Al-An'am: 151

Ayat

Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
تَعَالَوۡاْ
marilah
أَتۡلُ
aku bacakan
مَا
apa
حَرَّمَ
mengharamkan
رَبُّكُمۡ
Tuhan kalian
عَلَيۡكُمۡۖ
atas kalian
أَلَّا
bahwa janganlah
تُشۡرِكُواْ
kamu mempersekutukan
بِهِۦ
denganNya/Tuhan
شَيۡـٔٗاۖ
sesuatu
وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ
dan/terhadap kedua orang tua
إِحۡسَٰنٗاۖ
berbuat baiklah
وَلَا
dan jangan
تَقۡتُلُوٓاْ
kamu membunuh
أَوۡلَٰدَكُم
anak-anakmu
مِّنۡ
dari
إِمۡلَٰقٖ
kemiskinan
نَّحۡنُ
Kami
نَرۡزُقُكُمۡ
Kami memberi rezki kepadamu
وَإِيَّاهُمۡۖ
dan kepada mereka
وَلَا
dan janganlah
تَقۡرَبُواْ
mendekati
ٱلۡفَوَٰحِشَ
perbuatan keji
مَا
apa
ظَهَرَ
nampak
مِنۡهَا
daripadanya
وَمَا
dan apa
بَطَنَۖ
tersembunyi
وَلَا
dan janganlah
تَقۡتُلُواْ
kamu membunuh
ٱلنَّفۡسَ
jiwa
ٱلَّتِي
yang
حَرَّمَ
mengharamkan
ٱللَّهُ
Allah
إِلَّا
kecuali
بِٱلۡحَقِّۚ
dengan hak/benar
ذَٰلِكُمۡ
demikian itu
وَصَّىٰكُم
(Allah) mewasiatkan
بِهِۦ
dengannya
لَعَلَّكُمۡ
agar kalian
تَعۡقِلُونَ
kalian menggunakan akal

Terjemahan

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) ‘Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.’ Janganlah pula kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengerti.

