Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتِلۡكَ
dan itulah
عَادٞۖ
kaum Ad
جَحَدُواْ
mereka mengingkari
بِـَٔايَٰتِ
dengan ayat-ayat
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
وَعَصَوۡاْ
dan mereka mendurhakai
رُسُلَهُۥ
Rasul-RasulNya
وَٱتَّبَعُوٓاْ
dan mereka mengikuti
أَمۡرَ
perintah
كُلِّ
semua
جَبَّارٍ
penguasa
عَنِيدٖ
durhaka
وَتِلۡكَ
dan itulah
عَادٞۖ
kaum Ad
جَحَدُواْ
mereka mengingkari
بِـَٔايَٰتِ
dengan ayat-ayat
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
وَعَصَوۡاْ
dan mereka mendurhakai
رُسُلَهُۥ
Rasul-RasulNya
وَٱتَّبَعُوٓاْ
dan mereka mengikuti
أَمۡرَ
perintah
كُلِّ
semua
جَبَّارٍ
penguasa
عَنِيدٖ
durhaka
Terjemahan
Itulah (kaum) ‘Ad. Mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan, mendurhakai rasul-rasul-Nya, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi keras kepala.
Tafsir
(Dan itulah kisah kaum Ad) ini mengisyaratkan kepada peninggalan-peninggalan mereka. Makna yang dimaksud ialah berjalanlah kalian di muka bumi ini dan lihatlah bekas-bekas peninggalan mereka. Kemudian Allah ﷻ menggambarkan keadaan mereka, untuk itu Dia berfirman: (Mereka mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka dan mendurhakai rasul-rasul Allah) ungkapan di sini memakai bentuk jamak, dimaksud karena orang yang mendurhakai seorang rasul berarti sama saja dengan mendurhakai semua rasul. Karena pada apa yang didatangkan oleh para rasul itu hakikatnya bersumberkan dari asal yang sama, yaitu dari ajaran tauhid (dan mereka menuruti) artinya orang-orang yang rendah (perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang kebenaran) yakni selalu menentang perkara yang hak, yang dimaksud adalah para pemimpinnya.
Tafsir Surat Hud: 57-60
Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)ya kepada kalian. Dan Tuhanku akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain (dari) kalian; dan kalian tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat.
Dan itulah (kisah) kaum Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, mendurhakai rasul-rasul Allah, dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran).
Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Hud itu.
Ayat 57
“Dan Tuhanku akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dari kalian.” (Hud: 57)
Kaum yang menyembah-Nya semata, tidak mempersekutukan-Nya, dan tidak peduli terhadap kalian, karena sesungguhnya kalian tidak dapat menimpakan mudarat terhadap-Nya karena kekafiran kalian terhadapNya, bahkan kekafiran kalian itu akibatnya akan menimpa diri kalian sendiri.
"Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.” (Hud: 57)
Yakni Maha Menyaksikan dan Maha Memelihara semua ucapan dan perbuatan hamba-hamba-Nya, lalu kelak Dia akan membalaskannya kepada mereka. Jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, maka balasannya buruk pula.
Ayat 58
“Dan tatkala datang azab Kami.” (Hud: 58)
Berupa angin yang sangat dingin dan kencang, maka Allah membinasakan mereka sampai keakar-akarnya dan menyelamatkan Hud dan para pengikutnya dari azab yang keras berkat rahmat dan belas kasihan-Nya.
Ayat 59
“Dan itulah (kisah) kaum Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka.” (Hud: 59)
Mereka kafir kepada ayat-ayat Tuhannya dan durhaka kepada rasul-rasul Allah. Dikatakan demikian karena orang yang kafir terhadap seorang nabi, berarti sama saja dengan kafir kepada semua nabi, sebab pada hakikatnya tidak ada perbedaan di antara mereka, karena semuanya wajib diimani. Kaum Ad kafir terhadap Nabi Hud, maka kekufuran mereka disamakan dengan kafir terhadap semua rasul.
“Dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran).” (Hud: 59)
Mereka menolak mengikuti rasul mereka yang benar, dan mereka lebih memilih mengikuti perintah penguasa yang sewenang-wenang lagi pengingkar kebenaran.
Ayat 60
Karena itulah mereka selalu diikuti oleh laknat Allah dan hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia ini setiap kali mereka disebut-sebut. Di hari kiamat kelak mereka akan dipanggil di hadapan para saksi. “Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan mereka.” (Hud: 60), hingga akhir ayat.
As-Saddi mengatakan bahwa tiap kali seorang nabi diutus sesudah kaum 'Ad, maka mereka dilaknat melalui lisan nabi itu.
Dan demikian itulah akhir kisah kaum 'Ad yang dibinasakan Allah
disebabkan mereka mengingkari tanda-tanda keesaan dan kekuasaan
Tuhan. Mereka juga mendurhakai rasul-rasul-Nya yang diutus membawa
bukti-bukti kebenaran risalah yang dibawanya, dan mereka pun menuruti perintah semua penguasa yang bertindak sewenang-wenang terhadap
orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, lagi durhaka terhadap
kebenaran ajaran yang dibawa oleh utusan Allah. Dan mereka yang dibinasakan itu pun selalu diikuti dengan laknat,
yakni dijauhkannya dari rahmat Allah selama di dunia ini dan begitu
pula mereka mendapat laknat di hari Kiamat nanti berupa siksa neraka
yang sangat pedih. Ingatlah, bahwa kaum 'Ad itu ingkar kepada Tuhan
mereka dan mengingkari nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada
mereka. Sungguh, binasalah kaum 'Ad, umat Nabi Hud itu, dan mereka
dijauhkan dari rahmat-Nya. Allah tidak membinasakan suatu kaum,
kecuali apabila mereka berbuat kerusakan dan mengingkari nikmat
Allah yang telah diberikan kepada mereka.
Pada ayat ini, Allah ﷻ menerangkan bahwa itulah kisah kaum ad yang telah mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah dan mendurhakai rasul-Nya yang diutus untuk memberikan petunjuk kepada mereka menuju jalan yang benar, yaitu mengesakan-Nya dan mematuhi perintah-Nya. Tetapi mereka hanya mau mematuhi perintah penguasa yang sewenang-wenang yang tidak mau mengikuti kebenaran walaupun dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang cukup meyakinkan.
Pada ayat ini diterangkan bahwa bangsa ad (kaum Hud a.s.) itu mendurhakai rasul-rasul Allah. Apakah memang demikian? Atau hanya mereka durhakai seorang rasul Allah saja yaitu Hud a.s.? Para mufasir menjelaskan bahwa yang mereka dustakan itu adalah Hud a.s., tetapi mendustakan atau mendurhakai seorang rasul Allah berarti mendustakan atau mendurhakai semua rasul-Nya. Sebab, semua rasul mengemban tugas yang sama, yaitu mengajak supaya bertauhid kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NABI HUD DAN KAUM ‘AD
Ayat 50
“Dan kepada Ad, saudara mereka Hud"
Kepada kaum ‘Ad, telah diutus saudara mereka sendiri dan dari kalangan mereka sendiri, yaitu Nabi Hud. Menurut berita sejarah penyelidikan silsilah keturunan bangsa Arab, diterangkan bahwa kaum ‘Ad itu bersama kaum Tsamud adalah suku-suku dari bangsa Arab purbakala yang telah punah. Sebab itu, mereka disebut al-Arab al-Baidah, Arab yang telah habis tidak ada lagi. Disebut juga di samping ‘Ad dan Tsamud itu kaum Jurhum al-Ula (Jurhum Pertama). Kedudukan kaum ‘Ad ini ialah di sekitar Hadhramaut yang sekarang ini. Maka kepada ‘Ad itulah Nabi Hud diutus Allah. “Dia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah olehmu akan Allah, tidak ada bagimu Allah selain Dia. Tidak lain kamu ini!' dengan sebab kamu menyembah berhala dan membuat pula tuhan-tuhan dan atau dewa-dewa yang lain selain Allah,
“Hanyalah orang yang mengada-ada."
Artinya, apabila kamu memperbuat lagi dewa-dewa dan tuhan-tuhan yang lain selain Allah, nyatalah bahwa itu hanya timbul dari khayal belaka, bukan pertimbangan akal yang waras. Itulah yang disebut mengada-ada, menimbulkan yang tidak-tidak, menegakkan sesuatu pikiran yang tidak berdasar. Sebab apabila kamu kembali kepada pikiranmu yang murni, kamu akan sampai kepada satu kesimpulan, yaitu bahwa Yang Mahakuasa dan maha ditakuti itu tidak mungkin lebih dari satu.
Hud kemudian menerangkan lagi bahwasanya kedatangannya menyampaikan seruan suci itu benar-benar timbul dari kewajiban batin yang tidak mengharapkan apa-apa dari mereka,
Ayat 51
“Wahai, kaumku! Tidaklah aku meminta kepada kamu atas (kerjaku) ini akan upah."
Pekerjaan seperti ini, membukakan matamu kepada kebenaran, menunjukkan jalan bagimu menuju Allahmu Yang Maha Esa, tidaklah dapat dinilai dengan harta benda."Tidak ada upahku melainkan dari yang menjadikan daku." Sebab Dialah yang me-merintahkan daku menyampaikan ini kepadamu,
“Apakah tidak kamu plkitkan?"
Dengan bertanya, apakah tidak kamu pikirkan? Nabi Nud telah mengajak kaumnya berpikir dengan tenang. Pikirkan segala kejadian, rezeki dan perlindungan yang diberikan Allah kepada mereka, yang semuanya itu akan menimbulkan keinsafan tentang nilai hidup dan nilai seruan yang dibawa oleh saudara mereka sendiri. Dengan berpikir memakai akal dan pikiran yang jernih, niscaya mereka tidak akan merasa perlu lagi menyembah kepada yang selain Allah lalu tobat kembali kepada Allah.
Ayat 52
“Wahai, kaumku! Mohonlah ampun kepada Allahmu, kemudian tobatlah kamu kepada-Nya, niscaya akan diturunkan-Nya hujan atas kamu dengan lebat."
Dengan demikian, akan suburlah tanahmu dan banyaklah penghasilan dari sawah la-dangmu. Sebab itu, bertambah subur pula kehidupanmu."Dan akan ditambah-Nya untuk kamu kekuatan di atas kekuatan kamu." Artinya, kekuatan yang telah ada akan dilipatgandakan lagi dengan kekuatan yang baru.
“Dan janganlah kamu berpaling," dari jalan yang telah digariskan Allah dan diutus aku menyampaikannya,
“Dalam keadaan berdosa."
Terasa sekali dalam ayat ini seruan yang berisi rayuan bahwasanya perbuatan yang selama ini, menyekutukan yang lain dengan Allah, adalah dosa yang amat besar, yang sekali-kali tidak patut dilakukan oleh kaum ‘Ad, padahal kehidupan mereka telah dimakmurkan oleh Allah dan telah diberi kekuatan. Kalau mereka memohon ampun atas kesalahan itu dan bertobat, yaitu kembali kepada jalan yang benar, kesuburan akan berlipat dan kekuatan akan bertambah, lebih dari yang selama ini. Dosa-dosa yang lama itu dengan sendirinya akan diampuni Allah, dan mereka dapat menempuh jalan yang benar dan terang bersinar dari hidayah Allah. Tetapi kalau mereka berpaling dari seruan itu dan tidak mereka acuhkan, dosa jualah yang akan berlipat ganda menimpa mereka.
Seruan dari Hud, saudara mereka sendiri itu, yang terang dan nyata timbul dari hati yang cinta kisah sayang dari saudara kepada saudaranya, telah mereka sambut dengan cara yang tidak layak,
Ayat 53
“Mereka berkata, ‘Wahai, Hud! Tidaklah eng kau datang kepada kami dengan ketenangan.'"
Artinya, kami tidak mau menerimanya karena tidak ada bukti bahwa Allah itu Esa adanya.
“Dan tidaklah kami akan meninggalkan tuhan-tuhan kami karena kata-kata engkau itu, dan tidaklah kami terhadap engkau akan percaya."
Kami akan tetap setia mempertahankan berhala-berhala kami karena segala kete-ranganmu itu tidak ada yang masuk ke dalam hati kami; kami tidak mau menukar pusaka nenek moyang dengan ajaran yang engkau bawa. Kami tidak percaya kepada engkau.
Tegasnya, kami tidak percaya kepada engkau karena pada anggapan kami engkau ini telah rusak, engkau telah kena tulah, kena sumpah kutuk dari dewa-dewa dan tuhan-tuhan kami,
Ayat 54
“Tidak ada kata kami, hanyalah bahwa telah mengganggu akan engkau sebagian dari tuhan-tuhan kami dengan buruk"
Karena engkau selalu memaki dan mengejek tuhan-tuhan kami ini, akhirnya beliau-beliau itu murka kepada engkau lalu engkau ditegurnya dengan tuah dan kesaktiannya hingga engkau menjadi kena kualat. Kenasuu', jadi setengah gila.
Begitulah kacau balaunya pemikiran orang yang musyrik itu di segala zaman. Kalau kita
mencela orang-orang yang menyembah yang selain Allah, misalnya memuja kubur, mengasapi keris dengan kemenyan di malam Jum'at, kita yang menegurlah yang diancamnya akan kena kualat dari kubur dan keris itu. Apatah lagi kalau sesudah mencela kemusyrikan itu kita jatuh sakit karena masuk angin misalnya, mereka pun berkata, “Coba lihat! Dia itu sudah kena tulah atau kutuk dari kubur tuan syekh atau dari keris pusaka." Tetapi kalau pikiran mereka sendiri jadi kacau dan mereka diperbodoh oleh saudagar-saudagar kubur, sehingga diperas uangnya, tidaklah mereka sadari.
Perkataan mereka yang bodoh itu, yang menuduh Nabi Hud telah dibuat jadi gila oleh setengah dari berhala mereka, telah dijawab oleh Nabi Hud, “Dia berkata, ‘Sesungguhnya, aku bersaksikan Allah dan saksikanlah olehmu.'" Nabi Hud telah yakin bahwa dia adalah di pihak yang benar dan dia telah yakin bahwa pegangannya hanya satu, yaitu Allah, dan Allah itu pula yang mengutusnya menyampaikan kebenaran kepada kaumnya. Sebab itu, ketika dia hendak menyatakan pendiriannya yang tegas, Allah-lah yang dijadikannya saksi. Lalu disuruhnya pula kaumnya itu menyaksikan dan mendengarkan bersama-sama,
“Bahwa aku bebas dari apa yang kamu sekutukan itu."
Dengan kata demikianlah beliau tangkis persangkaan kaumnya bahwa dia sudah mendapat sakit otak karena kena keparat, kena tulah dari sebagian tuhan mereka. Bahkan beliau tegaskan bahwa sedikit pun tidak ada kepercayaan kepada tuhan-tuhan dan dewa-dewa yang mereka sembah itu, dan sedikit pun tidak ada pengaruh benda-benda yang dituhankan itu atas dirinya.
Ayat 55
“Selain dari Dia."
Artinya, segala berhala, patung, pujaan, candi, dan berbagai macam itu, entah berapa pun banyaknya, namun Nabi Hud menyatakan bahwa beliau tidak ada hubungan batin dari itu sama sekali. Beliau bebas, beliau tidak ada sangkut paut dengan segala benda itu. Tempat beliau percaya, tempat beliau menggantungkan pengharapan hanya Allah! Selain dari Allah bohong belaka.
Itulah pendirianku, kata Nabi Hud, pendirian yang tidak dapat digeser dan diganjak sama sekali. Sedikit pun aku tak percaya walaupun seujung kuku bahwa benda-benda yang kamu puja itu sanggup memberikan manfaat atau mudharat kepadaku. Omong kosong belaka. Dan untuk keyakinan ini aku sanggup menanggung segala akibatnya. Beliau berkata selanjutnya, “Lantaran itu, tipu dayalah akan daku olehmu sekalian!' Artinya, lantaran pendirianku yang demikian itu aku sanggup menderita segala akibatnya; entah akan kamu aniaya aku, akan kamu sakiti diriku, atau segala macam tipu daya jahat akan kamu lakukan, terserahlah!
“Kemudian janganlah kamu beri kesempatan kepadaku."
Ini pun satu teladan lagi dari seorang nabi Allah, yang harus kita jadikan contoh, yaitu apabila kita telah yakin akan kebenaran pendirian kita dan kesucian yang kita per-juangkan, kita bersedia walaupun apa yang akan terjadi. Biarpun bagaimana kuat-kuasa-nya pihak yang menentang, bukanlah itu berarti bahwa kebenaran pendirian kita dapat diubah dan dimundurkan ke belakang, demi menyesuaikan diri."Yang hak adalah hak walaupun karena itu saya akan tuan bunuhl" “Bunuhlah! Jangan engkau beri lagi kepadaku kesempatan. Pedang tuan tajam, leherku genting! Satu kilatan pedang saja sudah sanggup membuat leherku putus. Satu peluru pun mudah buat menjadikan tengkorak kepalaku hancur dan benakku bertaburan. Namun dengan demikian, kebenaran yang aku perjuangkan tidaklah akan berubah!" Seakan-akan begitulah arti yang terkandung dalam ucapan Nabi Hud itu.
Mengapa begitu kuat hatinya dan begitu teguh pendiriannya?
Pertanyaan itu telah dijawab lagi oleh ucapan Nabi Hud selanjutnya,
Ayat 56
“,Sesungguhnya, aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu."
Ucapan ini adalah puncak tauhid sejati. Aku bertawakal kepada Allahku! Dan Dia pun Allah kamu juga pada hakikatnya. Jika kepada-Nya aku bertawakal, Dialah yang akan melindungiku dari gangguan kalian karena kalian pun adalah makhluk-Nya, “Tidak ada satu pun yang melata" di muka bumi ini, yang merangkak atau menjalar, pendeknya segala yang bernyawa, termasuk aku dan termasuk kalian, “melainkan Dialah yang me-nguasai ubun-ubunnya" Di ayat ini disebut naashiyah yang berarti ubun-ubun. Artinya puncak kepala kita, yang menguasai seluruh badan kita ialah ubun-ubun. Maka ubun-ubun itulah yang dikuasai dan dipegang oleh Allah sehingga tidak satu pun yang melata di atas bumi ini yang sanggup keluar dari apa yang telah ditentukan oleh Allah. Sebab itu, lebih baiklah patuh daripada melawan.
Ayat selanjutnya berbunyi,
“Sesungguhnya, Allahku adalah atas jalan yang lurus."
Ini pun satu gejolak dari iman yang paling tinggi. Pertalikanlah sejak ayat 55 sampai ujung ayat 56, akan terasalah betapa teguhnya hati ini. Kalian boleh berbuat sekehendak hati kalian kepadaku, namun aku tetap menyerahkan diriku dan bertawakal kepada Allah. Allah itu adalah Tuhanku dan Tuhan kamu juga, dan semua yang bernyawa dalam genggaman-Nya; ubun-ubunnya dalam tangan-Nya. Dan saya pun yakin bahwa jalan Allah itu lurus, shirathal mustaqim, yaitu bahwa dalam jalan itu yang benar mesti menang dan yang batil pasti hancur. Kalau bukan begitu, bukanlah itu jalan Allah. Bagi Allah berlaku pepatah yang terkenal “rawe-rawe rantas, malang-malang putung" atau “terbujur lalu terbelintang patah".
Ayat 57
“Maka jika kamu berpaling (jua)."
Artinya, jika kamu berpaling juga membelakangi aku, tidak juga kamu pedulikan apa yang aku katakan kepada kamu, “maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kamu, apa yang diutuskan aku dengan dia kepada kamu." Artinya jika kamu masih berpaling juga, kebenaran yang aku ke-tengahkan tidak juga kamu sambut dengan baik, ketahuilah bahwa kewajibanku telah aku laksanakan, tugas telah aku sampaikan dengan sebaik-baiknya, tidak lagi ada kesalahan dan kealpaan dariku, kepadamu sebagai kaumku yang aku cintai dan sayangi, “Dan Allah akan gantikan kamu dengan suatu kaum yang lain dari kamu." Artinya, jika aku berkeras mengajak kamu kepada jalan yang benar, bukanlah itu karena kamu sangat penting bagi Allah, sehingga seakan-akan kalau kamu tidak menerima ajaran rasul, lalu Allah dan rasul itu jadi rugi karena kamu sangat penting. Bukanlah begitu, janganlah kamu serakah berhitung. Bahkan jika kamu tidak mau mene-rima, orang lain pun atau kaum lain akan bisa menerimanya, “Dan tidaklah kamu akan membahayakan-Nya sedikit pun." Tegasnya, kehilangan kamu dari barisan makhluk Allah yang taat, bukanlah akan merugikan Allah walaupun sedikit. Hanya kamulah yang akan celaka karena tidak berjalan di atas jalan yang lurus.
“Sesungguhnya, Allah, atas tiap-tiap sesuatu adalah pemelihara"
Pemelihara di sini berarti tidak ada barang sesuatu pun makhluk ini yang terlepas dari tilikan dan penjagaan Allah, (anganlah orang
yang kafir yang mendurhaka menyangka bahwa mereka akan lepas dari tilikan Allah. Dia selalu menilik, Dia selalu memerhatikan. Tidaklah ada sesuatu pun dari amal perbuatanmu yang terlepas dari penjagaan-Nya. Jika kamu menyeleweng dari jalan Allah itu, kamu pasti sengsara. Dan jika kamu sengaja menentang Allah, yang akan kalah ialah kamu, sedangkan Allah tetap menang dan perkasa.
Dengan menyebutkan sifat Allah atau salah satu dari nama Allah yang indah itu (al-asma ul-husna) al-Hafizh, yang berarti Pemelihara, tetaplah dibukakan pintu tobat bagi yang bersalah. Sebab dalam kekuasaan sifat al-Hafizh itu terkandung jugalah pemeliharaan orang yang telah tersesat lalu surut, telanjur lalu kembali kepada jalan yang benar.
Namun seruan Nabi Hud tidak juga mereka pedulikan.
KETENTUAN ALLAH
Ayat 58
“Dan tatkala datang ketentuan Kami."
Yaitu adzab Allah dengan berembusnya angin musim dingin yang sangat sekali dinginnya, sehingga tidak tertahankan oleh kaum itu, matilah mereka kedinginan dan robohlah negeri mereka,
“Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman serianya dengan rahmat dan Kami, dan Kami selamatkan mereka dari adzab yang tebal."
Tujuh hari tujuh malam lamanya negeri kaum ‘Ad itu dihancurkan oleh angin i'shar (angin ribut) yang sangat dingin sampai ke tulang, tumbang laksana tumbangnya pohon kurma yang telah kosong batangnya (surah al-Haqqah ayat 6).
Ayat 59
“Dan itulah dia ‘Ad Ingkar akan ayat-ayat Allah mereka dan durhaka mereka kepada utusan-utusan-Nya."
Meskipun yang mereka durhakai itu hanya seorang rasul, yaitu Hud, berarti mereka mendustakan sekalian rasul juga sebab isi ajaran sekalian rasul hanya satu juga,
“Dan mereka ikuti perintah setiap penyombong yang enggan menerima keberatan."
Di ujung ayat ini nyatalah bahwasanya orang banyak pada umumnya tidaklah akan tersesat ke jalan yang salah kalau bukan karena ajakan pemimpinnya. Yang tampil ke muka memimpin orang banyak itu ialah orang-orang penyombong, yang menyalahgunakan kelebihannya dan kecerdasan pikirannya buat menyesatkan orang lain. Orang-orang yang sombong itu enggan menerima kebenaran karena dengan memperbodoh orang banyak itu mereka memperdalam pengaruhnya. Orang banyak menjadi korban dari orang-orang sombong yang tidak mau menerima kebenaran itu.
Ayat 60
“Dan diikutilah mereka di atas dunia ini oleh laknat."
Artinya, selama dunia ini masih terkem-bang dan selama manusia masih menjadi penghuninya, asal saja orang membuka cerita kaum ‘Ad ini, selama itu pula mereka masih akan mendapat laknat orang karena mereka telah meninggalkan teladan yang tidak baik bagi manusia dalam kedurhakaan kepada Allah. Dan bila ada orang terkemuka bersikap sombong tidak mau menerima kebenaran lalu memimpin umatnya di dalam jalan yang salah, selama itu pula kutuk laknat orang kepada kaum ‘Ad. “Dan di hari Kiamat pun!' Artinya, kutuk laknat ini bukanlah di dunia saja, bahkan terus-menerus ke hari Kiamat, karena di sana mereka akan diperiksa atas dosa yang telah mereka lakukan, dan nerakalah tempat yang telah disediakan bagi mereka,
“Kebinasaanlah bagi ‘Ad kaum Hud itu."
(ujung ayat 60)