Al-An'am: 50

Ayat

Terjemahan Per Kata
قُل
katakanlah
لَّآ
tidak
أَقُولُ
aku mengatakan
لَكُمۡ
bagi kalian
عِندِي
kepunyaanku/ada padaku
خَزَآئِنُ
perbendaharaan
ٱللَّهِ
Allah
وَلَآ
dan tidak
أَعۡلَمُ
aku mengetahui
ٱلۡغَيۡبَ
yang gaib
وَلَآ
dan tidak
أَقُولُ
aku mengatakan
لَكُمۡ
bagi kalian
إِنِّي
sesungguhnya aku
مَلَكٌۖ
malaikat
إِنۡ
jika
أَتَّبِعُ
aku mengikuti
إِلَّا
kecuali
مَا
apa
يُوحَىٰٓ
diwahyukan
إِلَيَّۚ
kepadaku
قُلۡ
katakanlah
هَلۡ
apakah
يَسۡتَوِي
sama
ٱلۡأَعۡمَىٰ
orang yang buta
وَٱلۡبَصِيرُۚ
dan orang yang melihat
أَفَلَا
apakah tidak
تَتَفَكَّرُونَ
kamu berpikir

Terjemahan

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan (rezeki) Allah ada padaku, aku (sendiri) tidak mengetahui yang gaib, dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(-nya)?”

Tafsir

Tafsir Surat Al-An'am: 50-54 Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rezeki) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" Dan peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) orang-orang yang takut dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari kiamat) bahwa tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi syafaat selain Allah, agar mereka bertakwa. Dan janganlah kamu (Muhammad) mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan petang hari, sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka. Jika itu kamu lakukan maka kamu termasuk orang-orang yang zalim. Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang kaya dan berkuasa) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang kaya itu) berkata, "Orang-orang yang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepada kalian, maka katakanlah, "Salamun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepada kalian)”. Tuhan kalian telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian karena kejahilan (kebodohan, kecerobohan, dorongan hawa nafsu, amarah dan sebagainya), kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ayat 50 Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku’.” (Al-An'am: 50) Dengan kata lain, aku tidak memilikinya dan tidak pula mengaturnya. “Dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib.” (Al-An'am: 50) Yakni aku pun tidak mengatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya aku mengetahui perkara yang gaib, karena sesungguhnya hal yang gaib itu hanya diketahui oleh Allah ﷻ saja. Dan aku tidak dapat mengetahuinya kecuali sebatas apa yang telah diperlihatkan oleh Allah kepadaku. “Dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah malaikat.” (Al-An'am: 50) Artinya, aku tidak menyerukan diri bahwa diriku adalah malaikat, melainkan hanyalah seorang manusia yang diberi wahyu oleh Allah ﷻ. Allah ﷻ telah memuliakan diriku dengan wahyu itu dan mengaruniaiku dengannya sebagai nikmat dari-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (Al-An'am: 50) Yakni aku tidak pernah durhaka darinya barang sejengkal pun, tidak pula kurang dari itu. “Katakanlah, ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat’?” (Al-An'am: 50) Maksudnya, apakah orang yang mengikuti kebenaran dan mendapat petunjuk kepada kebenaran, sama dengan orang yang sesat darinya dan tidak mau mengikutinya? “Apakah kalian tidak memikirkannya?” (Al-An'am: 50) Ayat ini semakna dengan ayat lain yang menyebutkan melalui firman-Nya: “Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (Ar-Ra'd: 19) Ayat 51 Mengenai firman Allah ﷻ: “Dan peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) orang-orang yang takut dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari kiamat) bahwa tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi syafaat pun.” (Al-An'am: 51) Artinya, berilah peringatan dengan Al-Qur'an ini, wahai Muhammad! “Orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka.” (Al-Muminun: 57) Yaitu orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Firman Allah ﷻ: “Dan peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) orang-orang yang takut dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari kiamat).” (Al-An'am: 51) Maksudnya, pada hari kiamat. “Tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi syafaat pun.” (Al-An'am: 51) Yakni tidak ada kaum kerabat bagi mereka dan tidak ada pula orang yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka dari azab Allah bilamana Allah berkehendak menimpakan (azab)nya kepada mereka. “Agar mereka bertakwa.” (Al-An'am: 51) Artinya, peringatkanlah kejadian hari kiamat ini, karena tidak ada hakim yang lain kecuali hanya Allah ﷻ pada hari itu. “Agar mereka bertakwa.” (Al-An'am: 51) Supaya mereka mau mengerjakan amal perbuatan di dunia ini, sehingga Allah menyelamatkan mereka dari azab-Nya pada hari kiamat, dan Allah melipatgandakan pahala-Nya kepada mereka dengan kelipatan yang banyak. Ayat 52 Firman Allah ﷻ: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya.” (Al-An'am: 52) Dengan kata lain, janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru , melainkan jadikanlah mereka sebagai teman-teman dudukmu dan teman-teman dekatmu. Hal yang sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28) Adapun firman Allah ﷻ: “Orang-orang yang menyeru Tuhannya. (Al-An'am: 52) Yakni menyembah-Nya dan memohon kepada-Nya. “Di pagi hari dan petang hari. (Al-An'am: 52) Menurut Sa'id bin Musayyab, Mujahid, dan Qatadah, makna yang dimaksud ialah shalat fardu. Makna doa dalam ayat ini adalah seperti yang dianjurkan oleh firman-Nya: “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku (serulah Aku), niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian’.” (Al-Mumin: 60) Maksudnya, Aku akan menerima doa kalian. Firman Allah ﷻ: “Sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya.” (Al-An'am: 52) Yakni dengan amalnya itu mereka mengharapkan rida Allah, mereka kerjakan semua ibadah dan amal ketaatan dengan hati yang ikhlas karena Allah. Firman Allah ﷻ: “Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu.” (Al-An'am: 52) Seperti yang dikatakan oleh Nabi Nuh a.s. dalam menjawab ucapan orang-orang yang mengatakan, "Apakah kami akan beriman kepada kalian, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?" Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, jika kalian menyadari.” (Asy-Syu'ara: 111-113) Dengan kata lain, sesungguhnya perhitungan amal perbuatan mereka hanyalah kepada Allah ﷻ, dan aku tidak memikul tanggung jawab hisab mereka barang sedikit pun, sebagaimana mereka pun tidak bertanggung jawab sedikit pun terhadap perhitungan amal perbuatanku. Firman Allah ﷻ: “Yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka. (Jika dilakukan) kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-An'am: 52) Yakni jika kamu melakukan hal tersebut, akibatnya adalah seperti itu. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asbat (yaitu Ibnu Muhammad), telah menceritakan kepadaku Asy'as, dari Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ada segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Rasulullah ﷺ Pada saat itu di sisi beliau terdapat Khabbab, Suhaib, Bilal, dan Ammar. Lalu mereka (para pemuka Quraisy) berkata, "Wahai Muhammad, apakah kamu rela menjadi teman orang-orang itu (yakni yang ada di sisi Nabi ﷺ)?" Maka turunlah ayat ini: “Dan peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) orang-orang yang takut dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari kiamat).” (Al-An'am: 51) Sampai dengan firman-Nya: “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” (Al-An'am: 53) Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur Asy'as, dari Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Nabi ﷺ yang ketika itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, Khabbab, dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang muslim yang dha’if. Lalu para pemuka Quraisy itu berkata, "Wahai Muhammad, apakah engkau rela orang-orang itu sebagai kaummu? Apakah mereka adalah orang-orang yang dianugerahi oleh Allah di antara kami? Apakah pantas kami akan mengikuti jejak orang-orang itu? Usirlah mereka! Barangkali jika engkau mengusir mereka, kami akan mengikutimu." Maka turunlah firman-Nya: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya.” (Al-An'am: 52) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Nasr, dari As-Suddi, dari Abu Sa'id Al-Azdi qari' Al-Azdi, dari Abul Kunud, dari Khabbab sehubungan dengan firman-Nya: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari.” (Al-An'am: 52) Bahwa Al-Aqra' ibnu Habis At-Tamimi dan Uyainah ibnu Hasan Al-Fazzari datang, lalu mereka menjumpai Rasulullah ﷺ yang pada saat itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, dan Khabbab. Ketika itu Rasulullah ﷺ sedang duduk di antara segolongan kaum mukmin yang duafa. Ketika mereka melihat orang-orang itu berada di sekitar Nabi ﷺ, mereka menghina orang-orang duafa itu di hadapan teman-teman mereka. Mereka datang kepada Nabi ﷺ, dan kaum duafa membiarkan Nabi ﷺ menemui mereka. Lalu mereka berkata, "Sesungguhnya kami menginginkan agar engkau membuat suatu majelis khusus buat kami, mengingat semua orang Arab telah mengenal keutamaan kami. Karena (delegasi) perwakilan dari banyak kalangan orang-orang Arab sering datang kepada kalian, maka kami akan merasa malu bila mereka melihat kami ada bersama para budak ini. Untuk itu apabila kami datang kepada kalian, tolong usirlah mereka dari kami. Dan jika kami telah selesai dengan urusan kami, silakan engkau duduk kembali bersama mereka jika engkau suka." Nabi ﷺ menjawab, "Baiklah." Mereka berkata, "Kalau demikian, tentukanlah olehmu hari-hari tertentu untuk kami secara tertulis." Nabi ﷺ memanggil sahabat Ali dan meminta sebuah lembaran, kemudian beliau ﷺ memerintahkan Ali untuk mencatat hal tersebut, sedangkan ketika itu kaum duafa berada di suatu sudut yang agak jauh dari mereka. Dan pada saat itu juga turunlah Malaikat Jibril seraya membawa firman-Nya: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya.” (Al-An'am: 52), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah ﷺ melemparkan lembaran itu dari tangannya, kemudian beliau memanggil kami, maka kami pun datang kepadanya. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadits Asbat dengan lafal yang sama. Tetapi hadits ini gharib (asing), karena sesungguhnya ayat ini Makkiyyah, sedangkan Al-Aqra' ibnu Habis dan Uyainah baru masuk Islam hanya setelah hijrah selang beberapa tahun kemudian. Sufyan Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Al-Miqdam ibnu Syuraih, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Sa'd pernah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan enam orang sahabat Nabi ﷺ, antara lain Ibnu Mas'ud. Sa'd melanjutkan kisahnya, “Kami selalu menemani Rasulullah ﷺ dan dekat dengannya untuk mendengar sabda-sabda beliau ﷺ Maka orang-orang Quraisy berkata, 'Engkau selalu mendekati mereka dan menjauh dari kami'.” Maka turunlah ayat ini: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari.” (Al-An'am: 52) Imam Hakim meriwayatkannya dalam kitab Mustadrak melalui jalur Sufyan. Imam Hakim mengatakan bahwa hadits ini sesuai dengan syarat Syaikhain. Ibnu Hibban di dalam kitab Shahih-nya telah mengetengahkan hadits ini melalui jalur Al-Miqdam ibnu Syuraih dengan lafal yang sama. Ayat 53 Firman Allah ﷻ: Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al-An'am: 53) Yakni Kami coba dan Kami uji sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain. “Supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, ‘Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka’?” (Al-An'am: 53) Demikian itu terjadi karena Rasulullah ﷺ pada masa permulaan risalahnya banyak diikuti oleh kaum duafa sebagai mayoritas dari pengikut-pengikut beliau, baik dari kalangan kaum laki-laki, kaum wanita, budak-budak lelaki, maupun budak-budak perempuan. Hanya sedikit yang mengikuti beliau ﷺ dari kalangan yang terpandang. Perihal Rasulullah ﷺ saat itu serupa dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh kepada nabinya, seperti yang dikutip oleh firman-Nya: “Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja.” (Hud: 27), hingga akhir ayat. Sama pula dengan apa yang ditanyakan oleh Heraklius Raja Romawi Kepada Abu Sufyan. Heraklius bertanya, "Apakah orang-orang yang mengikutinya (Nabi ﷺ) adalah dari kalangan orang-orang yang terhormat, ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah." Heraklius berkata, "Mereka adalah pengikut para rasul”. Pada garis besarnya kaum kafir Quraisy menghina orang-orang dari kalangan kaum duafa yang beriman kepada Nabi ﷺ Mereka tak segan-segan menyiksa siapa saja dari kalangan kaum duafa itu yang berada di bawah wewenangnya. Orang-orang musyrik Quraisy tersebut sering mengatakan, "Orang-orang seperti inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?". Perihalnya semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu: “Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami (beriman) kepadanya.” (Al-Ahqaf: 11) Sama pula dengan firman-Nya: “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, ‘Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuannya)’?” (Maryam: 73) Allah ﷻ menjawab perkataan tersebut dalam firman selanjutnya: “Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata.” (Maryam: 74) Sedangkan dalam surat ini Allah ﷻ menjawab mereka ketika mereka mengatakan: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman menjawab mereka), “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” (Al-An'am: 53) Dengan kata lain, bukankah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur kepada-Nya dengan ucapan, perbuatan, dan segenap hati mereka. Karena itulah Allah memberi mereka taufik dan petunjuk ke jalan keselamatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya dengan seizin-Nya, dan Allah memberi mereka petunjuk ke jalan yang lurus. Hal yang sama disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat yang lain, yaitu: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-'Ankabut: 69) Di dalam sebuah hadits shahih disebutkan: “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk kalian, dan tidak (pula) kepada warna kulit kalian, tetapi Allah memandang kepada kalbu dan amal perbuatan kalian.” Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: “Dan peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) orang-orang yang takut dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari kiamat).” (Al-An'am: 51), hingga akhir ayat. Bahwa Atabah ibnu Rabi'ah, Syaibah ibnu Rabi'ah, Mut'im ibnu Addi, Al-Haris ibnu Naufal, Qurazah ibnu Abdu Amr ibnu Naufal bersama sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf, dari kalangan orang-orang kafir mereka. Semuanya datang kepada Abu Thalib, lalu mereka berkata, "Wahai Abu Thalib, mengapa anak saudaramu yaitu Muhammad tidak mengusir semua budak kita dan teman-teman sepakta kita, karena sesungguhnya mereka semua hanyalah bekas budak-budak dan pelayan-pelayan kita. Apabila dia mau mengusir mereka, maka hal itu sangat kami hargai, dan kami menghormatinya di kalangan kami. Lebih mendekati untuk diikuti oleh kami, dan kami akan percaya kepadanya karena itu. Maka Abu Thalib datang kepada Nabi ﷺ dan membicarakan hal tersebut kepadanya. Umar ibnul Khattab berkata memberikan sarannya, "Jangan dahulu engkau melakukan hal itu sebelum engkau memahami benar apa yang mereka kehendaki dan apa yang mereka maksudkan dari ucapan (permintaan) mereka itu." Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Dan peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) orang-orang yang takut dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari kiamat).” (Al-An'am: 51) Sampai dengan firman-Nya: “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya).” (Al-An'am: 53) Yang dimaksudkan oleh pemuka-pemuka Bani Abdu Manaf itu adalah Bilal, Ammar ibnu Yasir, Salim maula Abu Huzaifah, Sabih maula Usaid. Dan yang dimaksud dengan teman sepakta mereka adalah Ibnu Mas'ud, Al-Miqdad ibnu Amr, Mas'ud, Ibnul Qari, Waqid ibnu Abdullah Al-Hanzali, Amr ibnu Abdu Amr, Zusy Syimalain, Marsad ibnu Abu Marsad, dan Abu Marsad Al-Ganawi teman sepakta Hamzah ibnu Abdul Muttalib serta teman-teman sepakta lainnya. Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan para pemimpin kafir dari kalangan Quraisy dan para mawali serta para khulafa (teman-teman sepakta), yaitu firman-Nya: “Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin); supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, ‘Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka’?” (Al-An'am: 53), hingga akhir ayat. Ketika ayat ini diturunkan, Umar bangkit dan datang kepada Nabi ﷺ, lalu ia meminta maaf kepada Nabi ﷺ atas ucapan yang telah dikeluarkannya. Ayat 54 Adapun firman Allah ﷻ: “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepada kalian, maka katakanlah, ‘Salamun 'alaikum’.” (Al-An'am: 54) Artinya, hormatilah mereka dengan menjawab salam mereka, dan sampaikan berita gembira kepada mereka bahwa rahmat Allah yang luas mencakup mereka semua. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.” (Al-An'am: 54) Yakni Dia telah mewajibkan rahmat atas diri-Nya Yang Mahamulia sebagai karunia dari-Nya, kebaikan, dan anugerah-Nya buat mereka. “Yaitu bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan.” (Al-An'am: 54) Sebagian ulama Salaf mengatakan, semua orang yang durhaka kepada Allah adalah orang yang jahil. Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari Al-Hakam ibnu Aban ibnu Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: “Barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan.” (Al-An'am: 54) Bahwa dunia seluruhnya merupakan kejahilan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. “Kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan memperbaiki diri.” (Al-An'am: 54) Yakni kembali kepada jalan yang benar dari kebiasaan maksiatnya dan insaf serta bertekad tidak akan mengulanginya lagi, serta memperbaiki amal perbuatannya di masa mendatang. “Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-An'am: 54) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang telah diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami, yaitu bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Setelah Allah melakukan peradilan terhadap makhluk-(Nya), maka Dia menetapkan pada kitab-Nya yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy, bahwa sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.” Hadits ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab Shahihain. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah. Musa ibnu Uqbah meriwayatkannya dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Al-Laits dan lain-lainnya, dari Muhammad ibnu Ajian, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ dengan lafal yang sama. Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui jalur Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: “Apabila Allah telah menyelesaikan peradilan-Nya di antara makhluk semuanya, maka Dia mengeluarkan suatu kitab dari bawah 'Arasy (yang tercantum padanya), ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku, dan Aku adalah Yang Maha Pelimpah Rahmat’.” Lalu Allah menggenggam sekali atau dua kali genggaman dan mengeluarkan dari neraka sejumlah banyak makhluk yang tidak pernah melakukan suatu kebaikan pun, di antara kedua mata mereka (yakni pada kening mereka) tertuliskan, "Orang-orang yang dimerdekakan oleh Allah (dari neraka)." Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari ‘Ashim ibnu Sulaiman, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman sehubungan dengan firman-Nya: “Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.” (Al-An'am: 54) Bahwa sesungguhnya di dalam kitab Taurat Kami menjumpai dua jenis kasih sayang, yaitu Allah ﷻ menciptakan langit dan bumi, menciptakan seratus rahmat, atau Dia menjadikan seratus rahmat sebelum menciptakan makhluk. Kemudian Allah menciptakan makhluk dan meletakkan sebuah rahmat di antara mereka, sedangkan yang sembilan puluh sembilan rahmat Dia pegang di sisi-Nya. Salman melanjutkan kisahnya, "Dengan satu rahmat itulah para makhluk berkasih sayang, saling mengasihi, saling memberi, dan saling menolong. Dengan satu rahmat itulah unta betina mengasihi anaknya, sapi betina mengasihi anaknya, kambing betina mengasihi anaknya, dan ikan-ikan di laut saling beriringan. Maka apabila datang hari kiamat, Allah mengumpulkan rahmat itu dengan rahmat yang ada di sisi-Nya, dan rahmat-Nya jauh lebih utama dan lebih luas.” Hal ini telah diriwayatkan pula secara marfu melalui jalur lain. Dalam pembahasan berikutnya akan disebutkan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah ini, yaitu pada tafsir firman-Nya: “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (Al-A'raf: 156) Di antara hadits-hadits yang berkaitan dengan ayat ini ialah sabda Nabi ﷺ kepada sahabat Mu'az ibnu Jabal: "Tahukah kamu, apakah hak Allah yang dibebankan atas hamba-hamba-Nya?” Yaitu hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda pula: “Tahukah kamu, apakah hak hamba-hamba Allah kepada Allah apabila mereka melakukan hal tersebut?” Yaitu hendaknya Dia tidak mengazab mereka. Imam Ahmad telah meriwayatkannya melalui jalur Kumail ibnu Ziyad, dari Abu Hurairah.

Al-An'am: 50

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat