Al-An'am: 113

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلِتَصۡغَىٰٓ
dan supaya cenderung
إِلَيۡهِ
kepadanya (bisikan)
أَفۡـِٔدَةُ
hati
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
لَا
tidak
يُؤۡمِنُونَ
beriman
بِٱلۡأٓخِرَةِ
kepada hari akhirat
وَلِيَرۡضَوۡهُ
dan supaya senang kepadanya
وَلِيَقۡتَرِفُواْ
dan supaya mereka kerjakan
مَا
apa
هُم
mereka
مُّقۡتَرِفُونَ
orang-orang yang mengerjakan

Terjemahan

(Setan-setan itu saling membisikkan perkataan yang indah juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman pada akhirat tertarik pada bisikan itu serta menyenanginya, dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka (setan-setan itu) lakukan.

Tafsir

Tafsir Surat Al-An'am: 112-113 Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah untuk menipu (manusia). Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama (kebohongan) yang mereka ada-adakan. Dan agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, tertarik kepada bisikan itu dan menyenanginya, dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan. Ayat 112 Allah ﷻ berfirman, "Sebagaimana Kami jadikan untukmu wahai Muhammad, musuh-musuh yang menolak, memusuhi dan menentangmu, Kami jadikan pula bagi setiap nabi yang ada sebelummu musuh-musuh tersebut. Karena itu janganlah engkau bersedih hati akan hal ini." Ayat ini semakna dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Jika mereka mendustakan kamu, maka Sesungguhnya Rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula).” (Ali Imran 184) “Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka.” (Al-An'am: 34), hingga akhir ayat. “Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu tidak lain adalah apa yang telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelummu. Sungguh, Tuhanmu mempunyai ampunan dan azab yang pedih.” (Fushshilat: 43) “Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa.” (Al-Furqan: 31), hingga akhir ayat. Waraqah ibnu Naufal pernah berkata kepada Rasulullah ﷺ: Sesungguhnya tiada seseorang pun yang datang dengan membawa hal yang sama dengan apa yang engkau bawa, tanpa mendapatkan permusuhan. Adapun firman Allah ﷻ: “Yang terdiri dari setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin.” (Al-An'am: 112) Ayat ini berkedudukan sebagai badal dari firman-Nya yang mengatakan, “Aduwwan” (musuh). Dengan kata lain, para nabi itu mempunyai musuh yaitu setan-setan dari kalangan manusia dan jin. Definisi setan ialah orang yang mempunyai perilaku yang buruk dan jahat. Dan tiada yang memusuhi para rasul kecuali setan-setan dari kalangan manusia dan jin. Semoga Allah melaknat dan memburukkan mereka. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: “Setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin.” (Al-An'am: 112) Bahwa dari kalangan makhluk jin terdapat setan-setan, dan dari kalangan manusia terdapat setan-setannya pula. Sebagian dari mereka membisikkan kepada sebagian yang lain. Qatadah mengatakan, telah sampai kepadaku suatu berita yang menyatakan bahwa di suatu hari Abu Dzar hendak melakukan shalat, maka Nabi ﷺ bersabda: “Wahai Abu Dzar, mintalah perlindungan (kepada Allah) dari (gangguan) setan-setan dari kalangan manusia dan jin!” Abu Dzar bertanya, "Apakah dari kalangan manusia terdapat orang-orang yang menjadi setan?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya." Predikat hadits ini munqathi’ antara Qatadah dan Abu Dzar. Tetapi hadits ini telah diriwayatkan pula melalui jalur lain dari Abu Dzar Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna, menceritakan kepada kami Abu Saleh, menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Abu Abdullah Muhammad ibnu Ayyub dan guru-guru lainnya, dari Ibnu Aiz, dari Abu Dzar yang menceritakan: Saya datang kepada Rasulullah ﷺ di suatu majelis, dalam majelis itu Rasulullah ﷺ duduk dalam waktu yang cukup lama. Lalu beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar, apakah kamu sudah shalat?" Saya menjawab, "Belum, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, "Berdirilah dan lakukanlah shalat dua rakaat!" Setelah selesai saya datang dan duduk lagi bersama beliau, lalu beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar, apakah engkau meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan-setan dari kalangan jin dan manusia?" Saya menjawab, "Tidak wahai Rasulullah. Tetapi apakah ada setan dari kalangan manusia?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya, bahkan mereka lebih jahat daripada setan dari kalangan jin." Hadits ini pun berpredikat munqathi’ (ada nama perawi yang tidak disebutkan sehingga mata rantainya terputus), tetapi diriwayatkan pula secara muttasil (lawan munqathi’), seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, telah mewartakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, dari Ubaid ibnul Husaihas, dari Abu Dzar yang menceritakan: Saya datang kepada Nabi ﷺ yang sedang berada di dalam masjid, lalu saya duduk, maka beliau ﷺ bersabda, "Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah shalat?” Saya menjawab, "Belum.” Beliau bersabda, "Berdirilah dan shalatlah!" Lalu saya berdiri dan shalat, setelah itu saya duduk kembali. Maka beliau ﷺ bersabda, "Wahai Abu Dzar, apakah engkau meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dari kalangan manusia dan jin?" Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dari kalangan manusia ada yang menjadi setan?” Beliau ﷺ menjawab, "Ya.” Hingga akhir hadits yang cukup panjang. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh An-Hafidzh Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam tafsirnya melalui hadits Ja'far ibnu Aun, Yala ibnu Ubaid, dan Ubaidillah ibnu Musa, ketiga-tiganya dari Al-Masudi dengan sanad yang sama. Jalur lain dari Abu Dzar. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna, menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, menceritakan kepada kami Hammad, dari Humaid ibnu Hilal, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki dari kalangan ulama Dimasyq, dari Auf ibnu Malik, dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin?” Saya bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah dari kalangan manusia ada yang menjadi setan?” Nabi ﷺ menjawab, "Ya.” Jalur lain bagi hadits ini. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, menceritakan kepada kami Abul Mugirah, menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Rifa'ah, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: "Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah meminta perlindungan (kepada Allah) dari setan-setan jin dan manusia?” Abu Dzar bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah manusia itu ada yang menjadi setan?” Nabi ﷺ menjawab, “Ya. setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah-indah sebagai tipuan." Demikianlah jalur-jalur periwayatan hadits ini yang keseluruhannya menyimpulkan kekuatan dan kesahihannya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', menceritakan kepada kami Abu Na'im, dari Syarik, dari Sa'id ibnu Masruq, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: “Setan-setan dari (jenis) manusia dan (dari jenis) jin.” (Al-An'am: 112) Bahwa pada kalangan manusia tidak terdapat setan-setan, tetapi setan-setan dari jenis jin membisikkan kepada setan-setan dari jenis manusia, dan setan-setan dari jenis manusia membisikkan kepada setan-setan dari jenis jin. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, menceritakan kepada kami Abdul Aziz, menceritakan kepada kami Israil, dari As-Suddi, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: “Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah untuk menipu (manusia).” (Al-An'am: 112) Manusia itu mempunyai setan dan jin mempunyai setan, lalu setan jin membisikkan kepada setan manusia. Maka sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia). Asbat mengatakan dari As-Suddi, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: “Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain.” (Al-An'am: 112) Adapun yang dimaksud dengan setan-setan dari jenis manusia ialah setan-setan yang menyesatkan orang lain, dan setan-setan dari jenis jin ialah yang menyesatkan jin lainnya. Keduanya bertemu, lalu saling mengatakan kepada temannya, "Sesungguhnya aku telah menyesatkan temanku dengan cara demikian dan demikian, maka sesatkanlah temanmu itu dengan cara demikian dan demikian." Maka sebagian dari mereka memberitahukan cara-cara menyesatkan kepada sebagian yang lain. Dari sini Ibnu Jarir berpemahaman, yang dimaksud dengan setan-setan dari jenis manusia yang dijelaskan pada Ikrimah dan As-Suddi ialah setan-setan dari jenis jin. Merekalah yang berperan menyesatkan manusia. Pengertiannya adalah bahwa setan-setan dari jenis manusia bukan termasuk dari kalangan mereka. Memang tidak diragukan lagi, hal ini jelas dinyatakan dari perkataan Ikrimah. Mengenai perkataan As-Suddi, tidak sama dengan pemahaman ini, tetapi hanya mempunyai kemiripan. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas melalui riwayat Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya dari kalangan jin terdapat setan-setan yang menyesatkan sejenisnya, sebagaimana setan-setan dari kalangan manusia menyesatkan sesamanya." Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, "Lalu keduanya (yakni setan dari kalangan manusia dan setan dari kalangan jin) bertemu dan mengatakan kepada pihak lainnya, 'Saya telah menyesatkannya dengan cara demikian dan demikian'." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah ﷻ: “Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An'am: 112) Pada garis besarnya pendapat yang shahih adalah apa yang telah disebutkan oleh hadits Abu Dzar yang lalu, yang menyatakan bahwa sesungguhnya dari jenis manusia terdapat setan-setan dari kalangan mereka sendiri. Pengertian setan ialah segala sesuatu yang bersifat membangkang. Karena itu, disebutkan di dalam hadits shahih Muslim dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: “Anjing hitam adalah setan.” Makna yang dimaksud hanya Allah Yang lebih mengetahui bahwa pada hewan anjing terdapat pula setan-setan. Ibnu Juraij mengatakan, Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa jin kafir adalah setan-setannya. mereka membisikkan kepada setan-setan dari kalangan manusia (yakni orang-orang kafir) perkataan yang indah untuk menyesatkan manusia. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah berkunjung kepada Al-Mukhtar, dan Al-Mukhtar menghormati kedatangannya dan mendudukkannya hingga hampir tiba saat istirahat malam hari baginya. Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Al-Mukhtar berkata kepadanya, "Keluarlah kamu dan temuilah orang-orang, lalu berbicaralah dengan mereka." Lalu aku (Ikrimah) keluar dan ada seorang lelaki datang, kemudian bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu dengan wahyu itu?" Saya jawab bahwa wahyu itu ada dua macam, yaitu pertama disebutkan oleh firman-Nya: “Dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu.” (Yusuf: 3) Dan oleh firman-Nya: “Setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan.” (Al-An'am: 112) Mendengar jawabanku mereka hampir saja memukuliku, tetapi aku katakan kepada mereka, "Mengapa kalian bersikap demikian? Sesungguhnya aku hanya memberi fatwa kepada kalian dan sebagai tamu kalian." Akhirnya mereka melepaskan diriku. Sesungguhnya Ikrimah menyindir Al-Mukhtar, anak lelaki Abu Ubaid, semoga Allah memburukkan rupanya karena dia mendakwakan bahwa dirinya kedatangan wahyu. Padahal saudara perempuannya (yaitu Safiyyah) adalah istri Abdullah ibnu Umar, termasuk seorang wanita saleh. Ketika Abdullah ibnu Umar mendapat berita bahwa Al-Mukhtar mengakui dirinya mendapat wahyu, maka Abdullah ibnu Umar berkata, "Dia benar." Allah ﷻ telah berfirman: “Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya.” (Al-An'am: 121) Adapun firman Allah ﷻ: “Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan.” (Al-An'am: 112) Maksudnya, sebagian dari mereka membisikkan kata-kata yang indah lagi penuh kepalsuan untuk menipu pendengarnya dari kalangan orang-orang yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak melakukannya.” (Al-An'am: 112) Yang demikian itu terjadi karena takdir Allah, keputusan, kehendak serta kemauan-Nya, bahwa setiap nabi mempunyai musuh dari kalangan mereka yang disebutkan di atas. “Maka tinggalkanlah mereka.” (Al-An'am: 112) Maksudnya, biarkanlah mereka. “Dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An'am: 112) Yaitu kebohongan yang mereka buat. Dengan kata lain, abaikan saja gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah dalam menghadapi permusuhan mereka. Karena sesungguhnya Allah akan mencukupimu dan menolongmu dalam menghadapi mereka. Ayat 113 Firman Allah ﷻ: “Agar tertarik kepada bisikan itu.” (Al-An'am: 113) Yakni cenderung kepadanya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas. “Hati hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat.” (Al-Anam: 113) Yaitu hati, akal, dan pendengaran mereka. Menurut pendapat As-Suddi, makna yang dimaksud ialah hati orang-orang kafir. “Dan (supaya mereka) menyenanginya.” (Al-An'am: 113) Maksudnya, menyukai dan menginginkannya. Sesungguhnya orang-orang seperti itu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Maka sesungguhnya kalian dan apa-apa yang kalian sembah itu, tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala-nyala.” (Ash-Shaffat: 161-163) “Sesungguhnya kalian benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya (Rasul dan Al-Qur'an) orang yang dipalingkan.” (Adz-Dzariyat: 8-9) Adapun firman Allah ﷻ: “Dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan.” (Al-Anam: 113) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah supaya mereka menghasilkan apa yang telah dihasilkan oleh setan-setan itu. Sedangkan menurut As-Suddi dan Ibnu Zaid ialah agar mereka mengerjakan apa yang dikerjakan oleh setan-setan itu.

Al-An'am: 113

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat