka ajak aku kepadanya.'"
Inilah satu pendirian yang tegas. Yusuf berkeyakinan bahwa hidupnya tidak akan senang kalatl dia mau melacurkan diri, menjadi “gula-gula" dari perempuan-perempuan bang-sawan itu. Dalam ayat ini terdapat ungkapan bahwa Yusuf tidak lagi menyebut semata-mata satu orang istri Raja Muda saja, melainkan sudah kata jamak. Artinya, sudah semua perempuan cantik bangsawan itu yang sukakan dia atau sekurang-kurangnya membela kemuliaan dan kedudukan istri Raja Muda. Bagi Yusuf, rupanya menjadi seorang jejaka suci bersih dari kotoran zina itu sama juga dengan menjaga keperawanan anak gadis. Sekali perawan jatuh, tidak ada lagi yang akan dipertahankan dalam diri. Sebab itu, dia menegaskan sikap, daripada menurutkan bujuk rayu kehidupan istana, kehidupan mewah istri-istri orang besar-besar ini, dia lebih suka masuk penjara. Lalu diteruskannyalah munajatnya kepada Allah, “Dan jika tidak Engkau palingkan dariku tipu daya mereka, niscaya rebahlah aku kepada mereka."
Di lanjutan munajat ini Yusuf mengakui terus terang di hadapan Allahnya bahwasanya keamanan kesuciannya tidaklah terjamin kalau dia tidak dipisahkan Allah dari kehidupan neraka itu. Sebab dia masih muda, dia cakap, dia tampan, dan dia pun laki-laki sempurna. Kalau dia masih berdekatan dengan mereka itu, dia takut dia akan rebah. Dia minta agar Allah melepaskannya dari bahaya itu. Dan kalau aku jatuh, ya Ilahi, hancurlah hidupku seterusnya,
“Dan jadilah aku termasuk orang-orang yang bodoh."
Karena pada waktu syahwatku telah mengalahkan akalku yang murni, dengan sendirinya aku telah termasuk orang yang bodoh. Sebab orang yang memperturutkan hawa nafsu tidaklah dikendalikan lagi oleh akalnya. Dan orang yang bodoh pun ialah orang yang tidak terkendalikan oleh akalnya.
Maka segala dosa besar yang dikerjakan oleh manusia di dunia ini ialah di saat dia tidak terkendalikan lagi oleh akal. Orang yang tidak dapat dikendalikan oleh akal itulah orang yang bodoh. Orangyang tidak mengingat kecelakaan di hari depan yang akan menimpa diri.
Ayat 34
“Maka diperkenankanlah baginya oleh Allahnya."
Dari ayat yang dua ini, ayat 33 dan 34, kita mendapat jalan yang harus kita turuti, yaitu jika jalan sudah sangat gelap, bahaya telah mengancam dari kiri kanan, sebagaimana bahaya yang mengancam Yusuf ini, segeralah cepat mendekatkan diri kepada Allah. Dialah benteng sejati. Mohon perJindungan-Nya.
“Sesungguhnya, Dia adalah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
Bagaimana Allah melepaskan hamba-Nya dari bahaya kehilangan kemerdekaan jiwa karena telanjur berbuat maksiat? Yang diri sendiri merasakan, kalau terus-menerus, diri bisa jatuh?
Ayat 35
“Kemudian timbul bagi Mereka, sesudah melihat tanda-tanda itu (satu pikiran) bahwa mestilah dipenjarakan dia, sampai satu waktu."
Mulut manusia tidak dapat ditutup; di sana-sini sudah merata berita bahwa istri Raja Muda jatuh hati kepada Yusuf. Mulanya orang-orang besar yang lain menyalahkan istri Raja Muda. Kemudian bertukar keadaan. Istri orang besar-besar itu pun jatuh hati, kagum; bukan sembarang orang, agung, hebat ini bukan manusia, cantik, suci laksana malaikat. Dan orang besar-besar pun menyelidikinya dengan saksama, tampaklah tanda-tanda bahwa kalau orang muda ini dibiarkan juga dalam istana Raja Muda, fitnah ini
akan tersebar terus. Raja Muda pernah memesankan kepada Yusuf supaya hal ini jangan disiar-siarkan, supaya dia tutup mulut. Yusuf memang tetap menutup mulutnya, tetapi mulut orang lain tidak dapat ditutup. Maka kalau hal ini tidak segera diatasi, teranglah bahwa kewibawaan Raja Muda, bahkan kewibawaan kerajaan, bisa terganggu. Kepercayaan rakyat akan hilang terhadap pemerintah. Maka timbullah satu pikiran di kalangan orang besar-besar. Pikiran itu ialah supaya Yusuf disingkirkan. Kalau dia di-pindahkan ke kota lain dalam wilayah Mesir, mungkin saja akan ada pula istri orang besar-besar yang tergila-gila kepadanya. Ribut lagi, bisik-desus lagi! Akhirnya diambil keputusan: singkirkan saja ke dalam penjara. Mudah-mudahan apabila dia telah dipenjarakan beberapa lama, ditahan sampai satu waktu yang Raja kelak berkenan melepaskannya. Mudah-mudahan dengan ditahannya Yusuf, berita bisik-desus berbahaya ini akan mereda dengan sendirinya. Dengan demikian, nama kerajaan terpelihara, nama Raja Muda tidak cacat, dan istri beliau tetap dihormati orang, dan seorang pemuda yang membuat perempuan orang besar-besar jadi “gila" sudah tidak tampak lagi. Keadaan bisa berjalan sebagaimana biasa.
Yusuf pun dipenjarakan!
Sengaja orang menyingkirkan dia karena memelihara nama kerajaan dan bagi dia sendiri itu pulalah yang dikehendakinya.
Kisah Yusuf dan Zulaikha ini telah menjadi bahan yang empuk sekali bagi penyair-penyair Islam untuk memperkembangkan kesusastraan, terutama dalam kalangan kaum sufi. Soal percintaan, yang dimulai mulanya oleh manusia terhadap sesama manusia, di antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, menempuh jalan dua bersimpang. Se-simpang mengencong kepada soal kelamin, hawa nafsu, syahwat faraj dan syahwat perut. Sesimpang lagi menuju kepada keindahan jiwa manusia karena teguh pegangan kepada cinta yang tertinggi, yaitu cinta kepada Allah.
Yang sangat terkenal menyusun kisah Yusuf dan Zulaikha sebagai suatu sastra bernilai ialah penyair Iran yang agung, al-Firdausi. Tetapi sebelum al-Firdausi, dua orang penyair telah memulai mengarangnya sebagai suatu sastra tinggi, yaitu Abui Muayyad al-Balkhi dan al-Bakhtiari.
Kemudian muncul pula sufi yang terkenal, yaitu Abdurrahman al-Jami', mengarang “Yusuf dan Zulaikha" dalam rangkaian syair shufiyah. Penyair-penyair Islam di India, sebagaimana Qudsy, Chany, Ahmadi, Syah Alam, pun menyusun pula “Yusuf dan Zulaikha" dalam corak sastra masing-masing.
Abdurrahman al-Jami' menyusun “Yusuf dan Zulaikha" pada tahun 888 H. Syairnya disusun menurut bentuk masnawi. Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinople sangat tertarik dengan masnawi “Yusuf dan Zulaikha" karangan al-Jami' ini.
Cuma salahnya, khayal syair kadang-kadang merembet menggambarkan kecantikan Yusuf sehingga mendekati wajah perempuan. Serupa dengan sastra wayang orang Jawa; apabila melakonkan wayang orang untuk Arjuna, mereka pilih seorang perempuan muda cantik sehingga apabila wayang bermain, orang jatuh cinta kepada Arjuna, bukan karena yang melakonkannya laki-laki, melainkan perempuan muda yang cantik.