Ayat

Terjemahan Per Kata
ذَٰلِكَ
demikian itu
مِنۡ
dari/sebagian
أَنۢبَآءِ
berita
ٱلۡغَيۡبِ
gaib
نُوحِيهِ
Kami wahyukannya
إِلَيۡكَۖ
kepadaku
وَمَا
dan/padahal tidak
كُنتَ
kamu berada
لَدَيۡهِمۡ
pada sisi mereka
إِذۡ
ketika
أَجۡمَعُوٓاْ
mereka berkumpul
أَمۡرَهُمۡ
perkara mereka
وَهُمۡ
dan mereka
يَمۡكُرُونَ
mereka mengatur tipu daya
ذَٰلِكَ
demikian itu
مِنۡ
dari/sebagian
أَنۢبَآءِ
berita
ٱلۡغَيۡبِ
gaib
نُوحِيهِ
Kami wahyukannya
إِلَيۡكَۖ
kepadaku
وَمَا
dan/padahal tidak
كُنتَ
kamu berada
لَدَيۡهِمۡ
pada sisi mereka
إِذۡ
ketika
أَجۡمَعُوٓاْ
mereka berkumpul
أَمۡرَهُمۡ
perkara mereka
وَهُمۡ
dan mereka
يَمۡكُرُونَ
mereka mengatur tipu daya
Terjemahan

Itulah sebagian berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), padahal engkau tidak berada di samping mereka ketika mereka bersepakat mengatur tipu daya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur).
Tafsir

(Demikian itu) hal yang telah disebutkan itu menyangkut kisah tentang Nabi Yusuf (di antara berita-berita yang gaib) kisah-kisah yang tidak diketahui olehmu hai Muhammad sebelumnya (yang Kami wahyukan kepadamu padahal kamu tidak berada pada sisi mereka) yang dimaksud adalah saudara-saudara Nabi Yusuf (ketika mereka memutuskan rencananya) untuk berbuat makar terhadap Nabi Yusuf, yaitu memasukkannya ke dalam sumur (dan mereka sedang mengatur tipu daya) terhadap Nabi Yusuf. Artinya engkau tidak hadir bersama mereka, maka bagaimana engkau dapat mengetahui kisah mereka lalu engkau menceritakannya, tetapi hal ini hanya dapat kamu ketahui melalui wahyu.
Tafsir Surat Yusuf: 102-104
Itu adalah sebagian berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada di samping mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya. Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (untuk dakwahmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam.
Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ setelah menceritakan kisah saudara-saudara Yusuf, bagaimana Allah mengangkat derajat Yusuf di atas mereka, serta menjadikan bagi Yusuf hasil yang terpuji, kemenangan, kerajaan, dan kekuasaan; padahal di awalnya mereka menghendaki kejahatan, kebinasaan, dan pembunuhan terhadap diri Yusuf.
Kisah ini dan lain-lainnya yang serupa, hai Muhammad, adalah berita-berita gaib di masa lalu. “Yang Kami wahyukan kepadamu.” (Yusuf: 102) dan Kami beritahukan kepadamu, hai Muhammad, karena di dalamnya terkandung pelajaran bagimu dan nasihat bagi orang-orang yang sesudahmu. “Padahal kamu tidak berada di samping mereka.” (Yusuf: 102) Yakni berada di dekat mereka dan tidak pula menyaksikan mereka. “Ketika mereka memutuskan rencananya." (Yusuf: 102) untuk memasukkan Yusuf ke dasar sumur.
“Dan mereka sedang mengatur tipu daya.” (Yusuf: 102) terhadap Yusuf, tetapi Kamilah yang memberitahukannya kepadamu melalui wahyu yang diturunkan kepadamu. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: “Padahal kamu tidak hadir besama mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi).” (Ali Imran: 44), hingga akhir ayat. “Dan tiadalah kamu berada di sisi sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa.” (Al-Qashash: 44) sampai dengan firman-Nya: “Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa).” (Al-Qashash: 46) “Dan tiadalah kamu tinggal bersama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka” (Al-Qashash: 45), hingga akhir ayat.
“Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang malaikat-malaikat itu ketika mereka berbantah-bantahan. Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.” (Shad: 69-70) Allah ﷻ bermaksud bahwa dia (Nabi Muhammad) adalah rasul-Nya, dan bahwa Dia telah memberitahukan kepadanya kisah-kisah terdahulu yang mengandung pelajaran dan keselamatan bagi agama dan kehidupan dunia mereka. Sekalipun demikian, kebanyakan manusia tetap tidak beriman. Karena itu, disebutkan oleh firman Allah ﷻ: "Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya." (Yusuf: 103) Dalam ayat lain disebutkan: "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (Al-An'am: 116) Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu: "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat), tetapi kebanyakan dari mereka tidak beriman." (Asy-Syu'ara: 67) Dan ayat-ayat lainnya yang serupa.
Firman Allah ﷻ: "Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (untuk dakwahmu ini)." (Yusuf: 104) Yakni kamu, hai Muhammad, sama sekali tidak meminta suatu upah pun sebagai imbalan dari nasihat, seruan kepada kebaikan dan jalan petunjuk ini, melainkan kamu melakukannya hanya semata-mata ingin mencari rida Allah dan memberi nasihat kepada makhluk-Nya. Itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam." (Yusuf: 104) yang dijadikan sebagai peringatan bagi mereka, yang memberi petunjuk kepada mereka, dan yang menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat.
Demikianlah kisah tentang Nabi Yusuf. Allah menceritakan kisah
ini kepada Nabi Muhammad agar menjadi pengajaran yang sangat berharga. Itulah sebagian berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu, wahai
Nabi Muhammad. Dengan wahyu itu engkau dapat mengetahui kisah
tersebut, padahal engkau tidak berada di samping mereka, yakni saudarasaudara Yusuf, ketika mereka bersepakat mengatur tipu muslihat untuk
melemparkan Nabi Yusuf ke dalam sumur. Meski kisah tersebut telah jelas membuktikan kerasulan Nabi
Muhammad, namun tetap saja ada orang yang tidak percaya. Dan kebanyakan manusia tidak akan mau beriman kepada Allah dan rasul-Nya,
walaupun engkau sangat menginginkannya. Baik kisah Nabi Yusuf maupun kisah-kisah lainnya dalam Al-Qur'an merupakan bukti bahwa
Al-Qur'an adalah benar wahyu Allah. Adalah mustahil bila Nabi Muhammad yang hidup jauh setelah peristiwa itu terjadi dapat menceritakannya secara rinci tanpa mendapat wahyu dari Allah Yang Maha
Mengetahui.
Pada ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa kisah Yusuf yang telah dipaparkan di atas termasuk berita gaib. Berita gaib itu diwahyukan kepada Muhammad. Sebelumnya, ia dan umat Islam tidak mengetahuinya. Dia juga tidak mengetahui ketika saudara-saudara Yusuf bersatu dan sepakat untuk membuang Yusuf ke dalam sumur yang dalam, dan ketika mereka mengatur tipu daya dan makarnya. Muhammad saw mengetahui peristiwa yang telah dialami oleh Yusuf itu dengan perantaraan wahyu dari Allah swt. Peristiwa ini merupakan bukti yang nyata atas kebenaran kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Bagi orang yang sadar, bukti ini menjadi alasan untuk mempercayai dan membenarkan kerasulan Muhammad saw itu.
YA'QUB BERTEMU ANAKNYA, YUSUF
Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah Ya'qub dan seluruh keluarganya. Istrinya (Lea), anak-anak, cucu-cucu dan menantu-me-nantunya, dan anak-anaknya yang perempuan dengan suami dan anak-anaknya pula. Yusuf sengaja datang mengalu-alukan beliau ke batas negeri Mesir dengan tanah Kana'an. (Mungkin di Gizzah yang sekarang ini).
Ayat 99
“Maka tatkala telah masuk mereka kepada Yusuf, dipeluknyalah kedua ibu bapaknya, seraya berkata: ‘Masuklah ke Mesir, in syaa Allah, dalam keadaan aman.'"
Itulah saat yang diharap-harapkan dan sangat diyakini oleh Ya'qub pasti akan datang, sebab dia belum pernah merasa bahwa anaknya itu telah mati. Niscaya bertangis-tangisanlah mereka pada saat yang amat mengharukan itu. Adapun ibu, menurut banyak ahli-ahli tafsir ialah istri Ya'qub yang tua, kakak dari Rakhel ibu Yusuf, anak dari Laban, dan Laban adalah saudara laki-laki dari ibu Ya'qub. Istri yang tua ini bernama Lea, ibu dari Raubin. Segala barang diangkut dengan pedari-pedari yang sengaja dikirim Yusuf dari Mesir. Setelah musta'id mereka pun meneruskan perjalanan ke Mesir.
Ayat 100
“Dan didudukkanlah kedua ibu bapaknya ke atas singgasana."
Yaitu singgasana kedudukan Yusuf sebagai Yang Dipertuan Muda Kerajaan Mesir. "Lalu mereka meniarap semua menghadapnya bersujud." Yang menurut syari'at pada masa itu agaknya tidak dilarang, karena semata-mata menyatakan hormat atau sangat terharu oleh perubahan keadaan yang sangat besar itu. Semuanya bersujud, sehingga Nabi Ya'qub dan istrinya pun turut bersujud.
“Dan berkatalah Dia: “Wahai bapakku! Inilah dia takwit mimpiku yang dahulu itu, telah dijadikan oleh Tuhanku menjadi kenyataan, dan Dia telah beibuat baik kepadaku, ketika Dia telah keluarkan daku dari dalam penjaga, dan didatangkanNya kamu semua dari dusun sesudah setan mengganggu di antaraku dan di antara saudara-saudaraku, sungguhlah Tuhanku itu lemah-lembut atas apa yang Dia kehendaki, sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana"
Pada ayat ini jelas dan nyata lagi ketinggian budi Yusuf. Dia hanya menyebut bahwa Allah telah menyelamatkannya keluar dari penjara, dan tidak disebutkannya bahwa Allah pun telah mengeluarkannya dari dalam sumur, supaya kenang-kenangan buruk di atara dia dengan saudara-saudaranya jangan timbul lagi, sebab itu akan mengurangi kegembiraan mereka dalam pertemuan yang amat berbahagia itu. Dan lebih dari itu, ialah hormat kepada Allah! Dan tidak disebutnya bahwa dari daiam penjara dia terus naik takhta Kerajaan sebagai Wazir Besar Raja Mesir, menunjukkan kerendahan hatinya di hadapan orang tuanya, karena meskipun bagaimana ketinggian pangkat yang diperolehnya, dia tidak lebih dari seorang anak yang selalu wajib berkhidmat dan hormat setinggi-tingginya kepada orang tua. Dia mensyukuri karena semua mereka itu telah datang dari dusun dan semua telah berkumpul ke Mesir, supaya hidup bersama-sama merasakan nikmat kemuliaan yang telah dirasakannya, dan tidak lagi akan menyusahkan perkara makanan yang pada masa itu masih sangat susah. Dan semua itu terjadi—katanya— setelah setan mengganggu di antara aku dengan saudara-saudaraku. Maka kesalahan saudara-saudaranya itu tidak dikatakannya salah mereka, melainkan salah setan belaka yang selalu mengganggu ketenteraman manusia. Tetapi semuanya itu tidak lain hanyalah berkat lemah lembut dan kasih mesra Allah terhadap hamba-Nya, Dia berbuat apa yang dihendaki-Nya, yang kadang-kadang tidak disangka-sangka oleh manusia. Sebab Allah itu Maha Mengetahui akan hamba-Nya dan Amat Bijaksana mengatur segala sesuatu, sehingga mengagumkan manusia.
Sejak waktu itu hiduplah mereka bersama di negeri Mesir. Menurut kitab Perjanjian Lama, hanya beberapa waktu saja Ya'qub tinggal dalam kota Mesir yang jaya itu. Tidak berapa lama kemudian Raja Mesir sendiri, karena menghormati Wazir Besarnya itu telah menganugerahi Ya'qub dan putra-putranya itu sebidang tanah yang luas untuk mereka hidup bercocok tanam dan beternak, karena demikianlah kebiasaan orang Ibrani yang mulia.
Dan setelah selamat segala kejadian ini, laksana langit sudahlah cerah dan angin ribut sudahlah tenang, dan bumi sudahlah subur, maka bersyukurlah Yusuf kepada Allah dengan ucapannya,
Ayat 101
“Ya Tuhanku ! Sungguh telah Engkau anugerahkan kepadaku ..."
Kekuasaan yang demikian luasnya dan megahnya. Itulah nikmat dunia yang tiada taranya dan tiada aku sangka pada mulanya."Dan telah Engkau ajarkan kepadaku takwil dari kejadian-kejadian." Sehingga aku dapat mentakwilkan mimpi dan dapat menerka makanan sebelum dia terhidang dan keadaan yang lain-lain."Wahai yang Mencipta semua langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat." Semua kebenaran dunia ini, dan semua nikmat keruharian ini hanya dari Engkau datangnya. Hanya Engkau yang mengurniakannya. Tiada kalam yang dapat melukiskan dan tiada lidah yang dapat mengucapkan,'Terima/a/i akan daku sebagai Muslim" Artinya, jika datang saatnya aku sudah mesti meninggalkan dunia ini, terimalah aku Tuhanku, hamba-Mu yang lemah ini sebagai seorang Muslim, seorang yang telah menyerah kepada-Mu sebulatnya tiada yang lain.
“Dan hubungkantah daku dengan orang-orang yang saleh."
Doa atau munajat yang amat mengharukan ini telah beliau ucapkan setelah kewajiban beliau sebagai Raja Muda atau Bendahara Negeri Mesir dilaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Tidak kurang dari lima belas tahun beliau telah bekerja keras siang dan malam, dan berhasil dengan gemilang, sehingga negeri Mesir terlepas dari bahaya kelaparan, malahan setelah musim kemarau yang tujuh tahun itu, dia menjadi negeri yang kaya dan dapat menjual makanan ke negeri-negeri lain yang berdekatan, sehingga tumpah ruah orang datang membeli makanan ke Mesir. Dan sehabis musim kemarau itu, Mesir menjadi negeri kaya, berkat usaha dari Bendahara, Raja Muda yang cerdik pandai mengatur pemerintahan itu. Dalam pada itu, tugas beliau sebagai rasul Allah tetap pula beliau jalankan. Terutama kepada orang-orang yang melarat, petani dan pengembala yang amat beliau kasihi dan tidak beliau pandang hina, walaupun beliau berpangkat tinggi. Cuma orang-orang kerajaan jua yang oleh karena diliputi oleh kemewahan banyak yang ragu-ragu, tetapi tidak berani membantah. Hal ini masih diingat oleh seorang besar Kerajaan Mesir, empat ratus tahun di belakang Yusuf, yaitu di zaman Nabi Musa. Tandanya zaman kejayaan Yusuf itu lama diingat orang yaitu Orang Besar keluarga Fir'aun yang telah menyatakan imannya dengan diam-diam kepada Musa. Dia memberi nasihat kepada kaumnya agar menerima seruan Musa itu, jangan ragu-ragu juga sebagaimana keraguan kepada Yusuf dahulu itu (Lihat surah al-Mu'min, ayat 34).
Satu hal lagi yang mengharukan hati kita bila membaca doa beliau ini, ialah keteguhan hati beliau menghadapi hidup. Beliau dimasukkan oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur, beliau diam dan tidak mengeluh, dan tidak berdoa menyatakan sedia mati saja, karena beliau ingin hidup, ingin berjasa. Kemudian beliau meringkuk dalam tahanan selama tujuh tahun, perkara tidak diperiksa, kesalahan tidak ada. Di sana pun beliau tidak mengeluh bersedia mati, karena ingin hidup, buat beramal dan berbuat baik. Setelah tua dan setelah kewajiban hidup beliau lunaskan, dan dikenal dalam segala penderitaan dan kesenangan sebagai seorang yang tetap berbuat baik, dan setelah bertemu kembali dengan ayahnya, barulah dia bermunajat kepada Allah,
“Jika telah tiba waktunya aku mesti menutup mata, ya Tuhanku, maka terimalah altu sebagai seorang Muslim. Dan hubungkan daku dengan orang-orang yang saleh."
Yaitu nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain. Sebagai penutup kisah yang sangat indah ini, berfirmanlah Allah kepada utusan-Nya, Nabi kita Muhammad saw.,
“Demikian itulah berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada engkau." (Wahai utus-an-Ku).
Ayat 102
“Padahal tidaklah engkau ada di hadapan mereka, tatkala mereka menyatu-padukan soal mereka itu."
Yaitu sekalian saudara-saudara Nabi Yusuf bermufakat hendak membunuh atau hendak membuangnya jauh-jauh agar hilang dari mata orang tuanya, atau keputusan terakhir me-masukkannya ke dalam sumur.
“Padahal mereka tengah mengatur tipu-daya,"
Tetapi kabar ini engkau ketahui selengkapnya, karena wahyu yang Aku turunkan kepada engkau jua adanya.
Sehingga tersebutlah dalam satu riwayat oleh al-Baihaqi dari jalan al-Kalbi dari Abu Shalih, dari keterangan Ibnu Abbas, bahwa suatu ketika seorang Ahbar (pendeta) Yahudi datang menziarahi Rasulullah saw. dan didengarnya beliau sedang membawa surah ini, dia sangat tercengang dan bertanya dari mana diterimanya riwayat itu, lalu Nabi Muhammad saw. menjawab, bahwa dia diterimanya dari Wahyu. Pendeta Yahudi itu tercengang, sebab kisah itu hampir sejalan dengan yang dalam Taurat, lalu dia pun menyatakan diri masuk Islam dan diajaknya pula beberapa orang temannya memeluk Islam. Maka masuk Islamlah mereka karena surah Yuusuf.
Berkata Abu Ishaq as-Sabi'i, yang diterimanya dari Masruq, dan Masruq menerima dari Abdullah bin Mas'ud, katanya, “Bani Israil masuk ke Mesir jumlahnya semua 63 manusia, kemudian setelah mereka keluar (dengan pimpinan Musa a.s.) berjumlah 670.000 orang." Ditambah lagi dengan riwayat Musa bin Ubaidah, dari Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi, dari Abdullah bin Syaddad, Datang Ya'qub sekeluarga menuruti Yusuf ke Mesir, semuanya 86 orang, kecil dan besar, laki-laki dan perempuan; dan kemudian mereka keluar (di zaman Musa) bilangan mereka 600.000 lebih. Tambahan lagi:
Di dalam kisah Yusuf ini Raja Mesir tidaklah disebut Fir'aun, melainkan “Malik" atau raja saja. Kemudian setelah zaman Nabi Musa barulah tersebut nama dan gelar raja-raja Mesir itu, yaitu Fir'aun.
Ahli-ahli penyelidik sejarah menyatakan bahwa di zaman dahulu itu, khususnya zaman Nabi Yusuf memang Mesir pernah diserang dan dikuasai oleh pengembara-pengembara dari Tanah Arab, yang dinamai kaum Hyksos. (Keterangan ini dapat dilihat dalam buku karangan saga, Sejarah Umat Islam Jilid I). Sebab itu maka di dalam kitab-kitab tafsir disebut nama Raja Mesir Zaman Yusuf tersebut, yang mengangkatnya menjadi Raja Muda atau Bendahara dengan panggilan “Yang Mulia" (al-Aziz) bahwa nama raja itu ar-Rayyan bin Al-Walid; yang menunjukkan bahwa dia adalah Raja Arab.