Ayat

Terjemahan Per Kata
وَيَٰقَوۡمِ
Dan (ia berkata) wahai kaum
ٱعۡمَلُواْ
berbuatlah kamu
عَلَىٰ
atas/menurut
مَكَانَتِكُمۡ
tempat/kemampuanmu
إِنِّي
sesungguhnya aku
عَٰمِلٞۖ
seorang yang berbuat
سَوۡفَ
kelak/bakal
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
مَن
siapa
يَأۡتِيهِ
mendatanginya
عَذَابٞ
azab
يُخۡزِيهِ
menghinakannya
وَمَنۡ
dan siapa
هُوَ
dia
كَٰذِبٞۖ
berdusta
وَٱرۡتَقِبُوٓاْ
dan tunggulah
إِنِّي
sesungguhnya aku
مَعَكُمۡ
bersama kamu
رَقِيبٞ
menunggu
وَيَٰقَوۡمِ
Dan (ia berkata) wahai kaum
ٱعۡمَلُواْ
berbuatlah kamu
عَلَىٰ
atas/menurut
مَكَانَتِكُمۡ
tempat/kemampuanmu
إِنِّي
sesungguhnya aku
عَٰمِلٞۖ
seorang yang berbuat
سَوۡفَ
kelak/bakal
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
مَن
siapa
يَأۡتِيهِ
mendatanginya
عَذَابٞ
azab
يُخۡزِيهِ
menghinakannya
وَمَنۡ
dan siapa
هُوَ
dia
كَٰذِبٞۖ
berdusta
وَٱرۡتَقِبُوٓاْ
dan tunggulah
إِنِّي
sesungguhnya aku
مَعَكُمۡ
bersama kamu
رَقِيبٞ
menunggu
Terjemahan

Wahai kaumku, berbuatlah apa yang bisa kamu lakukan! Sesungguhnya aku pun berbuat (hal yang sama). Kelak kamu mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang pendusta. Tunggulah (akibat perbuatanmu), sesungguhnya aku pun akan menunggu bersamamu!”
Tafsir

(Dan dia berkata, "Hai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuan kalian) sesuai dengan keadaan kalian (sesungguhnya aku pun berbuat pula) sesuai dengan kedudukanku. (Kelak kalian akan mengetahui siapa) lafal man di sini adalah maushul yang berkedudukan menjadi maf'ul dari lafal ta'lamuuna (yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah) akibat daripada perbuatan kalian itu (sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian.") ikut mengawasinya.
Tafsir Surat Hud: 93-95
Dan (dia berkata), "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuan kalian, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan kedatangan azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian.”
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaan bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Samud telah binasa.
Ayat 93
Ketika Nabi Syu'aib merasa putus asa akan sambutan kaumnya kepada seruannya, maka ia berkata kepada mereka: “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuan kalian.” (Hud: 93) Yakni menurut cara kalian. Di dalam kalimat ini terkandung ancaman yang keras.
“Sesungguhnya aku pun berbuat (pula).” (Hud: 93)
Yaitu menurut caraku sendiri.
“Kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan kedatangan azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta.” (Hud: 93)
Yakni aku atau kaliankah?
“Dan tunggulah azab (Tuhan).” (Hud: 93)
Yakni tunggulah oleh kalian. “Sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian.” (Hud: 93)
Ayat 94
Allah ﷻ berfirman: “Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.” (Hud: 94)
Firman Allah ﷻ: “bergelimpangan.” (Hud: 94)
Yaitu bergeletakan mati tanpa bergerak lagi.
Di dalam surat ini disebutkan bahwa azab yang menimpa mereka adalah pekikan yang mengguntur. Di dalam surat Al-A'raf disebutkan gempa yang dahsyat, sedangkan di dalam surat Asy-Syu'ara disebutkan azab pada hari mereka dinaungi oleh awan. Mereka adalah suatu umat yang berkumpul di hari mereka diazab, sehingga semuanya menerima pembalasan dari Allah. Dan sesungguhnya pada tiap-tiap konteks disebutkan hal yang sesuai dengannya.
Maka dalam surat Al-A'raf, yaitu ketika mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syuaib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami.” (Al-A'raf: 88) Maka hal yang sesuai dengan konteksnya disebutkan bahwa lalu bumi mengalami gempa yang hebat yang membinasakan orang-orang yang berbuat zalim itu di dalam kotanya, karena mereka bermaksud akan mengusir Nabi mereka dari kotanya.
Dan dalam surat Hud ini disebutkan bahwa ketika mereka berbuat kurang ajar dalam ucapan mereka kepada nabinya, maka dikeluarkanlah pekikan yang mengguntur yang mencabut nyawa mereka semuanya. Di dalam surat Asy-Syu'ara disebutkan pula bahwa ketika mereka mengatakan: “Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika memang kamu orang yang benar.” (Asy-Syu'ara: 187) Maka dalam ayat selanjutnya disebutkan: “Lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.” (Asy-Syu'ara: 189) Hal ini termasuk rahasia yang lembut maknanya, dan hanya kepada Allah-lah kami memuji dan bersyukur selama-lamanya.
Ayat 95
Firman Allah ﷻ: “Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu.” (Hud: 95)
Yakni seakan-akan sebelum itu mereka belum pernah hidup di rumah mereka.
“Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Samud telah binasa.” (Hud: 95)
Tempat tinggal orang-orang Madyan bertetangga-dengan orang-orang Samud, mereka serupa dalam hal kekufuran dan suka membegal (merampok); kedua-duanya adalah bangsa Arab.
Dan Nabi Syuaib pun melanjutkan pembicaraan, wahai kaumku!
Berbuatlah semau dan sesuka kamu menurut kemampuanmu, jika kamu
mengancamku dan melanjutkan kedurhakaan sesungguhnya aku pun tetap berbuat pula sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhanku yaitu
berdakwah dan memperingatkan kamu menurut kemampuanku. Kelak
kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan
akibat menyekutukan Allah dan berbuat jahat kepada manusia, dan
siapa yang berdusta. Dan tunggulah siksaan yang dijanjikan Allah kepada
kamu! Sesungguhnya aku bersamamu adalah orang yang menunggu apa
yang dijanjikan Tuhanku. Maka ketika keputusan atau ketetapan Kami untuk membinasakan
mereka telah datang, maka terlebih dahulu Kami selamatkan Nabi Syuaib
dan orang-orang yang beriman bersamanya dari azab itu. Orang-orang yang
beriman kepada Allah diselamatkan dengan rahmat yang besar dari Kami, sedang orang yang zalim terhadap dirinya dengan perbuatan syirik,
dibinasakan oleh suara yang mengguntur yang dapat membinasakan orang
dalam sekejap, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya atau di
negerinya karena dahsyatnya azab itu.
Kemudian Nabi Syuaib a.s. dengan tegas menentang mereka dan mengatakan kepada mereka, "Berbuatlah sekehendak hatimu, lakukanlah apa yang dapat kamu lakukan, dan kumpulkanlah segala kekuatan yang ada pada kamu, aku akan tetap berpegang teguh kepada akidahku, dan aku tetap beriman kepada-Nya dan aku percaya dan yakin bahwa Dia akan melindungiku dan memeliharaku dari segala marabahaya. Kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang akan ditimpa azab dan malapetaka, siapa di antara kita yang berbohong dan berdusta, tunggulah nasib yang akan menimpamu, aku pun bersamamu menunggu."
Ini adalah suatu tantangan yang berani dari seorang yang tak berdaya, tak mempunyai penolong dan pembela dari kalangan kaumnya dan tidak mempunyai kekuatan yang dapat diandalkan, tetapi penuh keyakinan dan kepercayaan bahwa Allah selalu menyertainya dan tidak akan mengabaikan atau menyia-nyiakannya. Inilah tantangan terhadap orang-orang yang sombong dan takabur, selalu membanggakan materi tetapi lupa bahwa di atas kekuatan materi ada kekuatan gaib yang dapat menghancurleburkan mereka yaitu kekuatan dan kekuasaan Allah ﷻ
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 91
“Mereka berkata, ‘Hai, Syu'aib! Tidaklah kami mengerti sebagian besar dari apa yang engkau katakan itu.
Artinya, kami tidak paham akan perkataanmu yang panjang lebar itu, tidak masuk dalam akal kami. Kami tidak bisa menerima kalau kamu disuruh menghentikan melakukan upacara agama menurut yang dipusakai dari nenek moyang. Kami pun tidak dapat mengerti kalau engkau menganjurkan kami berniaga mesti jujur. Kalau jujur, di mana akan dapat keuntungan. Engkau melarang “menangguk di air keruh", padahal kalau air tidak dikeruh terlebih dahulu, mana akan boleh menangkap ikan. Pendeknya perkataanmu itu adalah
terlalu tinggi, tidak dapat dipraktikkan di dalam kenyataan hidup dan perlombaan mencari rezeki."Dan sesungguhnya kami pandang engkau di antara kami adalah seorang yang lemah"
Seorang yang lemah!
Menurut keterangan dari Said bin Jubair, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, demikian juga menurut suatu riwayat dari Ali bin Abi Thalib bahwa kaumnya mengatakan bahwa Nabi Syu'aib itu lemah karena matanya buta. Al-Wahidi, demikian juga Ihnu Asakir meriwayatkan, demikian juga yang diterima Syaddad bin Auf, berkata dia, berkata Rasulullah ﷺ
(93) Dan wahai kaumku! Beramallah kamu di atas pendirian kamu, sesungguhnya aku pun akan beramal. Kamu akan mengetahui kepada siapa akan datang adzab yang akan menghinakannya dan siapa dia yang pendusta. Dan tunggulah, sesungguhnya aku pun, beserta kamu, menunggu pula."
(94) Dan tatkala datanglah ketentuan Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman sertanya dengan rahmat dari Kami, dan pekiklah yang mengenai orang-orang yang zalim itu, sehingga mereka dalam rumah-rumah mereka jadi binasa.
(95) Seakan-akan mereka tidak pernah berada padanya. Suatu kebinasaan bagi Madyan, sebagaimana binasanya Tsamud.
“Menjadi buta mata Nabi Syu'aib ‘alaihis salam karena beliau selalu menangis karena cintanya kepada Allah, sampai beliau buta."
Sufyan ast-Tsauri mengatakan bahwa penglihatan Nabi Syu'aib itu lemah (dhaif). Jadi, bukan sampai buta.
Kalau riwayat ini benar, berdualah Rasulullah yang menjadi lemah penglihatannya. Ya'qub karena rindu bertemu kembali dengan putranya, Yusuf, sehingga selalu munajat kepada Allah, dan Syu'aib yang bersedih hati dalam kecintaan kepada Allah.
Tetapi as-Suddi mengatakan bahwa kaumnya mengatakan dia adalah seorang yang lemah di antara kaumnya karena hanya dia sendiri saja yang berpegang pada pendirian demikian, memusatkan aqidah kepada Allah, hidup hendaklah jujur, jangan mencurangkan sukatan dan timbangan.
Baik Nabi Syu'aib itu buta maupun penglihatan matanya lemah, namun pendapat as-Suddi yang mengatakan dia dianggap lemah oleh kaumnya karena dia hanya sendirian dalam negeri itu lebih sesuai dengan suasana. Kaumnya memandang kedudukannya (posisinya) lemah sebab dia sendirian, pengikutnya tidak banyak, penyokongnya tidak ada. Bagi mereka, tidak ada artinya suatu pendirian, suatu gagasan, atau cita-cita kalau orang yang menyerukan itu lemah ekonominya, miskin, dan tidak berpengikut. Sebab itu, mereka ber-kata selanjutnya,"Dan kalau bukanlah lantaran kaum engkau, sesungguhnya telah kami rajam engkau." Kami tidak dapat menghargai engkau betapapun seruan yang engkau bawa. Tak ada harganya semua karena engkau tergolong orang lemah. Kalau tidak segan-menyegan dengan keluarga-keluargamu yang terdekat, yang masih tetap satu pendiriannya dengan kami, sudah lama engkau kami rajam, kami timpuki dengan batu, biar engkau mampus.
“Karena tidaklah engkau ini, bagi kami, seorang yang terhormat."
Sebelah mata kami tidak akan memandang kepada engkau sebab engkau orang yang tidak patut dihormati. Apa yang engkau banggakan kepada kami. Maka sesudah mereka puji dia (ayat 87), mereka akui dia sebagai seorang yang lapang dan bijaksana, sekarang (ayat 91), mereka katakan bahwa dia tidaklah seorang yang patut dihormati atau dimuliakan. Alang-kah jauh perbedaannya pendirian mereka yang dahulu dengan yang sekarang, setelah nyata bagi mereka bahwa Nabi Syu'aib telah berubah haluan.
Tetapi Nabi Syu'aib—yang sebagai mereka akui sendiri—seorang yang lapang dada dan bijaksana, telah menjawab,
Ayat 92
“Dia berkata, ‘Apakah keluargaku itu lebih terhormat bagi kamu daripada Allah?'"
Alangkah dalamnya iman ini. Memang layak perkataan seorang rasul! Artinya, diriku ini boleh kamu pandang hina, tetapi suara yang aku bawa itulah yang aku minta diperhatikan. Bagiku sendiri, perhatikan akan sabda Allah yang aku bawa ini jauh seribu kali lebih penting daripada mengingat keluargaku. Kamu hendaklah melindungiku hanyalah karena hormat kepada keluargaku dan segan kepada mereka. Mengapa tidak kalian hargai dan kalian segani Allah yang mengutus aku ini? “Dan kamu buangkan Dia ke belakang punggung kamu?" Tidak kalian pedulikan seruan Allah yang mengutus aku, kamu buang-kan saja seruan Allah ke dalam keranjang sampah, sedangkan yang lebih kamu muliakan hanyalah keluargaku,
“Sesungguhnya, Tuhanku terhadap apa yang kamu kerjakan ini adalah meliputi"
Pada akhirnya berkatalah Nabi yang mereka tuduh lemah itu, yaitu kata-kata yang menunjukkan kekuatan batin walaupun dia dipandang lemah oleh kaumnya itu,
Ayat 93
“Dan wahai kaumku! Beramallah kamu di atas pendirian kamu, sesungguhnya aku pun akan beramal."
Saya sudah sampaikan, namun kalian tidak juga mau surut ke jalan yang benar, tidak mau memohon ampun dan tobat, tidak mau menghentikan kecurangan kepada sesama manusia sehingga membuat rusak binasa masyarakat di atas bumi. Sekarang, seruanku telah sampai, utangku telah lepas. Kalian tak mau berhenti, terserah kalian. Boleh terus dan saya pun akan terus pula pada pendirianku. Saya tidak akan menghentikan seruan ini. Maka apabila kita sudah sama-sama meneruskan keyakinan kita dan langkah hidup kita, “Kamu akan mengetahui kepada siapa akan datang adzabyang akan menghinakannya!' Nanti akan ketahuan dengan pasti, pasti sekali, kepada siapa akan datang adzab, kepada orangyang mendurhakai Allah dan berlaku curang kepada sesamanya manusiakah, sebagai yang kamu kerjakan itu, atau kepada aku yang menjalani hidup dengan kejujuran, mendapat rezeki secara jujur, dan selalu bercita-cita berbuat baik (ayat 88)."Dan siapa dia yang pendusta" Kamukah yang berdusta dengan serba kecurangan itu atau akukah yang berdusta karena seruanku kepadamu selama ini. Nanti semuanya pasti akan jelas dan nyata,
“Dan tunggulah, dan sesungguhnya aku pun, besenta kamu, menunggu pula."
Tentu saja, dengan sombongnya mereka sama-sama bersedia menunggu, namun perhi-tungan akal yang sehat, selama manusia masih mempergunakan akalnya, sudah dari jauh-jauh hari dapat memerhatikan bahwa jalan yang curang itulah yang akan gagal. Tetapi bilakah?
Tentang bila masanya, manusia tidaklah tahu! Yang menentukan waktunya ialah Allah sendiri.
Ayat 94
“Dan tatkala datanglah ketentuan Kami."
yaitu tatkala datanglah adzab siksaan yang telah ditentukan Allah itu, “Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman sertanya dengan rahmat dari Kami." Di dalam ayat ini dapatlah kita pahami bahwasanya Allah menyelamatkan Nabi-Nya dan pengikut-nya yang sedikit itu, sebagaimana juga penyelamatan Nabi Luth, dengan dikeluarkan me-reka lebih dahulu dari daerah yang berbahaya itu."Dan pekiklah yang mengenai orang-orang yang zalim itu." Artinya, dengan tiba-tiba kedengaranlah pekik (jeritan) yang amat keras bunyinya, sehingga seakan-akan memecahkan anak telinga. Demi apabila telah terdengar pekik yang demikian dahsyatnya, tidaklah seorang juga yang tahan hidup lagi,
“Sehingga mereka dalam rumah-rumah mereka jadi binasa."
Ada yang tersungkur dalam rumah, ada yang sedang di atas kendaraan tersungkur bersama kendaraannya. Di mana-mana penuh bangkai.
Ayat 95
“Seakan-akan mereka tidak pernah berada padanya."
Melihat kepada bekas kehancuran itu tidaklah dapat dibayangkan lagi bahwa negeri itu dahulunya pernah didiami manusia. Negeri Madyan akhirnya menjadi padang belantara yang kosong dari manusia, takut orang berjalan di dekat-dekat itu, seakan-akan didiami oleh hantu belaka, yang di dalam ungkapan hikayat-hikayat Melayu kuno disebut “laksana negeri yang dialahkan garuda" atau “menjadi padang tekukur". Itulah,
“Suatu kebinasaan bagi Madyan, sebagaimana binasanya Tsamud."
(ujung ayat 95)