Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِي
yang
جَمَعَ
mengumpulkan
مَالٗا
harta
وَعَدَّدَهُۥ
dan dia menghitungnya
ٱلَّذِي
yang
جَمَعَ
mengumpulkan
مَالٗا
harta
وَعَدَّدَهُۥ
dan dia menghitungnya
Terjemahan
yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.
Tafsir
(Yang mengumpulkan) dapat dibaca Jama'a dan Jamma'a (harta dan menghitung-hitungnya) dan menjadikannya sebagai bekal untuk menghadapi bencana dan malapetaka.
Tafsir Surat Al-Humazah: 1-9
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya dan mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Hutamah. Dan tahukan kamu apakah Hutamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedangkan mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. Al-hammaz dan al-lammaz, bedanya: Kalau yang pertama melalui ucapan, sedangkan yang kedua melalui perbuatan. Makna yang dimaksud ialah tukang mencela orang lain dan menjatuhkan mereka.
Penjelasan mengenai maknanya telah disebutkan di dalam tafsir firman-Nya: yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur hasutan. (Al-Qalam:11) Ibnu Abbas mengatakan bahwa humazah lumazah artinya tukang menjatuhkan orang lain lagi pencela. Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa al-humazah mengejek di hadapan, sedangkan lumazah mengejek dari belakang. Qatadah mengatakan bahwa humazah lumazah mencela orang lain dengan lisan dan matanya, dan suka mengumpat serta menjatuhkan orang lain.
Mujahid mengatakan bahwa humazah dengan tangan dan mata, sedangkan lumazah dengan lisan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Zaid. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa makna yang dimaksud ialah memakan daging orang lain, yakni mengumpat. Kemudian sebagian dari ulama mengatakan bawah orang yang dimaksud ialah Al-Akhnas ibnu Syuraiq, dan pendapat yang lain mengatakan selain dia.
Mujahid mengatakan bahwa makna ayat ini umum. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. (Al-Humazah: 2) Yakni menghimpun sebagiannya dengan sebagian yang lain dan menghitung-hitung jumlahnya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Serta mengumpulkan (harta benda), lalu menyimpannya. (Al-Ma'arrij: 18) Demikianlah menurut As-Suddi-dan Ibnu Jarir. Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: menghimpun harta dan menghitung-hitungnya. (Al-Humazah: 2) Yaitu di siang hari terlena dengan harta bendanya dan merasa asyik dengannya; dan apabila malam hari tiba, maka ia tidur bagaikan bangkai yang telah membusuk.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. (Al-Humazah: 3) Manusia itu mengira bahwa dengan mengumpulkan harta, maka hidupnya di dunia ini akan kekal, maka disanggah oleh firman selanjutnya: Sekali-kali tidak! (Al-Humazah: 4) Yakni perkara yang sebenarnya tidaklah seperti yang mereka kira dan mereka dugakan. Kemudian disebutkan oleh firman selanjutnya keadaan yang sebenarnya, yaitu: Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Hutamah. (Al-Humazah: 4) Sesungguhnya orang yang menghimpun harta dan yang menghitung-hitungnya itu akan dicampakkan ke dalam Hutamah.
Dan Hutamah adalah nama lain dari neraka, dinamakan demikian karena ia meremukredamkan orang yang dimasukkan ke dalamnya. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Dan tahukah kamu apa Hutamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. (Al-Humazah: 5-7) Sabit Al-Bannani mengatakan bahwa api neraka Hutamah membakar mereka sampai ke hatinya, sedangkan mereka dalam keadaan tetap hidup. Dan bilamana azab mencapai puncaknya, maka mereka hanya dapat menjerit dan menangis merasakan sakitnya yang tiada terperikan.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa api neraka Hutamah membakar semua anggota tubuh penghuninya; dan apabila api itu sampai ke hatinya dan mencapai batas tenggorokannya, maka kembalilah api itu ke tubuhnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. (Al-Humazah: 8) Yakni bila mereka semua telah berada di dalamnya, maka pintunya ditutup rapat, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir surat Al-Balad.
Ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Siraj, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Harzad, telah menceritakan kepada kami Syuja' ibnu Asyras, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari ‘Ashim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah , dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. (Al-Humazah: 8) Artinya, ditutup rapat. Hadits ini telah diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Abdullah ibnu Asad, dari Ismail ibnu Khalid, dari Abu Saleh dan dianggap sebagai perkataan Abu Hurairah tidak sampai kepada Nabi ﷺ Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (sedangkan mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Al-Humazah: 9) Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa tiang-tiang itu dari besi.
As-Suddi mengatakan dari api. Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (sedangkan mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Al-Humazah: 9) Yakni pintu-pintu yang diberi palang. Qatadah mengatakan di dalam qiraat Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa sesungguhnya mereka di dalamnya dikunci semua pintunya dengan palang-palang yang panjang. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka dimasukkan ke dalam pasungan, sedangkan di leher mereka ada belenggunya, lalu ditutup rapatlah semua pintunya.
Qatadah mengatakan bahwa kami berbincang-bincang bahwa mereka diazab di dalam neraka. Dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Abu Saleh telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (sedangkan mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Al-Humazah: 9) Yaitu belenggu-belenggu yang berat.
Celakalah orang yang sifatnya demikian, yang selalu menyibukkan diri dan berorientasi pada mengumpulkan harta benda dan menghitung-hitungnya. Dia merasa nyaman untuk menumpuk dan menghitung harta untuk menjamin kehidupannya di masa datang, dan enggan me-nunai'kan hak Allah dalam hartanya itu. 3. Dia senang dan sibuk mengumpulkan harta karena mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkan hidupnya di dunia. Dia terbuai oleh hartanya dan lupa bahwa harta sebanyak apa pun tidak akan dapat digunakan untuk menolak datangnya sesuatu yang tidak diinginkannya, yaitu kematian.
Ayat ini menerangkan bahwa orang yang menimbun harta juga diancam neraka karena memperkaya diri sendiri serta selalu menghitung-hitung harta kekayaannya. Hal itu ia lakukan karena sangat cinta dan senangnya kepada harta seakan-akan tidak ada kebahagiaan dan kemuliaan dalam hidup kecuali dengan harta. Bila ia menoleh kepada hartanya yang banyak itu, ia merasakan bahwa kedudukannya sudah tinggi dari orang-orang sekelilingnya.
Dia tidak merasa khawatir akan ditimpa musibah karena mencerca dan merobek-robek kehormatan orang lain. Karena kecongkakannya, ia lupa dan tidak sadar bahwa maut selalu mengintainya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi sesudah mati, dan tidak pula merenungkan apa-apa yang akan terjadi atas dirinya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-HUMAZAH
(SEORANG PENGUMPAT)
SURAH KE-104, 9 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Ayat 1
“Wailun!" artinya celakalah.
“Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pengumpat."
Pengumpat ialah orang yang suka membusuk-busukkan orang lain; dan merasa bahwa dia saja yang benar. Kerap kali keburukan orang dibicarakannya di balik pembelakangan orang itu, padahal kalau berhadapan dia bermulut manis.
“Pencela." (ujung ayat 1)
Tiap-tiap pekerjaan orang, betapa pun baiknya, namun bagi dia ada saja cacatnya, ada saja celanya. Dan dia lupa memerhatikan cacat dan cela pada dirinya sendiri.
Ayat 2
“Yang mengumpul-ngumpulkan harta dan menghitung-hitungnya." (ayat 2)
Yang menyebabkan dia mencela dan menghina orang lain, memburuk-burukkan siapa saja, karena kerjanya sendiri hanya mengumpulkan harta kekayaan buat diri sendiri. Supaya orang jangan mendekat, dipagarinya hartanya dengan memburukkan atau menghina orang.
Ayat 3
Sebab, “Dia menyangka bahwa hattanya itulah yang akan memeliharanya." (ayat 3)
Dengan harta benda itu dia menyangka akan terpelihara dari gangguan penyakit, dari bahaya tersembunyi, dan dari kemurkaan Allah.
Ayat 4
“Sekali-kali tidak!"
Artinya, pekerjaan mengumpulkan harta benda itu, yang disangkanya akan dapat memelihara dirinya dari sakit, dari tua, dari mati, ataupun dari adzab siksa neraka, tidaklah benar.
Bahkan, “Sesungguhnya dia akan dihumbankan ke Huthamah." (ujung ayat 4)
Nerakalah akhir tempatnya. Huthamah nama neraka itu.
Ayat 5
“Dan sudahkah engkau tahu apakah Huthamah itu?" (ayat 5)
Bersifat pertanyaan dari Allah kepada Nabi-Nya untuk menarik perhatian beliau tentang ngeri-nya Huthamah itu!
Ayat 6
“(Ialah) api neraka yang dinyalakan." (ayat 6)
Bernyala terus, karena ada malaikat yang dikhususkan kerjanya menjaga nyala api itu, lantaran itu maka berkobarlah dia terus.
Ayat 7
“Yang menjulang sampai ke hati itu." (ayat 7)
Maka terpangganglah selalu hati mereka itu. Yaitu hati yang sejak di dunia penuh dengan kebusukan, merugikan orang lain untuk keuntungan diri sendiri, menginjak-injak orang lain untuk kemuliaan diri.
Ayat 8
“Sesungguhnya neraka itu, atas mereka akan dikunci erat." (ayat 8)
Artinya, setelah masuk ke sana mereka tidak akan dikeluarkan lagi, dikunci mati di dalamnya.
Ayat 9
“Dengan palang-palang yang panjang melintang." (ayat 9)
Ancaman sekejam ini adalah wajar dan setimpal terhadap manusia-manusia yang digambarkan dalam ayat itu; pengumpat, pencela, mengumpul harta dan menghitung-hitung, dengan mata yang jeli melihat ke kiri dan ke kanan kalau-kalau ada orang yang mendekat akan meminta. Sikapnya penuh rasa benci. Kita berdoa moga-moga janganlah kita ditimpa penyakit seperti ini: membatu hati dalam dunia karena tamak harta; lalu disangrai, dinyalai api di neraka Huthamah untuk membakar hati yang telah membatu.