Al-An'am: 33

Ayat

Terjemahan Per Kata
قَدۡ
sesungguhnya
نَعۡلَمُ
Kami mengetahui
إِنَّهُۥ
bahwasanya
لَيَحۡزُنُكَ
tentu akan menyedihkan kamu
ٱلَّذِي
yang
يَقُولُونَۖ
mereka katakan
فَإِنَّهُمۡ
maka sesungguhnya mereka
لَا
tidak
يُكَذِّبُونَكَ
mereka mendustakan kamu
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
بِـَٔايَٰتِ
pada ayat-ayat
ٱللَّهِ
Allah
يَجۡحَدُونَ
mereka menyangkal

Terjemahan

Sungguh, Kami mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang mereka katakan itu betul-betul membuatmu (Nabi Muhammad) bersedih. (Bersabarlah) karena sebenarnya mereka tidak mendustakanmu, tetapi orang-orang zalim itu selalu mengingkari ayat-ayat Allah.

Tafsir

Tafsir Surat Al-An’am: 33-36 Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah kamu bersedih hati) karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (ketetapan) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka terasa berat bagimu (Muhammad), maka seandainya kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka buatlah). Dan seandainya Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua mengikuti petunjuk. Sebab itu, janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang bodoh. Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati, kelak akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan. Ayat 33 Allah ﷻ berfirman menghibur nabi-Nya dalam menghadapi kebohongan dan penolakan kaumnya terhadapnya: “Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu.” (Al-An'am: 33) Maksudnya, Kami benar-benar mengetahui bahwa mereka telah berbohong kepadamu sehingga kamu merasa kecewa dan sedih dengan sikap mereka. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain: “Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.” (Fathir: 8) Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya yang lain: “Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” (Asy-Syu'ara: 3) Sama pula dengan firman-Nya: “Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan (Al-Qur'an) ini.” (Al-Kahfi: 6) Adapun firman Allah ﷻ: “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An'am: 33) Artinya mereka sama sekali tidak menuduhmu sebagai seorang pembohong, tetapi orang-orang yang zalim itu menutup hati dan mengingkari ayat-ayat Allah. Mereka mengingkari kebenaran dan menolaknya dengan dada mereka, seperti yang diriwayatkan oleh Sufyan Ats-Tsauri, dari Abu Ishaq, dari Najiyah ibnu Ka'b, dari Ali yang menceritakan bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Nabi ﷺ, "Sesungguhnya kami tidak menuduh dirimu pembohong, tetapi kami hanya membohongi apa yang kamu sampaikan itu." Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An'am: 33) Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Israil, dari Abu Ishaq. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan syarat Syaikhain (Imam Bukhari dan Imam Muslim), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Al-Wasiti di Mekah, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mubasysyir Al-Wasiti, dari Salam ibnu Miskin, dari Abu Yazid Al-Madani, bahwa Nabi ﷺ bertemu dengan Abu Jahal, lalu berjabat tangan dengannya. Kemudian ada seorang lelaki berkata kepada Abu Jahal, "Kalau tidak salah aku pernah melihatmu berjabat tangan dengan orang yang sabi’ ini (maksudnya Nabi Muhammad ﷺ)." Abu Jahal menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia adalah seorang nabi, tetapi apakah kami kalangan Bani' Abdu Manaf mau mengikutinya?" Lalu Abu Yazid membacakan firman-Nya: “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An'am: 33) Menurut takwil Abu Saleh dan Qatadah disebutkan, "Mereka mengetahui bahwa engkau adalah Rasulullah, tetapi mereka mengingkari(nya)." Muhammad ibnu Ishaq menuturkan dari Az-Zuhri kisah Abu Jahal ketika datang mendengar bacaan Al-Qur'an Nabi ﷺ di malam hari, dan Abu Sufyan ibnu Harb dan Al-Akhnas ibnu Syuraiq datang pula mendengarkannya, tetapi ketiga orang tersebut masing-masing tidak mengetahui keberadaan yang lainnya. Lalu mereka mendengarkannya sampai subuh. Dan ketika hari telah subuh, mereka bubar, lalu dalam perjalanan pulangnya mereka bertemu di tengah jalan. Maka masing-masing dari mereka berkata kepada yang lainnya, "Apakah yang kamu dengarkan?" Lalu masing-masing orang mengemukakan apa yang telah didapat (dipahami)nya. Kemudian mereka saling berjanji bahwa mereka tidak akan mendengarkannya lagi, karena khawatir perbuatan mereka diketahui oleh para pemuda Quraisy, yang dampaknya nanti para pemuda Quraisy menjadi tertarik kepada Nabi Muhammad ﷺ. Pada malam keduanya masing-masing dari mereka datang kembali. Mereka menduga bahwa kedua temannya pasti tidak akan datang, mengingat perjanjian yang telah mereka sepakati bersama. Tetapi pada pagi harinya mereka bertemu di tengah jalan dalam perjalanan pulangnya dan mereka saling mencela. Akhirnya mereka mengadakan perjanjian lagi bahwa mereka tidak akan mendengarkannya lagi. Pada malam ketiganya ternyata mereka datang lagi dan pagi harinya mereka bertemu kembali, lalu berjanji tidak akan melakukan hal yang serupa, kemudian mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Pada pagi harinya Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tongkatnya, lalu pergi ke rumah Abu Sufyan. Setelah sampai di rumah Abu Sufyan, ia bertanya, "Wahai Abu Hanzalah, ceritakanlah kepadaku kesan yang kamu simpulkan setelah mendengar bacaan Muhammad itu." Abu Sufyan menjawab, "Wahai Abu Tsa'labah, demi Allah, sesungguhnya aku telah mendengar banyak hal yang kuketahui dan kuketahui pula makna yang dimaksud darinya, tetapi aku telah mendengar pula banyak hal yang tidak kumengerti maknanya dan apa yang dimaksud olehnya." Al-Akhnas berkata mengiakan, "Aku pun berani sumpah seperti kamu, bahwa aku mempunyai pemahaman yang sama denganmu." Lalu Al-Akhnas keluar dari rumah Abu Sufyan dan langsung menuju ke rumah Abu Jahal. Ia langsung masuk ke dalam rumah Abu Jahal dan berkata, "Wahai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah kamu dengar dari (bacaan) Muhammad?" Abu Jahal menjawab, "Sama seperti yang kamu dengar." Abu Jahal melanjutkan perkataannya, "Kami bersaing dengan Bani Abdu Manaf dalam hal kedudukan yang terhormat. Mereka memberi makan, maka kami pun memberi makan. Mereka membantu mengadakan angkutan, maka kami pun berbuat hal yang sama. Dan mereka memberi, maka kami pun memberi pula, hingga manakala kami berlutut di atas kendaraan dalam keadaan lemah dan tersandera, mereka mengatakan bahwa dari kalangan kami ada seorang nabi yang selalu didatangi oleh wahyu dari langit. Maka bilamana kami menjumpai ini, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya selama-lamanya dan tidak akan percaya kepadanya." Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkannya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Asbat, dari As-Saddi sehubungan dengan makna firman-Nya: “Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An'am: 33) Ketika Perang Badar, Al-Akhnas ibnu Syuraiq berkata kepada Bani Zahrah, "Wahai Bani Zahrah, sesungguhnya Muhammad adalah anak lelaki saudara perempuan kalian. Maka kalian adalah orang yang lebih berhak untuk melindungi anak saudara perempuan kalian. Karena sesungguhnya jika dia memang seorang nabi, janganlah kalian memeranginya hari ini. Dan jika dia bohong, maka kalian adalah orang yang paling berhak untuk menghentikan anak saudara perempuan kalian itu. “Berhentilah kalian, sebelum aku bertemu lebih dahulu dengan Abul Hakam (Abu Jahal). Jika Muhammad menang, kalian tetap kembali dengan selamat. Dan jika Muhammad dikalahkan, maka sesungguhnya kaum kalian belum pernah berbuat sesuatu pun kepada kalian." Sejak saat itu ia diberi nama Al-Akhnas, sebelum itu namanya adalah Ubay. Lalu Al-Akhnas menjumpai Abu Jahal, kemudian membawanya menyendiri hanya berduaan dengannya. Al-Akhnas bertanya, "Wahai Abul Hakam, ceritakanlah kepadaku tentang Muhammad, apakah dia benar ataukah bohong? Karena sesungguhnya di tempat ini sekarang tidak ada seorang Quraisy pun selain aku dan kamu yang dapat mendengar pembicaraan kita." Abu Jahal menjawab, "Celakalah kamu, demi Allah, sesungguhnya Muhammad memang orang yang benar, Muhammad sama sekali tidak pernah berbohong. Tetapi apabila Abi Qusai memborong semua jabatan, yaitu liwa, siqayah, hijabah, dan kenabian, maka apa lagi yang tersisa buat kaum Quraisy lainnya?" Yang demikian itulah maksud dari firman-Nya: “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An'am:33) Ayat-ayat Allah adalah Nabi Muhammad ﷺ Ayat 34 Firman Allah ﷻ: “Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka.” (Al-An'am: 34) Hal ini merupakan hiburan untuk hati Nabi Muhammad ﷺ, sekaligus sebagai ungkapan dukungan terhadapnya dalam menghadapi orang-orang yang mendustakannya dari kalangan kaumnya, juga merupakan perintah kepadanya agar bersikap sabar sebagaimana sikap sabar orang-orang yang berhati teguh dari kalangan para rasul terdahulu. Dalam ayat ini pun terkandung janji Allah kepada nabi-Nya, bahwa Dia akan menolongnya sebagaimana Dia telah menolong para rasul terdahulu, dan kemudian meraih kemenangan. Pada akhirnya para rasul mendapatkan hasil yang terpuji setelah mengalami penolakan dan gangguan dari kaumnya masing-masing. Setelah itu datanglah kepada mereka pertolongan dan kemenangan di dunia dan di akhirat. Seperti yang disebutkan oleh firman selanjutnya: “Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (ketetapan) Allah.” (Al-An'am: 34) Yakni janji-janji kemenangan yang telah ditetapkan-Nya di dunia dan akhirat bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin. Perihalnya sama dengan firman-Nya yang lain: “Dan sesungguhnya telah ditetapkan janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti akan mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti akan menang.” (Ash-Shaffat: 171-173) Allah ﷻ telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Mujadilah: 21) Mengenai firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.” (Al-An'am: 34) Artinya berita tentang mereka, bagaimana mereka mendapat pertolongan dan dukungan dalam menghadapi orang-orang yang menolak dan menentang mereka dari kalangan kaumnya. Maka demikian pula halnya dengan kamu (Muhammad), akan mengalami hal yang sama dengan para rasul yang mendahuluimu. Ayat 35 Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Dan jika keberpalingan mereka terasa berat bagimu.” (Al-An'am: 35) Yaitu apabila terasa berat olehmu, sikap berpaling mereka kepadamu. “Maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit.” (Al-An'am: 35) Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa “nafaq” artinya terowongan. Yakni kamu (Muhammad) masuk ke dalam terowongan itu, lalu datang membawa ayat kepada mereka. Atau kamu buat tangga sampai ke langit, lalu kamu naik ke langit dan mendatangkan kepada mereka suatu ayat (bukti) yang lebih baik daripada yang engkau sampaikan kepada mereka sekarang, maka lakukanlah. Hal yang serupa dikatakan pula oleh Qatadah, As-Suddi, dan lain-lainnya. Firman Allah ﷻ: “Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu, janganlah kalian sekali-kali termasuk orang-orang yang bodoh.” (Al-An'am: 35) Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain, yaitu firman-Nya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.” (Yunus: 99), hingga akhir ayat. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua mengikuti petunjuk.” (Al-An'am: 35) Sesungguhnya Rasulullah ﷺ sangat menginginkan semua orang beriman dan mengikuti jalan petunjuknya. Maka Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidak ada seorang pun yang beriman kecuali orang yang telah ditakdirkan oleh Allah mendapat kebahagiaan sejak zaman azalinya. Ayat 36 Firman Allah ﷻ: “Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah).” (Al-An'am 36) Sesungguhnya orang yang menyambut seruanmu wahai Muhammad, hanyalah orang yang mau mendengar, mencerna, dan memahaminya. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain: “Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.” (Yasin: 70) Firman Allah ﷻ: “Dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan oleh Allah.” (Al-An'am: 36) Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mati' ialah orang-orang kafir. Dikatakan demikian karena hati mereka mati, maka Allah menyerupakan mereka dengan orang-orang yang mati sungguhan (yakni bangkai). Karena itulah disebutkan: “Dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan.” (Al-An'am: 36) Di dalam ungkapan ini terkandung makna cemoohan dan penghinaan terhadap mereka.

Al-An'am: 33

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat