Ayat
Terjemahan Per Kata
أَلَآ
ingatlah
إِنَّ
sesungguhnya
لِلَّهِ
kepunyaan Allah
مَن
orang/apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَمَن
dan orang/apa
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِۗ
bumi
وَمَا
dan tidak
يَتَّبِعُ
mengikuti
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَدۡعُونَ
(mereka) menyeru
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
شُرَكَآءَۚ
sekutu-sekutu
إِن
jika/tidaklah
يَتَّبِعُونَ
mereka mengikuti
إِلَّا
kecuali
ٱلظَّنَّ
persangkaan
وَإِنۡ
dan jika/tidaklah
هُمۡ
mereka
إِلَّا
kecuali
يَخۡرُصُونَ
mereka berdusta
أَلَآ
ingatlah
إِنَّ
sesungguhnya
لِلَّهِ
kepunyaan Allah
مَن
orang/apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَمَن
dan orang/apa
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِۗ
bumi
وَمَا
dan tidak
يَتَّبِعُ
mengikuti
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَدۡعُونَ
(mereka) menyeru
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
شُرَكَآءَۚ
sekutu-sekutu
إِن
jika/tidaklah
يَتَّبِعُونَ
mereka mengikuti
إِلَّا
kecuali
ٱلظَّنَّ
persangkaan
وَإِنۡ
dan jika/tidaklah
هُمۡ
mereka
إِلَّا
kecuali
يَخۡرُصُونَ
mereka berdusta
Terjemahan
Ketahuilah bahwa sesungguhnya milik Allahlah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi. Orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah tidaklah mengikuti (suatu kebenaran). Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah menduga-duga.
Tafsir
(Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi) sebagai hamba-Nya, milik-Nya dan sebagai makhluk-Nya. (Dan tidaklah mengikuti orang-orang yang menyeru) yang menyembah (selain daripada Allah) selain Allah, yaitu berupa berhala-berhala (berupa sekutu-sekutu) bagi-Nya secara nyata, Maha Suci Allah dari sekutu-sekutu (tidaklah) tiada lain (mereka mengikuti) dalam hal tersebut (melainkan hanya dugaan saja) mereka menduga bahwa berhala-berhala sesembahan mereka itu adalah tuhan yang dapat memberikan syafaat terhadap diri mereka (dan tidaklah) tiadalah (keadaan mereka melainkan hanya berdusta belaka) yakni berbuat dusta dalam hal tersebut.
Tafsir Surat Yunus: 65-67
Janganlah kamu (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti suatu keyakinan. Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.
Dialah yang menjadikan malam bagi kalian supaya kalian beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang-benderang (supaya kalian mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.
Ayat 65
Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya: “Janganlah kamu sedih.” (Yunus: 65) oleh perkataan orang-orang musyrik itu. Tetapi mintalah pertolongan kepada Allah dalam menghadapi mereka, dan bertawakallah kepada-Nya. Karena sesungguhnya kemenangan itu hanyalah milik Allah semuanya, Rasul-Nya serta orang-orang mukmin.
“Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Yunus: 65)
Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua keadaan mereka.
Ayat 66
Kemudian Allah ﷻ memberitahukan bahwa kepunyaan Dialah semua yang ada di langit dan bumi; dan bahwa orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala itu, sedangkan berhala-berhala itu tidak dapat menimpakan mudarat, tidak pula manfaat, tiada dalil yang menjadi pegangan mereka dalam menyembah berhala-berhala itu.
Bahkan sebenarnya mereka dalam penyembahannya itu hanyalah semata-mata mengikuti dugaan dan khayalan, kedustaan dan buat-buatan mereka sendiri.
Ayat 67
Kemudian Allah ﷻ memberitahukan bahwa Dialah yang telah menjadikan malam hari untuk hamba-hamba-Nya agar mereka beristirahat dari kelelahan dan kecapean sehabis berusaha dan bekerja.
“Dan (menjadikan) siang hari terang-benderang.” (Yunus: 67)
Maksudnya, terang-benderang untuk penghidupan mereka, usaha mereka, bepergian mereka, dan kepentingan-kepentingan mereka.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” (Yunus: 67)
Yaitu yang mendengar hujah-hujah dan dalil-dalil ini, lalu mereka mengambil pelajaran darinya dan mereka menyimpulkan darinya kebesaran dari Tuhan yang menciptakan, mengatur, dan memperjalankan semuanya itu.
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa kekuasaan seluruhnya milik Allah swt, lalu dalam ayat ini Allah menegaskan bukti kekuasaannya. Ingatlah, sesungguhnya milik Allah siapa, makhluk berakal yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi, yakni manusia, seluruhnya berada dalam kekuasaan-Nya. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti suatu keyakinan yang benar. Mereka hanya mengikuti persangkaan yang sesat belaka, karena mengira sembahan mereka akan memberikan manfaat dan pertolongan, padahal itu sama sekali tidak benar, dan mereka hanyalah menduga-duga, yakni mengerjakan sesuatu tanpa dasar yang benar. Usai menjelaskan kepemilikan Allah atas apa saja yang di langit dan bumi, Dia lalu menjelaskan pengaturan sistem yang berjalan di langit dan bumi. Dialah yang menjadikan malam gelap bagimu agar kamu beristirahat padanya untuk melepaskan lelah, dan menjadikan siang terang benderang agar kamu leluasa untuk mencari karunia Allah. Sungguh, pada pergantian malam dan siang yang demikian itu terdapat tandatanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mendengar dengan saksama dan mengambil pelajaran dari apa yang dideng.
Ayat ini mengingatkan kaum Muslimin bahwa semua yang ada di langit dan di bumi, berada di bawah kekuasaan Allah, termasuk pula patung-patung yang mereka sembah dan mereka perserikatkan dengan Allah, berada di dalam kekuasaan-Nya pula. Orang-orang musyrik mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain bukanlah berdasarkan pada keyakinan yang benar, akan tetapi hanyalah berdasarkan pada persangkaan belaka. Mereka menyembah patung karena adanya anggapan, bahwa patung-patung yang mereka sembah itu dapat menolong mereka, dan dapat mendekatkan diri kepada Allah, agar doa-doa mereka dikabulkan Allah. Anggapan serupa itu timbul dalam pikiran mereka, karena mereka menganggap bahwa Allah itu sama dengan pemimpin-pemimpin serta pembesar-pembesar mereka yang bengis dan zalim. Apabila mereka ingin berhubungan dengan pembesar-pembesar mereka atau ingin menyampaikan permohonan kepada mereka, permohonan itu tidak akan diterima atau mendapat pelayanan sebagaimana mestinya, apabila tidak terlebih dahulu melalui tangan kanan pemimpin mereka.
Di akhir ayat Allah menegaskan bahwa orang-orang musyrik mengikuti dugaan-dugaan seperti itu adalah karena kebodohan yang tidak akan membawa mereka kepada kebenaran sedikitpun.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 65
“Dan janganlah menduka engkau kata-kata mereka itu."
Di pangkal surah, yaitu pada ayat 2, kita telah diberi penjelasan satu macam dari kata-kata orang musyrikin itu terhadap Rasul ﷺ. Beliau mendapat wahyu dari Allah, tetapi manusia-manusia itu menyatakan heran dan orang-orang kafir mengatakan bahwa beliau tukang sihir yang nyata. Dan banyak lagi kata-kata lain yang dilontarkan kepada beliau, sehingga, sebagai kita tafsirkan di atas, sebagai manusia akan timbul juga rasa duka cita dalam hati Rasul saw, mendengar sambutan yang demikian hina atas dirinya. Sebagaimana kelakuan setengah orang yang ingkar akan kebenaran, mereka tidak menilai anjuran yang dibicarakan, tetapi mereka sengaja mencari-cari cacat yang ada pada diri si penganjur. Bukanlah paman beliau sendiri, Abu Lahab pernah mengatakan beliau abtar, yaitu putus keturunan, sebab beliau tidak beranak laki-laki. Anaknya hanya perempuan saja, dan yang laki-laki mati pada waktu kecil. Hinaan seperti ini, dalam masyarakat Arab, sangatlah mendukakan hati. Maka menegurlah Allah kepada Rasul-Nya, jangan sampai hatimu ber-duka cita lantaran perkataan-perkataan mereka itu."Karena sesungguhnya kemuliaan adalah kepunyaan Allah" Bukan kepunyaan orang lain. Kalau setengah kaum Quraisy itu membanggakan diri lantaran mereka kaya raya, maka kekayaan itu pun tidaklah mereka dapat dari yang lain, melainkan dari Allah jua. Kekayaan, kemuliaan dan kedudukan dalam masyarakat, semuanya Allah yang empunya. Diberikan-Nya pada barangsiapa yang Dia kehendaki. Kalau selama ini, sebelum Muhammad ﷺ menyampaikan dakwahnya, memang kemuliaan ada pada pemuka-pemuka Quraisy, maka Allah Mahakuasa buat menggilirkannya pada yang lain; dan yang dahulunya mulia akan jatuh hina, yang dahu-lunya tidak orang penting, naik menjadi orang penting.
“Dia adalah Mendengar lagi Mengetahui."
(ujung ayal 65)
Didengar oleh Allah percakapan sombong orang-orang musyrikin itu dan Allah akan menunjukkan kuasa-Nya memutar keadaan. Dan Allah pun mendengar keluhan tarikan napas Rasul-Nya karena duka cita. Allah pun mengetahui keadaan, yang terkadang tidak diketahui manusia. Suatu yang mulanya hanya cita-cita, dalam masa yang tidak berapa lama langsung menjadi kenyataan. Kadang-kadang manusia sendiri merasa heran apa sebab jadi begitu, karena mereka tidak menyangka-nyangka, padahal sudah ada satu rencana Allah dalam pengetahuan-Nya yang luas.
Ayat 66
“Ketahuilah, sesungguhnya kepunyaan Allah-lah siapa yang di semua langit dan siapa yang di bumi."
Allah Maha Mengetahui akan siapa pun daripada hamba-hamba-Nya, baik yang ada di semua langit maupun siapa yang di atas bumi ini. Mana yang jujur ikhlas dan mana yang curang culas.
Dengan mengambil alasan dari ayat ini, kita berpaham bahwasanya dengan kalimat Man yang berarti siapa atau orang yang, kita boleh sampai kepada paham bahwasanya di lain bintang, selain dari bumi ini ada juga makhluk berakal. Kalau tidak ada, niscaya Allah tidak memakai kata Man. Hasil penyelidikan manusia sekarang ini baru sampai pada kesimpulan, tidak mungkin bahwa ada makhluk berakal seperti manusia di dalam bintang-bintang lain, selain dari di bumi. Sebab syarat-syarat buat hidup tidak ada di bintang-bintang itu. Tetapi keimanan kita pada ketentuan Al-Qur'an belum boleh kita lepaskan, hanya semata-mata karena penyelidikan insani yang belum selesai. Sebab akal manusia pun masih berkata, sedangkan di sebuah bintang yang bernama bumi ada satu makhluk berakal bernama manusia, masakan di antara bintang-bintang yang beribu juta itu, ada yang lebih kecil dari bumi dan ada yang lebih besar berlipat ganda, tidak akan ada makhluk lain, meskipun bukan manusia namanya?
Dan boleh juga diartikan lain, yaitu bahwasanya alam langit itu, adalah alam lain yang pengetahuan kita belum sampai selengkapnya ke sana. Mungkin semua langit atau berapa langit itu dimaksudkan dengan alam gaib. Sebab semua langit itu memang masih gaib bagi kita. Di dalam alam itulah hidup makhluk Allah yang mulia yang disebut malaikat Tidaklah kita tahu betapa hakikat langit itu. Allah Yang Mahatahu akan semua. Sehingga-bila kita baca ayat ini, kita mendapati bahwa ayat ini sendiri telah menafsirkan dirinya. Sedangkan seluruh isi bumi, sebuah bintang yang kecil ini tidaklah lengkap kita ketahui apatah lagi makhluk yang di semua langit. Maka berkatalah Allah selanjutnya, “Dan ti-daklah mengikuti orang-orang yang, menyeru yang selain Allah akan sekutu-sekutu mereka itu." Mereka itu telah mempersekutukan yang lain dengan Allah, entah sesama manusia, atau berhala dan patung. Maha Mengetahui hanya Allah, sedang yang mereka sembah itu tidak mendengar, terlebih lagi tidak mengetahui, maka pada hakikatnya sia-sialah pemujaan mereka kepada yang lain itu. Bagaimanapun tekunnya mereka menyembah, namun yang lain itu tidaklah dapat berbuat apa-apa, sebab yang sebenar mengetahui hanya Allah dan makhluk yang disembah itu pun tidak ada, kalau tidak diadakan oleh Allah. Sebab itu, segala perbuatan musyrikin itu adalah sia-sia. Mereka mengatakan mengikut yang disembah selain Allah, padahal ikutan itu tidak ada sama sekali. “Tidak ada yang mereka ikuti selain dari sangka-sangka." Atau agak-agak, atau khayal pikiran yang tidak berdasar kebenaran sama sekali. Khayal bohong yang selalu diulang-ulang, sehingga lama-lama sudah dianggap sebagai suatu kebenaran.
Seumpama kepercayaan yang tersebut di dalam setengah kitab tasawuf, bahwa ada seorang waliyullah, pada suatu hari ada orang ziarah ke kuburannya. Sampai di kubur itu dia mengucapkan salam kepada wali yang telah berkubur itu, tiba-tiba kedengaran olehnya wali itu menjawab salamnya. Oleh juru kunci kuburan itu cerita ini diceritakan lagi, menjadi cerita turun-temurun diulas-ulas, disambung-sambung, sampai menjadi masyhur, padahal tidak pernah diselidiki dari mana sumbernya. Siapa orangnya yang ziarah itu, tahun mana musim apabila. Dan jika ada orang berpikiran sehat yang hendak menyelidiki, yang lain marah kepadanya.
Suatu hari penulis tafsir ini berziarah bersama beberapa orang kawan pada sebuah kuburan di Periangan Padang Panjang (Su-matera Barat). Menurut sejarah, orang yang berkubur itu ialah salah seorang nenek moyang di dalam dongeng Minangkabau yang bergelar Datuk Tanteja Gurawano. Datuk itu sangat istimewa. Dia dapat menarah papan sambil menelentang dan dia dapat merapatkan papan dinding di dalam air, dan tinggi tubuhnya 30 hasta. Memang kuburan itu 30 hasta panjangnya. Cerita itu tak boleh di-ganggu gugat lagi, sebab dia telah menjadi dasar kepercayaan, zhan atau sangka-sangka dan telah dijadikan semacam iman. Lalu sambil bersenda-gurau saya katakan kepada orang tua-tua yang mempertahankan kebenaran cerita itu, kalau benar Datuk Tanteja Gurawano ini tinggi badannya 30 hasta, memanglah ini suatu hal yang luar biasa, sebab rupanya pada suatu waktu di Minangkabau ini ada orang yang tingginya 30 hasta. Oleh sebab zaman sekarang adalah zaman ilmiah dan zaman universitas, tidak jauh dari kemungkinan kelak beberapa orang pemuda angkatan baru yang ingin memperdalam penyelidikannya pada sejarah antropologi, datang kemari menggali kubur ini, untuk mengetahui dengan jelas apa benarkah ada orang yang tingginya 30 hasta, sebab tulang-tulangnya tentu masih ada di sini! Sebab, saya sudah melihat di sebuah museum di Kairo dan di bekas negeri Babil di Irak, dibongkar kubur-kubur yang telah berusia 4.000 atau 5.000 tahun dan masih bertemu tulang-tulangnya. Jelas bahwa manusia di sana pada 4.000 atau 5.000 tahun yang lalu hanya setinggi manusia kita sekarang juga. Datuk Tanteja Gurawano sudah melalui berapa ribu tahun agaknya? Sudahkah 5.000 tahun?
Penduduk Negeri Periangan Padang Panjang adalah orang-orang Islam yang taat belaka, dan mereka tidak memuja kubur tersebut, hanya dipandang sebagai peninggalan sejarah. Cerita tentang Datuk Tanteja hanya mereka terima sebagai dongeng pusaka. Bagi orang Quraisy, begitu pulalah anggapan mereka pada beberapa berhala mereka. Dibangun atas dongeng dan sangka-sangka, lama-lama dianggap sebagai kebenaran dan kepercayaan. Kadang-kadang khayal ditumbuhi oleh sugesti. Karena mereka takut, benar-benarlah mereka rasai bahwa berhala itu bertuah. Kadang-kadang menyelinaplah hantu ke dalam berhala itu, kedengaran malam-malam sebagai dia bersuara memanggil-manggil, mereka bertambah takut lalu lari, lalu dikatakan kepada orang lain. Padahal kalau ketakutan telah hilang, hantu itif tidak ada lagi.
“Dan tidak lain mereka itu, melainkan orang-orang yang berbohongbohong “
Kita mendapati dua tiga macam kalimat yang berarti dusta atau bohong. Yang banyak kita kenal ialah Yakdzibun; dari kadzaba, yak-dzibu, kadziban. Misalnya ialah dustanya se-orang pesakitan di hadapan hakim untuk mengelakkan diri dari hukuman, padahal bukti-bukti sudah cukup.
Kedua, banyak juga kita baca Yaftarun artinya dusta juga. Yaitu mengada-ada, atau mengarang-ngarangkan kata dusta, misalnya mengatakan Allah beranak, atau Allah ber-bilang. Sebab yang demikian itu adalah mendustai akal sendiri.
Dalam ayat ini kita bertemu Yakhrushvn artinya hampir sama dengan yaftarun. Cuma perbedaannya, ialah bahwa dusta kharsh itu adalah kumpulan dari segala macam khayal, lalu dijadikan pegangan hidup dan tidak boleh dibantah lagi. Seumpama kepercayaan orang Jepang bahwa raja-raja adalah turun dari langit sebagai putra matahari dan mendirikan negeri Jepang yang mereka namai Dai Nippon. Atau seperti segala macam dongeng atau mitos, atau seperti cerita wayang atau seperti cerita Cindur Mato di Minangkabau. Semua cerita itu tidak pernah kejadian, tetapi dipertahankan orang sebagai dasar suatu kepercayaan, untuk mempertahankan kemegahan golongan. Kalau ada orang yang membantah menurut akal, mereka yang mempertahankan itu marah, dan orang yang membantah itulah yang disalahkan.
Segala ajaran-ajaran, atau yang dinamai doktrin (kepercayaan, aqidah), yang dipaksakan, dan dipandang jahat barangsiapa yang membantahnya menurut akal murni, orang yang mempertahankan itu dinamailah yakh-rushun. Yaitu mempertahankan kebohongan.
Dengan tuntunan Allah seperti pada ayat ini dapatlah kita kaum Muslimin yang merasa bahwa iman telah tumbuh dalam jiwa kita, memasti dari dalam jiwa kita sendiri segala kepercayaan, yang asalnya dari zhan dan khayal, menjadi takhayul, lalu dipertahankan se-bagai suatu kepercayaan, dan tidak boleh di-ganggu-gugat lagi. Kepercayaan kepada Allah adalah yakin, bukan zhan. Hasil pemikiran, bukan pengkhayalan.
Kemudian datanglah lanjutan firman Allah,
Ayat 67
“Dialah yang telah menjadikan malam untuk kamu, supaya kamu bersenang-senang padanya
Inilah sambungan penjelasan tentang kemahakuasaan Allah, terutama tentang ilmu Allah pada ayat di atas tadi. Pada ayat 66 telah dinafikan segala kekuasaan dari yang lain, baik berhala atau patung atau manusia atau dewa. Atau Krisna, Wisnu dan Siwa. Atau Apollo, Izis dan Oziria. Atau berhala Laata, Uzza dan Manaata. Atau Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Ruhul Qudus. Malam dan siang berganti, sebab matahari diedari dengan teratur oleh bumi. Bilamana matahari telah terbenam di ufuk barat, timbullah malam. Di waktu malam segala kegiatan berhenti dan kamu bisa istirahat, bertenang bersenang diri, tinggal tidur di dalam rumah, tidak keluar lagi.",Dan siang, dalam keadaan terang-benderang." Sebaliknya daripada malam itu. Malam adalah gelap, sebab itu meskipun mata bukan buta, namun dia tidak ada melihat. Setelah hari siang matahari memancarkan sinar.
Dengan adanya sinar matahari, mata manusia yang tidak buta, dapatlah melihat nyata segala sesuatu yang dapat dilihatnya. Dapat disisihkan perbedaan warna.
“Sesungguhnya, pada yang demikian itu ada tanda-tanda bagi kaum yang mau mendengar."
Perhatikanlah ayat ini dengan seksama! jika manusia telah memakai pikiran dan re-nungannya, baik di waktu dia berdiam diri dalam rumahnya di waktu malam, atau bila
dia melihat segala sesuatu dengan matanya di waktu terang benderang siang, dia akan mendengar suatu pertanyaan bergelora dalam hatinya."Adakah semuanya malam yang teratur dan siang yang cerah permai ini, terjadi dengan kebetulan? Atau adakah yang menjadikan?"
Bertambah manusia bertafakur, bertambah terdengarlah olehnya pertanyaan itu dalam batinnya sendiri. Sebab malam dan siang itu penuh dengan keindahan, kemuliaan dan kesempurnaan, yang mendatangkan heran, kagum dan terharu bagi orang yang berpikir. Inilah pendengaran pertama. Dan pertanyaan ini akan terdengar kalau manusia mau mendengarkan. Dengan demikian, ingin tahu adalah pokok pertama dalam diri manusia.
Datanglah tuntunan wahyu yang dibawa rasul-rasul Allah. Mereka yang menyampaikan dan mengajarkan jawaban Allah atas pertanyaan batin itu. Inilah pendengaran yang kedua.
Seakan-akan batin bertanya, “Adakah yang menjadikan alam?"
Wahyu menjawab, “Ada yang menjadikan alam!"
Batin bertanya, “Siapakah agaknya yang menjadikan itu?"
Wahyu menjawab, “Allah! Tidak ada Allah, melainkan Dia."
Inilah soal-jawab yang timbul di antara diri dengan wahyu Allah, setelah menyaksikan alam keliling dalam pergantian di antara siang dengan malam.