Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
يَٰشُعَيۡبُ
wahai Syu'aib
مَا
tidak
نَفۡقَهُ
kami mengerti
كَثِيرٗا
banyak
مِّمَّا
dari/tentang apa
تَقُولُ
kamu katakan
وَإِنَّا
dan sesungguhnya kami
لَنَرَىٰكَ
sungguh kami melihat engkau
فِينَا
pada diantara kami
ضَعِيفٗاۖ
lemah
وَلَوۡلَا
dan jika tidak
رَهۡطُكَ
golongan/keluargamu
لَرَجَمۡنَٰكَۖ
tentu kami rajam kamu
وَمَآ
dan tidaklah
أَنتَ
kamu
عَلَيۡنَا
atas kami
بِعَزِيزٖ
berkuasa/terhormat
قَالُواْ
mereka berkata
يَٰشُعَيۡبُ
wahai Syu'aib
مَا
tidak
نَفۡقَهُ
kami mengerti
كَثِيرٗا
banyak
مِّمَّا
dari/tentang apa
تَقُولُ
kamu katakan
وَإِنَّا
dan sesungguhnya kami
لَنَرَىٰكَ
sungguh kami melihat engkau
فِينَا
pada diantara kami
ضَعِيفٗاۖ
lemah
وَلَوۡلَا
dan jika tidak
رَهۡطُكَ
golongan/keluargamu
لَرَجَمۡنَٰكَۖ
tentu kami rajam kamu
وَمَآ
dan tidaklah
أَنتَ
kamu
عَلَيۡنَا
atas kami
بِعَزِيزٖ
berkuasa/terhormat
Terjemahan
Mereka berkata, “Wahai Syuʻaib, Kami tidak banyak mengerti apa yang engkau katakan itu, sedangkan kami sesungguhnya memandang engkau sebagai seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah melemparimu (dengan batu), sedangkan engkau pun bukan seorang yang berpengaruh atas kami.”
Tafsir
(Mereka berkata) dengan nada yang menunjukkan kurang perhatian mereka terhadap perkataan Nabi Syuaib ("Hai Syuaib! Kami tidak mengerti) kurang memahami (banyak tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami) maksudnya orang yang rendah (kalau tidaklah karena keluargamu) familimu (tentulah kami telah merajam kamu) dengan batu (sedangkan kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.") bukan orang-orang tidak pantas untuk dihukum rajam; dan sesungguhnya hanya keluargamu sajalah orang-orang yang berwibawa itu.
Tafsir Surat Hud: 91-92
Mereka berkata, "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu, tentulah kami telah merajam kamu, sedangkan kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami."
Syuaib menjawab, "Hai kaumku, menurut pandangan kalian apakah keluargaku lebih terhormat daripada Allah, sedangkan Allah kalian jadikan sesuatu yang terbuang di belakang kalian? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kalian kerjakan.
Ayat 91
“Mereka mengatakan: ‘Hai Syuaib, kami tidak banyak mengerti’.” (Hud: 91)
Maksudnya, kami tidak banyak memahami perkataanmu itu.
“Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah.” (Hud: 91)
Sa' id ibnu Jubair dan As-Sauri mengatakan, Nabi Syu'aib adalah seorang yang tuna netra.
As-Sauri mengatakan bahwa Nabi Syu'aib dijuluki sebagai juru bicara para nabi.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: “Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami.” (Hud: 91) Bahwa yang dimaksud lemah ialah karena dia sendirian.
Abu Rauq mengatakan bahwa mereka bermaksud bahwa dia adalah orang yang hina, karena kaum kerabatnya tidak memeluk agamanya.
“Kalau tidaklah karena keluargamu, tentulah kami telah merajam kamu.” (Hud: 91)
Yang dimaksud dengan rahtun ialah kaum, yakni 'seandainya tidaklah karena kaummu yang kami hormati, niscaya kami akan merajam kamu'. Menurut suatu pendapat merajam dengan batu, sedangkan menurut pendapat yang lainnya mengatakan merajam dengan caci maki.
“Sedangkan kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.” (Hud: 91)
Artinya, kamu bukanlah orang yang berwibawa di kalangan kami.
Ayat 92
“Syu'aib menjawab, ‘Hai kaumku, menurut pandangan kalian apakah keluargaku lebih terhormat daripada Allah’? “(Hud: 92)
Yakni apakah kalian membiarkan aku karena kaumku, bukan karena menghormati Tuhan Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi bila kalian menimpakan keburukan kepada Nabi-Nya.
Sesungguhnya kalian telah menjadikan Allah terlupakan oleh kalian. “Di belakang punggung kalian.” (Hud: 92) Maksudnya, kalian mengesampingkan-Nya di belakang kalian; karena itulah kalian tidak taat dan tidak menghormati-Nya.
“Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kalian kerjakan.” (Hud: 92)
Yakni Dia mengetahui semua amal perbuatan kalian, dan kelak Dia akan membalaskannya kepada kalian."
Setelah diuraikan nasihat Nabi Syuaib kepada kaumnya supaya
mengikuti jalan yang benar, kemudian dipaparkan tentang jawaban
mereka setelah mendengar nasihat Nabi Syuaib, seraya berkata, Wahai
Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu,
sedang kenyataannya kami memandang atau menilai engkau sekarang ini
sebagai seorang yang lemah di antara kami, karena tidak memiliki kekuatan, baik berupa harta kekayaan atau kekuasaan untuk melawan kami. Kalau tidak karena kami memandang keluargamu, tentu kami telah
merajam engkau dengan melempari batu hingga mati, sedang engkau pun
bukan seorang yang berpengaruh, memiliki kewibawaan atau kedudukan
di lingkungan kami.
92. Mendengar hinaMendengar hinaan mereka, dia'Nabi Syuaib'menjawab, Wahai
kaumku! Apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada
Allah, padahal Dia lebih berhak untuk ditakuti dan diagungkan, bahkan
Dia kamu tempatkan di belakangmu, yakni perintah-perintah Allah kamu
abaikan dengan sikap menghina dan sombong' Ketahuilah sesungguhnya
pengetahuan Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan, tidak ada satu
pun perbuatan yang kamu lakukan, baik yang tersembunyi atau terang-terangan, melainkan semuanya diketahui oleh-Nya. Semua amal
perbuatan yang kamu lakukan pasti akan dihisab.
Sesudah penduduk Madyan (kaum Syuaib a.s.) merasa jenuh dan jengkel terhadap Nabi Syuaib a.s. karena semua alasan yang mereka kemukakan untuk menolak seruannya dijawab oleh Nabi Syuaib, mereka akhirnya berkata, "Hai Syuaib, kami tidak dapat memahami apa yang engkau kemukakan kepada kami mengenai tuhan-tuhan sembahan kami dan peraturan-peraturan yang mengekang kebebasan kami untuk bertindak dan mengendalikan harta kekayaan kami, begitu pula tentang azab yang akan menimpa kami, jika kami tidak mengikuti kemauanmu. Seakan-akan engkaulah yang menetapkan segala sesuatu dan di tangan engkaulah kebahagiaan dan kecelakaan kami, padahal semua itu adalah semata-mata urusan Tuhan. Kami melihat dan meyakini bahwa engkau adalah seorang yang lemah tak berdaya, tidak mungkin akan dapat membawa manfaat atau mudarat kepada kami, dan bila kami ingin membinasakan engkau, engkau tidak akan dapat membela diri. Kalau tidak rasa kasihan kami terhadap keluarga dan karib kerabatmu, tentulah kami sudah melemparimu dengan batu sampai mati."
Mereka melanjutkan bantahannya, "Engkau sendiri tidak ada harapan dan tidak ada harganya bagi kami karena engkau bukanlah seorang yang gagah berani dan perkasa yang dapat mempertahankan diri dari serangan orang lain. Hanya semata-mata karena kasihan kepada keluarga dan karib kerabatmulah, kami belum membunuhmu, karena mereka masih tetap berada di pihak kami, dalam golongan kami tidak mau meninggalkan agama kami dan agama nenek moyang kami.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 91
“Mereka berkata, ‘Hai, Syu'aib! Tidaklah kami mengerti sebagian besar dari apa yang engkau katakan itu.
Artinya, kami tidak paham akan perkataanmu yang panjang lebar itu, tidak masuk dalam akal kami. Kami tidak bisa menerima kalau kamu disuruh menghentikan melakukan upacara agama menurut yang dipusakai dari nenek moyang. Kami pun tidak dapat mengerti kalau engkau menganjurkan kami berniaga mesti jujur. Kalau jujur, di mana akan dapat keuntungan. Engkau melarang “menangguk di air keruh", padahal kalau air tidak dikeruh terlebih dahulu, mana akan boleh menangkap ikan. Pendeknya perkataanmu itu adalah
terlalu tinggi, tidak dapat dipraktikkan di dalam kenyataan hidup dan perlombaan mencari rezeki."Dan sesungguhnya kami pandang engkau di antara kami adalah seorang yang lemah"
Seorang yang lemah!
Menurut keterangan dari Said bin Jubair, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, demikian juga menurut suatu riwayat dari Ali bin Abi Thalib bahwa kaumnya mengatakan bahwa Nabi Syu'aib itu lemah karena matanya buta. Al-Wahidi, demikian juga Ihnu Asakir meriwayatkan, demikian juga yang diterima Syaddad bin Auf, berkata dia, berkata Rasulullah ﷺ
(93) Dan wahai kaumku! Beramallah kamu di atas pendirian kamu, sesungguhnya aku pun akan beramal. Kamu akan mengetahui kepada siapa akan datang adzab yang akan menghinakannya dan siapa dia yang pendusta. Dan tunggulah, sesungguhnya aku pun, beserta kamu, menunggu pula."
(94) Dan tatkala datanglah ketentuan Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman sertanya dengan rahmat dari Kami, dan pekiklah yang mengenai orang-orang yang zalim itu, sehingga mereka dalam rumah-rumah mereka jadi binasa.
(95) Seakan-akan mereka tidak pernah berada padanya. Suatu kebinasaan bagi Madyan, sebagaimana binasanya Tsamud.
“Menjadi buta mata Nabi Syu'aib ‘alaihis salam karena beliau selalu menangis karena cintanya kepada Allah, sampai beliau buta."
Sufyan ast-Tsauri mengatakan bahwa penglihatan Nabi Syu'aib itu lemah (dhaif). Jadi, bukan sampai buta.
Kalau riwayat ini benar, berdualah Rasulullah yang menjadi lemah penglihatannya. Ya'qub karena rindu bertemu kembali dengan putranya, Yusuf, sehingga selalu munajat kepada Allah, dan Syu'aib yang bersedih hati dalam kecintaan kepada Allah.
Tetapi as-Suddi mengatakan bahwa kaumnya mengatakan dia adalah seorang yang lemah di antara kaumnya karena hanya dia sendiri saja yang berpegang pada pendirian demikian, memusatkan aqidah kepada Allah, hidup hendaklah jujur, jangan mencurangkan sukatan dan timbangan.
Baik Nabi Syu'aib itu buta maupun penglihatan matanya lemah, namun pendapat as-Suddi yang mengatakan dia dianggap lemah oleh kaumnya karena dia hanya sendirian dalam negeri itu lebih sesuai dengan suasana. Kaumnya memandang kedudukannya (posisinya) lemah sebab dia sendirian, pengikutnya tidak banyak, penyokongnya tidak ada. Bagi mereka, tidak ada artinya suatu pendirian, suatu gagasan, atau cita-cita kalau orang yang menyerukan itu lemah ekonominya, miskin, dan tidak berpengikut. Sebab itu, mereka ber-kata selanjutnya,"Dan kalau bukanlah lantaran kaum engkau, sesungguhnya telah kami rajam engkau." Kami tidak dapat menghargai engkau betapapun seruan yang engkau bawa. Tak ada harganya semua karena engkau tergolong orang lemah. Kalau tidak segan-menyegan dengan keluarga-keluargamu yang terdekat, yang masih tetap satu pendiriannya dengan kami, sudah lama engkau kami rajam, kami timpuki dengan batu, biar engkau mampus.
“Karena tidaklah engkau ini, bagi kami, seorang yang terhormat."
Sebelah mata kami tidak akan memandang kepada engkau sebab engkau orang yang tidak patut dihormati. Apa yang engkau banggakan kepada kami. Maka sesudah mereka puji dia (ayat 87), mereka akui dia sebagai seorang yang lapang dan bijaksana, sekarang (ayat 91), mereka katakan bahwa dia tidaklah seorang yang patut dihormati atau dimuliakan. Alang-kah jauh perbedaannya pendirian mereka yang dahulu dengan yang sekarang, setelah nyata bagi mereka bahwa Nabi Syu'aib telah berubah haluan.
Tetapi Nabi Syu'aib—yang sebagai mereka akui sendiri—seorang yang lapang dada dan bijaksana, telah menjawab,
Ayat 92
“Dia berkata, ‘Apakah keluargaku itu lebih terhormat bagi kamu daripada Allah?'"
Alangkah dalamnya iman ini. Memang layak perkataan seorang rasul! Artinya, diriku ini boleh kamu pandang hina, tetapi suara yang aku bawa itulah yang aku minta diperhatikan. Bagiku sendiri, perhatikan akan sabda Allah yang aku bawa ini jauh seribu kali lebih penting daripada mengingat keluargaku. Kamu hendaklah melindungiku hanyalah karena hormat kepada keluargaku dan segan kepada mereka. Mengapa tidak kalian hargai dan kalian segani Allah yang mengutus aku ini? “Dan kamu buangkan Dia ke belakang punggung kamu?" Tidak kalian pedulikan seruan Allah yang mengutus aku, kamu buang-kan saja seruan Allah ke dalam keranjang sampah, sedangkan yang lebih kamu muliakan hanyalah keluargaku,
“Sesungguhnya, Tuhanku terhadap apa yang kamu kerjakan ini adalah meliputi"
Pada akhirnya berkatalah Nabi yang mereka tuduh lemah itu, yaitu kata-kata yang menunjukkan kekuatan batin walaupun dia dipandang lemah oleh kaumnya itu,
Ayat 93
“Dan wahai kaumku! Beramallah kamu di atas pendirian kamu, sesungguhnya aku pun akan beramal."
Saya sudah sampaikan, namun kalian tidak juga mau surut ke jalan yang benar, tidak mau memohon ampun dan tobat, tidak mau menghentikan kecurangan kepada sesama manusia sehingga membuat rusak binasa masyarakat di atas bumi. Sekarang, seruanku telah sampai, utangku telah lepas. Kalian tak mau berhenti, terserah kalian. Boleh terus dan saya pun akan terus pula pada pendirianku. Saya tidak akan menghentikan seruan ini. Maka apabila kita sudah sama-sama meneruskan keyakinan kita dan langkah hidup kita, “Kamu akan mengetahui kepada siapa akan datang adzabyang akan menghinakannya!' Nanti akan ketahuan dengan pasti, pasti sekali, kepada siapa akan datang adzab, kepada orangyang mendurhakai Allah dan berlaku curang kepada sesamanya manusiakah, sebagai yang kamu kerjakan itu, atau kepada aku yang menjalani hidup dengan kejujuran, mendapat rezeki secara jujur, dan selalu bercita-cita berbuat baik (ayat 88)."Dan siapa dia yang pendusta" Kamukah yang berdusta dengan serba kecurangan itu atau akukah yang berdusta karena seruanku kepadamu selama ini. Nanti semuanya pasti akan jelas dan nyata,
“Dan tunggulah, dan sesungguhnya aku pun, besenta kamu, menunggu pula."
Tentu saja, dengan sombongnya mereka sama-sama bersedia menunggu, namun perhi-tungan akal yang sehat, selama manusia masih mempergunakan akalnya, sudah dari jauh-jauh hari dapat memerhatikan bahwa jalan yang curang itulah yang akan gagal. Tetapi bilakah?
Tentang bila masanya, manusia tidaklah tahu! Yang menentukan waktunya ialah Allah sendiri.
Ayat 94
“Dan tatkala datanglah ketentuan Kami."
yaitu tatkala datanglah adzab siksaan yang telah ditentukan Allah itu, “Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman sertanya dengan rahmat dari Kami." Di dalam ayat ini dapatlah kita pahami bahwasanya Allah menyelamatkan Nabi-Nya dan pengikut-nya yang sedikit itu, sebagaimana juga penyelamatan Nabi Luth, dengan dikeluarkan me-reka lebih dahulu dari daerah yang berbahaya itu."Dan pekiklah yang mengenai orang-orang yang zalim itu." Artinya, dengan tiba-tiba kedengaranlah pekik (jeritan) yang amat keras bunyinya, sehingga seakan-akan memecahkan anak telinga. Demi apabila telah terdengar pekik yang demikian dahsyatnya, tidaklah seorang juga yang tahan hidup lagi,
“Sehingga mereka dalam rumah-rumah mereka jadi binasa."
Ada yang tersungkur dalam rumah, ada yang sedang di atas kendaraan tersungkur bersama kendaraannya. Di mana-mana penuh bangkai.
Ayat 95
“Seakan-akan mereka tidak pernah berada padanya."
Melihat kepada bekas kehancuran itu tidaklah dapat dibayangkan lagi bahwa negeri itu dahulunya pernah didiami manusia. Negeri Madyan akhirnya menjadi padang belantara yang kosong dari manusia, takut orang berjalan di dekat-dekat itu, seakan-akan didiami oleh hantu belaka, yang di dalam ungkapan hikayat-hikayat Melayu kuno disebut “laksana negeri yang dialahkan garuda" atau “menjadi padang tekukur". Itulah,
“Suatu kebinasaan bagi Madyan, sebagaimana binasanya Tsamud."
(ujung ayat 95)








