Ayat
Terjemahan Per Kata
فَلَمَّآ
maka setelah
أَلۡقَوۡاْ
mereka melemparkan
قَالَ
berkata
مُوسَىٰ
Musa
مَا
apa
جِئۡتُم
kamu datangkan
بِهِ
dengannya
ٱلسِّحۡرُۖ
sihir
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
سَيُبۡطِلُهُۥٓ
akan membatalkannya
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَا
tidak
يُصۡلِحُ
membiarkan berhasil
عَمَلَ
pekerjaan
ٱلۡمُفۡسِدِينَ
orang-orang yang membuat kerusakan
فَلَمَّآ
maka setelah
أَلۡقَوۡاْ
mereka melemparkan
قَالَ
berkata
مُوسَىٰ
Musa
مَا
apa
جِئۡتُم
kamu datangkan
بِهِ
dengannya
ٱلسِّحۡرُۖ
sihir
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
سَيُبۡطِلُهُۥٓ
akan membatalkannya
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَا
tidak
يُصۡلِحُ
membiarkan berhasil
عَمَلَ
pekerjaan
ٱلۡمُفۡسِدِينَ
orang-orang yang membuat kerusakan
Terjemahan
Setelah mereka melemparkan (tali-temali), Musa berkata, “Apa yang kamu bawa itulah sihir. Sesungguhnya Allah akan membatalkan (mengalahkan)-nya. Sesungguhnya Allah tidak membiarkan perbuatan orang-orang yang berbuat kerusakan.
Tafsir
(Maka setelah mereka lemparkan) tali-tali dan tongkat-tongkat mereka (Musa berkata, "Apa) huruf maa di sini bermakna istifham sekaligus menjadi mubtada sedangkan khabarnya ialah berikutnya (yang kalian datangkan itu itulah sihir) lafal as-sihr menjadi badal. Sedangkan menurut qiraat yang lain dengan memakai hamzah, berarti keduanya menjadi khabar, dan maa bukannya istifhamiyah melainkan maushul dan sekaligus menjadi mubtada. (Sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya.") Allah akan melenyapkannya (Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan).
Tafsir Surat Yunus: 79-82
Firaun berkata (kepada pemuka-pemuka kaumnya), "Datangkanlah kepadaku semua ahli-ahli sihir yang pandai!"
Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka, "Lemparkanlah apa yang hendak kalian lemparkan!"
Maka setelah mereka melempar, Musa berkata, "Apa yang kalian lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuannya. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan.”
Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).
Ayat 79
Allah ﷻ menceritakan kisah ahli-ahli sihir bersama Musa a.s. dalam surat Al-A'raf yang telah disebutkan jauh sebelum ini, demikian pula dalam surat ini, surat Thaha, dan surat Asy-Syu'ara. Demikian itu karena Fir'aun, laknatullah, bermaksud membuat orang-orang kagum dengan kekuasaannya dan sekaligus menentang apa yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s., yakni kebenaran yang jelas yang disampaikannya. Untuk itu, ia melawannya dengan tipu muslihat yang biasa digunakan oleh tukang-tukang sihir; tetapi kenyataannya berbalik menjadi senjata makan tuan, dan apa yang dimaksudkannya itu tidak berhasil secara total. Yang menang justru bukti-bukti dari Tuhan.
Peristiwa ini terjadi di mata khalayak ramai dalam suatu pertandingan yang disaksikan oleh seluruh penduduk negeri. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Asy-Syuara: 46-48) Pada mulanya Fir'aun menduga bahwa dia akan beroleh kemenangan atas Musa a.s. utusan Allah dengan bantuan para ahli sihir. Tetapi akhirnya ia kecewa dan merugi, dia tidak dapat masuk surga dan wajib masuk neraka.
Ayat 80
“Firaun berkata (kepada pemuka-pemuka kaumnya), ‘Datangkanlah kepadaku semua ahli sihir yang pandai’!" Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka, ‘Lemparkanlah apa yang hendak kalian lemparkan’." (Yunus: 79-80)
Sesungguhnya Nabi Musa a.s. berkata demikian kepada mereka, karena ketika mereka telah berbaris, sedangkan mereka telah mendapat janji dari Firaun bahwa mereka akan menjadi orang-orang terdekat dengan Fir'aun dan akan beroleh hadiah yang berlimpah; mereka berkata, "Hai Musa, (pilihlah) apakah kamu yang melempar (dahulu) atau kamikah yang mula-mula melempar? Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melempar dulu.” (Thaha: 65-66) Musa bermaksud agar merekalah yang memulai dahulu, supaya orang-orang melihat apa yang mereka perbuat, kemudian dia akan datang sesudahnya dengan kebenaran untuk menghancurkan kebatilan mereka.