Tafsir

Tafsir Surat Al-An'am: 151 Katakanlah (Muhammad), "Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan kalian, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) “Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” Dan janganlah kalian mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang terlihat di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kalian membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan sesuatu alasan yang benar.” Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu memahaminya. Ayat 151 Daud Al-Audi telah meriwayatkan dari Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa barang siapa yang ingin melihat wasiat Rasulullah ﷺ yang padanya terdapat cap cincinnya, hendaklah ia membaca ayat-ayat berikut, yaitu firman-Nya: Katakanlah (Muhammad), "Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan kalian, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun.” (Al-An'am: 151) sampai dengan firman-Nya: “Supaya kalian memahaminya.” (Al-An'am: 151) Al-Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Muhammad As-Sairafi, dari Urwah, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Ismail Al-Mahdi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abdullah ibnu Khalifah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas berkata bahwa di dalam surat Al-An'am terdapat ayat-ayat muhkam (jelas) yang semuanya adalah Ummul Kitab, lalu ia membacakan firman-Nya: “Katakanlah, Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan kalian.” (Al-An'am: 151), hingga beberapa ayat berikutnya. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa atsar ini shahih sanadnya, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya. Menurut kami, atsar ini diriwayatkan pula oleh Zuhair, Qais ibnur Rabi' keduanya dari Abu Ishaq, dari Abdullah ibnu Qais, dari Ibnu Abbas dengan sanad yang sama. Imam Hakim meriwayatkan pula di dalam kitab mustadraknya, melalui hadits Yazid ibnu Harun, dari Sufyan ibnu Husain, dari Az-Zuhri, dari Abu Idris, dari Ubadah ibnus Samit yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda, "Siapakah di antara kalian yang mau berbaiat (mengucapkan janji setia) kepadaku sebanyak tiga kali." Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: “Katakanlah, “Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan." (Al-An'am: 151), hingga beberapa ayat berikutnya. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang menunaikannya, maka akan mendapat pahala dari Allah. Dan barang siapa yang mengurangi sesuatu dari kewajibannya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya di dunia ini sebagai hukumannya. Dan barang siapa menunda kewajibannya sampai di akhirat, maka urusannya ada pada Allah. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia mengazabnya. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia memaafkannya.” Kemudian Imam Hakim berkata bahwa hadits ini shahih sanadnya, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya. Sesungguhnya yang disepakati oleh keduanya (Bukhari dan Muslim) hanyalah hadits Az-Zuhri, dari Abu Idris, dari Ubadah yang mengatakan: “Berbaiatlah kalian kepadaku, yaitu Janganlah kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, hingga akhir hadits.” Sufyan ibnu Husain meriwayatkan kedua hadits tersebut, maka tidaklah layak menisbatkan salah satu dari kedua hadits itu kepada dugaan (yang tidak pasti) jika keduanya dapat digabungkan pengertiannya. Mengenai tafsir ayat ini dapat dikatakan bahwa Allah berfirman kepada Nabi dan Rasul-Nya (yaitu Muhammad ﷺ), "Katakanlah, wahai Muhammad, kepada orang-orang musyrik itu yang telah menyembah selain Allah dan mengharamkan apa yang Allah rezekikan kepada mereka, serta membunuh anak-anak mereka sendiri, yang perbuatan tersebut mereka lakukan hanya berdasarkan pemikiran mereka sendiri yang dipengaruhi oleh bisikan setan." “Katakanlah kepada mereka ‘Kemarilah.” (Al-An'am: 151) Yakni kemarilah dan menghadaplah kalian. “‘Kubacakan apa yang diharamkan atas kalian oleh Tuhan kalian.” (Al-An'am: 151) Maksudnya, aku akan memberitahu kepada kalian dengan jelas tentang hal-hal yang dilarang oleh Tuhan kalian. (Yaitu) berdasarkan kebenaran, bukan atas dasar asumsi dan prasangka, tetapi berdasarkan wahyu dan perintah dari sisi-Nya. “Janganlah kalian mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (Al-An'am: 151) Seakan-akan dalam konteks ayat ini terdapat kalimat yang mahdzuf (tidak disebutkan). Bentuk lengkapnya ialah seperti berikut, “Allah telah memerintahkan kepada kalian, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun.” (Al-An'am: 151) Karenanya dalam akhir ayat ini disebutkan: “Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu memahaminya.” (Al-An'am: 151) Hal ini sama dengan perkataan seorang penyair: Berhajilah dan perintahkanlah kepada Sulaima Al-A'buda, janganlah ia memperlihatkan dirinya dan jangan pula berbicara kepada seorang pun. Biarkanlah minumannya tetap dalam keadaan dingin. Orang-orang Arab mengatakan, "Saya perintahkan kepadamu, janganlah kamu berdiri." Di dalam kitab Shahihain melalui hadits Abu Dzar disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Jibril mendatangiku dan memberikan kabar gembira kepadaku, ‘Bahwa, barangsiapa di antara umatmu yang meninggal dunia tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, maka dia akan masuk Surga.’ Lalu aku tanyakan: ‘Meskipun dia berzina dan mencuri?’ Jibril menjawab, ‘Ya, meskipun berzina dan mencuri.’ Aku bertanya, ‘Meskipun dia berzina dan mencuri?’ Jibril menjawab, ‘Ya, meskipun berzina dan mencuri.’ Aku bertanya, ‘Meskipun dia berzina dan mencuri?’ Jibril menjawab, ‘Ya, meskipun berzina, mencuri, dan meminum khamr.’ Menurut sebagian riwayat disebutkan bahwa yang bertanya itu adalah Abu Dzar, ditujukan kepada Rasulullah ﷺ Kemudian disebutkan bahwa pada yang ketiga kalinya Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Ya, meskipun Abu Dzar tidak menyukainya.’ Bahwa setiap kali menyampaikan hadits ini pada penghujungnya Abu Dzar selalu mengatakan: ‘Ya, meskipun Abu Dzar tidak menyukainya’. Di dalam sebagian kitab musnad dan kitab sunnah dan dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Allah berfirman: 'Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu masih mau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, maka sungguh Aku berikan ampunan bagi-Mu terhadap semua dosamu, tanpa Aku pedulikan lagi. Meskipun kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh bumi, selagi kamu tidak mempersekutukan Aku. Dan jika kamu melakukan banyak dosa sehingga dosamu mencapai puncak langit, kemudian kamu memohon ampun kepada-Ku. Niscaya Aku memberikan ampunan bagimu'. Makna hadits ini mempunyai syahid (bukti) yang menguatkannya di dalam Al-Qur'an, yaitu oleh firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 48 dan 116) Di dalam hadits shahih Muslim disebutkan sebuah hadits melalui Ibnu Mas'ud yang mengatakan: “Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah, niscaya masuk surga.” Cukup banyak ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits yang menerangkan tentang hal ini. Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui hadits Ubadah dan Abu Darda: “Janganlah kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, sekalipun kalian dipotong-potong atau disalib atau dibakar.” Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Nafi' ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku Sayyar ibnu Abdur Rahman, dari Yazid ibnu Qauzar, dari Salamah ibnu Syuraih, dari Ubadah ibn Samit yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah berwasiat kepada kami akan tujuh perkara, antara lain: “Janganlah kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, sekalipun kalian dibakar, dipotong-potong, dan disalib.” (Riwayat Ibnu Abu Hatim) Firman Allah : “Berbuat baiklah terhadap kedua orang tua.” (Al-An'am: 151) Tuhan telah mewasiatkan dan memerintahkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, yaitu memperlakukan mereka dengan perlakuan yang baik. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada orang tua kalian.” (Al-Isra: 23) Sebagian ulama membaca ayat ini dengan bacaan berikut, yaitu: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan, janganlah kalian menyembah selain Dia dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua." Yakni perlakukanlah orang tua kalian dengan baik. Allah sering sekali mengiringi perintah taat kepada-Nya dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kalian kembali. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan perlakukanlah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Kulah kalian kembali, maka Kuberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (Luqman: 14-15) Dalam ayat ini Allah memerintahkan berbuat baik kepada kedua orang tua,meskipun keduanya musyrik. Karena kemusyrikannya itu akan ditanggung oleh mereka sendiri. Allah telah berfirman pula: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, (yaitu) ‘Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada orang tua’.” (Al-Baqarah: 83), hingga akhir ayat. Banyak lagi ayat-ayat yang bermakna senada yang didapati di dalam Al-Qur'an. Di dalam kitab Shahihain disebutkan dari sahabat Ibnu Mas'ud . bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Amal apakah yang paling utama?" Rasul ﷺ menjawab, "Mengerjakan shalat tepat pada waktunya." Ia bertanya, "Kemudian apa lagi?” Rasul ﷺ menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasul ﷺ menjawab, "Jihad di jalan Allah." Ibnu Mas'ud mengatakan, "Kesemuanya itu disampaikan oleh Rasulullah ﷺ kepadaku secara langsung. Seandainya aku meminta tambahan keterangan, niscaya beliau ﷺ memberikan keterangan kepadaku." An-Hafidzh Abu Bakar ibnu Murdawaih telah meriwayatkan berikut sanadnya, dari Abu Darda dan Ubadah ibnus Samit. Masing-masing dari keduanya mengatakan bahwa kekasihnya (yakni Rasulullah ﷺ) telah memerintahkan kepadanya: “Taatilah kedua orang tuamu, jika keduanya memerintahkan kepadamu untuk keluar dari dunia ini (mati) untuk (membela) keduanya, maka lakukanlah.” Tetapi di dalam sanad hadits ini terkandung kedaifan. Firman Allah : “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka.” (Al-An'am: 151) Setelah Allah memerintahkan berbuat baik kepada kedua orang tua dan juga kakek nenek, Dia mengiringi hal ini dengan perintah berbuat baik kepada anak cucu. Untuk itu Allah berfirman: “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan.” (Al-An'am: 151) Demikian itu karena mereka selalu membunuh anak-anak mereka akibat menuruti bisikan setan. Mereka mengubur bayi-bayi perempuan mereka karena takut aib, dan terkadang mereka membunuh bayi-bayi laki-laki mereka karena takut jatuh miskin. Karena itu, disebutkan di dalam kitab Shahihain, melalui hadits Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa Abdullah Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Dosa apakah yang paling besar?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dialah Yang menciptakan kamu." Ibnu Mas'ud bertanya, "Kemudian apa lagi?" Rasul ﷺ menjawab, "Bila kamu membunuh anakmu karena takut si anak ikut makan bersamamu (menjadi miskin)." Ibnu Mas'ud bertanya lagi, "Kemudian dosa apa lagi?" Rasul ﷺ menjawab, "Bila kamu menzinai istri tetanggamu." Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina.” (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. Firman Allah : “Karena kemiskinan.” (Al-Anam: 151) Ibnu Abbas, Qatadah. dan As-Suddi serta lain-lainnya mengatakan bahwa “imlaq” artinya kemiskinan. Dengan kata lain, janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan yang kalian alami. Dalam surat Al-Isra disebutkan oleh firman Allah : “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan.” (Al-Isra: 31) Artinya, janganlah kalian membunuh mereka karena takut akan jatuh miskin di masa mendatang. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada kalian.” (Al-Isra: 31) Dalam surat Al-Isra ini Allah menyebutkan jaminan rezeki untuk anak-anak mereka, karena itulah yang menjadi pokok permasalahannya. Dengan kata lain, janganlah kalian takut jatuh miskin karena memberi mereka makan, sesungguhnya rezeki mereka ditanggung oleh Allah. Adapun dalam surat Al-An'am ini disebutkan adalah seperti berikut: “Kami akan memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka.” (Al-Anam: 151) Disebutkan demikian karena yang diprioritaskan adalah para orang tua. Firman Allah : “Dan janganlah kalian mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi.” (Al-An'am: 151) Perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: “Katakanlah, ‘Tuhanku mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) kalian mengada-adakan apa yang tidak kalian ketahui (kebohongan) terhadap Allah’.” (Al-Araf: 33) Mengenai tafsirnya telah disebutkan ketika membahas makna firman-Nya: “Dan tinggalkanlah dosa yang tampak dan yang tersembunyi.” (Al-An'am: 120) Di dalam kitab Shahihain melalui Ibnu Mas'ud disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah, karena itulah Dia mengharamkan semua perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.” Abdul Malik ibnu Umair mengatakan bahwa Al-Mugirah menambahkan 'dari maulanya' yang mengatakan bahwa Sa'd ibnu Ubadah pernah berkata, "Seandainya aku melihat istriku bersama lelaki lain, niscaya aku pukul lelaki itu dengan pedang, bukan dengan bagian tumpulnya." Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa'd? Demi Allah, aku lebih cemburu daripada Sa'd, dan Allah lebih cemburu dariku. Karena itulah Dia mengharamkan hal-hal yang keji, baik yang tampak maupun tersembunyi.” Hadits ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Kamil (alias Abu Ma’li) telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah ﷺ, "Sesungguhnya kami adalah pencemburu?" Rasulullah ﷺ bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar pencemburu, dan Allah lebih pencemburu dariku, dan kecemburuan-Nya ialah Dia melarang perbuatan-perbuatan keji.” Hadits riwayat Ibnu Murdawaih, tetapi tidak ada seorang pun dari pemilik kitab Sittah yang mengetengahkannya. Hadits ini dengan syarat Imam At-Tirmidzi, dan sesungguhnya Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan hadits lain dengan sanad ini, yaitu hadits yang mengatakan: “Usia-usia umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun.” Firman Allah : “Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (Al-An'am: 151) Firman ini merupakan nas dari Allah yang menguatkan apa yang dilarang-Nya, karena sesungguhnya makna firman ini telah terkandung di dalam pengertian perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Di dalam kitab Shahihain disebutkan melalui Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya adalah utusan Allah, terkecuali karena salah satu dari tiga perkara berikut, yaitu: Duda atau janda yang berzina, membunuh jiwa, dan meninggalkan agamanya, memisahkan diri dari jamaah. Menurut lafal yang ada pada Imam Muslim disebutkan: “Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain Dia, tidak halal darah seorang lelaki muslim, hingga akhir hadits. Al-A'masy mengatakan bahwa ia menceritakan hadits ini kepada Ibrahim, lalu Ibrahim menceritakan kepadaku, dari Al-Aswad. Dari Siti Aisyah hal yang semisal. Imam Abu Daud dan Imam An-Nasai meriwayatkan melalui Siti Aisyah. Bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga perkara, yaitu: Pezina muhsan dirajam, seorang lelaki yang melakukan pembunuhan dengan sengaja, maka ia dihukum mati, dan seorang lelaki yang keluar dari Islam dan memerangi Allah dan Rasul-Nya, maka ia dihukum mati atau disalib atau diasingkan dari tanah airnya.” Lafal hadits ini menurut apa yang ada pada Imam An-Nasai. Dari Amirul Muminin Usman bin Affan Disebutkan bahwa ketika dalam keadaan terkepung, ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga perkara, yaitu: Seorang lelaki yang kafir sesudah masuk Islam, atau melakukan zina sesudah muhsan (terpelihara), atau membunuh jiwa bukan karena telah melakukan pembunuhan.” Khalifah Usman berkata, "Demi Allah, aku belum pernah berbuat zina, baik di masa Jahiliah maupun di masa Islam. Dan aku tidak pernah berharap untuk menggantikan agamaku sesudah Allah memberi petunjuk kepadaku, tidak pernah pula aku membunuh seseorang. Mengapa kalian hendak membunuhku?" Imam Ahmad, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya; dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Disebutkan adanya larangan dan peringatan serta ancaman terhadap perbuatan membunuh kafir mu'ahad, yakni orang kafir yang diamankan dari kalangan kafir harbi. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi ﷺ secara marfu': “Barang siapa yang membunuh kafir mu'ahad. maka ia tidak dapat mencium baunya surga, padahal sesungguhnya bau surga itu benar-benar dapat tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun.” Dari sahabat Abu Hurairah. Dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: “Barang siapa yang membunuh seorang mu'ahad yang berada di dalam jaminan keselamatan Allah dan Rasul-Nya, berarti dia telah melanggar jaminan Allah. Maka dia tidak dapat mencium baunya surga, padahal sesungguhnya baunya surga dapat tercium dari jarak perjalanan tujuh puluh musim gugur (tahun).” Hadits riwayat Ibnu Majah dan Imam At-Tirmidzi. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Firman Allah : “Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu memahaminya.” (Al-An'am: 151) Yakni inilah di antara apa yang diperintahkan Allah kepada kalian, supaya kalian memahami perintah Allah dan larangan-Nya.

Al-An'am: 151

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat