Al-An'am: 39

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
كَذَّبُواْ
(mereka)mendustakan
بِـَٔايَٰتِنَا
pada ayat-ayat Kami
صُمّٞ
pekak/tuli
وَبُكۡمٞ
dan bisu
فِي
dalam
ٱلظُّلُمَٰتِۗ
kegelapan
مَن
barang siapa
يَشَإِ
menghendaki
ٱللَّهُ
Allah
يُضۡلِلۡهُ
Dia akan menyesatkan
وَمَن
dan barang siapa
يَشَأۡ
menghendaki
يَجۡعَلۡهُ
Dia akan menjadikannya
عَلَىٰ
diatas
صِرَٰطٖ
jalan
مُّسۡتَقِيمٖ
yang lurus

Terjemahan

Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami (seperti orang yang) tuli dan bisu, serta berada dalam berbagai kegelapan. Siapa yang dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Siapa yang dikehendaki Allah (dalam petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.

Tafsir

Tafsir Surat Al-An'am: 37-39 Dan mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” Dan tidak ada seekor hewan pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami luputkan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu, dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. Ayat 37 Allah ﷻ berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik, mereka pernah bertanya, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu mukjizat dari Tuhannya?" Mukjizat ini diungkapkan dengan istilah ayat yang artinya peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam yang biasa mereka temukan, termasuk di antaranya ialah seperti apa yang mereka katakan dalam firman-Nya: “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami.” (Al-Isra: 90), hingga beberapa ayat berikutnya. Firman Allah ﷻ: “Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah Maha Kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui’.” (Al-An'am:37) Yakni Allah ﷻ mampu untuk melakukan hal itu. Tetapi karena suatu hikmah (kebijaksanaan) dari-Nya, Dia sengaja menunda hal itu. Karena sesungguhnya jika Allah menurunkan mukjizat seperti yang mereka minta, namun mereka tetap tidak beriman, niscaya Allah akan menyegerakan azab-Nya terhadap mereka, seperti yang telah Allah lakukan terhadap umat-umat terdahulu. Allah ﷻ telah berfirman: “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (dengan menyembelih) unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (Al-Isra: 59) “Jika Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, sehingga tengkuk mereka selalu tunduk dengan rendah hati kepadanya.” (Asy-Syu'ara: 4) Ayat 38 Adapun firman Allah ﷻ: “Dan tidak ada seekor binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian.” (Al-An'am: 38) Menurut Mujahid, makna “umamun” ialah berbagai macam jenis yang nama-namanya telah dikenal. Menurut Qatadah, burung-burung adalah umat, manusia adalah umat, begitu pula jin. As-Suddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya tersebut yakni makhluk juga, sama seperti kalian. Firman Allah ﷻ: “Tiadalah Kami luputkan sesuatu pun di dalam Al-Kitab.” (Al-An'am: 38) Maksudnya, semuanya ada berdasarkan pengetahuan dari Allah, tiada sesuatu pun dari semuanya itu yang dilupakan oleh Allah rezeki dan pengaturannya, baik ia sebagai hewan darat ataupun hewan laut. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (Hud: 6) Yakni tertulis nama-namanya, serta tempat-tempatnya, dan semua gerakan serta diamnya tertulis dalam tulisan itu. Allah ﷻ telah berfirman pula: “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kalian, dan Dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Ankabut: 60) An-Hafidzh Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Waqid Al-Qaisi Abu Abbad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa belalang jarang didapat dalam masa satu tahun dari tahun-tahun masa pemerintahan Khalifah Umar. Kemudian Umar bertanya-tanya mengenai hal itu, tetapi tidak mendapat jawaban apa pun. Dia sedih karena hal tersebut, sehingga ia mengirimkan seorang penunggang kuda ke negeri Yaman untuk menyelidiki keberadaan belalang. Seorang lagi ke negeri Syam, dan seorang lagi menuju negeri Irak. Masing-masing ditugaskan untuk memeriksa keberadaan belalang di tempat-tempat tersebut. Kemudian datang kepadanya penunggang kuda dari negeri Yaman dengan membawa segenggam belalang, lalu semuanya ditaruh di hadapannya. Ketika ia (Umar) melihatnya, maka ia mengucapkan takbir tiga kali, kemudian berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah ﷻ telah menciptakan seribu umat (jenis makhluk), enam ratus umat di antaranya berada di laut dan yang empat ratusnya berada di daratan. Mula-mula umat yang binasa dari seluruhnya ialah belalang. Apabila belalang telah musnah, maka merembet ke yang lainnya seperti halnya untaian kalung apabila talinya terputus.” Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Al-An'am: 38) Bahwa dikumpulkannya ialah setelah mati. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui jalur Israil, dari Sa'id, dari Masruq, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa matinya hewan-hewan yaitu pada saat hari dikumpulkannya. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan dari Mujahid dan Adh-Dhahhak hal yang serupa. Pendapat yang kedua mengatakan, dikumpulkannya ialah saat hari berbangkit, yaitu di hari kiamat nanti. Berdasarkan firman Allah ﷻ: “Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (At-Takwir: 5) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sulaiman, dari Munzir Ats-Tsauri, dari guru-guru mereka, dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah ﷺ melihat dua ekor domba yang sedang adu tanduk (bertarung), lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai Abu Dzar, tahukah kamu mengapa keduanya saling menanduk?” Abu Dzar menjawab, "Tidak.” Nabi ﷺ bersabda, "Allah-lah yang tahu dan Dia kelak akan melakukan peradilan di antara keduanya." Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Ma'mar, dari Al-A'masy, dari orang yang disebutkannya, dari Abu Dzar yang menceritakan bahwa ketika para sahabat sedang berada di hadapan Rasulullah ﷺ, tiba-tiba ada dua kambing jantan saling menanduk (berlaga). Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Tahukah kalian mengapa keduanya tanduk-menanduk?” Mereka (para sahabat) menjawab, "Kami tidak tahu.” Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah-lah yang tahu, dan kelak Dia akan mengadakan peradilan di antara keduanya.” Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Munzir Ats-Tsauri, dari Abu Dzar, lalu ia menyebutkannya, tetapi ditambahkan bahwa Abu Dzar berkata, "Dan sesungguhnya Rasulullah ﷺ meninggalkan kami, sedangkan ketika tidak ada seekor burung satu pun mengepakkan sayapnya di langit, tetapi beliau ﷺ menceritakan kepada kami pengetahuan mengenainya." Abdullah ibnu Imam Ahmad telah mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Abbas ibnu Muhammad dan Abu Yahya Al-Bazza. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Nasir, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Awwam ibnu Muzahim, dari Bani Qais ibnu Sa'labah, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Usman , bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: “Sesungguhnya hewan yang tidak bertanduk benar-benar akan menuntut (hukum) qisas terhadap hewan yang bertanduk (yang telah menanduknya) kelak di hari kiamat.” Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya: “Melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan.” (Al-An'am: 38) Bahwa semua makhluk kelak di hari kiamat dikumpulkan, termasuk semua binatang ternak, binatang-binatang lainnya, burung-burung, dan semua makhluk. Kemudian keadilan Allah pada hari itu menaungi semuanya sehingga hewan yang tidak bertanduk meng(hukum) qisas hewan bertanduk yang pernah menanduknya. Setelah itu Allah berfirman, "Jadilah kamu sekalian tanah." Karena itulah orang kafir (pada hari itu) mengatakan, seperti yang dikutip oleh firman-Nya: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu jadi tanah.” (An-Naba: 40) Ayat 39 Firman Allah ﷻ: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu, dan berada dalam gelap gulita.” (Al-An'am: 39) Yakni perumpamaan mereka dalam kejahilannya dan keminiman ilmunya serta ketiadaan pengertiannya sama seperti orang yang tuli yang tidak dapat mendengar, bisu yang tidak dapat bicara, dan selain itu berada dalam kegelapan tanpa dapat melihat. Maka orang yang seperti itu mustahil mendapat petunjuk ke jalan yang benar atau dapat keluar dari apa yang mengurungnya. Sama halnya seperti apa yang disebutkan oleh firman-Nya, menggambarkan keadaan mereka, yaitu: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Baqarah: 17-18) Sama pula dengan apa yang digambarkan oleh Allah ﷻ dalam firman lainnya: “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (An-Nur: 40) Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Ayat 39 “Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (pada kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.” (Al-An'am: 39) Yakni Dialah yang mengatur makhluk-Nya menurut apa yang dikehendakinya

Al-An'am: 39

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat