Ayat
Terjemahan Per Kata
وَيَوۡمَ
dan pada hari
نَحۡشُرُهُمۡ
Kami kumpulkan mereka
جَمِيعٗا
semuanya
ثُمَّ
kemudian
نَقُولُ
Kami berkata
لِلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
أَشۡرَكُواْ
(mereka) mempersekutukan
مَكَانَكُمۡ
tempat kamu
أَنتُمۡ
kamu
وَشُرَكَآؤُكُمۡۚ
dan sekutu-sekutu kamu
فَزَيَّلۡنَا
maka/lalu Kami pisahkan
بَيۡنَهُمۡۖ
diantara mereka
وَقَالَ
dan berkata
شُرَكَآؤُهُم
sekutu-sekutu mereka
مَّا
tidak ada
كُنتُمۡ
kalian adalah
إِيَّانَا
kepada kami
تَعۡبُدُونَ
kamu menyembah
وَيَوۡمَ
dan pada hari
نَحۡشُرُهُمۡ
Kami kumpulkan mereka
جَمِيعٗا
semuanya
ثُمَّ
kemudian
نَقُولُ
Kami berkata
لِلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
أَشۡرَكُواْ
(mereka) mempersekutukan
مَكَانَكُمۡ
tempat kamu
أَنتُمۡ
kamu
وَشُرَكَآؤُكُمۡۚ
dan sekutu-sekutu kamu
فَزَيَّلۡنَا
maka/lalu Kami pisahkan
بَيۡنَهُمۡۖ
diantara mereka
وَقَالَ
dan berkata
شُرَكَآؤُهُم
sekutu-sekutu mereka
مَّا
tidak ada
كُنتُمۡ
kalian adalah
إِيَّانَا
kepada kami
تَعۡبُدُونَ
kamu menyembah
Terjemahan
(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berfirman kepada orang-orang yang mempersekutukan (Kami), “Tetaplah di tempatmu, kamu dan para sekutumu.” Lalu, Kami pisahkan di antara mereka, dan sekutu-sekutu mereka berkata, “Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami.”
Tafsir
(Dan) ingatlah (suatu hari, ketika itu Kami mengumpulkan mereka) yakni semua makhluk (semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, "Tetaplah pada tempat kalian) lafal makaanakum dinashabkan oleh ilzamuu yang keberadaannya diperkirakan pada sebelumnya (kalian semuanya) lafal ini bersifat mengukuhkan dhamir mustatar yang terkandung di dalam fi'il yang keberadaannya diperkirakan tadi, kemudian diathafkan kepadanya (bersama dengan sekutu-sekutu kalian) yakni berhala-berhala sesembahan kalian. (Lalu Kami pisahkan) Kami bedakan (antara mereka") dan orang-orang yang beriman, sebagaimana yang telah disebutkan dalam ayat: (Dan dikatakan kepada orang-orang kafir), 'Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat. (Yasin 59). (Dan berkatalah) kepada mereka (sekutu-sekutu mereka, "Kalian sekali-kali tidak pernah menyembah kami) huruf maa bermakna nafi, kemudian maf'ul didahulukan demi untuk fashilah.
Tafsir Surat Yunus: 28-30
(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan Tuhan "Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu.” Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka, "Kalian sekali-kali tidak pernah menyembah kami.
Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kalian (kepada kami).”
Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu; dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.
Ayat 28
Firman Allah ﷻ: “(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka.” (Yunus: 28)
Yakni semua penduduk bumi dari kalangan jin dan manusia, baik yang bertakwa maupun yang durhaka; sama halnya dengan yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
“Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (Al-Kahfi: 47)
Firman Allah ﷻ: “kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).” (Yunus: 28), hingga akhir ayat. "Tetaplah kalian bersama mereka di suatu tempat yang tertentu, dan memisahlah kalian dari orang-orang mukmin." Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), ‘Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat’." (Yasin: 59)
“Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan.” (Ar-Rum: 14)
Dan dalam ayat lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya: “Pada hari itu mereka terpisah-pisah.” (Ar-Rum: 43) Yakni mereka menjadi terpisah-pisah.
Hal ini terjadi bila Tuhan datang untuk memutuskan peradilan di antara mereka. Sebelum itu orang-orang mukmin meminta syafaat kepada Allah ﷻ agar Dia datang untuk memutuskan perkara dan membebaskan mereka dari Padang Mahsyar yang menyengsarakan itu. Di dalam suatu hadis disebutkan: Kami pada hari kiamat berada di atas bukit di atas semua manusia. Melalui ayat ini Allah menceritakan bahwa di hari kiamat kelak Dia berseru kepada orang-orang musyrik dan berhala-berhala mereka, yaitu: “Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu.” Lalu Kami pisahkan mereka. (Yunus: 28) hingga akhir ayat. Lalu sekutu-sekutu itu mengingkari penyembahan mereka dan berlepas diri dari penyembahan mereka, seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
“Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya.” (Maryam: 82) hingga akhir ayat.
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya.” (Al-Baqarah: 166)
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka.” (Al-Ahqaf: 5-6), hingga akhir ayat.
Ayat 29
Firman Allah ﷻ dalam ayat surat ini menceritakan perkataan sekutu-sekutu itu dalam jawabannya terhadap pengakuan yang diutarakan oleh para pemujanya, yaitu: “Maka cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian.” (Yunus: 29), hingga akhir ayat. Dengan kata lain, kami tidak merasakan adanya penyembahan kalian kepada kami dan kami tidak mengetahuinya; karena sesungguhnya kalian menyembah kami hanyalah di saat kami tidak mengetahui apa yang kalian perbuat. Maka cukuplah Allah sebagai saksi antara kami dan kalian, bahwa kami sekali-kali tidak pernah menyeru kalian untuk menyembah kami, tidak pernah pula kami memerintahkan kepada kalian untuk itu, tidak pula kami rela bila kalian melakukannya terhadap kami.
Di dalam kandungan makna ayat ini terkandung pengertian kecaman yang keras terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang menyembah Allah dengan yang lain-Nya, padahal yang selain Allah itu tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat membela dirinya dari mereka barang sedikit pun. Allah sama sekali tidak memerintahkan mereka untuk melakukan persekutuan itu, tidak meridainya, tidak pula menghendakinya.
Bahkan sembahan-sembahan itu sendiri berlepas diri dari perbuatan mereka di saat mereka sangat memerlukan pengakuannya. Mereka meninggalkan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha-hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, lagi Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahakuasa atas segala sesuatu, dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang isinya memerintahkan penyembahan kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu.’ Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.” (An-Nahl: 36)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka kalian sembahlah Aku’.” (Al-Anbiya: 25)
“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, ‘Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah’?” (Az-Zukhruf: 45)
Orang-orang musyrik itu bermacam-macam golongannya, mereka terdiri atas berbagai golongan. Allah telah menyebutkan mereka di dalam KitabNya, juga menjelaskan sepak terjang serta ucapan-ucapan mereka, dan Allah menjawab mereka dengan jawaban yang mematahkan semua alasan mereka.
Ayat 30
Firman Allah ﷻ: “Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu.” (Yunus: 30)
Yakni di Padang Mahsyar tempat mereka berhenti menjalani hisab di hari kiamat, setiap diri diuji dan mengetahui semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya dahulu, amal baik dan amal buruknya. Ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Pada hari ditampakkan segala rahasia.” (Ath-Thariq: 9)
“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.” (Al-Qiyamah: 13)
“Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya dengan terbuka, ‘Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghitung terhadap dirimu’.” (Al-Isra: 13-14)
Sebagian ulama ada yang telah membacanya dengan bacaan berikut: “Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri membaca dari apa yang telah dikerjakannya dahulu.” (Yunus: 30) Sebagian ulama menafsirkannya dengan pengertian membaca (yakni buku catatan amal perbuatannya). Sedangkan sebagian ulama lain menafsirkannya dengan pengertian 'mengikuti', yakni mengikuti amal baik dan amal buruk yang telah dikerjakannya. Dan sebagian ulama lainnya lagi menafsirkannya dengan hadis yang mengatakan: “Sungguh setiap umat akan mengikuti apa yang biasa disembahnya. Maka orang yang menyembah matahari akan mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan akan mengikuti bulan, dan orang yang dulunya menyembah Tagut akan mengikuti Tagut,” hingga akhir hadis.
Firman Allah ﷻ: “dan mereka dikembalikan kepada Allah, Pelindung mereka yang sebenarnya.” (Yunus: 30)
Artinya, semua urusan dikembalikan kepada Allah, Hakim Yang Maha Adil. Maka Dialah yang akan memutuskannya dan memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka.
“Dan lenyaplah dari mereka.” (Yunus: 30)
Yakni lenyaplah dari orang-orang musyrik itu.
“Apa yang mereka ada-adakan.” (Yunus: 30)
Maksudnya, segala sesuatu yang dahulu mereka sembah selain Allah sebagai kebohongan yang mereka ada-adakan terhadap Allah.
Ayat ini menjelaskan ancaman bagi orang yang menyekutukan Allah. Dan ingatlah pada hari ketika itu Kami mengumpulkan mereka semuanya untuk dihisab, kemudian Kami berkata kepada orang yang mempersekutukan Allah, Tetaplah di tempatmu dalam keadaan rendah dan hina, kamu dan para sekutumu. Lalu Kami pisahkan mereka, yakni penyembah dan sembahannya, sehingga mereka saling menyalahkan dan menyangkal satu sama lain, dan berkatalah sekutu-sekutu, yakni sembahan yang mereka persekutukan dengan Allah, Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami. Sesungguhnya orang-orang yang menyembah selain Allah pada hakekatnya adalah menyembah hawa nafsu mereka sendiri, karena hawa nafsu merekalah yang menyuruh menyembah selain Allah. Lebih lanjut sembahan mereka mengatakan, karena hakikatnya kamu menyembah hawa nafsu kamu, maka cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kamu, sebab kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kamu kepada kami, karena kami hanyalah makhluk ciptaan Allah, yang tidak bisa mendatangkan manfaat atau menolak madarat.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ agar memper-hatikan orang-orang musyrik bahwa pada suatu saat yang telah ditentukan Allah akan mengumpulkan penyembah-penyembah berhala itu semuanya tanpa ada seorang pun yang ketinggalan, yaitu pada saat seluruh manusia akan diperiksa perkaranya. Allah pada waktu itu berbicara kepada mereka yang mempersekutukan-Nya, sedang mereka terbungkam tidak bisa menge-luarkan sepatah kata pun karena kebingungan dan ketakutan. "Mengapa mereka tidak lagi bersama-sama dengan sekutu-sekutu mereka di tempat itu. Sehingga sampai saatnya nanti mereka menyaksikan apa yang akan diberlakukan kepada mereka serta keputusan apa yang pantas diberikan kepada mereka, sebagai imbalan dari perbuatan mereka yang benar-benar melanggar larangan Allah serta bertentangan dengan fitrah mereka sendiri, yaitu mereka telah menyembah berhala. Mereka tidak dapat lagi memungkiri perbuatannya, karena bukti-bukti telah nyata bahkan memberatkan mereka."
Pada waktu itu sekutu-sekutu mereka memberikan kesaksian bahwa mereka sebenarnya tidak hanya menyembah sekutu-sekutu itu, akan tetapi mereka juga mempertuhankan hawa nafsu dan setan. Mereka itu menjadikan berhala-berhala sebagai alat untuk kepentingan mereka sendiri. Kemudian Allah memberikan penjelasan bahwa mereka dan sekutu-sekutunya akan dipisahkan dan masing-masing akan diperiksa, mereka sebagai tertuduh, sedang sekutu-sekutu mereka menjadi saksi.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 28
“Dan (ingatkanlah) “—Oleh engkau wahai Utusan Kami."
Kepada orang-orang yang telah Kami beri peringatan dengan berbagai perumpamaan itu, perumpamaan kapal belayar, perumpamaan hujan turun ke bumi dan Kami beri peringatan pula tentang Allah menyeru agar datang ke Darus Salam. Ingatkanlah kepada mereka “Akan hari yang akan Kami himpunkan mereka itu sekalian." Akan dihimpunkan mereka sekalian di hari perhitungan itu, hari Hisab. Seorang pun tidak ada yang akan ketinggalan.
“Kemudian itu akan Kami katakan kepada orang-orang yang telah mempersekutukan itu: Di tempatmu!" Artinya, kamu tidak boleh beranjak dari tempat berkumpulmu yang sekarang itu, mesti tegak terus menunggu keputusan, laksana tentara berbaris siap di hadapan komandannya dan tidak boleh bergerak sebelum datang perintah lain."Kamu dan sekutu-sekutu kamu itu." Bukan saja kamu yang mempersekutukan yang lain dengan Allah yang disuruh tegak lurus di tempatnya, tidak boleh beranjak, menunggu keputusan Allah, malahan orang-orang atau barang-barang yang mereka ambil menjadi sekutu Allah itu pun disuruh sama berdiri berkumpul di tempat yang ditentukan itu. “Lalu Kami pi-sah-pisahkan di antara mereka" Setelah seluruhnya dikumpulkan di tempat yang satu, yang menyembah dan barang yang disembah, dengan kehendak Allah diadakanlah penyaringan dan penyisihan, dipisah-pisahkan di antara satu dengan yang lain. Artinya lagi, hubungan yang begitu erat semasa di dunia, pada hari Hisab itu telah diputuskan sama sekali. Seakan-akan orang tertuduh atau terduga berbuat suatu kejahatan dalam suatu negara, orang itu langsung ditahan menunggu perkaranya dibuka buat diadakan pemeriksaan pertama. Untuk itu, setelah tadinya berkumpul satu semuanya di satu tempat, dan tidak boleh beranjak sedikit pun, kemudiannya telah dipisahkan. Orang yang diharapkan tadinya akan membantu, sekarang tidak dapat membantu lagi. Sebab hubungan mereka telah diputuskan.
“Berkatalah sekutu-sekutu mereka itu: ‘Tidaklah petuah kamu menyembah kami.'"
Manusia yang mempersekutukan yang lain dengan Allah adalah menyembah bermacam-macam. Ada yang menyembah malaikat, ada yang menyembah jin, dan ada yang menyem-bah sesama manusia, misalnya orang-orang saleh atau yang dianggap sebagai waliyullah.
Dan ada pula yang menyembah berhala dari kayu atau batu. Kebanyakan berhala itu ada-lah khayal dari si penyembah tadi, terhadap apa yang mereka puja. Misalnya orang menyembah patung berhala Nabi Isa atau ibunya Maryam yang suci. Di mana-mana me-reka membuat patung lalu menyembahnya, dengan kepercayaan bahwa patung itu adalah merupakan atau mendekatkan ingatan mereka kepada Isa al-Masih atau ibunya. Maka berbagai ragamlah rupa patung itu, menurut khayal mereka masing-masing. Kalau penyembah itu orang Eropa, mereka buatlah rupa Isa dan ibunya menurut wajah keturunan Arya ataupun keturunan Latin, berkulit putih, berambut pirang, bermata biru. Dan kalau yang mengkhayalkan itu orang Negro (Habsyi), dibuatnyalah patung Nabi Isa atau ibunya itu; wajahnya hitam, rambutnya keriting, hidungnya agak pesek. Demikianlah mereka khayalkan menurut corak keindahan yang ada dalam gambaran mereka sendiri. Maka akan berkatalah segala yang disembah itu kelak, bahwa orang-orang yang mempersekutukan itu bukanlah menyembah mereka, tetapi menyembah khayal mereka sendiri. Penyembahan kepada manusia, berhala, patung, kayu dan sebagainya itu hanya dorongan hawa nafsu. Kadang-kadang untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri, buat memeras dan menipu. Buat menanamkan pengaruh yang lebih besar dari pengurus berhala itu terhadap si bodoh yang jadi korban. Sebagaimana saudagar-saudagar kubur memasang kaki-kaki sampai ke kampung-kampung dan negeri yang jauh, untuk propaganda mengatakan bahwa kuburan keramat yang dia jaga itu memang sangatlah keramatnya. Si anu dan si fulan berhasil maksudnya dan terkabul cita-citanya setelah dia datang memuja membakar kemenyan ke kubur ini. Bertambah banyak orang yang datang, bertambah banyak keuntungan masuk.
Maka dengan segala perkataan yang demikian, segala yang disembah tadi telah membuka rahasia, bahwasanya segala yang dikerjakan musyrikin itu di kala hidupnya adalah perbuatan percuma. Karena ibadah, persembahan, pembaktian yang sejati hanyalah kepada Yang Satu! Yaitu Allah. Adapun yang lain, betapapun tekun beribadah kepadanya, adalah pekerjaan percuma dan sia-sia. Sebab yang disembah selain Allah itu, bagaimanapun orang tekun menyembahnya, atau meminta tolong kepadanya, tidaklah merasa bahwa dia disembah, sebab persembahan itu bukan haknya, dan tidak pula mendengar segala permohonan yang disampaikan kepadanya. Sebab kalau dia manusia, ataupun malaikat ataupun jin, sudah teranglah bahwa mereka tidak sanggup mendatangkan mudharat dan manfaat kepada manusia, bahkan mudharat dan manfaat yang menimpa mereka, adalah dari Allah juga. Apalagi kalau yang disembah itu berhala, patung, kayu dan batu.
Selanjutnya berkatalah segala yang disembah itu,
Ayat 29
“Maka cukuplah Allah menjadi saksi diantara kami dan diantara kamu."
Artinya, biarlah Allah menjadi saksi bahwasanya kami sendiri tidaklah minta disembah. Persembahan kepada kami adalah atas kehendak khayal atau hawa nafsu si penyembah saja. Sebab itu, yang akan dihukum berat oleh Allah ialah kamu, bukan kami. Apatah lagi sebagian besar mempersekutukan yang lain dengan Allah itu ditimbulkan oleh musyrikin setelah yang disembah itu mati.
“Sesungguhnya kami tentang persembahan kamu itu, tidaklah tahu-menahu."
Walaupun kamu telah tekun menyembah kami, walaupun telah kamu tumpahkan segenap harta kekayaan kepada tempat kami disembah itu, namun kami adalah ghafil dalam hal itu.'Asal arti ghafil adalah lalai atau lengah, dan berarti juga, tidak tahu-menahu. Kamu bikin seluruh rangka badanku dari kayu, tembok atau dari emas, dan kamu bikin mataku daripada permata yang sangat mahal, kamu katakan bahwa barang itu adalah aku, namun aku sendiri tidak tahu itu.
Begitulah di beberapa tempat, seumpama di Karbala, Najaf(Irak),Masyhad (Iran)danlain-lain, dan kaum Muslimin Syi'ah mengantarkan berbagai hadiah dan bingkisan kepada kuburan orang-orang yang terkenal dari keturunan Rasulullah ﷺ, “Buat apa?" Kononnya, pernah seorang raja menghadiahkan sebuah kipas dari bulu burung merak pada kuburan Rasulullah ﷺ di Madinah. Bulunya dari bulu burung merak, tangkainya dari emas dan dihiasi berpuluh-puluh batu permata yang mahal, dari zamrud, zabarjad, merah delima dan lain-lain, yang ditaksir harganya berjuta dinar. Gunanya ialah buat mengipas-ngipas debu dari nisan kubur Rasulullah saw,. Maka tatkala tentara Wahabi datang menaklukkan Madinah pada penyerbuannya yang pertama, di bawah pimpinan Raja Sa'ud pada tahun 1220 Hiijriyah, 1805 Miladiyah, diambil kipas burung merak dan lampu-lampu dari emas dan perak dan barang-barang mahal yang lain itu, lalu dilelang dan harga dari semuanya dimasukkan ke dalam kas negara. Inilah salah satu alat propaganda yang empuk dari pihak Kerajaan Turki dan Mesir di waktu itu untuk memburuk-burukkan kaum Wahabi, yang sampai sekarang pun masih belum dikikis sama sekali.
Meskipun mereka yang berwaqaf itu tidak menyembah kubur Nabi ﷺ, namun sekurang-kurangnya ialah mubazir. Di banyak negeri kekayaan ditumpukkan kepada kubur, sedang pendidikan rakyat sangat mundur. Apatah lagi kalau di dalamnya sudah tersimpan keinginan ibadah. Bahwasanya Raja Fulan menyampaikan nazarnya menghadiahkan kipas burung merak, bertatahkan permata ratna mutu manikam untuk mengipas-ngipas lalat jangan hinggap ke atas batu nisan Rasulullah ﷺ Taruhlah Rasulullah ﷺ masih hidup, maka tanyakanlah kepadanya, “Adakah beliau ridha akan perbuatan itu." Niscaya pastilah beliau akan menjawab bahwa beliau tidak tahu-menahu!
Maka segala penyembahan kepada berhala, patung, barang keramat, kubur, wali, malaikat, jin, guru dan sebagainya itu, dan sampai pula mendirikan bangunan, kubah, bertrali-trali indah, mengumpulkan uang, emas, perak, yang tali-temali dengan ibadah, adalah syirik belaka, atau sekurang-kurangnya gejala dari syirik. Segala yang disembah dan dipuja itu mengatakan kelak di hadapan Allah, bahwa orang-orang itu tidak pernah menyembah mereka, sebab mereka tidak merasa disembah dan tidak patut disembah. Dan semua mengatakan tidak tahu-menahu.
Ayat 30
“Di tempat itulah akan menderita tiap-tiap jiwa dari sebab apa yang telah pernah mereka kerjakan."
Yaitu di tempat mereka disuruh berkumpul tegak berdiri, tidak boleh berganjak-ganjak itu, untuk diperiksa dan dikorek rahasia mereka, dipertemukan, dikonfrontasikan dengan segala yang lain. Disangka terpuji, rupanya terkutuk. Di saat itu segala jiwa tabluu, artinya kena ujian dan saringan. Jiwa orang yang Mukmin atau musyrik, yang syukur atau yang kufur. Segala yang telah diamalkan di dunia mendapat penilaianlah pada waktu itu. Langsung berhadapan tiap-tiap diri dengan Allah yang selamat ialah yang amalnya ikhlas kepada Allah semata-mata, yang sengsara ialah yang amalnya palsu. Habis sirna segala yang di waktu hidup di dunia disangka akan menjadi syaafi' atau wali! Disangka akan jadi pelindung dan pembela. Nasib hanya ditentukan oleh nilai amal yang dahulu telah pernah dikerjakan. Dan di saat itu sendiri tidak diterima amal baru lagi, kalau hendak menambah. Sebab di akhirat bukan tempat beramal, hanya tempat menerima hasil amal. Tidak dapat Allah disogok dengan uang, walaupun sepenuh bumi dan ditambah sebanyak itu lagi. Dan berhala, patung, kayu dan batu, jin dan malaikat atau nabi-nabi, termasuk al-Masih atau wali-wali, termasuk Sayyid Abdul Qadir Jailani, tidak pula bisa menolong, sebab masing-masing mereka selamat adalah karena bekas amal mereka yang pernah mereka kerjakan jua."Dan dikembalikanlah mereka kepada Allah, Pelindung (Allah) mereka yang sebenarnya Langsung kepada Allah, dengan Dia berhitung, dari Dia terima pahala, dari Dia terima siksaan. Sebab Dialah Allah yang sebenarnya, dan yang lain-lain itu adalah Allah-Allah palsu.
“Dan hilanglah dari mereka apa yang telah mereka ada-adakan itu."
(ujung-ayat 30)
Hilang sirna segala khayal yang dikhayalkan di waktu hidup dahulu itu, bahwa ada Syufaa'a, ada guru Anu dan Syekh Fulan yang akan menolong. Hilanglah semuanya, karena memang semuanya itu tidak ada. Karena semuanya hanya Allah khayalan. Sehingga misalnya di dalam pertemuan itu pemuja Syekh Samman melihat ada Syekh Samman, pemuja Sayyid Abdul Qadir Jailani melihat beliau ada pula di sana, akan nyatalah kelihatan mereka itu sebagai manusia yang sedang berhisab pula. Besar sekali kemungkinan bahwa mereka lulus dari ujian jiwa yang hebat itu, apatah lagi mereka tidak bersalah menyesatkan orang lain menyuruh menyembah mereka, sebagaimana Nabi Isa pun seketika ditanyai Allah (Lihat akhir surah al-Maa'idah). Telah menjawab pula bahwa beliau tidak pernah menganjurkan orang agar menyembah dan memujanya bersama ibunya. Maka orang-orang yang mulia karena amalnya itu, akan lulus dengan selamat, dan musyrikin pemuja mereka itu londong-pondong masuk neraka.
Ketika menafsirkan ini kita sadar bahwa ayat ini diturunkan pada musyrikin Quraisy, dan Surah Yuunus turun di Mekah. Tetapi bertambah jauh manusia dari pangkalan asli Rasulullah ﷺ, bertambah banyak bertemu penyimpangan sehingga di dalam kalangan Islam sendiri berjangkit kemusyrikan. Ayat ini turun di zaman musyrikin Quraisy dan setelah Islam menang, mereka telah tunduk. Abu Sufyan sendiri, yang hingga Futuh Mekah mengepalai perlawanan kepada Rasulullah ﷺ, setelah Mekah ditaklukkan telah masuk Islam dan secara konsekuen dia telah membuang jauh berhala. Dan ketika Thaif telah menyatakan takluk kepada Islam, yang diperintahkan Rasulullah ﷺ pergi ke Thaif meruntuh dan menghancurkan berhala al-Laata ialah Mughirah bin Syu'bah bersama Abu Sufyan!
Tetapi setelah beratus tahun Rasulullah ﷺ wafat, mencoraklah ke dalam Islam pe-ngaruh-pengaruh yang lain sehingga timbullah pemujaan kubur. Apabila kita tegur karena alasan-alasan orang memuja kubur itu persis sama dengan alasan orang memuja berhala pada zaman jahiliyah, kitalah yang dituduh Wahabi dan keluar dari Madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dengan memakai nama Ahlus Sunnah wal Jamaah itulah orang memusatkan pemujaan kepada kubur.
Sebenarnya banyaklah corak kemusyrikan itu, baik dalam hubungan guru terhadap murid, syekh terhadap pengikut tarekatnya, golongan yang menyombong terhadap yang lemah, yang pintar terhadap yang bodoh dan yang menyesatkan terhadap yang disesatkan, selalu dijelaskan, diterangkan, diuraikan dengan jelas di dalam Al-Qur'an, terutama surah-surah yang turun di Mekah. Sebagai surah al-Furqaan, al-An'aam, Saba',al-Qashash, Ibrahim, ash-Shaffaat dan di dalam surah-surah yang pendek pun. Maka menjadi kewajibanlah bagi kita sekarang membawa umat kembali ke dalam ajaran ‘pokok Al-Qur an ini, agar dia terlepas daripada kungkungan aqidah bid'ah dan kemasukan ajaran agama lain, yang men jauhkannya terpesona dari pokok Islam yang pertama.
Dan dengan ini dapat pulalah kita pahamkan bahwasanya jika kita telah mengakui bahwa ada sesuatu yang lain daripada Allah mempunyai pula kekuasaan buat membela dan menolong kita, kita puja dan kita sembah dan kita sucikan sehingga perbuatan kita ke-padanya sudah menyerupai ibadah, maka sadar ataupun tidak sadar, kita telah memulai menuhankan dia. Na'udzu Billah!