Al-Infitar: 3

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
ٱلۡبِحَارُ
lautan
فُجِّرَتۡ
dijadikan meluap

Terjemahan

apabila lautan diluapkan,

Tafsir

Tafsir Surat Al-Infitar: 1-12 Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya. Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Bukan hanya durhaka saja, bahkan kalian mendustakan hari pembalasan. Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaan kalian itu), mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan. Firman Allah Swt: Apabila langit terbelah. (Al-Infithar: 1) Yakni retak besar dan terbelah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. (Al-Muzzammil: 18) Adapun firman Allah Swt: dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infithar: 2) Maksudnya, jatuh berguguran. dan apabila lautan dijadikan meluap. (Al-Infithar: 3) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa Allah meluapkan sebagian darinya dengan sebagian yang lain. Al-Hasan mengatakan bahwa Allah meluapkan sebagian darinya dengan sebagian yang lain, lalu lenyaplah airnya. Qatadah mengatakan bahwa airnya yang tawar bercampur baur dengan airnya yang asin. Menurut Al-Kalabi, makna yang dimaksud ialah meluap. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. (Al-Infithar: 4) Ibnu Abbas mengatakan terbongkar. As-Suddi mengatakan bahwa kuburan-kuburan berserakan, lalu bergerak dan mengeluarkan semua yang ada di dalam perutnya. maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya. (Al-Infithar: 5) Yakni apabila semua amal perbuatan yang terdahulu yang telah dilupakannya diketahuinya, terlebih lagi yang terakhir dilakukannya Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6) Ini mengandung ancaman, tidak sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama yang mengatakan bahwa kalimat ini adalah kata tanya yang memerlukan adanya jawaban, mengingat Allah menanyakan demikian hingga ada seseorang dari juru bicara mereka menjawab, "Bahwasanya dia terperdaya oleh kemurahan-Nya." Tidaklah demikian. melainkan makna yang dimaksud ialah "Apakah yang memperdayakanmu terhadap Tuhanmu Yang Mahabesar sehingga kamu berani berbuat durhaka kepada-Nya, dan kamu balas karunia-Nya dengan perbuatan yang tidak layak terhadap-Nya." Hal yang semakna disebutkan dalam hadits yang mengatakan: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di hari kiamat, "Wahai anak Adam, apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap-Ku? Wahai anak Adam, bagaimanakah jawabanmu terhadap para rasul? Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, bahwa Umar mendengar seseorang membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala: Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (Al-Infithar: 6) Umar memberi jawaban, "Kebodohan." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf, telah menceritakan kepada kami Yahya Al-Bakka, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar membaca firman-Nya: Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6) Lalu ia berkata, "Demi Allah, dia teperdaya oleh kebodohannya sendiri." Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan wahai yang semisal dari Ibnu Abbas, Ar-Rabi' ibnu Khaisam, dan Al-Hasan. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6) Yakni sesuatu, tiada yang memperdayakan manusia selain dari musuh bebuyutannya, yaitu setan. Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan bahwa seandainya dikatakan kepadaku, "Apakah yang membuat kamu teperdaya (berbuat durhaka) terhadap-Ku." niscaya akan kujawab, "Tirai-tirai-Mu yang dijulurkan (menghijabi-Mu dariku)." Abu Bakar Al-Warraq mengatakan bahwa seandainya dikatakan kepadaku, "Apakah yang membuat kamu teperdaya (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?" Niscaya akan kujawab, "Aku telah teperdaya oleh kemurahan Tuhan Yang Maha Pemurah." Sebagian ulama ahli isyarah (tasawwuf) mengatakan bahwa sesungguhnya disebutkan hanya dengan memakai lafal: terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (Al-Infithar: 6) bukan dengan asma-asma-Nya yang lain atau sifat-sifat-Nya yang lain, tiada lain seakan-akan Allah mengajarkan manusia bagaimana cara menjawabnya. Akan tetapi, apa yang terbayang dalam ilusi orang yang berpendapat demikian tiada faedahnya. Karena sesungguhnya pada hakikatnya dipakai kata Al-Karim, tiada lain untuk mengingatkan bahwa tidaklah pantas membalas budi terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah dengan perbuatan-perbuatan buruk dan kedurhakaan. Al-Bagawi telah meriwayatkan dari Al-Kalabi dan Muqatil, keduanya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Aswad ibnu Syuraiq yang memukul Nabi Saw, lalu tidak dihukum di saat itu. Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya: apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (Al-Infithar: 6) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (Al-Infithar. 7) yakni apakah yang telah memperdayakan kamu berbuat durhaka terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (Al-Infithar: 7), Yaitu yang telah menjadikanmu sempurna, tegak mempunyai tinggi yang seimbang dengan bentuk yang paling baik dan paling rapi. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Jubair ibnu Nasir dari Bisyr ibnu Jahhasy Al-Qurasyi, bahwa di suatu hari Rasulullah ﷺ meludah pada telapak tangannya sendiri, lalu meletakkan telunjuknya pada ludahnya itu seraya bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Wahai anak Adam, mana bisa engkau selamat dari (azab)-Ku, Aku telah menciptakanmu dari sesuatu seperti ini (hina seperti ludah ini). hingga manakala engkau telah Kusempurnakan bentukmu dan Aku jadikan engkau berdiri tegak, lalu engkau dapat berjalan dengan mengenakan sepasang kain burdahmu, sedangkan di bumi engkau telah mempunyai tempat kuburan, kemudian kamu menghimpun harta benda dan enggan memberinya. Hingga manakala roh sampai di tenggorokanmu, baru kamu katakan, "Aku akan bersedekah, maka di manakah masa untuk bersedekah (saat itu)?" Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yazid ibnu Harun, dari Jarir ibnu Usman dengan sanad yang sama. Guru kami Al-Hafidzh Abul Hajjaj Al-Mizzi mengatakan bahwa hal yang sama telah diikuti oleh Yahya ibnu Hamzah, dari Saur ibnu Yazid, dari Abdur Rahman ibnu Maisarah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mirip dengan ayah, atau ibu, atau paman dari pihak ibu ataukah paman dari pihak ayah, menurut apa yang dikehendaki-Nya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sinan Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Mutahhar ibnul Haisam, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku, bahwa Nabi ﷺ pernah bertanya kepadanya, "Apakah anakmu?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, tiada lain bila aku punya anak kalau tidak laki-laki berarti perempuan." Rasulullah ﷺ bertanya, "Mirip siapakah?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, siapa lagi yang akan serupa dengannya kalau tidak mirip ayahnya berarti mirip ibunya." Maka saat itu Nabi ﷺ bersabda, "Diamlah, jangan sekali-kali kamu katakan seperti itu, sesungguhnya nutfah itu apabila telah menetap di dalam rahim, maka Allah mendatangkan kepadanya semua nasab antara dia dan Adam." Nabi ﷺ melanjutkan, "Tidakkah engkau membaca ayat berikut dalam Kitabullah, yaitu firman-Nya: 'dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. ' (Al-Infithar: 8). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Imam Thabrani melalui hadits Mutahhar ibnul Haisam dengan sanad yang sama. Hadits ini seandainya shahih, tentulah merupakan tafsir yang menjelaskan makna ayat ini; tetapi sanadnya kurang kuat, mengingat Mutahhar ibnul Haisam, menurut Abu Sa'id ibnu Yunus disebutkan orangnya tidak terpakai hadisnya. Ibnu Hibban mengatakan bahwa Mutahhar telah meriwayatkan dari Musa ibnu Ali dan lain-lainnya hal-hal yang tidak mirip dengan hadits yang telah terbukti kesahihannya. Akan tetapi, di dalam kitab Sahihain telah disebutkan dari Abu Hurairah: ". bahwa pernah seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku telah melahirkan anak laki-laki yang berkulit hitam." Rasulullah ﷺ balik bertanya, "Apakah engkau mempunyai ternak unta?" Lelaki itu menjawab, "Ya."Nabi ﷺ bertanya, "Apakah warna bulunya?" Lelaki itu menjawab, "Merah:" Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah di antaranya ada yang berbulu kelabu?" Lelaki itu menjawab, "Benar, ada." Rasulullah ﷺ bertanya, "Lalu dari manakah ia?" Lelaki itu menjawab, "Barangkali dari keturunannya yang dahulu." Rasulullah ﷺ bersabda, "Dan barangkali anakmu ini pun sama berasal dari kakek moyangnya yang dahulu." Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Jika Dia menghendaki, bisa saja Dia menjadikannya dalam rupa seperti kera atau seperti babi. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Jika Dia menghendaki, bisa saja Dia menjadikannya berupa anjing atau berupa keledai, atau berupa babi. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Demi Allah, Tuhan kita, Dia mampu melakukannya. Makna yang dimaksud dari pendapat mereka dapat disimpulkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berkuasa untuk menciptakan nutfah menjadi manusia yang buruk rupanya seperti hewan yang rupanya menjijikkan. Tetapi berkat kekuasaan-Nya dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya, Dia menciptakan manusia dalam bentuk yang baik, tegak, sempurna, dan indah penampilan serta rupanya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. (Al-Infithar: 9) Yakni sesungguhnya yang mendorong kamu berani menantang Tuhan Yang Maha Pemurah dan membalas-Nya dengan perbuatan-perbuatan durhaka tiada lain karena hati kalian mendustakan adanya hari berbangkit, hari pembalasan, dan hari hisab. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaan itu), mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan (Al-Infithar: 10-12) Sesungguhnya pada kalian ada para malaikat pencatat amal perbuatan, mereka mulia-mulia. Maka janganlah kalian menghadapi mereka dengan amal-amal keburukan, karena sesungguhnya mereka mencatat semua amal perbuatan kalian. Ibnu Abu Hatim mengatakan. telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan dan Mis'ar, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Hormatilah malaikat-malaikat yang mulia pencatat amal perbuatan, mereka tidak pernah meninggalkan kalian kecuali dalam salah satu dari dua keadaan, yaitu di saat jinabah dan buang air besar. Maka apabila seseorang dari kalian mandi, hendaklah ia memakai penutup dengan tembok penghalang atau dengan tubuh hewan untanya atau hendaklah saudaranya yang menutupinya. Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar telah meriwayatkannya secara mausul dengan lafal yang lain. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Karamah, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Haft ibnu Sulaiman, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah melarang kalian telanjang bulat, maka malulah kepada malaikat Allah yang selalu bersama kalian, yaitu malaikat-malaikat pencatat amal perbuatan yang mulia-mulia, mereka tidak pernah berpisah dari kalian kecuali di saat salah satu dari tiga keadaan, yaitu di saat sedang buang air besar, jinabah, dan mandi. Maka apabila seseorang dari kalian mandi di tanah lapang, hendaklah ia memakai penutup dengan kainnya atan dengan tembok penghalang atan dengan badan unta kendaraannya. Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa Hafs ibnu Sulaiman lemah hadisnya, tetapi dia telah meriwayatkan darinya dan memuat hadisnya. Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Maisarah ibnu Ismail Al-Halabi, telah menceritakan kepada kami Tamam ibnu Najih, dari Al-Hasan Al-Basri, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada dua malaikat yang melaporkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala apa yang telah dicatat oleh keduanya dalam sehari, lalu Allah melihat pada permulaan lembaran catatan itu dan pada akhirnya istigfar (permohonan ampunan dari orang yang bersangkutan), melainkan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Aku telah mengampuni hamba-Ku terhadap semua dosa yang ada di antara kedua sisi lembaran Catalan amalnya. Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa Tamam ibnu Najih meriwayatkan hadits ini secara tunggal, tetapi hadisnya baik dan terpakai. Menurut hemat penulis, dia dinilai siqah oleh Ibnu Mu'in; tetapi Imam Bukhari, Abu Dzar'ah, Ibnu Abu Hatim, An-An-Nasai, dan Ibnu Adiy menilainya lemah. Bahkan Ibnu Hibban menuduhnya sebagai pemalsu hadits. Imam Ahmad mengatakan bahwa ia tidak mengenal hakikat pribadinya. Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman Al-Bagdadi yang dikenal dengan sebutan Al-Falusi, telah menceritakan kepada kami Bayan ibnu Hamran, telah menceritakan kepada kami Salam, dari Mansur ibnu Zazan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya ada malaikat-malaikat Allah yang mengenal Bani Adam menurut dugaanku disebutkan pula, dan mengenal amal perbuatan mereka Apabila mereka melihat kepada seseorang hamba yang mengerjakan amal ketaatan kepada Allah, maka mereka menceritakannya di antara sesama mereka, lalu mereka memberinya nama, dan mengatakan, "Malam ini si Fulan telah beruntung, malam ini si Fulan telah selamat. Dan apabila mereka melihat kepada seseorang hamba yang mengerjakan perbuatan maksiat kepada Allah, maka mereka membicarakannya pula di antara sesama mereka dan memberinya nama dan mereka berkata, "Malam ini si Fulan telah binasa. Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa Salam yang ada dalam sanad hadits ini menurut dugaanku adalah Salam Al-Mada'ini, dia lemah hadisnya."

Al-Infitar: 3

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat