Ayat
Terjemahan Per Kata
إِلَيۡهِ
kepadaNya
مَرۡجِعُكُمۡ
tempat kembalimu
جَمِيعٗاۖ
semuanya
وَعۡدَ
janji
ٱللَّهِ
Allah
حَقًّاۚ
benar
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
يَبۡدَؤُاْ
Dia memulai menciptakan
ٱلۡخَلۡقَ
makhluk
ثُمَّ
kemudian
يُعِيدُهُۥ
Dia mengembalikannya
لِيَجۡزِيَ
karena Dia hendak memberi balasan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan/saleh
بِٱلۡقِسۡطِۚ
dengan adil
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لَهُمۡ
bagi mereka
شَرَابٞ
minuman
مِّنۡ
dari
حَمِيمٖ
air yang sangat panas
وَعَذَابٌ
dan azab
أَلِيمُۢ
pedih
بِمَا
dengan apa/disebabkan
كَانُواْ
adalah mereka
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir
إِلَيۡهِ
kepadaNya
مَرۡجِعُكُمۡ
tempat kembalimu
جَمِيعٗاۖ
semuanya
وَعۡدَ
janji
ٱللَّهِ
Allah
حَقًّاۚ
benar
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
يَبۡدَؤُاْ
Dia memulai menciptakan
ٱلۡخَلۡقَ
makhluk
ثُمَّ
kemudian
يُعِيدُهُۥ
Dia mengembalikannya
لِيَجۡزِيَ
karena Dia hendak memberi balasan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan/saleh
بِٱلۡقِسۡطِۚ
dengan adil
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لَهُمۡ
bagi mereka
شَرَابٞ
minuman
مِّنۡ
dari
حَمِيمٖ
air yang sangat panas
وَعَذَابٌ
dan azab
أَلِيمُۢ
pedih
بِمَا
dengan apa/disebabkan
كَانُواْ
adalah mereka
يَكۡفُرُونَ
mereka kafir
Terjemahan
Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti. Sesungguhnya Dialah yang memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengembalikannya (menghidupkannya lagi) agar Dia memberi balasan dengan adil kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Adapun untuk orang-orang yang kufur, untuk mereka (disediakan) minuman dari air yang mendidih dan azab yang sangat pedih karena mereka selalu kufur.
Tafsir
(Hanya kepada-Nyalah) yaitu Allah ﷻ (kalian semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar dari Allah) lafal wa'dan dan lafal haqqan keduanya merupakan mashdar yang dinashabkan oleh fi'ilnya masing-masing yang keberadaannya diperkirakan. (Sesungguhnya Allah) huruf hamzah inna dibaca kasrah karena menjadi isti'naf, sedangkan jika dibaca fatah maka memakai huruf lam yang keberadaannya diperkirakan sebelumnya (menciptakan makhluk pada permulaan) artinya Dia mulai menciptakan makhluk dengan mengadakan mereka (kemudian menghidupkannya kembali) pada hari berbangkit (agar Dia memberi pembalasan) pahala (kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas) artinya air yang panasnya luar biasa (dan azab yang pedih) sangat menyakitkan (disebabkan kekafiran mereka) sebagai pembalasan atas kekafirannya.
Tafsir Surat Yunus: 4
Hanya kepada-Nyalah kalian semuanya akan kembali; itu adalah janji Allah yang benar. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang yang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Allah ﷻ menceritakan bahwa hanya kepada-Nyalah semua makhluk dikembalikan kelak di hari kiamat, tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal, lalu Dia menghidupkan mereka kembali seperti pada permulaannya ketika Dia menciptakan mereka.
Kemudian Allah menyebutkan bahwa sebagaimana Dia memulai penciptaan makhluk, demikian pula mengulanginya (menghidupkannya) kembali, seperti yang disebutkan oleh ayat lainnya:
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.” (Ar-Rum: 27)
“Agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil.” (Yunus: 4)
Yakni dengan pembalasan yang adil dan pahala yang sepenuhnya.
“Dan untuk orang-orang yang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” (Yunus: 4)
Hal itu disebabkan kekafiran mereka.
Pada hari kiamat nanti mereka akan disiksa dengan berbagai macam azab, seperti angin yang amat panas dan air panas yang mendidih dalam naungan asap yang hitam, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu:
“Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan berbagai macam azab lain yang serupa itu.” (Shad: 57-58)
“Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang sangat panas.” (Ar-Rahman: 43-44).
Setelah dijelaskan bahwa Allah pencipta langit dan bumi, dan hanya Dia yang berhak disembah, lalu pada ayat ini dijelaskan tentang kepastian datangnya Hari Kiamat. Pada hari tersebut, hanya kepada-Nya, yakni kepada Allah kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti tidak sedikit pun diragukan lagi. Sesungguhnya Dialah yang Maha Kuasa memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya, yakni menghidupkannya kembali pada Hari Kebangkitan, agar Dia dapat memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan balasan yang adil sesuai yang mereka kerjakan. Jika Allah menghendaki, maka berkat anugerah dan kemurahan-Nya, mereka akan memperoleh pahala melebihi yang mereka kerjakan. Sedangkan untuk orang-orang kafir disediakan balasan berupa minuman air yang mendidih yang dapat merusak seluruh alat pencernaan mereka dan akan memperoleh siksaan yang pedih karena kekafiran mereka. Inilah wujud keadilan Allah atas perbuatan hamba-Nya di dunia
Selain menciptakan langit dan bumi sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya, Dialah yang menjadikan matahari bersinar sangat terang yang menghasilkan kehangatan untuk alam raya dengan energi dari dirinya sendiri dan bulan bercahaya karena pantulan energi dari matahari, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, yakni tempat peredaran perjalanan bumi mengitari matahari dan bulan mengitari bumi agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan hal yang demikian sempurna itu melainkan dengan benar, yakni dengan hikmah yang besar. Melalui penciptaan tersebut, Dia menjelaskan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui, yakni yang mau mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah di alam raya ini.
Hanya kepada Allah semua manusia kembali setelah mati dan sesudah lenyap alam yang fana ini, bukan kepada sesuatu yang lain, seperti sembahan-sembahan berhala, yang dianggap sebagai penolong bagi orang kafir. Yang demikian itu adalah janji Allah kepada makhluk-Nya. Dia tidak akan menyalahi janji-Nya sedikit pun.
Sebagai bukti bahwa Allah pasti menepati janji-Nya, Dia telah menciptakan makhluk pertama kalinya. Penciptaan manusia oleh Allah pada pertama kalinya dapat dijadikan dalil bahwa Allah berkuasa pula untuk menciptakan makhluk-Nya pada kedua kalinya dan membangkitkannya kembali. Mengulangi kembali penciptaan sesuatu adalah lebih mudah dari menciptakan sesuatu pertama kalinya.
Allah berfirman:
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. (ar-Rum/30: 27)
Demikian kuatnya bukti yang dikemukakan Allah tentang hari kebangkitan, sehingga Dia menyatakan bahwa jika masih ada orang yang mengingkarinya, berarti ia telah lupa kepada kejadian dirinya sendiri. Allah berfirman:
Dan tidaklah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?" (Yasin/36: 77-78)
Terhadap orang-orang yang tidak mau percaya kepada adanya hari kebangkitan sekalipun telah dikemukakan dalil-dalil kepada mereka, maka Allah mengancam mereka dengan neraka Jahannam, sebagai dilukiskan oleh ayat berikut:
Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan Kami kumpulkan mereka bersama setan, kemudian pasti akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut. (Maryam/19: 68)
Allah menerangkan tujuan manusia dibangkitkan sesudah matinya, ialah untuk memberi mereka balasan dari perbuatan yang telah dikerjakannya sesuai dengan sifat adil dan sifat pemurah Allah. Allah tidak mengurangi sedikitpun apa yang telah mereka lakukan. Tujuan ini dijelaskan oleh firman Allah:
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (al-Anbiya/21: 47)
Allah memberikan pembalasan yang adil, tidak berarti Allah tidak akan melebihkan pahala yang akan diberikan-Nya, bahkan Dia akan melipat gandakannya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah. (an-Nisa/4: 173)
Jika dilihat banyak tindakan yang tidak adil dilakukan oleh sebagian manusia terhadap yang lain, dan perbuatan jahat menungguli perbuatan baik di dunia, dan sebagainya, tentu harus ada suatu masa nanti di mana keadilan dapat ditegakkan dengan sempurna.
Orang kafir yang mengingkari keesaan Allah dan adanya hari kebangkitan, mereka akan mendapatkan pembalasan yang setimpal dengan kejahatan yang telah mereka lakukan. Di antaranya mereka diberi minum dengan air panas yang mendidih yang menghancurkan usus mereka. Di samping itu mereka akan memperoleh azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 3
“Sesungguhnya Allah kamu adalah Allah."
Di sini terdapat Allah sebagai Rabbun. Di sini kita pakai arti Rabbun ialah Allah, artinya yang asli ialah Pemelihara, Pendidik, Pengasuh. Kepada Kamu yang kecil ini, hai Insan, yang hidup di tempat terbatas di dalam bumi ini, tidak lain Pengatur kamu, Pendidik dan Pemelihara kamu, melainkan Allah itulah. Tidak lain! Apakah kamu saja yang dididik, dipelihara, diasuh dan dibelai-Nya sebagai Rabbun?
Sebagai Allah? Lanjutan ayat menegaskan, “Yang telah menjadikan semua langit dan bumi di dalam enam hart, kemudian itu ber-semayamlah Dia di atasArsy."
Pada diri kita yang kecil yang seumpama tidak ada arti ini, terasa pemeliharaan Allah dengan adanya hidup dan akal kita, dan adanya rejeki untuk kita makan dan pakai. Maka Allah yang memberi kita hidup itu, Allah yang satu itu saja, tidak ada Allah lain, Dia jugalah yang telah menjadikan semua langit, alam cakrawala raya yang dahsyat itu.
Dari tempat kita berdiri ini dapat kita melihat langit dalam kebiruannya, dihiasi dengan awan-gumawan. Itu semuanya Allah Yang Mengatur dan Memelihara. Dan kita berdiri di atas bumi, berpijak pada tanah. Maka tanah tempat kita tegak ini, bumi tempat kita hidup, penciptanya Dia juga, tidak yang lain. Disebutkan masa mencipta itu, yaitu enam hari. Dahulu dalam surah al-A'raaf ayat 54 juz 8 telah kita uraikan agak luas tentang arti enam hari, kemudian di surah Huud ayat 7 akan bertemu lagi berita enam hari itu. Kelak akan bertemu lagi di dalam surah al-Hadiid ayat 4 juz 27, dan ditambah lagi bahwa selain dari semua langit dan bumi itu dengan kata “dan yang di'antara keduanya" pada surah al-
Furqaan ayat 59 dan surah as-Sajdah ayat 4, pun surah Qaaf ayat 38. Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan enam hari itu bukanlah enam hari hitungan kita di bumi yang sekarang ini, tetapi lebih luas daripada itu, yang bisa diartikan enam edaran masa, yang satu-satu edaran itu memakan waktu kadang-kadang ratusan ribu tahun, bahkan jutaan tahun.
Maka di dalam ayat ini Allah berfirman bahwa setelah selesai Allah minciptakan semua langit dan bumi itu di dalam masa enam hari, atau enam masa yang Dia sendiri Yang Mahatahu, berapa tahunkah yang satu hari itu, entah lebih dari 50.000 tahun, selama perjalanan Malaikat dan ruh melakukan Mikraj ke Hadirat Allah, sebagai disebutkan pada surah al-Ma'arij ayat 5, entah bagaimana, hanya Dia Yang Mahatahu. Setelah selesai itu, bersemayamlah Dia di atas Arsy-Nya. Yang dapat kita pahamkan, bahwa Allah itu bukan saja menjadikan semua langit dan bumi, lalu dibiarkan-Nya saja sesudah terjadi, melainkan diatur-Nya dengan sempurna dengan serba kekuasaan-Nya. Sebab duduk ke atas Arsy di sini sudah mengandung sekali akan arti bahwa Allah mengatur dan menadbir kuasa-Nya dalam kerajaan dan kekuasaan yang seluas itu. Setelah duduk di atas Arsy itu datang lagi lanjutan ayat, sehingga lebih jelas maksud duduk atau bersemayam: “Dia Mengatur Perintah"
Yudabbiru di dalam ayat ini, kita artikan secara umum dan ringkas, yaitu Dia Mengatur. Kalau kita gali makna kalimat ini lebih dalam, tidak salahlah kalau kita ambil langsung saja kalimat ini, lalu kita artikan “Dia menadbir perintah." Sebab ambilan asal kata ialah dubur, yang berarti ekor atau hujung. Maka di dalam Allah Mengatur suatu perintah, Allah telah mengetahui dan menentukan ujungnya, akhirnya atau ekornya ataupun akibatnya. Di situ nampak bahwa di dalam mengatur alam ini, Allah mempunyai rencana yang tegas dan konkret,
Dan menjadi kias ibarat pula bagi kita manusia, bahwasanya barangsiapa manusia yang pekerjaannya pakai rencana, atau tadbir, artinya mengingat pangkal dan ujung, pangkal dan ekor atau akibat, dekatlah dia pada kesempurnaan. Rencana atau tadbir Allah itu di dalam menjalankan perintah dan kehendak-Nya, meliputilah kepada semua langit dan bumi tadi, dan meliputi pula kepada manusia yang kecil ini, sampai pula kepada yang lebih kecil daripada manusia. Keseluruhan dan kesatuan tadbir adalah pada Allah. Tadbir Allah itu tepat dan jitu. Manusia betapapun pintar, tidaklah dapat membuat tadbir sendiri di luar rangka tadbir Allah. Rencana dan tadbir manusia hanya dapat berlangsung apabila sesuai dengan keizinan Allah. Sebab itu berfirman Allah selanjutnya, “Tidak siapa yang dapat membela kecuali dengan izin-Nya."
Untuk mengesankan tafsirnya lebih dalam pada jiwa kita, hendaklah baca dari tertib ayat pertama dan kedua, dan lihat persambungannya. Allah menjadikan semua langit dan bumi dan Allah pula yang menadbirnya dari persemayaman-Nya, yaitu Arsy artinya singgasana, mahligai dan takhta, yang sudah dapat dipahamkan, yaitu Kekuasaan. Di samping menadbir alam cakrawala yang luas itu, manusia pun ditadbir. Salah satu tadbir untuk manusia ialah diutus Rasul, sebagai dijelaskan pada ayat kesatu. Rasul itu diutus mengajari manusia agar manusia itu menyesuaikan hidupnya dengan tadbir Allah. Kalau hidupnya disesuaikannya dengan tadbir Allah yang mengenai manusia, selamatlah dia. Kalau tidak, akan tergilaslah dia oleh tadbir raksasa Ilahi. Pada saat itu tidak seorang jua yang dapat membela. Guru tidak dapat membela, ayah-bunda tidak dapat membela, yang dapat membela hanyalah yang diberi izin oleh Allah. Membela itu ialah memohonkan kepada Allah agar si anu diampuni, agar si fulan diringankan siksaannya. Di antara yang diberi izin oleh Allah memohonkan syafaat itu ialah Malaikat yang memikul Arsy, sebagai tersebut di dalam surah al-Mu'min ayat 7, yang siang malam memohonkan kepada Allah agar orang-orang yang beriman diberi ampun. Di sini terang sekali betapa sulitnya syafaat (pembelaan) itu. Pertama, tidak sembarang orang diberi izin oleh Allah memohonkan ampun bagi orang yang bersalah melanggar tadbir Ilahi. Yang dibolehkan itu hanyalah beberapa Malaikat pilihan atau manusia pilihan. Di antaranya ialah syafaat Nabi Muhammad ﷺ di akhirat kelak, sebagai tersebut di dalam hadits syafaat yang terkenal. Syarat yang kedua, ialah bahwa yang dimintakan syafaat itu ialah orang yang beriman dan beramal saleh. Artinya, bahwa dasar hidup orang itu adalah baik. Batinnya baik dengan iman dan lahirnya baik dengan amal. Mungkin sekali-sekali dia terkhilaf, lalu dia langsung memohon tobat kepada Allah. Orang semacam itulah yang boleh dimintakan syafaat oleh manusia atau Malaikat yang ditentukan Allah. Dan mereka itu pun hanya semata-mata boleh turut memintakan, tetapi yang memutuskan akan memberi ampun, tetap pada Allah.
“Itulah Dia Allah, Allah kamu, maka sembahlah Dia."
Maka inilah sebagai pengunci dari kata sejak semula, yang telah menerangkan betapa luas kekuasaan Allah, mencipta dan mengatur semua langit dan bumi, mengutus Rasul untuk manusia, supaya manusia pun menuruti tadbir Ilahi, dan Mahabesar-lah Dia dalam kekuasaan-Nya, sehingga seseorang manusia pun tidak bisa lepas dari ikatan tadbir itu, dan tidak bisa mengelakkan tanggung jawab kepada orang lain, dan tidakbisa meminta kepada yang selain Allah, karena yang lain itu tidak bisa mentadbir dan tidak sempurna tadbirnya. Maka sudahlah terang olehmu bahwa Yang Sebenarnya Tuhan yang patut disembah hanya Allah saja, Yang Tunggal dalam Kekuasaan-Nya. Sembahlah Dia jangan lagi sembah yang lain.
“Maka apakah kamu tidak hendak ingat?"
Sudah terbentang alam di sekeliling dirimu, terbentang langit lazuardi dan terhampar bumi persada di bawah kakimu, sedang kamu ada berotak, sedangkan kamu di dunia bukan semata-mata makan dan minum atau memamah biak sebagai kerbau. Apalah artinya kamu menjadi manusia yang berakal kalau akalmu tidak kamu pergunakan untuk mengingat kekuasaan Allah dan tadbir-Nya itu? Dan dengan ini pula patutlah engkau ingat bahwasanya diri engkau tidaklah terpisah daripada alam yang di kelilingmu, baik langit yang di atasmu atau bumi yang di bawahmu. Pikirkanlah itu dan ingatlah.
Di dalam beberapa tafsir ada juga bertemu beberapa cerita tentang Arsy. Sampai ada yang menyebut bahwa Arsy itu tercipta daripada batu Zabarjad yang hijau, bertakhtakan ratna mutu manikam, dan bersalutkan emas dewangga. Maka segera cerita tentang Arsy yang demikian adalah diselat-selatkan lagi ke dalam tafsir oleh pembuat dongeng Israiliyat.
Dan pegangan madzhab salaf tentang (Arsy atau tentang Allah bersemayam di atasnya, ialah membaca saja apa yang tertulis dan tidak usah mencari tafsir yang lain atau khayalan. Karena keadaan di dalam alam yang gaib tidaklah dapat dinilai dan di-rangkakan dengan alat yang ada pada kita di dalam alam syahadah yang sangat terbatas ini. Yang terang dan sepakat di antara Ulama Salaf dan Khalaf tentang tafsir, bahwa setelah selesai menciptakan semua langit dan bumi, kemudian itu Allah bersemayam ke atas Arsy, ialah berarti bahwa Allah bukan saja khalaqa (Mencipta atau Menjadikan), sesudah terjadi membiarkan saja; bukan demikian. Melainkan sesudah terjadi Allah pun Mengaturnya dan Yudabbiru mentadbirnya. Dan bersemayam di Arsy berarti memegang penuh kekuasaan-Nya.
Ayat 4
“Kepada-Nyalah tempat kembali kamu semua, sebagai … Allah yang benar."
Dari Dia kita datang dan kepada-Nya kita akan kembali dan selama hidup yang hanya sesaat seketika ini tidaklah lepas dari tilikan-Nya. Maka kata “kembali" atau “pulang" di sini, bukanlah berarti bahwa sebelum pulang itu kita telah jauh atau terlepas dari tilikan Allah. Makan minum, sandang-pangan, persediaan untuk hidup seluruhnya pun adalah dari Dia belaka. Diumpamakan kita telah keluar atau pergi dari rumah kita yang asal, yaitu dari tanah, namun hidup kita pun tetap di atas tanah, dan kembalinya pun tetap ke dalam tanah. Oleh karena itu, jika Allah berfirman bahwa kepada-Nya jualah tempat kembali kita, berartilah kembali untuk memberikan pertanggungjawaban.
“Sesungguhnya Dialah yang memulai kejadian, kemudian Dia akan mengembalikannya." Suku kata ayat ini menutupi purbasangka dan keraguan orang yang tidak segera percaya bahwa orang yang telah mati tidak akan dapat hidup kembali, atau mustahil hidup kembali. Memang mustahil kalau yang menciptakan dahulunya itu Allah, yang mematikannya Allah, lalu yang menghidupkannya kembali orang lain. Memang kalau kita yang membunuh seekor burung, kita tidak berupaya menghidupkannya. Dan jenazah yang telah terbujur panjang di tempat tidur menunggu dikuburkan, tidaklah dapat kita suruh bangun kembali, meskipun waris-waris telah berurai air mata. Tetapi bagi Allah, yang memulai ciptaan, lalu menghidupkan dan kemudian mematikan, mudahlah menghidupkannya kembali dalam kehidupan yang lain. Sebab perubahan daripada adam (tidak ada) kepada ada yang bernama hidup, dan mati yang bernama lenyap, dan kemudian hidup lagi dalam bentuk yang lain, hanyalah perubahan-perubahan belaka. Dia pun termasuk tadbir.
Guna apa Dia akan mengembalikan hidup yang kedua kali itu?
“Karena akan dibalasi-Nya orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan adil."
Tidak ada amal atau jasa yang akan terbuang sia-sia, tidak ada usaha ikhlas yang akan hilang percuma. Semuanya akan diberi ganjaran seadil-adilnya. Walau manusia tidak me-nampak atau tidak mau menghargai, namun di sisi Allah semuanya itu tercatat. Di dalam surah al-Anbiyaa' ayat 47, Allah menjelaskan bahwa di hari Kiamat itu kelak Allah akan menegakkan neraca pertimbangan yang seadil-adilnya sehingga tidak seorang jua pun yang akan teraniaya atau dirugikan, bahkan meskipun hanya seberat biji sawi yang amat kecil itu, juga akan dihadirkan. Dan Allah pun bersedia memberikan karunia tambahan. Bila diamalkan satu amalan yang baik di dunia, akan diberi ganjaran seadil-adilnya di akhirat, dan kemudian Allah bersedia lagi menambah berlipat-ganda, sekali waktu yang satu dibalas sepuluh, sekali waktu lagi ditanam satu biji, menumbuhkan tujuh cabang dan satu cabang menghasilkan seratus biji pula. Sebagaimana di dalam surah an-Nisaa' ayat 173 ada disebutkan, bahwa orang yang beriman dan beramal saleh akan dibayar penuh untuk pahala mereka dan akan ditambah lagi dengan karunianya.
“Dan orang-orang yang tidak percaya, untuk mereka adalah minuman dari air mendidih dan siksaan yang pedih, lantaran apa yang telah mereka kafir itu."
Al-Hanim telah kita artikan air yang sedang mendidih karena terlalu amat panas; itulah yang akan menjadi minuman dari orang yang kafir, yaitu tidak mau memercayai kebenaran Ilahi, disertai pula dengan adzab siksaan yang pedih. Ialah sebagai imbangan daripada balas ganjaran mulia dan adil yang akan diterima oleh orang yang beriman dan beramal saleh. Dapatlah kita pahamkan betapa besar kesannya ancaman meminum air mendidih ini sebagai hanya satu contoh daripada macamnya adzab. Bukan saja air mendidih suatu perumpamaan yang mengerikan bagi orang Arab di tempat ayat diturunkan, di negeri pasir yang orang sangat merindukan air tawar, bahkan di seluruh zaman dan tempat di dunia, air mendidih jadi minuman tetaplah sesuatu yang ngeri. Dan ini hanya satu macam dari berbagai adzab.
Ada orang bertanya, “Apakah layak memberikan hukuman sengeri itu, dari Allah yang bersifat Rahman dan Rahim, kepada manusia yang telanjur berbuat dosa karena kelemahannya?" Kita jawab, Ayat-ayat ini adalah peringatan agar manusia menjaga diri sebelum berdosa. Laksana badan ataupun jiwa kita ini, bisa saja ditimpa oleh penyakit yang ngeri, sakit dada, lemah jantung, penyakit tifus dan kolera dan berbagai penyakit yang lain. Jika ahli kesehatan telah memberi peringatan supaya menjaga diri jangan ketularan oleh penyakit itu, menjaga makanan dan minuman, tidak dipedulikan segala nasihat itu. Karena kesalahan diri sendiri lalai berjaga-jaga, penyakit itupun datang menimpa. Bolehkah disandarkan kekejaman pada Allah, jika seorang tidak menjaga dirinya ditimpa penyakit?
Orang yang taat dan patuh memelihara peraturan dan tata cara hidup menurut yang sewajarnya, adillah jika dia menerima nikmat ruhani tersebab usahanya. Dan orang yang melanggar segala peraturan, sehingga kemudian mendapat siksa yang ngeri dan kejam di akhirat, adalah laksana penyakit badan tadi juga, dia menerima siksa karena dia sendiri yang salah. Sebab itu adzab bukan dari sebab luaran, melainkan sebab dari dalam diri sen-diri.