Ayat
Terjemahan Per Kata
فَلَمَّا
maka tatkala
ذَهَبُواْ
mereka pergi
بِهِۦ
dengannya (Yusuf)
وَأَجۡمَعُوٓاْ
dan mereka berkumpul/sepakat
أَن
bahwa
يَجۡعَلُوهُ
mereka menjadikannya/memasukkannya
فِي
di dalam
غَيَٰبَتِ
dasar
ٱلۡجُبِّۚ
sumur
وَأَوۡحَيۡنَآ
Kami wahyukan
إِلَيۡهِ
kepadanya
لَتُنَبِّئَنَّهُم
sungguh kamu akan menceritakan kepada mereka
بِأَمۡرِهِمۡ
dengan perkara/perbuatan mereka
هَٰذَا
ini
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
لَا
tidak
يَشۡعُرُونَ
mereka menyadari
فَلَمَّا
maka tatkala
ذَهَبُواْ
mereka pergi
بِهِۦ
dengannya (Yusuf)
وَأَجۡمَعُوٓاْ
dan mereka berkumpul/sepakat
أَن
bahwa
يَجۡعَلُوهُ
mereka menjadikannya/memasukkannya
فِي
di dalam
غَيَٰبَتِ
dasar
ٱلۡجُبِّۚ
sumur
وَأَوۡحَيۡنَآ
Kami wahyukan
إِلَيۡهِ
kepadanya
لَتُنَبِّئَنَّهُم
sungguh kamu akan menceritakan kepada mereka
بِأَمۡرِهِمۡ
dengan perkara/perbuatan mereka
هَٰذَا
ini
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
لَا
tidak
يَشۡعُرُونَ
mereka menyadari
Terjemahan
Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, “Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Tafsir
(Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat) telah bertekad bulat (untuk memasukkannya ke dalam sumur) jawab dari lafal lammaa tidak disebutkan, yaitu maka mereka melakukan niatnya itu. Untuk itu mereka melepas baju Nabi Yusuf setelah terlebih dahulu dipukuli dan dicaci maki, kemudian mereka mengulurkan tali timba ke dalam sumur tersebut sedangkan Nabi Yusuf diikatkan padanya. Ketika tali timba mencapai setengah kedalaman sumur, lalu mereka melepaskannya, supaya Nabi Yusuf jatuh ke bawah lalu mati. Akan tetapi Nabi Yusuf jatuh di air, kemudian ia duduk di atas batu besar yang ada dalam sumur itu. Lalu saudara-saudaranya menyerunya, dan Nabi Yusuf menjawab seruan mereka; akan tetapi mereka menganggap bahwa Nabi Yusuf meminta pertolongan kepada mereka. Mereka bermaksud untuk menimpakan batu besar kepadanya, akan tetapi mereka dicegah oleh Yahudza. (Dan Kami wahyukan kepadanya) sewaktu ia berada di dalam sumur. Nabi Yusuf hidup di dalam sumur selama tujuh belas tahun atau kurang daripadanya. Allah memberikan wahyu kepadanya sebagai penenang hatinya ("Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka) sesudah peristiwa ini (tentang perbuatan mereka ini) tentang perlakuan mereka ini (sedangkan mereka tiada ingat lagi.") terhadap dirimu sewaktu kamu bercerita kepada mereka.
Tafsir Surat Yusuf: 15
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur), Kami wahyukan kepada Yusuf, "Sesungguhnya kelak kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak ingat lagi.
Allah ﷻ menceritakan bahwa setelah Yusuf dibawa oleh saudara-saudaranya dari sisi ayahnya sesudah mereka mendesaknya. “Dan mereka sepakat untuk memasukkannya ke dasar sumur.” (Yusuf: 15) Hal ini menggambarkan tentang perbuatan mereka yang sangat jahat, yaitu sepakat untuk mencampakkan Yusuf ke dasar sumur tersebut. Mereka berpura-pura mengambil Yusuf dari sisi ayah mereka sebagai penghormatan mereka kepadanya, untuk menenangkan hatinya serta untuk menggembirakannya.
Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Ya'qub a.s. ketika melepas Yusuf pergi bersama mereka terlebih dahulu memeluk, menciumi dan mendoakannya. As-Saddi dan lain-lain menyebutkan bahwa tiada jarak waktu antara penghormatan mereka kepada ayahnya dengan penyiksaan mereka kepada Yusuf, melainkan setelah mereka menghilang dari pandangan mata ayahnya dan suara mereka tidak kedengaran lagi. Setelah itu mereka mulai menyakiti Yusuf, baik dengan kata-kata makian ataupun dengan cara lain yang serupa, seperti memukulinya dan lain sebagainya.
Kemudian mereka membawa Yusuf ke sumur yang telah mereka sepakati sebagai tempat untuk membuangnya. Mereka mengikat Yusuf terlebih dahulu dengan tambang, lalu memasukkannya ke dalam sumur itu. Sebelum itu manakala Yusuf meminta perlindungan kepada seorang dari mereka bila disakiti oleh yang lainnya, maka yang dimintai perlindungan itu justru menampar dan mencaci makinya. Dan ketika Yusuf berpegangan pada pinggir sumur itu, mereka memukuli tangannya, lalu memutuskan tambang pengikatnya setelah Yusuf sampai di pertengahan kedalaman sumur; maka terjatuhlah Yusuf ke dalam air sumur itu yang menenggelamkannya.
Maka Yusuf naik ke sebuah batu besar disebut Ragifah yang ada di tengah lubang sumur itu, lalu berdiri di atasnya. Firman Allah ﷻ: “Dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf, "Sesungguhnya kelak kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak ingat lagi.” (Yusuf: 15) Allah ﷻ menyebutkan tentang kasih sayang, rahmat, dan pertolonganNya kepada Yusuf; serta menurunkan kemudahan kepadanya di saat kesulitan. Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Yusuf di saat ia benar-benar berada dalam kesulitan guna menenteramkan dan meneguhkan hatinya, "Janganlah kamu bersedih hati terhadap nasib yang sedang kamu alami, karena sesungguhnya engkau akan menemui kemudahan dan jalan keluar yang baik.”
Allah pasti akan menolongmu terhadap mereka dan Dia akan mengangkatmu serta meninggikan derajatmu. Dan engkau kelak akan menceritakan kepada mereka apa yang telah mereka lakukan terhadap dirimu dari perbuatan mereka ini." Firman Allah ﷻ: “Sedangkan mereka tidak ingat lagi.” (Yusuf: 15) Mujahid dan Qatadah mengatakan, mereka tidak menyadari bahwa Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Yusuf saat itu. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, maksudnya adalah engkau kelak akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka sekarang terhadapmu, sedangkan mereka tidak ingat lagi kepadamu dan tidak mengenalmu.
Sehubungan dengan hal ini Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Ubadah Al-Asadi, dari ayahnya; ia mendengar Ibnu Abbas bercerita bahwa ketika saudara-saudara Yusuf masuk ke dalam istana Yusuf, maka Yusuf langsung dapat mengenali mereka, sedangkan mereka tidak mengenalnya. Lalu Yusuf berkata, "Ambilkanlah piala itu." Kemudian Yusuf meletakkan piala itu di tangannya dan memukul piala itu hingga berdenting suaranya.
Lalu Yusuf berkata, "Sesungguhnya piala ini akan menceritakan kepadaku berita tentang golongan orang-orang ini, bahwa sesungguhnya di masa lalu kalian mempunyai seorang saudara seayah kalian yang dikenal dengan nama Yusuf yang sangat dicintai oleh ayah kalian, sedangkan kalian tidak. Lalu kalian membawanya pergi dan melemparkannya ke dasar sebuah sumur." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu Yusuf kembali memukul piala itu, dan piala itu berdenting untuk kedua kalinya.
Kemudian Yusuf berkata, 'Setelah itu kalian datang menghadap kepada ayah kalian dan kalian katakan kepadanya bahwa serigala telah memangsa Yusuf, dan kalian datang kepadanya dengan membawa baju gamisnya yang dilumuri dengan darah palsu.' Maka sebagian dari mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata kepada sebagian lain, 'Sesungguhnya piala ini benar-benar menceritakan kisah kalian'." Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Kami merasa yakin bahwa ayat ini diturunkan untuk menceritakan kisah mereka," yaitu firman Allah ﷻ: Sesungguhnya kelak kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak ingat lagi. (Yusuf: 15)"
Setelah diuraikan tentang bujukan mereka kepada sang ayah, lalu
sang ayah dengan berat hati mengizinkan mereka membawa serta Nabi
Yusuf, ayat berikut ini menjelaskan tentang aksi mereka memisahkan
Nabi Yusuf dari ayahnya. Maka ketika mereka membawanya pergi ke tengah padang pasir, dan setan pun memengaruhi mereka, sehingga mereka sepakat memasukkan Nabi Yusuf ke dasar sumur. Kemudian Kami
wahyukan kepadanya ketika berada di sumur, Engkau wahai Nabi Yusuf kelak setelah dewasa pasti akan menceritakan perbuatan jahat ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari bahwa orang yang pernah mereka aniaya itu adalah engkau. Setelah mereka menceburkan Nabi Yusuf ke dalam sumur dan meninggalkannya sendirian, kemudian mereka datang kepada ayah mereka
pada petang hari sambil menangis sebagai ekspresi bahwa mereka sedih.
Dengan cara ini mereka menduga bahwa ayahnya percaya dengan berita yang akan mereka sampaikan, sehingga perbuatan jahat mereka
tertutupi.
Pada ayat 10 surah ini telah diterangkan bahwa saudara-saudara Yusuf telah sepakat akan memasukkan Yusuf ke dalam sumur dengan harapan ia akan ditemukan oleh kafilah yang ingin mengambil air dan di bawa ke negeri yang jauh agar ia tidak dapat ketemu lagi dengan ayahnya. Pada ayat ini diterangkan bahwa sesampainya mereka di suatu tempat yang ada sumurnya mereka melaksanakan permufakatan jahat mereka, dan memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Dengan demikian, mereka merasa amat gembira karena momok yang selama ini menghantui jiwa mereka sudah tidak ada lagi. Menurut anggapan mereka Yusuflah yang merebut kasih sayang ayahnya dan sekarang karena dia tidak ada lagi tentulah kasih sayang Yakub akan bertumpah kepada mereka. Bagaimana dengan Yusuf sendiri yang telah mendekam dalam sumur yang gelap itu? Tentu dia sangat bersedih hati dan terbayanglah dalam pikirannya bahwa dia akan mati kedinginan dan kelaparan dan tidak akan bertemu lagi dengan ayah ibunya serta saudara-saudaranya. Pada saat yang amat kritis itulah, Allah mengilhamkan kepadanya agar dia jangan khawatir dan jangan bersedih hati. Allah akan memeliharanya dan melepaskannya dari bahaya yang menimpanya. Nanti dia akan mendapat pertolongan dari kafilah dan akhirnya ia akan mendapat kedudukan yang tinggi, sehingga ia dapat mengingatkan saudara-saudaranya atas pengkhianatan mereka, sedang mereka sendiri tidak sadar bahwa orang yang menceritakan itu adalah Yusuf sendiri.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
YUSUF DIMASUKKAN KE DALAM SUMUR
Ayat 15
“Tatkala telah Mereka bawa dia pengi, “
yaitu setelah mendapat persetujuan dan ayah mereka Nabi Ya'qub itu, “Dan ber-mufakatlah mereka memasukkannya ke dalam dasar sumur." Sebagaimana telah kita ketahui pada ayat … , ada di antara mereka yang mengusulkan agar Yusuf dibunuh saja atau dibuang ke bumi yang jauh, yang tidak dapat dicari lagi oleh ayah mereka. Usul yang kedua lebih lunak (ayat 10), yaitu memasukkan saja ke dalam sumur supaya moga-moga nanti dapat dipungut dan dikeluarkan oleh kafilah dalam perjalanan dan dibawanya jauh-jauh. Rupanya setelah dimufakatkan kembali, usul yang kedua inilah yang mereka lakukan. Maka segeralah Yusuf dimasukkan ke dalam lubang sumur.
Diriwayatkan oleh ahli-ahli tafsir bahwa sebelum dimasukkan ke dalam sumur, bajunya atau kemejanya mereka tanggalkan lebih dahulu. Dan ada beberapa cerita yang lain di dalam tafsir, tetapi tidak termaktub dalam Al-Qur'an sendiri. Misalnya tersebut dalam cerita itu bahwa dia berusaha hendak naik ke atas kembali dengan bergantung pada tali sumur, tetapi tali sumur itu segera mereka potong sehingga Yusuf terjatuh kembali ke dalam. Untunglah di dalam itu ada sebuah batu, ke sanalah dia duduk sehingga tidak terus terbenam. Tetapi kisah Yusuf yang dituju bukan semata-mata kisah, melainkan pengajaran bagi kita, dalam Al-Qur'an sendiri tidaklah ada cerita secara terperinci. Di dalam beberapa tafsir terdapat cerita-cerita Israiliyat sebagai tambahan. Dikatakan bahwa ketika akan dimasukkan itu Yusuf menangis minta kepada saudara-saudaranya satu demi satu supaya dia diperlindungi, namun tidak seorang pun yang memedulikan.
Tersebut bahwa usianya ketika dimasukkan ke dalam sumur itu dua belas tahun.
“Dan Kami wahyukan kepadanya ‘Sesungguhnya, kelak akan engkau ceritakan kepada Mereka tentang perbuatan Mereka ini, sedangkan Mereka tidak sadar.'"
Artinya, setelah Nabi Yusuf berada dalam sumur itu, langsunglah Malaikat datang, diutus oleh Allah, membawa wahyu Allah, memberitahukan kepadanya agar dia jangan berduka cita karena penganiayaan itu. Dia pasti bebas kelak dan akan datang waktunya segala perbuatan mereka ini akan diceritakannya kembali kepada mereka, sedangkan mereka tidaklah sadar bahwa mereka berhadapan dengan adik kandung yang pernah mereka aniaya itu. Sebab semua hal perbuatan mereka yang jahat yang timbul dari hati dengki ini akan dibuat oleh Allah berbeda sama sekali dari apa yang mereka rencanakan. Nanti pada ayat 58 akan kita dapati bahwa ketika mula bertemu setelah Yusuf menjadi raja muda Mesir, Yusuf kenal akan mereka semuanya, sedangkan mereka tidak kenal lagi kepadanya.
MEMULAI AIR MATA PALSU
Ayat 16
“Dan dalanglah Mereka kepada bapak Mereka, di senja hari, dalam keadaan menangis."
Di sini mulailah suatu penipuan, kedus-taan, dan tipu daya yang amat rendah. Mereka datang bersama-sama kepada ayah mereka, sambil menitikkan air mata, menangis tersedu-sedu. Moga-moga apabila telah dimulai dengan menitikkan air mata, ayah mereka akan percaya apa yang kelak akan mereka katakan. Diterangkan di dalam ayat bahwa mereka pulang dan menangis bersama di hadapan ayah mereka itu ialah di waktu senja, di waktu mulai gelap. Disengaja demikian supaya kesedihan yang pura-pura itu jangan mengesan.
Maka mulailah disusun cerita bohong,
Ayat 17
“Mereka berkata, Wahai, ayah kami. Sesungguhnya, kami sedang pergi berpacu-pacu.'"
Dengan demikian, mereka mengarangkan suatu cerita fantasi, khayalan yang memang bohong. Mereka mengatakan bahwa mereka telah pergi berpacu-pacu atau bersicepat lari atau berkejar-kejaran, melatih diri dengan kecepatan dan kesigapan, “Dan kami tinggalkan Yusuf dekat barang-barang kami." Yusuf tidak ikut berpacu-pacuan itu mungkin karena dia yang terkecil di antara mereka, usianya baru dua belas tahun. Oleh sebab itu, mereka tinggalkan dia di tempat perhentian, menjaga barang-barang atau kain baju yang ditinggalkan karena pergi berpacu-pacu itu, “Maka diterkamlah ia oleh serigala."
Demikianlah susunan dusta itu, “Kami tinggalkan Yusuf seorang diri menjaga barang-barang kami, sedangkan kami yang sepuluh semuanya pergi ke tempat berpacu-pacu itu. Rupanya sedang kami tidak ada di tempat itu datanglah serigala, diterkamnyalah Yusuf. Tidak ada di antara kami yang sempat menolong melepaskannya dari bahaya yang ngeri itu. Padahal kalau kami ada, tentu serigala itu dapat kami usir bersama-sama karena kami banyak. Coba kami ada di sana, hancurlah serigala itu kami bunuh!"
Meskipun hari telah kelam, mungkin sekali telah ada firasat pada Nabi Ya'qub bahwa semua perkataan ini dusta belaka. Orang yang tahu akan dustanya perkataan seseorang atau banyak orang, tidaklah akan sepenuh hati menerima cerita itu. Mungkin beliau mengangguk-angguk, tetapi sinar mata selalu membayangkan yang dalam hati, yaitu tidak begitu percaya. Apatah lagi kalau sepuluh orang yang berbicara, sedangkan yang dibi-carakan itu adalah dusta, bagaimanapun menyusunnya mesti ada kegugupannya; jiwa murni tidaklah dapat ditipu. Itulah agaknya yang menjadi sebab mereka itu berkata se-lanjutnya,
“Tetapi tidaklah engkau akan pencaya kepada kami walaupun kami telah berkata benar."
Ujung ayat demikian adalah laksana kaki belat yang renggang. Meskipun dusta telah disusun, dengan tidak disadari telah keluar di ujung kata perasaan yang terkandung di dalam hati bahwa ayahnya tidak percaya kepada mereka. Dan kata-kata dusta yang ditutup dengan kegugupan akan kebenaran diri sendiri diiringi pula dengan dusta yang lain, untuk membuktikan, dengan tidak disadari oleh si pendusta, bahwa dia memang berdusta.
Ayat 18
“Dan mereka lekatkan kepada kemejanya darah palsu."
Kalau ayah tidak percaya, lihat inilah buktinya! Lalu mereka hamparkan di muka ayah mereka itu baju Yusuf sendiri yang telah mereka lumuri dengan darah kambing. Lalu mereka katakan bahwa darah yang lekat pada baju atau kemeja itu adalah darah Yusuf sendiri. Tetapi oleh karena keterangan ini memang dusta, lupalah mereka merobek-robek baju itu untuk bukti bahwa adik mereka memang mati diterkam serigala. Kalau memang dia mati diterkam serigala, mengapa hanya bajunya yang telah berlumur darah yang bertemu? Mengapa tubuhnya yang telah mati itu tidak bertemu. Sanggupkah serigala melarikan Yusuf dengan lebih dahulu menanggalkan bajunya?
Dengan tenangnya Nabi Ya'qub memerhatikan perangai mereka ini semuanya. Hatinya yang suci bersih dari bimbingan nubuw-wat, tidak percaya bahwa Yusuf mati diterkam serigala. Baju atau kemejanya bukanlah bukti atas kematiannya diterkam serigala. Yang terbukti sekarang ini hanyalah satu hal saja: Yusuf telah hilang! “Berkata dia, ‘Tetapi nafsu kamulah yang telah memudahkan kamu berbuat suatu hal."‘ Sama sekali ini adalah hawa nafsu kamu; ada sesuatu yang tidak beres dalam jiwa kamu masing-masing, yang mendorong kamu berbuat pekerjaan seperti ini! “Maka (bagiku hanya) sabarlah yang baik!"
Di sini, nabi Allah yang besar itu, Ya'qub, telah menunjukkan jiwa yang besar. Baru saja dia dengar cerita yang dikarang-karang itu, disertai bukti yang palsu pada kemeja yang tidak robek, tidaklah beliau kehilangan akal. Dalam hati kecilnya telah ada suatu ilham bahwa putranya yang dicintainya itu tidak mati. Ini cuma perangai buruk saudara-saudaranya saja. Kalau benar dia mati, cara mereka datang tidaklah seperti itu. Mereka akan datang segera dengan terkejut, kecemasan, dan jawab akan sama. Lantaran itu, beliau ambillah sikap yang tegas. Beliau akan sabar, tahan hati, teguh menerima cobaan itu. Sabarlah yang lebih indah. Karena kalau beliau kehilangan akal, anak-anak yang nakal ini tidak akan dapat diperbaiki lagi, keadaan di dalam keluarga beliau akan bertambah kacau balau. Itu sebabnya, beliau berkata bahwa tidak ada yang lebih baik dan lebih indah daripada sabar menerima kenakalan anak-anak ini. Dan beliau katakan pula,
“Dan Allah-lah tempat memohonkan pertolongan atas apa yang telah kamu ceritakan itu."
Dengan sikap yang amat terpuji beliau tutup perkataannya bahwa segala yang kamu ceritakan itu, entah iya entah tidak, kepada Allah-lah aku memohon pertolongan, Allah yang lebih tahu.
Yang patut mendapat perhatian lagi di sini ialah tentang darah palsu yang mereka bawa ke hadapan beliau itu. Mereka mengatakan bahwa Yusuf telah diterkam serigala. Diterkam serigala, yang ditakutkan ayah mereka ketika mereka meminta supaya mereka diizinkan membawa Yusuf. Sekarang, mereka pulang membawa baju berlumur darah, dengan me-ngatakan Yusuf telah mati diterkam serigala. Rupanya mereka tidak dapat mengarang cerita lain untuk menyembunyikan perbuatan jahat mereka, melainkan dengan memakai perkataan yang pernah terloncat dan mulut ayah mereka sendiri, “Aku takut dia akan diterkam serigala!'1 Serigala! Ketika menyusun cerita bohong, serigalalah yang teringat lebih dahulu.
Berkata ar-Razi dalam tafsirnya tentang fa shabrun jamilun ‘sabarlah yang lebih indah, sabarlah yang lebih baik'. Kata ar-Razi,
“Rintihan jiwa karena beratnya cobaan dapat saja menyebabkan keluarnya rintihan karena tak tahan. Tetapi ruhani yang lebih dalam selalu mengajak dan memberi ingat supaya sabar dan rela menerima. Hal yang demikian menyebabkan di antara nafsu dengan ruh terjadi perselisihan ataupun perang dalam batin. Kalau rintihan jiwa itu dapat diatasi sehingga ruh yang terlatih itu yang menang, selamatlah diri; kalau tidak, diri bisa hancur. Oleh sebab itu, Allah-lah yang akan sanggup menolong dalam hal yang seperti itu."
Olehsebab itu, sabarnya Nabi Ya'qubadalah kesabaran yang benar-benar perjuangan batin yang hebat. Siapa yang tidak akan luka hatinya karena kehilangan anak yang sangat dicintai. Tetapi kalau beliau perturutkan hati duka itu, yang akan melarat hanyalah diri beliau sendiri juga. Betapapun besar salahnya anak-anak yang masih tinggal ini, yaitu sepuluh orang, ditambah dengan seorang lagi, yaitu Bunyamin adik seibu dengan Yusuf, yang paling bungsu di antara mereka. Kalau Nabi Ya'qub memperturutkan kesusahan dan duka cita atas hilangnya satu orang, maka yang sebelas lagi ini akan bagaimana kelak. Dan bagaimana pula kelak sikap mereka kepada adik Yusuf. Kalau hatinya beliau perturutkan, keadaan akan semakin kacau. Sebab itu, beliau ambil keputusan bahwa tidak ada yang lebih indah daripada sabar dan selalu memohonkan pertolongan dan tawakal kepada Allah.
Perjuangan yang amat hebat di antara diri dari seorang ayah yang kehilangan anak yang amat dicintai, dengan jiwanya sendiri yang telah dilatih dengan iman bertahun-tahun, dengan mengambil sikap sabar yang indah dan pasrah kepada Allah, membekas juga kepada jasmani. Beliau cukup sabar menahan hati, tetapi hati yang amat ditahan itu membekas juga kepada mata beliau; mata menjadi rabun, selaput luar menjadi putih. Baru kemudian sekali, sebagaimana yang akan kita dapati pada ayat 96 kelak, mata itu menjadi terang kembali, setelah beliau membaui bau Yusuf. Ah! Ayah mengenal bau anaknya! Padahal telah berpisah-pisah berpuluh tahun.
Demikianlah Nabi Ya'qub sejak Yusuf hilang. Iba hatinya kepada anak-anak yang sepuluh orang dan beliau tidak pernah percaya bahwa Yusuf telah mati. Dia meneruskan pergaulan dengan anak-anaknya itu dengan baik, dengan jiwa besar. Tetapi anak-anak itu pun tidaklah mendapat apa yang mereka harapkan. Tambah mereka jauhkan Yusuf dari beliau, tambah dialah yang beliau ingat. Selalulah dia mendoakan kepada Allah, moga-moga satu waktu kelak Yusuf akan bertemu jua. Dia akan sabar menunggu dan dia pasrah kepada Allah.
Al-Mahayumi berkata, “Ayat ini mengandung arti yang dapat kita pikirkan dengan mendalam tentang kehidupan manusia, terutama sekali tentang hasad atau dengki. Hasad karena perebutan rezeki misalnya. Dia akan dapat menghapuskan cinta asli karena kekeluargaan. Permusuhan yang timbul lantaran hasad sekeluarga. Hasad menyebabkan orang tidak segan-segan berbuat makar terhadap orang yang didengki itu. Dan itu bisa saja terjadi kalau yang hasad merasa dirinya lebih pandai dari yang didengki. Maka kalau orang yang didengki mendakwakan bahwa hatinya baik, dia akan tetap bersikap baik kepada orang yang didengkinya, jangan lekas dipercaya. Kalau dia menyatakan bahwa dia setia dalam kata dan perbuatannya, hasilnya nanti adalah pengkhianatan. Oleh sebab itu, janganlah bingung menghadapi orang yang dengki, sebab yang menjatuhkan orang dan memuliakannya hanyalah tangan Allah semata-mata, bukan makhluk. Barangsiapa yang ingin mencapai maksudnya, padahal dengan berbuat maksiat kepada Allah, yang dicarinya tidaklah akan tercapai. Takut kepada makhluk bukanlah menjauhkan bala bencana, bahkan membuat diri takut selalu. Dan sekalian manusia, walaupun dia nabi, mesti mempunyai sifat-sifat sebagai manusia. Memperturutkan syahwat akan membawa kepada kesedihan yang berpanjang-panjang. Apa yang ditakdirkan Allah pasti jadi. Terlalu awas, tidaklah dapat mengelakkan diri dari takdir." Sekian al-Mahayumi.