Al-A'raf: 9

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَمَنۡ
dan siapa
خَفَّتۡ
ringan
مَوَٰزِينُهُۥ
timbangannya
فَأُوْلَٰٓئِكَ
maka mereka itu
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
خَسِرُوٓاْ
(mereka) merugikan
أَنفُسَهُم
diri mereka sendiri
بِمَا
dengan apa
كَانُواْ
adalah mereka
بِـَٔايَٰتِنَا
dengan ayat-ayat Kami
يَظۡلِمُونَ
mereka ingkar

Terjemahan

Siapa yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Tafsir

Tafsir Surat Al-A'raf: 8-9 Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Siapa yang berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. Ayat 8 Firman Allah ﷻ: “Timbangan.” (Al-A'raf: 8) Maksudnya, timbangan amal perbuatan kelak di hari kiamat. “(Menjadi ukuran) kebenaran.” (Al-A'raf: 8) Yakni Allah ﷻ tidak menzalimi seorang pun. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak ada seseorang yang dirugikan barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami mendatangkan (pahalanya). Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.” (Al-Anbiya: 47) “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi seseorang walaupun seberat zarrah. Dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (An-Nisa: 40) “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al-Qari'ah: 6-11) Dan firman Allah ﷻ: “Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Al-Muminun: 101) “Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya. Maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (Al-Muminun: 102-103) Yang diletakkan pada timbangan amal perbuatan kelak di hari kiamat menurut suatu pendapat adalah amal-amal perbuatan, meskipun berupa sesuatu yang abstrak, tetapi Allah ﷻ mengubahnya menjadi bentuk yang nyata dan jelas kelak di hari kiamat. Al-Baghawi mengatakan bahwa hal tersebut telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits shahih, bahwa surat Al-Baqarah dan Ali Imran kelak di hari kiamat akan datang (dalam bentuk) seperti dua awan, atau dua naungan, atau dua kumpulan burung-burung yang terbang berbaris. Ini termasuk dalam hadits shahih tentang kisah Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an kelak akan datang kepada pemiliknya dalam rupa seorang pemuda yang berkulit pucat. Maka pemiliknya bertanya, "Siapakah kamu?" Ia menjawab, "Aku adalah Al-Qur'an yang membuatmu tidak dapat tidur di malam harimu dan membuatmu haus di siang harimu." Di dalam hadits Al-Barra mengenai kisah pertanyaan kubur disebutkan: Maka orang mukmin didatangi oleh seorang pemuda yang warna kulitnya bagus dan harum baunya. Maka orang mukmin itu bertanya, "Siapakah kamu? Ia menjawab, "Saya adalah amal salehmu." Lalu disebutkan hal yang sebaliknya tentang orang kafir dan orang munafik. Menurut pendapat yang lain, yang ditimbang adalah kitab catatan amal perbuatan, seperti yang disebutkan di dalam hadits tentang bitaqah (kartu) mengenai seorang lelaki yang menghadap Allah, lalu diletakkan baginya pada salah satu sisi timbangan sebanyak sembilan puluh sembilan catatan amal, setiap catatan amal tebalnya sejauh mata memandang. Kemudian bitaqah tersebut didatangkan yang di dalamnya bertuliskan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah.” Lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apa bitaqah ini dan semua catatan ini?" Allah ﷻ menjawab, "Sesungguhnya engkau tidak akan dizalimi.” Lalu bitaqah tersebut diletakkan di sisi timbangan yang lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka catatan-catatan itu menjadi ringan dan bitaqah itu menjadi berat.” Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hal yang semisal melalui jalur ini, dan ia menilainya shahih. Menurut pendapat yang lainnya lagi, yang ditimbang itu adalah diri orang yang bersangkutan. Seperti yang disebutkan di dalam hadits berikut: Kelak di hari kiamat didatangkan seorang lelaki yang gemuk, tetapi di sisi Allah timbangannya tidaklah seberat sebuah sayap nyamuk yang kecil. Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: “Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (Al-Kahfi: 105) Di dalam manaqib (riwayat hidup) sahabat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: “Apakah kalian merasa aneh dengan kedua betisnya (Ibnu Mas'ud) yang kecil itu. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kedua betisnya itu dalam timbangan amal perbuatan jauh lebih berat daripada Bukit Uhud.” Tetapi dapat pula digabungkan pengertian dari semua atsar tersebut, bahwa kadang-kadang yang dinilai adalah amal perbuatannya, kadang-kadang catatan amalnya, dan adakalanya diri orang yang bersangkutan.

Al-A'raf: 9

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat