Al-Ma'idah: 66

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلَوۡ
dan kalau
أَنَّهُمۡ
sekiranya mereka
أَقَامُواْ
(mereka) menegakkan
ٱلتَّوۡرَىٰةَ
Taurat
وَٱلۡإِنجِيلَ
dan Injil
وَمَآ
dan apa
أُنزِلَ
diturunkan
إِلَيۡهِم
kepada mereka
مِّن
dari
رَّبِّهِمۡ
Tuhan mereka
لَأَكَلُواْ
niscaya mereka mendapat makanan
مِن
dari
فَوۡقِهِمۡ
atas mereka
وَمِن
dan dari
تَحۡتِ
bawah
أَرۡجُلِهِمۚ
kaki mereka
مِّنۡهُمۡ
diantara mereka
أُمَّةٞ
umat/golongan
مُّقۡتَصِدَةٞۖ
pertengahan
وَكَثِيرٞ
dan kebanyakan
مِّنۡهُمۡ
diantara mereka
سَآءَ
amat buruk
مَا
apa
يَعۡمَلُونَ
mereka kerjakan

Terjemahan

Seandainya mereka menegakkan (hukum) Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada umat yang menempuh jalan yang lurus. Sementara itu, banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.

Tafsir

Tafsir Surat Al-Ma'idah: 64-66 Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan (kekuasaan) Allah terbelenggu." Sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua tangan (kekuasaan) Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. Dan seandainya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan seandainya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan Al-Qur'an yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. Ayat 64 Allah ﷻ menceritakan perihal orang-orang Yahudi -semoga laknat Allah menimpa mereka secara berturut-turut sampai hari kiamat- bahwa melalui lisannya mereka mensifati Allah ﷻ dengan sifat yang sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar dari apa yang mereka sifatkan itu, bahwa Allah itu kikir. Mereka pun mensifati-Nya miskin, sedangkan mereka sendiri kaya. Mereka ungkapkan sifat kikir ini melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: “Tangan (kekuasaan) Allah terbelenggu (tergenggam alias kikir).” (Al-Maidah: 64) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adani, telah menceritakan kepada kami Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan maglulah ialah kikir. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Tangan (kekuasaan) Allah terbelenggu’.” (Al-Maidah: 64) Bahwa mereka tidak bermaksud mengatakan tangan Allah terikat. Yang mereka maksudkan ialah Allah itu kikir. Dengan kata lain, Allah menggenggam apa yang ada di sisi-Nya karena kikir. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Qatadah. As-Suddi, dan Adh-Dhahhak, dan dibacakan firman-Nya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu, dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra:29) Yakni Allah melarang bersifat kikir dan berfoya-foya yang artinya membelanjakan harta bukan pada tempatnya dalam jumlah yang berlebihan. Dan Allah mengungkapkan sifat kikir dengan ungkapan seperti yang disebutkan firman-Nya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu.” (Al-Isra:29) Pengertian inilah yang dimaksudkan oleh orang-orang Yahudi yang terkutuk itu. Ikrimah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Fanhas seorang Yahudi, semoga Allah melaknatnya. Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan bahwa Fanhaslah yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.” (Ali Imran: 181) Lalu ia dipukul oleh sahabat Abu Bakar As-Siddiq. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa lelaki dari kalangan orang-orang Yahudi yang dikenal dengan nama Syas ibnu Qais telah mengatakan (kepada Nabi ﷺ), "Sesungguhnya Tuhanmu kikir, tidak mau berinfak." Maka Allah menurunkan firman-Nya: “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Tangan (kekuasaan) Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua tangan (kekuasaan) Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. (Al-Maidah: 64) Allah ﷻ menjawab perkataan mereka dan membuka kedok sandiwara mereka serta semua kedustaan dan cerita bohong mereka. Untuk itu, Allah ﷻ berfirman: “Sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.” (Al-Maidah: 64) Dan memang demikianlah yang terjadi pada mereka; sesungguhnya kekikiran, kedengkian, dan kelicikan serta kehinaan yang ada pada mereka sangat besar. Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: “Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kalaupun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia. Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepada manusia itu?” (An-Nisa: 53-54) hingga akhir ayat. “Lalu ditimpakan kepada mereka kenistaan.” (Al-Baqarah: 61), hingga akhir ayat. Kemudian Allah ﷻ berfirman: “(Tidak demikian), tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki.” (Al-Maidah: 64) Yakni tidaklah demikian, bahkan Dia Maha Luas karunia-Nya lagi berlimpah pemberian-Nya. Sebenarnya tiada sesuatu pun kecuali perbendaharaan-Nya ada di sisi-Nya. Dialah yang memberikan nikmat kepada semua makhluk-Nya, hanya Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Dialah yang menciptakan semua apa yang kita perlukan di malam hari, di siang hari, di perjalanan kita, di tempat menetap kita, dan di semua keadaan kita. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya: “Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepadanya. Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah.” (Ibrahim: 34) Ayat-ayat yang mengatakan demikian cukup banyak jumlahnya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan, "Inilah apa yang telah diceritakan kepada kami oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: ‘Sesungguhnya tangan kanan (kekuasaan) Allah sangat penuh, tidak akan pernah kosong karena dibelanjakan dengan berlimpah sepanjang siang dan malam. Tidakkah kalian perhatikan apa yang telah Dia belanjakan sejak menciptakan langit dan bumi. Karena sesungguhnya tidak akan kering apa yang ada di tangan kanan (kekuasaan)-Nya. Selanjutnya disebutkan bahwa 'Arasy-Nya berada di atas air, sedangkan di tangan (kekuasaan) lainnya terdapat al-faid atau al-qabdu yang dengan tangan kekuasaan ini Allah meninggikan dan merendahkan. Dan Allah ﷻ berfirman: ‘Berinfaklah, maka Aku akan membalas infakmu’.” Hadits ini diketengahkan oleh Syaikhain di dalam kitab Shahihain; Imam Bukhari di dalam Bab "Tauhid", dari Ali ibnul Madini; sedangkan Imam Muslim dari Muhammad ibnu Rafi'. Keduanya (Ali ibnul Madini dan Muhammad ibnu Rafi) dari Abdur Razzaq dengan sanad yang sama. Firman Allah ﷻ: “Dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka.” (Al-Maidah: 64) Yakni apa (Al-Qur'an) yang diturunkan oleh Allah kepadamu sebagai nikmat justru menjadi kebalikannya menurut tanggapan musuh-musuhmu dari kalangan orang-orang Yahudi dan semua orang yang menyerupai mereka. Hal itu pun menambah percaya kaum mukmin dan menambah amal saleh serta ilmu yang bermanfaat bagi mereka, maka hal itu menambah kedengkian dan iri hati orang-orang kafir terhadapmu dan umatmu. Tugyan artinya berlebihan dan melampaui batas dalam segala sesuatu. Yang dimaksud dengan kufran dalam ayat ini ialah kedustaan. Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: “Katakanlah, ‘Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh’." (Fushshilat: 44) “Dan kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al Isra 82) Mengenai firman Allah ﷻ: “Dan Kami telah timpakan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.” (Al-Maidah: 64) Maksudnya adalah hati mereka tidak akan bersatu, bahkan permusuhan selalu terjadi di antara sekte-sekte mereka, sebagian dari mereka memusuhi sebagian yang lain selama-lamanya. Itu karena mereka tidak pernah sepakat dalam kebenaran, dan mereka telah menentang dan mendustakanmu. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan, makna yang dimaksud dari firman-Nya, "Dan Kami telah timpakan permusuhan dan kebencian di antara mereka," ialah permusuhan dan perdebatan dalam masalah agamanya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Firman Allah ﷻ: “Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya.” (Al-Maidah: 64) Yaitu setiap kali mereka merencanakan berbagai perangkap untuk menjebakmu dan setiap kali mereka mengadakan kesepakatan di antara sesamanya untuk memerangimu, maka Allah membatalkannya dan membalikkan tipu muslihat itu terhadap diri mereka sendiri sehingga menjadi senjata makan tuan; sebagaimana mereka membuat lubang, maka mereka sendirilah yang terjerumus ke dalamnya. “Dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (Al-Maidah: 64) Yakni termasuk watak mereka