Karena itulah setelah para ahli sihir itu melemparkan -sebelumnya mereka menyihir mata orang-orang yang ada- maka para ahli sihir itu membuat mereka yang hadir menjadi ketakutan; para ahli sihir telah mendatangkan sihir yang besar. Maka Musa pun merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat.
Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (Thaha: 67-69)
Ayat 81-82
“Maka pada saat itulah Musa berkata (yaitu sesudah mereka melempar): ‘Apa yang kalian lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan.’ Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).” (Yunus: 81-82)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ammar ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman (yakni Ad-Dusytuki), telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Lais (yaitu Ibnu Abu Sulaim) yang mengatakan bahwa telah sampai kepadanya suatu riwayat yang mengatakan bahwa ayat-ayat berikut ini merupakan penyembuh dan penawar bagi sihir dengan seizin Allah ﷻ. Ayat-ayat tersebut dibacakan pada sebuah wadah yang berisikan air. Kemudian airnya disiramkan ke atas kepala orang yang terkena sihir. Ayat itu adalah ayat yang ada di dalam surat Yunus, yaitu firman-Nya: “Maka setelah mereka melempar, Musa berkata, ‘Apa yang kalian lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan.’ Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbual dosa tidak menyukai(nya).” (Yunus: 81-82) Dan ayat yang lainnya, yaitu: “Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah apa yang selalu mereka kerjakan.” (Al-A'raf: 118), hingga beberapa ayat berikutnya. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (Thaha: 69)
Setelah mereka melemparkan tali temali dan tongkat yang tampak seperti ular lalu Musa berkata, Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu, yakni melenyapkannya. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakanDan Allah akan mengukuhkan yang benar dan melenyapkan yang batil dengan ketetapan-Nya, akan mendatangkan kebenaran untuk menghancurkan kebatilan, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya.
.
Setelah mereka selesai menunjukkan sihir mereka, Musa berkata kepada mereka tanpa mengindahkan sedikitpun kedahsyatan sihir yang mereka tunjukkan itu, bahwa apa yang mereka lakukan itu hanyalah sihir belaka, atau suatu usaha memutarbalikkan penglihatan manusia. Hakikatnya tidak ada suatu perubahan yang terjadi dengan berubahnya tongkat dan tali itu menjadi ular. Sedangkan apa yang akan dilakukan oleh Musa adalah suatu mukjizat dari kekuasaan Allah. Allah akan membatalkan sulapan itu dengan mukjizat yang dibawa Nabi Musa a.s. Jelas bahwa sihir adalah perbuatan manusia, bukan peristiwa yang luar biasa. Maka Musa melemparkan tongkatnya, dan Allah mengubah tongkat itu menjadi ular, lalu ular itu menelan ular-ular sihir yang mereka perbuat karena Allah tidak akan membiarkan perbuatan kaum penyihir itu berlangsung terus.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 79
“Dan berkata Fir'aun: Datangkanlah kepadaku tiap-tiap ahli sihir yang pandai."
Fir'aun percaya pengaruh Musa akan dapat dijatuhkan apabila dia telah dapat dikalahkan di hadapan khalayak ramai dengan tukang-tukang sihir yang ahli, Diperintahkan-nyalah kepada orang-orang besar penyokongnya itu supaya dikumpulkan, dipanggil ahli-ahli sihir dari seluruh pelosok negeri Mesir, supaya mereka mengadu kepandaian dengan Musa dalam satu pertemuan besar. Dia yakin kalau sekiranya berpuluh-puluh tukang sihir telah menghadapi satu orang tukang sihir, niscaya akan kalahlah yang satu orang itu.
Fir'aun tidak mau tahu bahwa rencananya itu adalah menantang rencana Allah. Dia tidak mau percaya, Musa adalah utusan Allah. Orang yang seperti Musa ini hendaklah dijatuhkan air mukanya di hadapan orang banyak.
Ayat 80
“Maka tatkala datang ahli-ahli sihir itu."
Tandanya perintah baginda telah dilaksanakan dengan baik-baik dan semua ahli-ahli sihir dari kota-kota di sekitar Mesir telah berkumpul dan ditonton oleh beribu-ribu manusia.
“Berkatalah Musa kepada mereka:Tunjukkanlah apa yang akan kamu pertunjukkan."
Sebagaimana lebih jelas lagi di dalam surah al-A'raafyang telah terdahulu dan di dalam surah Thaahaa kelak, terjadilah terlebih dahulu soal-jawab, sebab ahli-ahli sihir itu bertanya, apakah kami memulai dahulu atau engkau, lalu Musa menjawab, “Kalianlah lebih dahulu memperlihatkan sihir kalian." Maka bersetujulah mereka dengan anjuran Musa, merekalah yang terlebih dahulu melemparkan tongkat-tongkat dan tali-tali mereka, dan semuanya kelihatan seperti bergerak-gerak, seperti menjalar-jalar.
Ayat 81
“Maka tatkala telah mereka pertunjukkan."
Setelah tali-temali dan tongkat-menongkat itu mereka lemparkan ke tanah, kelihatan lak-sana menjalar-jalar dan orang banyak telah terpesona melihatnya, “Berkatalah Musa: Apa sihir yang telah kamu datangkan itu, sesungguhnya Allah akan membatalkannya." Sekali lagi Musa menegaskan bahwasanya semuanya itu adalah sihir. Tukang sihir tidak akan beroleh kemenangan apabila telah bertemu dengan kebenaran. Sihir itu akan dibatalkan, akan dipatahkan, akan dibongkar rahasia ke-palsuannya oleh Allah. Lalu, seperti telah pula
dijelaskan di surah-surah yang lain, al-A'raaf, Thaahaa, asy-Syu'araa' dan lain-lain, Musa diperintah Allah melemparkan tongkatnya. Maka tongkat itu menjalar menjadi seekor ular besar. Perhatian orang ramai beralih dari tongkat dan tali yang bergerak-gerak menyerupai ular, tetapi bukan ular, kepada tongkat yang benar-benar telah menjalar menjadi ular. Ada suatu tafsir mengatakan bahwa tali-temali dan tongkat-menongkat tukang-tukang sihir itu ditelan semua oleh tongkat ular Nabi Musa, dan setelah habis semua ditelannya, dia kembali jadi tongkat. Kalau penafsiran ini kurang kuat, maka perpalingan perhatian orang dari tali-temali dan tongkat-menongkat tukang sihir, kepada tongkat yang benar-benar menjelma menjadi ular, itu saja pun sudah menelan segala sihir tukang-tukang sihir. Sebab mukjizat memang dapat menelan sihir. Sebab itu datanglah ujung ayat,
“Sesungguhnya Allah tidaklah akan memperbaiki amal orang-orang yang merusak. "
Ujung ayat ini adalah pokok yang umum dan jelas dari garis tertentu Sunnah Allah. Yaitu apabila telah berhadapan, berkonfrontasi, di antara yang benar dengan yang batil, namun kepalsuan yang batil mesti terbuka.
Inilah satu kaidah umum dari Allah. Percetakan dunia kerap kali menyaksikan percobaan manusia hendak memaksakan suatu pendirian yang salah dan merusak, supaya diterima oleh masyarakat. Karena mereka sendiri pun merasa bahwa maksud mereka adalah merusak, maka mereka kurbankanlah seluruh kekuatan memengaruhi, memesona, memukau masyarakat dengan susun kata-kata, yang sepintas lalu kedengarannya benar, tetapi apabila dipikirkan panjang dan dalam, ternyata salahnya. Kaum komunis dan kaum fasis mengajarkan satu teori, bahwa walau kata-kata yang dusta sekalipun, kalau selalu diulang-ulang, petang dan pagi, siang dan malam, dengan tidak mengenal bosan, akhirnya akan diterima orang juga sebagai suatu kebenaran. Jadi, caranya ialah membuat orang banyak menjadi payah, lelah dan tidak sempat berpikir lagi sehingga menyerah saja, dan mengakui bahwa yang salah itu me-manglah benar! Tetapi, apa hasilnya? Masyarakat yang dipesona itu tidak normal lagi. Tidak ada ketenteraman batin, baik dari yang memaksakan atau pada yang dipaksakan, karena kedua pihak sama-sama mendustai diri sendiri. Dan akhirnya kekacauan pikiran itu akan sampai di puncak. Sebab yang me-maksakan tahu bahwa kebenaran yang mereka sihirkan itu tidak diterima orang. Lalu, kadang-kadang dipaksanya diri sendiri membuat dusta baru, bahwa masyarakat telah menerima. Sebab apabila dia bertanya kepada orang yang dipaksa, “Benarkah yang aku katakan?" Karena takut orang itu akan menjawab, “Benar!"
Hal yang tidak benar disuruh mengatakan benar; benar! Orangnya pun mengangguk-angguk mengatakan dengan mulutnya bahwa ia benar. Tetapi kian lama selalulah timbul pertentangan di antara tidak benar yang dikatakan benar itu dengan kenyataan. Lama-lama sampailah orang kepada kebosanan. Bosan, karena seluruh yang diperkatakan hanya yang tidak benar! Bosan, sehingga kian lama bosan itu kian menjalar. Yang memaksakan dengan tidak sadar, akhirnya tinggal seorang diri. Maka jika datang masanya jatuh, tidaklah ada suatu kekuatan pun yang bisa menahan.
Ayat 82
“Dan dibenarkanlah oleh Allah benar yang benar, dengan kalimat-kalimat-Nya."
Dengan yang merusak, yang batil, yang tidak menurut ukuran kebenaran, orang pun bosan. Dalam kisah Fir'aun ini, yang terlebih dahulu bosan dengan sihirnya ialah tukang-tukang sihir itu sendiri. Mereka telah insaf bahwa yang mereka tegakkan dan per
tahankan selama ini tidaklah benar, hanya sihir untuk menipu orang. Sekarang mereka berjumpa dengan kebenaran yang nyata. Sebab itu mereka tidak dapat lagi dipesona oleh propaganda kebenaran Fir'aun. Dengan terus terang, di hadapan orang banyak, mereka memproklamirkan bahwa mulai hari itu mereka mengakui bahwa yang Allah hanya Allah, dan seruan Musa itulah yang benar. Lantaran itu mereka disiksa, dihukum sangat kejam. Tangan kanan dipotong bersama kaki kiri, lalu disalibkan dan dibunuh. Akan tetapi, mereka bersedia menerima itu, mereka rela, sebab mereka telah bertemu dengan kebenaran. Allah telah bertindak dengan ka-limat-kalimat-Nya. Kalimat Allah adalah ka-limat takwin: Ada kata Allah, dia pun adalah. Jadilah kata Allah. Maka dia pun jadi!
“Walaupun benci orang-orang yang durhaka."
Kebenaran telah ditetapkan oleh Allah, dan kebenaran tidak akan berganjak oleh ke-kuatan sihir. Yaitu sihir dalam segala ragam macamnya. Kebenaran ialah yang tenteram hati menerimanya, yang kecoh, tipuan tidak dapat membelokkannya. Fir'aun dan para penyokongnya kalah dalam pertandingan di antara yang hak dengan yang batil. Dia ber-kuasa buat membunuh ahli-ahli sihir yang telah terpesona kebenaran Musa. Memang matilah ahli-ahli sihir itu, dan sakit hati Fir'aun terlepas karena dia telah menjatuhkan hukuman. Tetapi dia tidak ingat bahwa yang dihukum sendiri tidak kalah, melainkan me-nang. Mereka puas karena mereka mati jadi kurban dari kebenaran. Yang tidak puas ada-lah hati mala'ihi tadi. Mereka telah tahu bahwa Musa di pihak benar. Dalam hati sanubari mereka mengaku kepahlawanan ahli-ahli sihir itu, tetapi mereka tidak mempunyai kekuatan buat membebaskan diri dari jalan salah yang telah mereka tempuh. Mereka itu telah termasuk orang-orang yang durhaka, bersama-sama dengan Fir'aunnya. Mereka benci bertambah benci, sebab itu mereka tenggelam bertambah tenggelam.