Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَمَّا
dan tatkala
جَآءَتۡ
datang
رُسُلُنَا
utusan-utusan Kami
لُوطٗا
Luth
سِيٓءَ
dia merasa susah
بِهِمۡ
dengan mereka
وَضَاقَ
dan dia merasa sempit
بِهِمۡ
dengan mereka
ذَرۡعٗا
dada
وَقَالَ
dan dia berkata
هَٰذَا
ini
يَوۡمٌ
hari
عَصِيبٞ
amat sulit
وَلَمَّا
dan tatkala
جَآءَتۡ
datang
رُسُلُنَا
utusan-utusan Kami
لُوطٗا
Luth
سِيٓءَ
dia merasa susah
بِهِمۡ
dengan mereka
وَضَاقَ
dan dia merasa sempit
بِهِمۡ
dengan mereka
ذَرۡعٗا
dada
وَقَالَ
dan dia berkata
هَٰذَا
ini
يَوۡمٌ
hari
عَصِيبٞ
amat sulit
Terjemahan
Ketika para utusan Kami (malaikat) itu datang kepada Lut, dia merasa gundah dan dadanya terasa sempit karena (kedatangan) mereka. Dia (Lut) berkata, “Ini hari yang sangat sulit.”
Tafsir
(Dan tatkala datang utusan-utusan Kami itu kepada Luth, dia merasa susah) merasa repot dengan kedatangan mereka itu (dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka) mereka datang dalam rupa yang tampan menyamar sebagai tamu-tamu. Hal inilah yang membuat Nabi Luth merasa takut terhadap kaumnya yang tentunya akan berlaku tidak senonoh terhadap tamu-tamunya ini (dan dia berkata, "Ini adalah hari yang amat berat.") hari yang sangat keras.
Tafsir Surat Hud: 77-79
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Lut, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata, "Ini adalah hari yang amat sulit. Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Lut berkata, "Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian. Maka bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kalian mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini.
Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal? Mereka menjawab, "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki. Allah ﷻ menceritakan kisah datangnya utusan-utusan Allah yang terdiri atas kalangan para malaikat sesudah mereka memberitahu Nabi Ibrahim bahwa mereka akan membinasakan kaum Lut pada malam itu juga atas perintah dari Allah ﷻ Mereka berangkat dari rumah Nabi Ibrahim dan datang kepada Nabi Lut a.s. yang saat itu menurut suatu pendapat sedang berada di suatu tempat miliknya, sedangkan menurut pendapat lainnya sedang berada di rumahnya.
Mereka datang kepada Lut dalam rupa yang sangat tampan sebagai ujian dari Allah buat mereka, hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah dan alasan hal tersebut. Keadaan mereka yang tampan-tampan itu membuat Lut kerepotan dan merasa sempit dadanya, serta dia merasa khawatir bila dia tidak menerima mereka sebagai tamu, pasti akan ada seseorang dari kaumnya yang mau menerima mereka sebagai tamunya, lalu ia akan berbuat buruk terhadap mereka.
dan Lut berkata, "Ini adalah hari yang amat sulit. (Hud: 77) Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, yang dimaksud dengan 'asib ialah ujian yang sangat berat. Demikian itu karena Lut mengetahui bahwa dia pasti harus membela mereka dari ulah kaumnya, dan tentu saja hal itu terasa amat berat baginya. Qatadah mengatakan bahwa mereka (para malaikat) itu datang kepada Lut yang saat itu sedang berada di suatu tempat miliknya, lalu mereka bertamu kepadanya, tetapi Lut merasa malu kepada mereka.
Lalu ia berjalan di hadapan mereka dan berkata kepada mereka di tengah jalan seperti orang yang berpaling dari mereka agar mereka pergi darinya, "Demi Allah, hai kalian, aku belum pernah mengetahui di muka bumi ini suatu penduduk kota yang lebih kotor dan lebih jahat daripada mereka." Lalu Lut meneruskan jalannya dan kembali mengulangi perkataannya kepada mereka, hingga ia mengulanginya sebanyak empat kali.
Qatadah mengatakan bahwa mereka (para malaikat) itu diperintahkan agar jangan membinasakan kaum Lut sebelum dipersaksikan oleh Nabi mereka akan kejahatan kaumnya. As-Saddi mengatakan bahwa para malaikat keluar dari rumah Ibrahim menuju ke kota kaum Lut. Mereka baru sampai di Sungai Sodom pada tengah harinya, dan mereka bersua dengan putri Nabi Lut yang saat itu sedang memberi minum ternak gembalaannya. Maka mereka bertanya, "Hai gadis, apakah ayahmu ada rumah?" Putri Nabi Lut menjawab, "Tetaplah kalian di tempat, nanti aku akan datang lagi kepada kalian." Putri Nabi Lut sengaja memisahkan (menjauhkan) mereka dari kaumnya, lalu ia datang kepada ayahnya dan berkata, "Hai ayah, susullah beberapa pemuda yang ada di pintu gerbang kota, aku belum pernah melihat wajah kaum yang setampan mereka, agar mereka tidak diculik oleh kaummu." Sebelum itu kaum Nabi Lut melarang Nabi Lut menerima lelaki sebagai tamunya, tetapi akhirnya Lut berkata, "Biarlah, aku akan tetap menerima mereka sebagai tamuku." Lut datang menemui mereka dan tidak memberi tahu seorang pun tentang kedatangan mereka kecuali hanya keluarganya.
Tetapi istri Nabi Lut keluar dan memberitahukan kepada kaumnya akan kedatangan para tamu itu. Maka mereka bergegas datang menuju rumah Nabi Lut. Firman Allah ﷻ: dengan bergegas-gegas kepadanya. (Hud: 78) Artinya, mereka datang dengan berlari-lari kecil karena gembira mendengar berita tersebut. Firman Allah ﷻ: Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. (Hud: 78) Yakni hal tersebut telah menjadi tradisi dan kebiasaan mereka, sehingga pada akhirnya mereka diazab dalam keadaan seperti itu.
Firman Allah ﷻ: Lut berkata, "Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian.' (Hud: 78) Nabi Lut memberikan petunjuk mereka kepada kaum wanitanya, karena sesungguhnya kedudukan seorang nabi kepada umatnya sama dengan orang tua kepada anaknya. Nabi Lut memberikan petunjuk mereka kepada hal yang lebih bermanfaat bagi mereka dalam kehidupan di dunia dan akhirat, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian, bahkan kalian adalah orang-orang yang melampaui batas. (Asy-Syu'ara: 165-166) Mereka berkata, "Dan bukankah kami telah melarang kalian dari (melindungi) manusia? (Al-Hijr: 70) Dengan kata lain, kaum Lut berkata kepada Lut, "Bukankah kami telah melarangmu menerima laki-laki sebagai tamumu?" .
Lut berkata, "Inilah putri-putriku (kawinlah dengan mereka) jika kalian hendak berbuat (secara yang halal)." (Allah berfirman), "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)." (Al-Hijr: 71-72) Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian. (Hud: 78) Mujahid mengatakan bahwa mereka bukan putri-putrinya, melainkan kaum wanita dari kalangan umatnya, karena sesungguhnya setiap nabi adalah bapak umatnya. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa Lut menganjurkan mereka agar mengawini kaum wanitanya bukan sebagai tawaran secara sifah (yakni untuk berbuat zina dengan mereka).
Said ibnu Jubair mengatakan, yang dimaksud dengan anak-anak perempuan dalam ayat ini ialah kaum wanita dari kalangan umatnya, dan Nabi Lut selaku nabi mereka adalah sebagai ayahnya. Dalam suatu qiraat disebutkan dengan bacaan berikut mengenai firman-Nya: ) Nabi haruslah lebih diutamakan oleh orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka, (sedangkan Nabi sendiri adalah bapak mereka). (Al-Ahzab: 6) Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya.
Firman Allah ﷻ: maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. (Hud: 78) Maksudnya, terimalah apa yang aku perintahkan kepada kalian, yaitu hanya mengawini kaum wanita saja. Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal? (Hud: 78) Yakni seorang lelaki yang baik, yang mau menerima apa yang aku perintahkan dan meninggalkan apa yang aku larang. Mereka menjawab, "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu. (Hud: 79) Artinya, sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai selera dan keinginan terhadap kaum wanita kami.
dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki. (Hud: 79) Dengan kata lain, kami tidak mempunyai keinginan kecuali terhadap kaum lelaki, dan kamu mengetahui hal tersebut, maka tiada gunanya engkau mengulangi ucapan itu kepada kami. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki (Hud: 79) Sesungguhnya yang kami kehendaki hanyalah kaum laki-laki (bukan wanita)."
Setelah para malaikat utusan Allah menyampaikan berita kepada
Nabi Ibrahim, kemudian para malaikat yang menyamar sebagai orang
laki-laki tampan itupun bertamu ke rumah Nabi Lut, sebagaimana dijelaskan berikut ini. Dan ketika para utusan Kami, yakni para malaikat itu
datang kepada Nabi Lut, dia merasa curiga atas kedatangannya dan dadanya merasa sempit karena kehadiran-nya akan menarik perhatian kaumnya sehingga khawatir akan diganggu oleh mereka. Kemudian dia Nabi
Lut berkata, Sungguh, ini adalah hari yang sangat sulit, karena Nabi
Lut tidak bisa menolak kehadiran tamunya yang rupawan, dan Nabi
Lut merasa tidak sanggup melindungi mereka jika mendapat gangguan
dari kaumnya. Dan tak lama setelah tamu itu tiba, maka kaumnya pun segera
datang kepadanya dan bermaksud melakukan perbuatan keji terhadap
tamu Nabi Lut itu. Dan memang sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji itu, yaitu menyukai sesama laki-laki. Menyaksikan tingkah laku mereka, Nabi Lut berkata, Wahai kaumku! Inilah putriputriku yang ada di negeri ini yang sudah kamu kenal, mereka lebih suci
bagimu untuk kamu jadikan sebagai istrimu, maka bertakwalah kepada
Allah agar terhindar dari murka-Nya, dan janganlah kamu mencemarkan
nama baikku dengan melakukan perbuatan keji dan jahat terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai dan menggunakan akalnya untuk berpikir mana perbuatan yang baik dan mana
perbuatan yang buruk, serta berusaha menghindari segala bentuk perbuatan munkar'.
Tatkala malaikat-malaikat Allah datang kepada Lut, dalam bentuk pemuda yang rupawan, ia merasa susah karena kedatangan tamu-tamu itu. Ia sudah khawatir bahwa kaumnya pasti akan mengganggu mereka itu karena pemuda-pemuda itu menarik perhatian mereka, karena mereka suka kepada lelaki, bukan kepada wanita. Nabi Lut a.s. merasa sesak dadanya karena kedatangan tamu-tamu itu, sehingga ia berkata, "Inilah hari yang paling menyulitkan dan paling berbahaya.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NABI LUTH DENGAN KAUMNYA
Jelaslah pada ayat-ayat yang telah lalu bahwa maiaikat-malaikat yang diutus Allah itu terlebih dahulu datang kepada Nabi Ibrahim buat menyampaikan kabar gembira bahwa beliau di hari tuanya akan diberi putra lagi. Setelah selesai utusan-utusan itu menyampaikan berita tersebut dan dengan tidak pula memberitahukan maksud mereka yang kedua, timbullah soal-jawab di antara mereka dengan Ibrahim dan timbullah be-berapa bandingan dari beliau tentang maksud perutusan yang kedua itu, yaitu menghukum penduduk Sadum dan Gamurrah. Setelah memberikan penjelasan kepada Nabi Ibrahim, sampai beliau puas, barulah mereka meneruskan perjalanan untuk menyelesaikan tugas mereka yang kedua itu. Mereka berangkat menuju negeri Sadum dan Gamurrah, langsung menemui Nabi Luth.
Setengah tafsir mengatakan bahwa jarak di antara tempat tinggal Nabi Ibrahim dan kedua negeri itu adalah sekitar empat farsakh. Maka tersebutlah dalam ayat selanjutnya,
Ayat 77
“Dan tatkala telah datang utusan-utusan Kami itu kepada Luth, dia merasa tidak senang dengan (kedatangan) mereka."
Bukanlah beliau tidak senang menerima kedatangan tetamu, melainkan dia tidak senang memikirkan kerakusan dan kerusakan jiwa kaumnya. Sebab utusan-utusan Malaikat itu menjelmakan dirinya sebagai manusia muda-muda yang pantas rupanya sehingga dapat menimbulkan nafsu syahwat laki-laki dalam kaumnya, sebab jiwa mereka sudah sangat rusak. Mereka lebih tertarik melihat laki-laki muda daripada melihat perempuan muda, “Dan merasa sempit dadanya lantaran mereka." Sempit dadanya, susah pikirannya, dan tertumbuk akalnya, apa yang harus dia lakukan untuk melindungi tamu-tamunya itu, padahal laki-laki kaumnya itu amat banyak. Kalau mereka diganggu, Nabi Luth merasa tidak akan sanggup membela tamu-tamunya itu. Karena pada mulanya itu pun Nabi Luth belum tahu bahwa tetamu itu adalah Malaikat Sebab itu, mengeluhlah Nabi Luth, sebagai terlukis di ujung ayat,
“Ini adalah satu hari yang sangat susah."
Memang susah itu dapat kita rasakan. Menurut sopan santun di segala zaman, dia mesti menghormati dan memuliakan tamu, padahal besar kemungkinan tamu-tamu itu akan diganggu dan akan membuat Nabi Luth sendiri malu.
Apa yang ditakutkannya itu memang terjadi. Berkata ayat seterusnya,
Ayat 78
“Dan datanglah kaumnya kepadanya dengan terburu-buru."
Tamu-tamu baru telah datang. Orang muda-muda dan manis-manis. Mereka ingin tahu, mereka ingin memuaskan nafsu dengan tamu-tamu itu. Demikian hancurnya jiwa kesopanan mereka. Mereka tidak merasa malu sama sekali.
Mereka datang berduyun, terburu-buru, berkejar-kejaran, berkerumun melihat orang muda-muda tetamu Nabi Luth yang baru datang itu, hawa nafsu dari orang-orang yang telah rusak jiwanya itu membubung naik melihat pemuda-pemuda manis, yang menye-babkan mereka tidak mengenai malu lagi. Lalu lanjutan ayat mengatakan, “Dan sebelum itu adalah mereka itu berbuat berbagai kejahatan"
Lanjutan ayat ini memberi isyarat bagi kita bahwa perangai mereka datang berduyun tidak tahu malu melihat tetamu datang itu ialah karena terlebih dahulu mereka telah biasa berbuat yang jahat, terutama menyetubuhi sesama laki-laki. Kalau kiranya pekerjaan keji itu belum biasa mereka lakukan, tidaklah mereka akan begitu bernafsu melihat tetamu baru itu.
Kedatangan mereka berkerumun itu telah sangat menyinggung perasaan Nabi Luth, karena menyinggung perasaan tetamunya pula, di dalam rumahnya, sehingga, “Berkatalah dia, “Wahai, kaumku! Itulah anak-anak perempuanku, mereka itu lebih bersih untuk kamu."‘
Menurut setengah tafsir. Nabi Luth menawarkan anak-anak perempuannya yang masih perawan supaya mereka kawini saja kedua anak perawan itu secara suci, secara bersih, jangan sampai berlanjut-lanjut terus-menerus membuat perbuatan yang mesum dan keji itu.
Menurut tafsir dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Said bin Jubair, maksud beliau bukanlah semata-mata menawarkan mengawini kedua anak perempuannya saja, melainkan beliau tunjukkan juga perempuan-perempuan yang lain sebab seorang nabi Allah adalah laksana bapak daripada pengikut-pengikutnya atau seorang guru; dia pun membahasakan anak
bagi murid-muridnya. Maka arti perkataan beliau itu ialah, “Itulah anak-anak perem-puanku. Kalian boleh mengawini mana yang kalian sukai di antara mereka. Itu lebih baik daripada meneruskan perangai yang keji ini, membuang-buangkan mani tertumpah buang, padahal dari mani itulah asal-usul manusia berkembang di muka bumi. Dan kata beliau selanjutnya, “Maka takutlah kamu kepada Allah, dan janganlah kamu hinakan daku di hadapan tamu-tamuku."
Artinya, Nabi Luth menyeru kaumnya supaya takwa, supaya takut kepada Allah. Me-mupuk takwa kepada Allah itu ialah dengan jalan berkawin secara sah dan suci, dengan perempuan, karena perempuanlah pasangan laki-laki, bukan sesamanya laki-laki. Dan ja-nganlah kalian beri malu aku, jangan kalian buat aku ini hina di hadapan tetamuku. Sebab kalau aku tidak dapat mempertahankan kehormatan mereka selama mereka berdiam dalam rumahku, tidaklah ada artinya aku ini lagi di hadapan mereka,
“Tidakkah ada diantara kamu seorang laki-laki yang cerdik?"
Tidakkah ada di antara kamu agak seorang yang rasyid? Orang cerdik yang dapat menimbang manfaat dan mudharat? Yang tahu aturan basa-basi? Tahu kehormatan tetamu dan mengerti batas-batas sopan santun yang tidak boleh dilanggar?
Untuk menjadi perbandingan di antara wahyu yang sejati dengan catatan manusia, lihatlah apa yang tertulis di dalam Perjanjian Lama (Kejadian, 19: 8). Di sana ada juga ditulis cerita Nabi Luth ini. Tetapi di dalam ayat 8, pasal 19 itu dikatakan bahwa Nabi Luth menawarkan kedua anak gadisnya yang masih perawan kepada orang-orang yang datang berkerumun itu. Dikatakan di sana, asal saja kalian tidak mengganggu tamu-tamuku ini, kalian boleh membawa anak-anak gadisku dua orang yang belum pernah berkenalan dengan laki-laki. Supaya lebih jelas, kita salinkan ayat itu di sini:
• Maka keluarlah Luth dari pintu rumah hendak mendapatkan mereka itu, maka d i rapatkan nyai a h daun pintunya.
• Lalu katanya: Hai saudaraku, janganlah kamu berbuat jahat begitu.
• Bahwasanya ada padaku dua orang anakku perempuan, yang belum mengetahui laki-laki, biarlah kiranya kuantarkan dia keluar kepadamu, maka perbuatlah olehmu akan dia bagaimana baik kepada pemandangan mata kamu, asal jangan kamu perbuat barang sesuatu akan orang laki-laki itu, karena sebab akan melindungkan dirinya mereka itu telah datang ke bawah perlindungan atap rumahku.
Jelas sekali dalam ayat ini bahwa Nabi Luth lebih suka menyerahkan kedua anak gadis perawannya untuk dibuat sesuka hati oleh orang-orang itu, asal mereka jangan meng-ganggu tetamu yang telah melindungkan diri.
Tidaklah mungkin seorang nabi, seorang utusan Allah, memberi izin kepada orang lain berzina dengan anak kandungnya, masih perawan, karena hendak melindungi tetamu. Sedangkan manusia biasa yang tahu akan harga diri, mereka lebih suka menyerahkan dirinya dibunuh daripada menyerahkan anak-anak perawannya buat dizinai orang. Terang sekali bahwa ini bukan wahyu. Sampai zaman sekarang ini pun tidak ada ahli ilmu penge-tahuan tentang kitab suci yang dapat membuktikan siapa agaknya yang menulis ayat-ayat seperti ini. Sangat berlawanan dengan isi Al-Qur'an, Karena di dalam Al-Qur'an terang sekali Nabi Luth menyeru kaumnya supaya bertakwa kepada Allah. Menyuruh takwa. Dan tidak mungkin seorang nabi melarang orang bersemburit, berzina sesama laki-laki, dan untuk melarang itu lalu dia bolehkan orang berzina dengan kedua anak perempuannya yang masih'perawan.
JAWAB MEREKA
Ayat 79
“Mereka jawab, ‘Sesungguhnya, engkau sudah tahu bahwa kami tidaklah memerlukan anak-anak perempuanmu itu.'"
Dalam bahasa aslinya ditulis maalana fi banatika min haqqin, dapat diartikan seba-gaimana kita artikan, yaitu kami tidak memerlukan anak-anak perempuanmu itu sebab kami lebih suka kepada laki-laki. Dan boleh juga diartikan bahwa kami tidak berhak mengawini mereka karena menurut agama yang engkau ajarkan selama ini kami ini adalah kafir pada pandanganmu dan orang kafir tidak boleh diterima kawin dengan perempuan yang telah beriman.
“Dan engkau pun sebenarnya telah tahu apa yang kami kehendaki."
Engkau sendiri sudah tahu sejak selama ini bahwa kami ini tidak ada kecenderungan kepada perempuan, dan walaupun engkau ajak kami supaya berkawin secara suci dan jujur dengan anak-anak perempuanmu itu, kami tidak mau. Kami tidak ada selera. Yang kami ingini ialah tamu-tamu engkau itu. Keluarkan mereka!
Perkataan selancang itu, sanggahan yang sudah sampai sekasar itu, timbul dari mereka karena mereka merasa kuat dan mereka pandang bahwa Nabi Luth adalah lemah. Meskipun bagaimana benarnya yang dia katakan, hidupnya tidak ada yang menyokong. Cara sekarang, tidak ada beking. itulah yang menjadi sebab perkataan Nabi Luth se-lanjutnya,
Ayat 80
“Dia berkata, ‘Alangkah baik kalau ada bagiku kekuatan.'"
Artinya, sayang aku tidak mempunyai kekuatan buat membantu kalian, wahai tamu-tamuku, niscaya kalian akan saya pertahankan dengan kekuatan yang ada itu atau aku usir mereka supaya kalian jangan mereka ganggu atau mereka dekati,
“Atau aku dapat berlindung kepada tiang yang kukuh."
Yang dimaksud oleh Nabi Luth dengan ujung perkataannya ini ialah keluhan dan rasa sayangnya karena dia tidak ada mempunyai sandaran yang kuat dari kaumnya sendiri. Karena sudah teradat sejak zaman purbakala yang lemah mendapat perlindungan dari yang kuat sehingga musuh tidak berani menganiaya orang yang diperlindungi itu. Untuk merasakan maksud perkataan Nabi Luth yang terakhir ini, mengharapkan sandaran yang kuat, ingatlah bagaimana Nabi Muhammad ﷺ mencari sandaran di kalangan kabilah Aus dan Khazraj di Madinah, yang kemudian diberi gelar kemuliaan, yaitu al-Anshar, karena beliau tidak mendapat sandaran itu pada kaumnya orang Quraisy sendiri.
Tetapi utusan-utusan Allah itu maklum
apa yang dikeluhkan oleh Nabi Luth. Lalu,
Ayat 81
“Mereka berkata, ‘Hai Luth! Sesungguhnya, kami ini adalah utusan-utusan dari Allah engkau.'"
janganlah engkau bimbang atas diri kami ini, janganlah engkau merasa cemas bahwa mereka akan sanggup menyentuh diri kami karena kami ini adalah utusan Allah. Ja-nganlah engkau beriba hati karena engkau tidak mempunyai kekuatan ataupun tiang agung tempat bersandar."Mereka tidak akan dapat sampai kepadamu." Artinya, janganlah menyentuh, membunuh, atau menganiaya engkau karena mereka pandang engkau ini lemah, tidak ada mempunyai kekuatan dan tidak kelihatan siapa-siapa yang akan dapat melindungi, namun sampai ke dekat engkau saja pun mereka tidak akan bisa."Lantaran itu, berangkatlah engkau dengan keluargamu tengah malam." Artinya, keluarlah dari negeri ini, dari Sadum dan Gamurrah ini, bersama dengan ahli-ahli engkau yang percaya akan risalah yang engkau bahwa itu."Dan jangan menoleh," jangan ada yang menoleh, melainkan teruslah maju ke muka dengan tidak melengong-lengong, “di antara kamu seorang jua pun." Sama sekali tidak ada yang dibolehkan melengong-lengong ke belakang, supaya mereka jangan sampai melihat ketika adzab siksaan yang ngeri itu datang, “kecuali istrimu!' Ini sudah diberi ingat lebih dahulu oleh malaikat-malaikat itu kepada Nabi Luth bahwa istrinya sendiri tidak akan mematuhi peringatan itu, dia akan menoleh ke belakang, sebab hati istrinya itu bersama orang yang akan kena adzab itu, dia adalah kafir, tidak percaya kepada risalah suaminya, “Karena akan mengenai kepadanya apa yang mengenai mereka." Itulah suatu ketentuan Allah yang tidak akan dapat dielak-kan kelak, “Sesungguhnya, (janji) mereka itu," yaitu adzab siksaan yang telah diputuskan Allah untuk mereka, “ialah waktu Shubuh" Artinya, adzab siksaan itu akan datang pada waktu Shubuh. Di dalam surah al-Hijr ayat 73 diterangkan bahwa di waktu matahari akan terbit, kedengaranlah suatu pekik (jeritan) yang sangat keras, laksana bunyi sirine yang amat mengerikan sebagai tanda bahwa malaikat yang menurunkan adzab itu sudah mulai datang. Itulah sebabnya, tadi Nabi Luth disuruh membawa ahlinya keluar dari negeri itu di tengah malam buta,
“Bukankah Shubuh sudah dekat?"
Ujung ayat yang berbunyi pertanyaan ini ialah mengandung anjuran kepada Nabi Luth supaya segera bersiap, lekas berkumpul bersama, dan lekas berangkat dan jangan ada yang ketinggalan.
Tersebutlah di dalam tafsir-tafsir yang mu'tamad ada disebutkan menurut dasar yang tertulis di dalam Al-Qur'an sendiri, surah al-Qamar ayat 37 bahwa orang-orang yang berkerumun itu tidak dapat ditahan-tahan lagi, mereka rupanya hendak menyerbu dan menangkap utusan-utusan Allah yang mereka sangka pemuda manis-manis itu, padahal semuanya adalah malaikat. Sesampai mereka ke dekat malaikat-malaikat itu, mata mereka dirabunkan Allah, tidak dapat melihat apa-apa lagi. Dalam pada itu Nabi Luth dan keluarganya sudah menarik diri dari pintu belakang.
Maka datanglah adzab Allah yang dijanjikan itu, di waktu Shubuh,
Ayat 82
‘“Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikanlah atasnya jadi bawahnya."
Artinya, ditunggang-balikkaniah kedua negeri itu, Sadum dan Gamurrah,
“Dan Kami hujankan kepadanya batu dari tanah liat, ...."
Sebagaimana disebutkan di dalam surah al-Hijr ayat 73, mula-mula datanglah suara pekik yang amat keras dan amat menakutkan kemudian di dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini tersebutlah bahwa mereka dihujani dengan batu tanah liat, yang jatuh beriring-iring. Ada kemungkinan bahwa satu letusan besar terjadi itulah suara yang dahsyat itu. Kemudian hujan batu tanah liat; ada kemungkinan itulah lahar yang keluar dari dalam gunung yang meletus itu. Lahar itu jatuh laksana hujan, iring-beriring, berturut-turut tiada hentinya. Kemudian sekali negeri itu dijungkirbalikkan; mungkin sesudah gunung meletus, lahar mengalir, tibalah gempa bumi yang dahsyat, tanah pun longsor, gedung-gedung tunggang-langgang terbalik.
Lanjutan ayat menerangkan tentang batu dari tanah itu,
Ayat 83
“Yang telah ditandai di sisi Allah engkau."
Artinya, telah ditentukan bahwa batu-batu dari tanah liat itu adalah untuk memusnahkan* mereka, sebagaimana kemudian
nya dengan batu seperti ini pula Allah telah membinasakan Abrahah bersama tentaranya yang datang ke Mekah hendak menghancurkan Ka'bah,
“Dan dia itu tidaklah jauh dua orang-orang yang zalim."
(ujung ayat 83)