ialah selalu berjalan di muka bumi seraya menimbulkan kerusakan padanya, sedangkan Allah tidak menyukai orang yang bersifat demikian. Ayat 65 Selanjutnya Allah ﷻ berfirman: “Dan seandainya Ahli Kitab beriman dan bertakwa.” (Al-Maidah: 65) Yaitu seandainya mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi apa yang biasa mereka kerjakan berupa dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan yang haram. “Tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” (Al-Maidah: 65) Yakni niscaya akan Kami hapuskan dari mereka hal-hal yang tidak diinginkan, dan Kami hantarkan mereka kepada tujuan yang didambakan. Ayat 66 “Dan seandainya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan Al-Qur'an yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya.” (Al-Maidah: 66) Menurut Ibnu Abbas dan lain-lainnya, yang dimaksud dengan "apa yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya" ialah Al-Qur'an. “Niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (Al-Maidah: 66) Yaitu seandainya mereka mengamalkan kandungan kitab-kitab yang ada di tangan mereka dari nabi-nabi mereka dengan apa adanya tanpa penyimpangan, pergantian, dan perubahan, niscaya mereka akan terbimbing untuk mengikuti kebenaran dan mengamalkan apa yang sesuai dengan risalah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ karena sesungguhnya di dalam kitab-kitab mereka tertulis pernyataan yang membenarkan risalah Nabi Muhammad dan perintah untuk mengikutinya secara tegas tanpa ada pilihan lain. Adapun firman Allah ﷻ berikut: “Niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bahwa kaki mereka.” (Al-Maidah: 66) Makna yang dimaksud ialah banyak rezeki yang turun kepada mereka dari langit dan yang tumbuh dari tanah. Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka.” (Al-Maidah: 66) Yakni niscaya Kami akan turunkan hujan dari langit kepada mereka. “Dan dari bawah kaki mereka.” (Al-Maidah: 66) Yaitu akan dikeluarkan dari bumi keberkahan yang ada di dalamnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Said ibnu Jubair, Qatadah, dan As-Suddi. Perihalnya semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (Al-A'raf: 96), hingga akhir ayat. Dan Allah ﷻ telah berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (Ar-Rum: 41), hingga akhir ayat. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa firman-Nya: “Niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (Al-Maidah: 66) Makna yang dimaksud ialah, mereka memperolehnya tanpa susah payah dan tanpa mengeluarkan tenaga serta bebas dari kesengsaraan. Ibnu Jarir mengatakan, sebagian dari mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah "niscaya mereka berada dalam kebaikan.” Perihalnya sama dengan perkataan seseorang "Dia berada dalam kebaikan dari atas sampai ke bawahnya." Tetapi Ibnu Jarir setelah mengemukakannya membantah pendapat ini, mengingat hal itu bertentangan dengan pendapat-pendapat ulama Salaf. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan firman-Nya: “Dan seandainya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil.” (Al-Maidah: 66) menyebutkan sebuah hadits. Untuk itu, ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Alqamah, dari Safwan ibnu Amr, dari Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sudah dekat waktunya ilmu akan diangkat Allah.” Maka Ziyad ibnu Labid bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu diangkat, sedangkan kami membaca Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada anak-anak kami." Nabi ﷺ bersabda: “Semoga ibumu kehilangan kamu, wahai Ibnu Labid. Sekalipun aku memandang engkau termasuk orang yang paling alim dari kalangan penduduk Madinah, tetapi bukankah kitab Taurat dan kitab Injil berada di tangan orang-orang Yahudi dan Nasrani, tetapi tidak bermanfaat bagi mereka karena mereka meninggalkan perintah.” Kemudian Nabi ﷺ membacakan firman-Nya: “Dan seandainya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil.” (Al-Maidah: 66) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim secara muallaq pada permulaan sanadnya, sedangkan pada akhirnya secara mursal. Imam Ahmad ibnu Hambal telah meriwayatkan secara muttasil lagi mausul. Untuk itu, ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Salim ibnu Abul Ja'd, dari Ziyad ibnu Lubaid, bahwa Nabi ﷺ pernah menyebutkan suatu hal dan pada akhirnya beliau bersabda: “Yang demikian itu pertanda akan lenyapnya ilmu. Ziyad ibnu Lubaid melanjutkan kisahnya: Kami mengajukan pertanyaan, "Wahai Rasulullah, mana mungkin ilmu dapat lenyap, sedangkan kami selalu membaca Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada anak-anak kami, anak-anak kami pun mengajarkannya kepada anak-anak mereka sampai hari kiamat?" Rasulullah ﷺ bersabda: “Semoga ibumu kehilangan kamu, wahai Ibnu Labid. Sekalipun aku memandangmu termasuk orang yang paling alim di Madinah, tetapi bukankah orang-orang Yahudi dan Nasrani ini membaca Taurat dan Injil, tetapi mereka tidak mengambil manfaat dari apa yang terkandung di dalam kedua kitab tersebut barang sedikit pun.” Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Bakr ibnu Abu Syaibah, dari Waki' dengan sanad yang sama dan lafal yang serupa. Sanad hadits ini shahih. Firman Allah ﷻ: “Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (Al-Maidah: 66) Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya: “Dan di antara kaum Musa itu terdapat umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan kebenaran, dan dengan kebenaran itulah mereka menjalankan keadilan.” (Al Araf 159) Sama dengan firman Allah ﷻ yang menyebutkan perihal para pengikut Nabi Isa, yaitu: “Maka Kami berikan pahalanya kepada orang-orang yang beriman di antara mereka.” (Al-Hadid: 27) Maka Allah menjadikan kedudukan yang tertinggi dari mereka (Ahli Kitab yang beriman) ialah pertengahan, sedangkan kedudukan tersebut merupakan kedudukan menengah dari umat Nabi Muhammad ﷺ. Dan kedudukan yang lebih tinggi daripada itu ialah kedudukan sabiqun (bersegera dalam mengerjakan kebaikan), seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Itu adalah karunia yang amat besar.” (Bagi mereka) surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya.” (Fatir: 32-33) hingga akhir ayat. Pendapat yang benar mengatakan bahwa ketiga golongan dari umat ini semuanya masuk surga. Abu Bakar ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yunus Ad-Dabbi, telah menceritakan kepada kami ‘Ashim ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Ya'qub ibnu Yazid ibnuTalhah, dari Zaid ibnu Aslam, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa ketika kami (para sahabat) sedang berada bersama Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: “Umat Nabi Musa berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan; tujuh puluh golongan darinya masuk neraka, sedangkan yang satu golongan lagi masuk surga. Dan Umat Nabi Isa berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan; segolongan di antara mereka masuk surga, sedangkan yang tujuh puluh satu golongan masuk neraka. Tetapi umatku jauh lebih tinggi daripada gabungan kedua umat itu, yaitu satu golongan masuk ke dalam surga, sedangkan yang tujuh puluh dua golongan masuk neraka. Mereka (para sahabat) bertanya, "Siapakah mereka yang masuk surga itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah ﷺ menjawab: “Tetaplah pada jamaah, tetaplah pada jamaah!” Ya'qub ibnu Zaid mengatakan, apabila Khalifah Ali ibnu Abu Thalib menceritakan hadits Rasulullah ﷺ yang ini, maka ia selalu membaca firman-Nya: “Dan seandainya Ahli Kitab beriman dan bertakwa tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka, dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” (Al Maidah 65) sampai dengan firman-Nya: “Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (Al-Maidah: 66) Juga firman-Nya: “Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran, dan dengan yang kebenaran itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (Al-A'raf: 181) Yakni umat Nabi Muhammad ﷺ. Tetapi atsar ini gharib sekali bila ditinjau dari segi konteksnya. Hadits mengenai berpecah-belahnya berbagai umat sampai menjadi tujuh puluh golongan lebih diriwayatkan melalui berbagai jalur, semuanya telah kami sebutkan dalam kitab yang lain.

Al-Ma'idah: 66

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat